DISUSUN OLEH
PUTRI RAHMAYANI
NIM : 18010605
1
2
A. Latar Belakang.
rasa yang wajar dan natural. Namun sering kali, tanpa di sadari orang tua
cedera adalah salah satu bentuk tantrum agar anak mendapatkan apa yang ia
inginkan. Tantrum pada anak yang dapat menimbulkan resiko cedera berupa
merupakan bentuk awal dari tempertantrum pada saat anak sudah mampu
dapat mengarah pada “kerusakan” lain baik secara fisik atau pun bentuk
seperti cemburu, marah, atau takut dapat menimbulkan penilaian social yang
3
seperti itu akan dijauhi teman, dinilai sebagai anak yang cengeng ,
pemarah, atau julukan- julukan lain. Penilaian yang diperoleh anak dari
2017).
tahun? Pada usia 4 tahun dikatakan baru mulai berhenti, tapi belum hilang
Birth Survey menunjukkan bahwa pada usia 3 tahun sekitar 10 % dari anak
dilakukan pada 100 orang anak usia 0- 3 tahun di Jakarta menunjukkan hasil
tempertantum.
dirinya sendiri, menyakiti orang lain atau merusak benda yang ada
benda keras maka akan sangat berbahaya karena anak dapat tersakiti dan
tua sebisa mungkin untuk menjauhkan anak dari perhatian umum ketika
mengalami tantrum dan sekaligus menjauhkan anak dari benda benda yang
berbahaya agar anak tidak mengalami cedera. Pada usia 5-6 tahun, emosi
anak mulai matang dimana pada usia ini anak mulai menyadari akibat-akibat
dari tampilan emosinya. Serta anak mulai memahami perasaan orang lain.
Ekspresi emosi pada anak mudah berubah dengan cepat dari satu bentuk
ekspresi kebentuk ekpresi yang lain. Anak dalam keadaan gembira secara
tiba- tiba dapat langsung berubah menjadi marah karena ada sesuatu yang
minimal mengalami dua kali tantrum perhari. semakin dini orang tua
menangani tantrum pada anak- anak mereka Semakin jarang terjadi tantrum
pada anak-anak itu ketika beranjak besar. Anak usuia 4 atau 5 tahun
lepas kendali. Diperkirakan tiga perempat dari seluruh tingkah laku tantrum
perilaku pada anak tersebut dapat terjadi karena pemilihan bentuk pola
asuh yang kurang tepat. Proses pengasuhan anak bagi orang tua bukan
2015).
kurangnya ketergantungan antara anak dengan orang tua. Hal ini terjadi
6
karena anak dan orang tua tidak pernah sama dalam segala
hal .Ketergantungan anak kepada orang tua ini dapat terlihat dari keinginan
tua dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, anak yang menjadi masalh
kepribadian anak setelah menjadi dewasa. Hal ini dikarnakan cirri-ciri dan
pada waktu kecil diajar maka, diajar kebersihan, disiplin, diajar main dan
RSU Prima Inti Medika tersebut dapat diketahui bahwa dari 30 anak usia 0-
bahkan tindakan agresif seperti memukul teman atau merebut sesuatu milik
temannya. Hasil wawancara dengan 8 orang ibu anak usia 0-3 tahun yang
B. Rumusan Masalah.
Pola asuh yang baik dan konsisten akan membentuk pola dalam diri
pada anak ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik orang tua seperti usia
orang tua yang terlalu muda, latar belakang pendidikan yang rendah serta
yang salah seperti ototiter atau bahkan terjadi pembiaran pada anak jika
masalah dalam penelitian ini adalah “ Adakah Hubungan Pola Asuh Orang
C. Tujuaan
1. Tujuan Umum.
2. Tujuan Khusus.
1. Untuk mengetahui Pola Asuh Orang Tua Pada anak Usia 0-3 Tahun
D. Manfaat Penelitian.
1. Orang Tua
bagi ibu dalam menerapkan Pola Asuh yang benar dalam mendidik anak
2. Institusi Pendidikan.
3. Profesi Keperawatan.
4. Penelitian Selanjutnya
Usia 0-3 Tahun serta Hubungannya dengan Pola Asuh Orang Tua..
pola asuh orang tua yang tepat dibagi menjadi empat yaitu : pola asuh
otoriter, pola asuh demokratif, pola asuh permisif, pola asuh campuran.
Setiap pola asuh tertentu membawa dampak yang berbeda terhadap tumbuh
kembang anak secara fisik dan mental. Perilaku tempertantrum pada anak
usia 0-3 tahun terlihat jelas bahwa banyak factor dan salah satu pola asuh
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. (2012). Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkatkan Kualitas
Tumbang anak,
http://anak.ad.co.k/berita baru/berita. (diakses Mei 2019).
Drey, C. Edward. (2006). Ketika anak sulut diatur: Panduaan orang tua
mengbah masalah perilaku anak. Bandung: PT. Mizan Pustaka.