PROPOSAL
Oleh
RAHMAWATI
NIM. PO7120323045
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
namakan sebagai masa keeamasan anak saat usia dini dimana saat usia dini
dimana saat itu anak akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai
rangsangan dan pengaruh dari luar. Saat masa keemasaan, anak akan
saat terjadi saat anak berusia 0-8 tahun, dan lonjakan perkembangan ini tidak
Anak usia toddler merupakan anak yang berada antara rentang usia 12-36
bulan. Masa ini anak akan mengalami suatu periode atau masa yang disebut
sebagai masa keemasan. Masa keemasan semua fungsi organ dan syaraf pada
otak berkembang secara pesat sehingga anak harus diberikan dorongan agar
dari perkembangan berfikir, emosi, motorik dan sosial. Oleh karena itu, pada
sebagai luapan frustasi yang ekstrim, yang tampak seperti dicirikan oleh
perilaku gerakan tubuh yang kasar atau agresif seperti membuang buang,
pada anak yang lebih kecil (lebih mudah) biasanya sampai muntah, pipis atau
bahkan nafsu sesak karena terlalu banyak menangis dan berteriak. Akibat yang
ditimbulkan dari temper tantrum ini cukup berbahaya, misalnya anak yang
amarahnya dapat menyakiti dirinya sendiri, menyakiti orang lain atau merusak
benda yang ada di sekitarnya. Jika benda-benda yang ada di sekitar anak
merupakan benda keras maka akan sangat berbahaya karena anak dapat
tersakiti dan mengalami cedera akibat dari tindakan tantrumnya. Tantrum yang
tidak bisa diatasi dapat membahayakan fisik anak, selain anak tidak bisa
mengendalikan emosinya atau anak akan kehilangan kontrol dan akan lebih
agresif. hal ini akan mengakibatkan anak tidak menghadapi lingkungan luar,
Damayanti, 2019).
seperti kelelahan, lapar, atau sakit. Frustrasi adalah penyebab umum lainnya.
Balita berkonflik karena keinginan simultan untuk perhatian orang tua dan
keinginan kuat untuk mandiri. Anak belum mengembangkan keterampilan
koping yang matang untuk mengelola emosi yang kuat. Balita juga mungkin
belajar bahwa tantrum adalah cara yang efektif untuk mendapatkan apa yang
mereka inginkan atau menghindari apa yang tidak mereka inginkan dalam
jangka pendek. Juga, anak belajar melalui penjelajahan lingkungan mereka dan
mungkin menjadi frustrasi ketika orang lain mencegah mereka melakukan ini,
orang lain, dan menerapkan perilaku positif untuk mengelola perasaan atau
Tantrum paling sering terjadi antara usia dua dan tiga tahun tetapi dapat
terjadi semuda 12 bulan. Para peneliti menemukan bahwa tantrum terjadi pada
87% anak usia 18 hingga 24 bulan, 91% pada usia 30 hingga 36 bulan, dan
sekali sehari, seperti yang terjadi pada 20% anak usia dua tahun, 18% anak usia
tiga tahun, dan 10% anak usia empat tahun. Lima hingga tujuh persen anak
berusia satu hingga tiga tahun mengalami tantrum yang berlangsung setidaknya
lima belas menit tiga kali atau lebih perminggu. Anak-anak dengan defisit
bahasa atau autisme mungkin memiliki perilaku tantrum yang lebih sering dan
dan mempengaruhi 0,1 sampai 4,6% dari anak anak yang sehat. Mampu
menahan napas biasanya terjadi antara usia enam bulan dan lima tahun, dengan
onset antara 6 dan 18 bulan, dan menghilang pada usia lima tahun. Tidak ada
Data orang tua dalam penanganan tantrum sering sekali merespon anak
dengan cara yang tidak tepat, yakni 59% mencoba menenangkan anak, 37%
mengacuhkan dan sebanyak 31% menyuruh anak diam. Data ini menunjukan
bahwa orang tua sering keliru ketika menghadapi anak yang mengalami
Pola asuh merupakan suatu sistem atau cara pendidikan dan pembinaan
yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Pengasuhan (parenting) anak
adalah peran dalam kepemimpinan dan bimbingan kepada anak yang berkaitan
emosi yang biasanya muncul pada anak, dengan salah satu gangguan
Faktor orang tua yaitu pola asuh, cara orang tua mengasuh anak berperan
Pola asuh yang tidak benar, anak terlalu dimanjakan dan selalu
orang tuanya, sekali waktu bisa bereaksi menentang dominasi orang tua dengan
perilaku tantrum. Temper tantrum bila tidak ditangani sejak dini, maka tantrum
yang buruk pada usia 3 tahun akan terbawa sebagai masalah sampai masa
dewasa atau mempengaruhi sikapnya dikemudian hari. Sebuah fakta penelitian
menjadi orang dewasa yang pemarah (temper tantrum) pula (Effendy & Sari,
2022)
temper tantrum dalam waktu satu tahun, 23% sampai 83% dari anak usia 2
Penelitian yang dilakukan di Chichago 50-80% tantrum ini terjadi pada usia 2-
3 tahun terjadi seminggu sekali, dan 20% terjadi hampir setiap hari, dan 3 atau
lebih tantrum terjadi selama kurang lebih 15 menit. Penelitian tentang perilaku
anak yang dilakukan Wakschalg dan timnya, pada 1.500 orang tua yang
memiliki anak usia 3-5 tahun mayoritas balita 83,7% terkadang mengalami
tantrum, 8,6% yang setiap hari marah dan mengamuk. Tantrum dipicu karena
waktu satu tahun, 23-83% dari anak usia 2 sampai 4 tahun pernah mengalami
anak usia (1-3) tahun yang sering mengalami perilaku temper tantrum fisik
maupun verbal.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengambil
penelitian tentang “hubungann pola asuh orang tua dengan kejadian temper
Palu Utara”.
B. Rumusan Masalah
adalah : bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian temper
tantrum padak anak usia toddler (1-3) di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro
Palu Utara.
C. Tujuan penelitian
Adapun ujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola
asuh orang tua dengan kejadian temper tantrum pada anak usia toddler (1-3) Di
D. Manfaat penelitain
menyususn hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian temper tantrum
pada anak usia toddler (1-3) di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro Palu
Utara.
2. Puskesmas Mamboro
selanjutnya.
4. Peneliti lain
pengembangan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pola asuh orang tua
dengan kejadian temper tantrum pada anak usia toddler (1-3) di Wilayah
TINJAUAN PUSTAKA
Orang tua adalah bapak dan ibu kandung yang bertanggung jawab atas
serta pertumbuhan anak mengenai tugas yang wajib dijalankan oleh anak.
Mulyani (2018) jenis pola asuh untuk perkembangan emosi anak sebagai
berikut.
a. Pengasuhan otoriter
laki-laki dengan orang tua otoriter dapat menjadi agresif terhadap teman
Semua jenis pola asuh otoriter ditandai dengan aturan yang keras dan
2017).
tidak terbuka dengan pendapat anaknya dan sulit menerima saran. Untuk
tidak dapat diubah oleh anak, komunikasi antara anak dan orang tua
seringkali tidak ada umpan balik. Hubungan antar orang tua dengan anak
(Soetjiningsih, 2016)
Pola asuh permisif ini merupakan salah satu metode pola asuh,
dimana orang tua tidak pernah berperan dalam kehidupan anak, kurang
tanpa pengawasan dan bimbingan dari orang tua, orang tua cenderung
Wong (2015) menjelaskan bahwa dalam pola asuh jenis ini, orang
antara sikap toleransi dan izin. Orang tua mengizinkan anak mereka
orang tua yang permisif sering kali tidak patuh, tidak hormat kepada
yang lebih tua, kurang percaya diri, tidak bertanggung jawab, dan sering
diri, suka mendominasi, tidak memiliki tujuan hidup yang jelas, prestasi
(Yusuf, 2017).
salah satu metode pola asuh yang menuntun perilaku dan sikap anak
dan keamanan. Standar realistis orang tua dan ekspektasi yang wajar
menghasilkan anak dengan harga diri yang tinggi dan sangat interaktif
social dengan percaya diri, dan bertanggung jawab, tampak ceria, bisa
Pola asuh yang diberikan orang tua dengan baik, maka akan mereka
terapkan juga pada anak mereka nantinya, namun sebaliknya jika kurang
Semua orang tua lebih dipengaruhi oleh apa yang anggota kelompok
mereka anggap sebagai cara “terbaik”, dari pada oleh pendirian mereka
kebutuhan anak akan lebih menggunakan pola asuh yang demokratis dari
dibanding pria, dan mereka cenderung kurang otoriter. Hal ini berlaku
Orang tua dari kalangan menengah kebawah akan lebih otoriter dan
Orang tua pada umumnya akan lebih keras terhadap anak perempuan
h. Usia anak
pengendalian otoriter.
i. Pengasuh pendamping
mereka kepada nenek, tante, atau keluarga dekat lainnya, biasanya anak
anak
Cara menentukan jenis pola asuh orang tua menurut Hurlock (2017)
a. Ciri perilaku orang tua dalam keluarga dengan menggunakan pola asuh
otoriter
terkecuali
tersebut
5) Kehendak atau kemauan orang tua adalah tugas dan kewajiban anak
7) Orang tua terlalu mengekang anak dalam bergaul dan memilih teman
9) Orang tua menetapkan aturan bagi anak dalam berinteraksi dan aturan
kegiatan kelompok
dilakukannya
b. Ciri perilaku orang tua dalam keluarga dengan menggunakan pola asuh
Permisif
1) Tidak pernah ada peraturan dari orang tua. Orang tua tidak menegur
batas kewajaran, orang tua tidak pernah menegur atau tidak berani
3) Tidak ada pujian yang diberikan orang tua kepada anak ketika anak
sekehendaknnya sendiri
Demokratif
peraturan
yang ada
internal
B. Konsep Temper
perilaku menangis, berteriak, dan gerakan tubuh yang kasar atau agresif
menghentamkan kaki kelantai, pada anak yang lebih kecil (lebih mudah)
biasanya sampai muntah, pipis, atau bahkan sesak karna terlalu banyak
menangis dan berteriak. Dan kasus tertentu ada pula anak yang sampai
menenadang atau memukul orang tua atau orang dewasa lainnya misalnya
dapat terjadi pada semua tahap usia. Anak yang mengalami tantrum adalah
anak yang marah secara berlebihan. perilaku ini sering terjadi pada usia 0-6
tahun, kebiasaan mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak tahu
bahwa cara ini dapat memenuhi keinginannya, semakin sering anak tantrum
(Alifiani 2017).
yang tergolong dalam kategori usia, perilaku, durasi, frekuensi dan keadaan
mood sebagai berikut. Temper tantrum dialami pada anak dengan rentang
berdurasi hingga 15 menit dan berlangsung kurang dari 5 kali dalam sehari.
disertai perilaku melukai diri sendiri orang lain, atau memiliki intensitas
bertujuan agar anak dapat menyampaikan apa yang dia inginkan biasanya
temper tantrum terjadi pada entang usia 0-6 tahun, yang ditandai dengan
kurang dari 5 kali dalam sehari, serta dikatakan abnormal apabila tentrum
terjadi lebih dari 15 menit dengan frekuensi lebih dari 5 kali sehari.
Pendapat Hanura (2017), bahwa tantrum terjadi pada anak yang aktif
dengan energi yang berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-
a. Memiliki kebiasaan tidur, makan, dan buang air besar tidak teratur
anak usia 3-5 tahun, ledakan tantrum sedikit berkurang dari usia 1-3
memecahkan benda
d. Oral aggression (perbuatan dari mulut) yang terdiri dari menggigit yang
Beberapa pendapat diatas yaitu. Ciri ciri anak tentrum yakni menangis,
berlebihan, memukul diri sendiri, memukul orang lain, meninju orang lain,
mengigit diri sendiri, maupun orang lain, dan meludahi orang lain. Durasi
dari tentrum pada setiap anak berbedah beda berdasarkan usia menurut fitri
3. Penyebab Tantrum
Kejadian temper tantrum sering terjadi pada rentang usia 0-6 tahun,
pada usia tersebut anak lebih suka bereksplorasi berbagai hal. Rasa
tantrum sering terjadi karena anak frustasi dengan keadaannya, dan tidak
lain:
anak
lain:
1) Mencari perhatian
5) Cemburu
6) Menantang otoritas
e. Anak merasa lelah, lapar atau dalam keadaan sakit yang anak menjadi
rewel
a. Faktor keadaan fisik anak, yaitu anak merasa tdk nyaman, sakit, lelah
atau lapar
tua lebih terlalu melindungi atau tidak memberikan kebebasan, dan orang
c. Faktor dari orang tua, yaitu pola pengasuhan dari orang tua
sekitar
anak diantaranya yaitu faktor keadan fisik anak seperti merasa tidak
nyaman, sakit, lelah atau lapar. Faktor keadan fisiologi antara lain
kekecewaannya anak akan kegagalanya melakukan sesuatu, orang tua
terlalu melindungi atau tidak memberikan kebebasan dan orang tua terlalu
menuntut anak sesuai harapan. Faktor orang tua seperti pengasuhan orang
tua, serta faktor lingkungan yaitu baik dari lingkungan keluarga maupun
leluasa bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang terlalu lama, apa
bila anak dalam perjalanan jauh atau sedang berada di tempat umum yang
mengharuskan anak harus tetap diam dalam waktu lama maka anak akan
merasa stres dan salah satu pelampiasan stresnya adalah tantrum. Begitulah
anak dalam kondisi sakit, lelah serta lapar serta anak yang tidak pandai
serta serta bertindak agresif, anak yang sulit beradaptasi dengan lingkungan
baru akan merasa terancam dan tidak nyaman, apalagi yang sulit untuk
tantrum (Hanura,2017).
menarik
anak marah besar, ketika anak menunjukan tantrum palsu, orang tua
tantrum
3) Mengendalikan diri
Pengertian Anak Usia Toddler adalah Anak usia toddler adalah anak
usia 12-36 bulan (1-3 tahun). Pada periode ini akan berusaha mencari tahu
kemarahan, penolakan, dan tidakan keras kepala. Hal ini merupakan periode
a. Perkembangan Psikososial
1) Toddler dapat mengembangkan rasa malu dan ragu jika orang tua
kemandirian anak.
negativistik).
pergi tidur
berdampingan, tapi tidak dengan yang lain. Meniru adalah salah satu
halus.
d. Perkembangan Motorik Menurut Cahyaningsih (2011) menyatakan
1) Motorik Kasar
bulan.
bulan.
2) Motorik Halus
bulan
D. Kerangka Konsep
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Temper Tantrum Pada
Anak Usia Toddler (1-3) di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro Palu Utara
Variabel Independen (bebas) dalam kerangka konsep ini yaitu pola asuh
orang tua sedangkan Variabel Dependen (terikat) yaitu temper tantrum pada
anak usia toddler, adapun lebih jelasnya dapat dilihat kerangka konsep 2.1 di
bawah ini
Variable Independen Variabel Dependen
1. Terhalangnya keiinginan
untuk mendapatkan
sesuatu
3. Tidak terpenuhinya
kebutuhan
E. Hipotesis
teori dan belum menggunakan fakta atau data. setelah melalui pembuktian
dari hasil penilitian maka hipotesis dapat disimpulkan benar atau salah,
2. Hipotesis nol (Ho) yaitu : Tidak ada hubungan pola asuh orang tua dengan
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dilakukan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian
1. Tempat
palu utara
2. Waktu
1. Populasi
2. Sampel
penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak toddler di Puskesmas
Rumus :
n=
1+N (d)²
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
n=
1+N (d)²
57
n=
1+57 (0,10)²
57
n=
1+57 (0,01)
57
n=
1+0,57
57
n= = 36,30 n = 36 Responden
1,57
dijadikan sampel.
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua sebagai
dependent (terikat).
2. Definisi Operasional
2022)
a. Temper tantrum
emosi dengan tidak terkendali, pada anak usia toddler (1-3) yang
b. Pola asuh
1. Data yang akan digunakan oleh peneliti ini yaitu data primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti terhadap
sasaran atau responden (Agus Riyanto, 2022). Data primer dalam penelitian
ini diperoleh dengan cara menyebarkan kuisioner kepada orang tua yang
utara
2. Data yang akan digunakan oleh peneliti ini yaitu data sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari orang lain atau tempat
lain dan bukan dilakukan oleh peniliti sendiri, biasanya data tersebut sudah
dikompilasi lebih dahulu oleh instanssi atau orang yang mempunyai data.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi pustaka, (Riyanto,
2022). Data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa data awal dan data-
F. Pengolahan Data
(Riyanto, 2022) menyatakan data yang masih mentah (Raw data) harus
informasi yang benar, ada empat tahapan dalam mengolah data, yaitu
kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari
berbentuk angka/bilangan.
3. Processing/Entry data, yaitu merupakan data yang sudah di koding maka
G. Analisa Data
1. Analisa Univariat
(Notoatmodjo, 2018).
f
p= ×100 %
n
Keterangan :
p = Presentase
n = Jumlah responden
2. Aalisis Bivariat
mengunakan skala ordinal dan nominal dengan sampel lebih dari 50, maka
2018).
H. Penyajian Data
Hasil penelitian yang akan disajikan dalam bentuk tabel adalah berupa
penyajian yang sistematik dari pada data numerik, yang tersusun dalam kolom
atau jajaran dan disamping itu juga disajikan dalam bentuk taks (textular) yaitu
I. Etika Penelitian
Notoatmodjo (2014) bahwa ada empat prinsip yang harus dipegang teguh
identitas subyek.
karena itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak
Nuha Medika.
Medika.
Alifiani, HA. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Temper Tantrum Pada
Bantul, B. B. (n.d.), 2018. Hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian
Darmastuti. Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Sulit Makan Pada Anak
Semarang;2020.
Effendy, H. V., & Sari, S. M. (2022). Efektifitas Pola Asuh Orang Tua Dengan
Kejadian Temper Tantrum Pada Anak Usia 3-4 Tahun. Journals of Ners
Community,13(1),18–26.
https://doi.org/10.55129/jnerscommunity.v13i1.1635
Fakriyatur, A., & Damayanti, A. K. (2019). Hubungan Antara Pola Asuh Orang
Hanura, Andra FRD. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan kejadian Temper
Tantrum Pada Anak Usia PraSekolah (3-5 tahun) di Paud Pelangi II Desa
Madiun. 2017
Ilmiah, J., Shine, T., & Source, A. (2014). Jurnal Ilmiah The Shine (Juliene) i-
Iroe, Viola P. Hubungan Iklim Sekolah Dengan Perilaku Temper Tantrum Pada
Lestari, TWWP. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Temper Tantrum Pada
Semarang;2020.
Media
INSANIA.2018;18(3).425
Mulyanti, NU. Hubungan Tantrum Dan Karakteristik Anak Usia Pra Sekolah
Notoadmodjo, S, 2014. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku , 2012. PT. Rineka
Cipta.
https://doi.org/10.31004/prepotif.v5i1.1145
SKM, N. M. (2019). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja.
Medika.2017
Alfabeta
Limbung. 90.
Yulia, R., Suryana, D., & Safrizal, S. (2021). Manipulatif Tantrum: Strategi untuk
Rosdakarya.2017.