Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah jenis analisis yang digunakan pada satu

variabel untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi pada sebuah

penelitian (Prastiwi, 2022). Pada penelitian ini analisis univariat

menggunakan tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, baik

variabel Independen maupun variabel Dependen.

Hasil dari analisis univariat adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden


berdasarkan Jenis kelamin

Karakteristik Obesitas Tidak obesitas Total


N % N % n %
Jenis kelamin
Laki-laki 18 7.56% 39 16.39% 57 23.95%
Perempuan 29 12.18% 33 13.87% 62 26.05%
Total 47 19.74% 72 30.26% 119 50%
Sumber: Data Primer, 2023

Tabel 4.1 memperlihatkan obesitas pada anak laki-laki sebanyak

18 responden (7.56%) sedangkan pada perempuan sebanyak 29 responden

(12,18%).

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia


Karakteristik Obesitas Tidak obesitas Total
n % N % n %
Usia: 13 27 19.85% 34 25.00% 61 44.85%
14 4 2.94% 3 2.21% 7 5.15%
Total 31 22.79% 37 27.21% 68 50%
Sumber: Data Primer, 2023

Tabel 4.2 memperlihatkan mayoritas obesitas pada penelitian ini

99
100

terjadi pada remaja yang berumur 13 tahun yaitu sebanyak 47 remaja

(39.50%).

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Resiko


obesitas orangtua
Karakteristik Obesitas Tidak obesitas Total
n % n % n %
Resiko obesitas orang tua
Beresiko 34 20% 20 11.76% 54 31.76%
Tidak beresiko 13 7.65% 18 10.59% 31 18.24%
Total 47 27.65% 38 22.35% 85 50%
Sumber: Data Primer, 2023

Tabel 4.3 menunjukkan resiko obesitas orang tua yang dimiliki oleh

responden yang mengalami obesitas sebanyak 34 anak (20%) dan hanya 13

responden (7.65%) yang mengalami obesitas namun tidak memiliki riwayat

obesitas dari orang tua.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan


Pendidikan Ayah
Karakteristik Obesitas Tidak Total
obesitas
N % n % N %
Pendidikan ayah
Tinggi 22 6.32% 17 4.89% 39 11.21%
Rendah 25 7.18% 30 8.62% 55 15.80%
Total 47 13.5% 47 13,51% 94 21.07%
Sumber: Data Primer, 2023

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa Pendidikan ayah responden yang

mengalami obesitas mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang rendah

yaitu 25 ayah (7.18%).

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu


Karakteristik Obesitas Tidak obesitas Total
N % N % N %
Pendidkan ibu
Tinggi 37 10.63% 12 3.45% 49 14.08%
Rendah 10 2.87% 35 10.06% 45 12.93%
Total 47 13.05% 47 13.51% 94 27.01%
Sumber: Data Primer, 2023
101

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pendidikan ibu responden yang

mengalami obesitas mayoritas memiliki pendidikan yang rendah sebanyak

10 ibu (2.87%).

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendapatan


orangtua
Karakteristik Obesitas Tidak obesitas Total
N % N % N %
Pendapatan orangtua
Tinggi 44 10.63% 32 7.73% 76 18.36%
Rendah 3 0.72% 6 1.45% 9 2.17%
Total 47 11.35% 37 9.18% 86 20.53%
Sumber: Data Primer, 2023

Adapun table 4.6 menunjukkan bahwa pendapatan orang tua

responden yang mengalami obesitas mayoritas memiliki pendapatan yang

tinggi sebanyak 44 orang tua (10.63%).

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sedentary


lifestyle
Karakteristik Obesitas Tidak obesitas Total
N % N % N %
Sedentary lifestyle
Rendah: >38,5-60 5 1.21% 8 1.93% 13 3.14%
Jam/minggu
Sedang: 60;81 14 3.38% 8 1.93% 22 5.31%
jam/minggu
Tinggi: 81,5;102,5 28 6.76% 19 4.59% 47 11.35%
jam/minggu
Total 47 11.35% 35 8.45% 82 19.8%
Sumber: Data Primer, 2023

Berdasarkan table 4.7 menunjukkan bahwa hampir Sebagian

kecilnya responden mengalami sedentari tinggi yaitu sebanyak 28

responden (6.765). Adapun responden yang mengalami sedentari sedang

sebanyak 14 responden (3.38%).


102

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi


makan
Karakteristik Obesitas Tidak obesitas Total
N % n % n %
Frekuensi makan
<3 kali sehari 32 24.24% 9 6.82% 41 31.06%
2-3 kali sehari 10 7.58% 9 6.82% 19 14.39%
> 3 kali sehari 5 3.79 6 4.55% 11 8.33%
Total 47 35.61% 24 18.19% 71 53.78%
Sumber: Data Primer, 2023

Berdasarkan table 4.8 menunjukkan bahwa Responden yang

mengalami obesitas mayoritas frekuensi konsumsi makanan pokok 2-3 kali

dalam sehari sebanyak 31 responden (24,8%). Snacking mayoritas lebih dari

3 kali dalam seminggu sebanyak 31 responden (24,6%), frekuensi konsumsi

fast food mayoritas 2-3 kali dalam seminggu sebanyak 24 responden

(29,3%) dan konsumsi soft drink mayoritas 2-3 kali dalam seminggu masing

sebanyak 21 responden (32,3%).

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel, baik variabel Independen maupun variabel Dependen. Hasil dari

analisis univariat adalah sebagai berikut:

a. Variabel Sedentary lifestyle

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi responden sedentary lifestyle


pada remaja di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi
Pamulang Tangerang Selatan
No. Sedentary Frekuensi (f) Persentase
lifestyle (%)
1 Rendah 35 29.41%

2 Sedang 26 21.85%

3 Tinggi 58 48.74%

Total 119 100%


Sumber: Data Primer, 2023.

Berdasarkan table 4.9 menunjukkan bahwa hampir


103

setengahnya remaja di SMP Muhammadiyah Setiabudi Pamulang

memiliki sedentary lifestyle dengan kategori tinggi sebesar

(48.74%) 58 responden.

b. Variabel tingkat stres

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi responden Tingkat Stres


pada remaja di SMP Muhammadiyah 22
Setiabudi Pamulang Tangerang Selatan
No Tingkat stres Frekuensi (f) Persentase
(%)
1. Rendah 50 42.02%
2. Sedang 30 25.21 %
3 Tinggi 39 32.77%
Total 119 100%
Sumber: Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa distribusi

frekuensi responden tingkat stres pada siswa SMP Muhammadiyah

22 Setiabudi Pamulang hampir setengahnya tidak mengalami stres-

rendah dengan presentase (42.02%) 50 responden.

c.Variabel obesitas pada remaja

Tabel 4.11 Distribusi frekuensi responden obesitas pada


remaja di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi
Pamulang Tangerang Selatan
No. Obesitas remaja Frekuensi (f) Persentase
(%)
1. Obesitas 47 39.50%

2. Non obesitas 72 60.50%

Total 119 100%


Sumber: Data primer, 2023.

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa lebih dari

setengahnya remaja di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang

tidak mengalami obesitas sebesar (60.50%) 72 responden.


104

2. Hasil analisis Bivariat

Hasil analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara variabel independen (sedentary lifestyle) dan

stres dengan variabel dependen (Obesitas) pada remaja di SMP

Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang Selatan yang

menggunakan uji chi-square.

a. Hubungan aktivitas sedentary lifestyle dengan obesitas pada remaja

berdasarkan pengujian hubungan antara sedentary lifestyle dengan

obesitas menggunakan chi square diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.12 Analisis hubungan sedentary lifestyle dan obesitas


pada remaja di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi
Pamulang Tangerang Selatan

Sedentary Lifestyle Obesitas pada Remaja


Obesitas Non obesitas Total P-value
Ya % Tidak % N %
Sedentary lifestyle 35 29.41% 47 39.50% 82 41.21%
Rendah (Ya <38-60
jam/minggu)
Sedentary lifestyle 26 21.85% 0 00.00% 26 21.85%
sedang <60-81 0.001
jam/minggu
Sedentary lifestyle 58 48.74% 72 60.50% 130 91.53%
Tinggi >81,5
jam/minggu
Total 119 100% 119 100% 238 59.59%
Sumber: Data Primer (2023)

Berdasarkan tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa variabel

sedentary lifestyle dan stres dengan obesitas pada remaja. Obesitas lebih

banyak pada kelompok sedentary lifestyle tinggi yaitu sebesar (48.74%) 58

responden, dibandingkan dengan sedentary lifestyle dengan kategori rendah

(29.41%) 35 responden. Berdasarkan analisis yang diperoleh menggunakan

chi square, maka p-value sebesar 0,001< ά = 5% sehingga ada hubungan


105

yang bermakna antara sedentary lifestyle dan stres dengan obesitas pada

remaja dengan OR= 0,122.

b. Hubungan Obesitas dan tingkat stres berdasarkan pengujian hubungan antara

obesitas dan tingkat stres menggunakan chi square diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.13 Analisis hubungan Obesitas dan Tingkat Stres pada


remaja di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang
Tangerang Selatan
Tingkat Obesitas pada Remaja
stres Obesitas Non obesitas Total P-value
N % N % N %
Rendah 50 42.02% 47 39.50% 97 81.51%
Sedang 30 25.21% 0 0.00% 30 12.61% 0.001
Tinggi 39 32.77% 72 60.50% 111 46.88%
Total 119 100% 119 50.00% 238 100.00%
Sumber: Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa diantara 50 (42.02%)

responden dengan tingkat stres rendah mengalami obesitas sebanyak 47

responden (39.50%), sedangkan 72 responden (5,67%) yang tidak

mengalami obesitas. Sedangkan responden dengan tingkat stres sedang

sebanyak 30 responden (25.21%), sedangkan responden dengan stres tinggi

sebanyak 39 (32.77%). Analisis data diatas menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan dalam distribusi obesitas antara kelompok stres

rendah dan kelompok non-obesitas, dengan nilai p-value yang sangat rendah

(0,001%). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara obesitas pada remaja dan tingkat stres pada tingkat

kepercayaan 95% (p-value < 0,05). Artinya, ada hubungan antara obesitas

pada remaja dan tingkat stres yang tidak bisa diabaikan.


106

B. Pembahasan

1. Analisa univariat

a. Sedentary lifestyle

Aktivitas sedentary lifestyle di ketahui hampir sebagian besar

remaja di SMP Muhammadiyah Setiabudi Pamulang memiliki sedentary

lifestyle dengan kategori tinggi sebesar (48.74%) 58 responden.

Berdasarkan tabel 4.1 distribusi karakteristik responden berdasarkan usia

hampir sebagian besar berusia 13 tahun sebanyak 61 responden

(44.85%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 119 remaja terdapat 58

(48.74%) responden yang melakukan aktivitas sedentari tinggi dan

terdapat 35 (29.41%) responden yang melakukan aktivitas sedentari

rendah sedangkan responden yang melakukan sedentari sedang yaitu

sebanyak 26 (21.85%) responden. Faktor yang menyebabkan seseorang

mengalami sedentari tinggi karena kebiasaan seseorang yang tidak

banyak melakukan aktivitas fisik atau tidak banyak melakukan gerakan.

Perilaku sedentari seperti penggunaan peralatan elektronik (TV, laptop,

video game) di kamar anak sangat lazim terjadi pada masa yang sudah

canggih seperti sekarang ini, dan hal ini dapat berkaitan dengan risiko

kesehatan anak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputri

et al, (2019) tentang aktivitas sedentary lifestyle dan stres dengan

obesitas ditemukan bahwa responden obesitas yang memiliki pola hidup


107

sedentary lifestyle lebih besar (46,3%) dibanding responden yang

obesitas dibanding responden yang obesitas tetapi tidak memiliki pola

hidup sedentary lifestyle (15,8%).

b. Stres

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 119 responden yang

diteliti hampir sebagian besar mengalami stres rendah sebanyak 50

responden (42.02%). sedangkan yang mengalami stres tinggi sebanyak

39 responden (32.77). stres merupakan keadaan dimana seseorang

mengalami ketegangan karena adanya kondidi-kondisi yang

mempengaruhi dirinya (Ningsih, 2016).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fajriyah Mayataqillah tahun (2023) dengan judul hubungan tingkat stres

dengan kejadian obesitas pada remaja SMA negeri 1 Bintang Timur, hasil

analisa statistika nilai p value yaitu 0,027 (p<0,05) yang artinya bahwa

ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kejadian

obesitas pada remaja SMA Negeri 1 Bintang Timur.

c. Obesitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 119 responden yang

di teliti hampir setengahnya mengalami obesitas sebanyak 47 responden

(39.50%). Obesitas merupakan kondisi kronis akibat penumpukkan

lemak dalam tubuh yang sangat tinggi. Lemak berlebih pada orang

dengan obesitas menyebabkan berbagai komplikasi terhadap kesehatan.

Oleh sebab itu, kelebihan berat badan atau obesitas di rentang usia 13-
108

14 tahun berkaitan dengan meningkatnya mortalitas dimasa dewasa

akibat penyakit-penyakit sistematik (Ermayanti, 2020).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Anisa (2014) di temukkan hasil bahwa menunjukkan 62,5% mengalami

obesitas dan 37,5% tidak mengalami obesitas. Oleh karena itu,

sebaiknya remaja dengan obesitas membiasakan diri berolahraga

dengan intensitas yang rendah hingga berat untuk mencegah obesitas.

2. Analisis bivariat

a. Hubungan Aktivitas sedentary lifestyle dengan Obesitas pada siswa

SMP Muhammadiyah 22 setiabudi Pamulang tahun 2023

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 82

responden dengan sedentary lifestyle rendah dan mengalami

obesitas sebanyak 35 responden (29.41%). Terdapat 58 (48.74%)

responden yang melakukan aktivitas sedentari tinggi dan terdapat

35 (29.41%) responden yang melakukan aktivitas sedentari rendah

sedangkan responden yang melakukan sedentari sedang yaitu

sebanyak 26 (21.85%) responden.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square dengan

derajat kepercayaan 95% didapatkan P-value 0,001 pada ά =0.05

dan nilai dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sedentary

lifestyle dengan obesitas pada remaja di SMP Muhammadiyah 22

Setiabudi Pamulang Tangerang Selatan. Obesitas merupakan


109

keadaan patologis, dimana terjadi penimbunan lemak tubuh yang

berlebihan atau abnormal dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh

yang normal (Silwanah, Amaliah, 2019). Aktivitas sedentari adalah

kebiasaan seseorang yang tidak banyak melakukan aktivitas fisik

atau tidak banyak melakukan gerakan. Perilaku sedentari seperti

penggunaan peralatan elektronik (TV, laptop, video game) di kamar

anak sangat lazim terjadi pada masa yang sudah canggih seperti

sekarang ini, dan hal ini dapat berkaitan dengan risiko kesehatan

anak remaja.

Dalam penelitian ini dapat di simpulkan bahwa terdapat

hubungan antara aktivitas sedentary lifestyle dengan obesitas pada

anak di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang

Selatan. Obesitas merupakan keadaan patologis, dimana terjadi

penimbunan lemak tubuh yang berlebihan atau abnormal dari yang

diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Silwanah, Amaliah,

2019). Obesitas adalah permasalahan umum yang dialami anak-anak

remaja pada masa sekarang ini. Salah satu penyebabnya adalah

aktivitas sedentari atau perilaku yang menetap pada anak remaja.

Aktivitas sedentari tinggi berhubungan dengan akumulasi lemak dan

meningkatkan risiko obesitas pada remaja. Oleh karena itu, Penting

untuk mendorong partisipasi dalam aktivitas fisik dan mengurangi

waktu yang dihabiskan dalam kegiatan sedentari.


110

b. Hubungan obesitas dengan tingkat stres pada siswa SMP

Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang tahun 2023

Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 97

responden terdapat 50 responden (42.02%) dengan tingkat stres

rendah dan mengalami obesitas sebanyak 47 responden (39.50%),

Sedangkan 30 responden (25.21%) dengan tingkat stres sedang,

sedangkan responden dengan stres tingkat tinggi sebanyak 39

(32.77%).

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Nunung Nurhayati (2023) dengan judul Hubungan Tingkat

Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri

SMPN 2 Majalaya Karawang, hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 69 responden menggambarkan bahwa sebagian besar responden

yaitu sebanyak 39 responden (56,5%) mengalami tingkat stres yang

sedang, responden yang mengalami stres ringan didapatkan hampir

seluruhnya responden mengalami siklus menstruasi yang normal

sebanyak 13 responden (76,5 %), dari 39 responden yang mengalami

stres sedang didapatkan sebagian besarnya responden mengalami

siklus menstruasi yang tidak normal sebanyak 24 responden

(61,5%), dan dari 13 responden yang mengalami stres berat

didapatkan hampir seluruhnya responden mengalami siklus

menstruasi yang tidak normal sebanyak 10 responden (76,9%).

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat


111

perbedaan yang signifikan dalam distribusi obesitas antara

kelompok stres rendah dan kelompok non-obesitas, dengan nilai p-

value yang sangat rendah (0,001%). Hasil uji chi-square

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

obesitas pada remaja dan tingkat stres pada tingkat kepercayaan 95%

(p-value < 0,05). Artinya, ada hubungan antara obesitas pada remaja

dan tingkat stres yang tidak bisa diabaikan.

Anda mungkin juga menyukai