PROPOSAL PENELITIAN
JUDUL:
TAKTRUM
Oleh:
ANDI HERLIN
15.01.049
PRODI S1-KEPERAWATAN
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari sejak lahir sampai liang lahat. Sementara itu pendidikan pada anak usia
Pasal 1 ayat 14 adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
dini untuk usia 0 sampai dengan 6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai
dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal
Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan program untuk
2
anak usia 0–<2 tahun, 2–<4 tahun, 4–≤6 tahun dan Program Pengasuhan untuk
anak usia 0–≤6 tahun, Kelompok Bermain (KB) dan bentuk lain yang
sederajat, menggunakan program untuk anak usia 2– <4 tahun dan 4–≤6 tahun.
Pada anak usia 5-6 tahun terjadi perkembangan otak mencapai titik optimal
yang biasa disebut masa “golden age”. Pada masa tersebut semua fungsi
organ dan syaraf pada otak berkembang secara pesat sehingga anak harus
Rentang usia 0-6 tahun merupakan masa emas perkembangan anak, yang
apabila pada masa tersebut anak diberi pendidikan dan pengasuhan yang
hari. Anak mulai berkenalan dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang
dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan sebagainya
merupakan suatu rasa yang wajar dan natural. Namun seringkali, tanpa
disadari orang tua menyumbat emosi yang dirasakan oleh anak. Misalnya saat
anak. Hal ini sebenarnya membuat emosi anak tak tersalurkan dengan lepas.
Jika hal ini berlangsung terus menerus, akibatnya timbullah yang disebut dengan
tumpukan emosi. Tumpukan emosi inilah yang nantinya dapat meledak tak
Temper tantrum adalah ledakan emosi yang kuat yang terjadi ketika anak
balita merasa lepas kendali. Tantrum adalah demonstrasi praktis dari apa
3
tantrum, biasanya hanya mengenai satu hal spesifik, yaitu kemarahan yang
dilakukan oleh anak kecil. Hampir semua tantrum terjadi ketika anak sedang
bersama orang yang paling dicintainya. Tingkah laku ini biasanya mencapai titik
terburuk pada usia 18 bulan hingga tiga tahun, dan kadang masih ditemui pada
anak usia lima atau enam tahun, namun hal tersebut sangat tidak biasa dan
hal tersebut merupakan sesuatu yang negatif, dan pada saat itu juga
orangtua bukan saja bertindak tidak tepat tetapi juga melewatkan salah satu
yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel) secara wajar dan bagaimana
bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang
akan dirinya. Mengamuk adalah cara anak menghadapi rasa putus asa ketika tidak
yang normal terjadi pada anak-anak berumur 1-3 tahun, apabila tidak ditangani
dengan tepat dapat bertambah sampai umur 5-6 tahun. Kemampuan untuk
kepribadiannya. Oleh karena itu anak yang mudah mengatur emosinya maka ia
tantrum yang berbeda dengan landasan emosional dan tingkah laku yang
sekali seminggu pada 50-80 persen anak prasekolah. Diperkirakan tiga perempat
perhatian sebesarnya dengan membuat orang tua merasa malu (Hayes: 20`3).
anak adalah konflik mereka dengan orang tua, yang paling umum konflik
mengenai makanan dan makan (16,7 %), konflik karena meletakkan anak di
kereta dorong, kursi tinggi untuk bayi, tempat duduk di mobil, dan sebagainya
(11,6 %), konflik mengenai pemakaian baju (10,8 %). Ada kejadian puncak
yang menunjukkan bahwa tantrum lebih banyak terjadi menjelang tengah hari
berlangsung diluar kesadaran anak. Demikian pula orang tua atau pendidiknya
5
anak-anak yang terlalu sering diberi hati, sering dicemaskan oleh orang tuanya,
serta sering muncul pula pada anak-anak dengan orang tua yang bersikap
intensitas dan kuatnya rasa amarah anak. Ledakan amarah lebih banyak timbul di
rumah bila ada banyak tamu atau ada lebih dari dua orang dewasa. Jenis disiplin
terlalu dilindungi dan didominasi oleh orang tuanya, sekali waktu anak bisa
bereaksi menentang dominasi orang tua dengan perilaku tantrum. Orang tua
yang mengasuh secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan anak tantrum.
Misalnya, orang tua yang tidak mempunyai pola yang jelas kapan ingin melarang
atau kapan ingin mengizinkan anak berbuat sesuatu, dan orang tua yang
Anak akan dibingungkan oleh orang tua dan menjadi tantrum ketika orang tua
benar-benar menghukum. Selain itu, pada ayah ibu yang tidak sependapat satu
sama lain, yaitu yang satu memperbolehkan anak dan yang lain melarang anak.
6
Anak bisa menjadi tantrum agar mendapatkan keinginan dan persetujuan dari
Perilaku tantrum merupakan hal yang wajar terjadi namun apabila tidak
menjadi kebiasaan.
tidak terpenuhi keinginannya, suka berebut dengan teman dan merengut jika apa
yang dia inginkan tidak terpenuhi. Dengan ciri-ciri yang peneliti lakukan melalui
wawancara awal dari guru maka anak tersebut tergolong anak temper tantrum.
Saat dilakukannya observasi awal juga terdapat ciri-ciri tantrum yang muncul
dan pola komunikasi dalam keluarga Menurut (Hurlock, 2014). Faktor penyebab
anak mengalami temper tantrum antara lain: Faktor fisiologis, yaitu lelah, lapar
7
atau sakit; Faktor psikologis, antara lain anak mengalami kegagalan, dan orangtua
yang terlalu menuntut anak sesuai harapan orangtua; Faktor orangtua, yakni pola
asuh dan komunikasi; dan Faktor lingkungan, yaitu lingkungan keluarga dan
pada anak yaitu factor orang tuan yaitu pertama, Pola asuh orang tua merupakan
salah satu elemen yang tidak bisa dipandang dengan sebelah mata. Sebab seorang
anak akan berhasil atau gagal dalam proses pembentukan kepribadian dan
potensinya kelak, tidak pernah terlepas dari peran serta orang tua sebagai guru
sekaligus pendidik pertama dan utama pada masa awal perkembangan anak.
peran serta orang tua. Hasil Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
diperoleh ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan temper tantrum pada
anak usia 2-4 tahun di PAUD Darun Najah, Desa Gading, Kecamatan Jatirejo,
Kabupaten Mojokerto.
tua terhadap pola asuh juga ikut mepengaruhi pola asuh orang tua terhadap
kejadian tantrum pada anak. Hal initelah dilakukan oleh Sri Mulyanti (2014) yang
menemukan hasil penelitian bahwa Pola asuh orang tua tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor pendidikan kesehatan, namun ada faktor lain yang berperan.
tantrum pada anak. Anak-anak belajar dari orang tua yang berasal dari pilihan-
8
pilihan kata yang diucapkan pada anak-anak. Orang tua biasanya memberikan
Menurut (Yusrizal, 2014) komunikasi yang baik adalah komunikasi yang efektif,
pengirim atau sumber berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan
dipahami oleh penerima. Ada 5 cara untuk mengukur komunikasi yang efektif
dan tindakan.
Hal ini juga ditunjukkan pada hasil penelitian Rosa Maria Suwarni
komunikasi orang tua dengan kejadian temper tantrum pada anak usia pra
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Kabupaten Jeneponto.
D. Manfaat penelitian
Kabupaten Jeneponto.
pada anak.
3. Bagi Mahasiswa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun. Mereka
3-5 tahun dan kelompok bermain atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan
pada anak usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
struktur dan fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
(Soetijiningsih, 1995).
sampai maturasi atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
dan ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru
diprediksi, kontinyu, teratur, dan progresif, pola atau kecendrungan ini juga
bersifat universal dan mendasar bagi semua individu, namun unik dalam hal
ciri-ciri anak prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif
anak.
a. Ciri Fisik
b. Ciri Sosial
sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua
Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi
yang berbeda.
c. Ciri Emosional
dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak prasekolah sering terj adi,
Pada usia ini sudah menjadi kebiasaan anak untuk berperilaku lebih
d. Ciri Kognitif
(Padmonodewo, 2003).
perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar yang disebut sektor
a. Perilaku Sosial
c. Bahasa
berdiri dengan satu kaki, berjalan naik tangga dan menendang bola ke
depan.
a. Keturunan
lain terhadap anak. Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara
antara orang tua dan anak dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat
pola dan bentuk gambaran, bangun tubuh dan keganjilan fisik diturunkan
b. Faktor Neuroendoktrin
mempengaruhi pertumbuhan.
c. Nutrisi
1995).
d. Hubungan interpersonal
kepribadian tidak hanya kualitas dan kuantitas kontak dengan orang lain
e. Tingkat Sosioekonomi
pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua usia anak dari kelas atas
dan menengah mempunyai tinggi lebih dari anak keluarga dengan strata
f. Penyakit
perkembangan
g. Bahaya Lingkungan
cedera fisik paling sering terjadi akibat bahaya lingkungan, dan berkaitan
17
1995). Anak beresiko tinggi mengalami cedera akibat resiko kimia dan
sering dikaitkan dengan resiko kesehatan adalah bahan kimia dan radiasi.
lebih rentan dibanding yang lain. Usia anak temperamen situasi hidup
mereka mengatasi stres. Orang tua dapat mencoba untuk mengenali tanda
(Soetjiningsih, 1995).
atau karakter yang digambarkan dalam materi bacaan, film, video dan
1. Pengertian
tidak terkontrol. Temper tantrum seringkali muncul pada anak suai 15 bulan
pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan
emosinya. Pada usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak muncul pada
(Hurlock, 2014).
dengan ciri-ciri memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar yang
tidak teratur, sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru, lambat
(Zaviera, 2008).
perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses
2008):
e. Di bawah 3 tahun
Anak dengan rentang usia antara 3 tahun sampai dengan 4 tahun bentuk
Bentuk tantrum pada anak usia 5 tahun ke atas semakin meluas yang
setidaknya telah berusia 18 bulan hingga tiga tahun dan bahkan lebih akan
akan menunjukkan berbagai macam tingkah laku, seperti keras kepala dan
semua perasaan yang menumpuk. Seorang anak pada usia ini akan
mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtua pun tidak dapat
memahami maka hal ini dapat memicu anak menjadi frustasi dan
Anak yang aktif membutuhkan ruang dan waktu yang cukup untuk selalu
bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama. Apabila suatu saat
anak tersebut akan merasa stress. Salah satu contoh pelepasan stresnya
tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapat apa yang ia
bisa tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang
terlalu dan didominasi oleh orantuanya, sekali waktu anak bisa jadi
Pola asuh orangtua dalam hal ini sebenarnya lebih pada bagaimana
setiap bertingkah laku karena anak akan selalu meniru setiap tingkah laku
meneriakkan rasa frustasi karena hal kecil, maka anak akan kesulitan
Kondisi sakit, lelah serta lapar dapat menyebabkan anak menjadi rewel.
Anak yang merasa terancam, tidak nyaman dan stress apalagi bila tidak
a. Mencari perhatian
jika hasil dari tantrum adalah perhatian penuh orang dewasa, hal ini
Anak ingin mengenakan pakaian yang kurang sesuai dengan cuaca hari
itu, seperti kaus di hari-hari yang dingin, atau tidak mau makan makanan
e. Cemburu
f. Menantang otoritas
Pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang diterapkan
pada anak yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu kewaktu. Pola
perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negative maupun positif
(Drey, 2006).
Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang
tua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak
proses interaksi antara orang tua dengan anak. Interaksi tersebut mencakup
tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat (Jas & Rahmadiana,
2004).
orang tua dalam mendidik anaknya. Cara orang tua mendidik anaknya
disebut sebagai pola pengasuhan. Dalam interaksinya dengan orang tua anak
anak. Disinilah letaknya terj adi beberapa perbedaan dalam pola asuh.
Disuatu sisi orang tua harus bisa menentukan pola asuh apa yang tepat
25
orang tua juga mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk anak
menjadi seseorang yang dicita citakan yang tentunya lebih baik dari orang
yang tidak dapat bertindak konsisten antara apa yang diucapkan dengan
apa yang diperbuat dapat memberikan penilaian yang negatif pada anak.
Akhirnya anak akan protes yang salah satu caranya adalah dengan
b. Kesadaran diri.
Ini juga harus ditularkan pada anak anak dengan mendorong mereka agar
non verbal tentang perilaku. Hal ini apabila tertanam dengan baik dalam
diri anak maka anak akan mengetahui dan memahami batasan- batasan
c. Komunikasi
Komunikasi dialogis yang terj adi antara orang tua dan anak-anaknya,
masalah dengan baik pula. Oleh karena itu cara ini diharapkan dapat
tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua cenderung
apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tidak seggan
menghukum anaknya. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi
dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah dan orang tua tidak
(Drey, 2006).
27
antaranya adalah sikap dan pendidikan otoriter. Pola asuh otoriter ditandai
dengan ciri-ciri sikap orangtua yang kaku dan keras dalam menerapkan
sikap orang tua yang mendidik menurut apa yang dinggap terbaik oleh
mereka sendiri, diantaranya adalah dengan hukuman dan sikap acuh tak
ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap
kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan
berdasarkan kemampuannya. Hasil dari pola asuh ini adalah adanya kontrol
diri yang bagus pada anak sehingga dapat mengurangi temper tantrumnya.
satu tehnik atau cara mendidik dan membimbing anak, di mana orangtua
diberikan orangtua tidak bersifat mutlak akan tetapi adanya kontrol dan
anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang
diberikan oleh orang tua. Namun orang tua tipe ini biasanya hangat
impulsiv, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri,
kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial. Kecenderungan untuk
Pola asuh permisif dikatakan pola asuh tanpa disiplin sama sekali.
keputusan sendiri tentang langkah apa yang akan dilakukan, orangtua tidak
yang sebaiknya dilakukan anak. Dalam polaasuh permisif hampir tidak ada
komunikasi antara anak dengan orangtua serta tanpa ada disiplin sama
sekali.
30
otoriter atau permisif. Orangtua mungkin menghadapi sifat anak dari waktu-
a. Tingkat Pendidikan
b. Lingkungan
c. Budaya
anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh
permisif maka cara pengukuran pola asuh didasarkan pada hasil kuesioner
(Effendy, 2011 h.9). Menurut (Nurjaman & Umam, 2012 h.36) Komunikasi
adalah kata yang mencakup segala bentuk interaksi dengan orang lain
kepada orang lain. Sedangkan menurut (oxford university press tahun 2010
tua yang berasal dari piliha-pilihan kata yang diucapkan pada anak-
komunikasi orang tua berpengaruh baik kepada anaknya maka hal itu
komunikasi antara orang tua dengan anak yang dimaksud yaitu suatu
interaksi yang dilakukan oleh orang tua dengan anak dalam keluarga
dengan menanamkan nilai- nilai budi pekerti yang baik yang semua itu
bertujuan agar terbentuk perilaku yang baik pada anak baik dalam
2. Sifat Komunikasi
communication).
3. Unsur-unsur komunikasi
a. Komunikator
b. Pesan. Segala sesuatu yang berbentuk verbal maupun non verbal yang
c. Media
d. Komunikan
e. Pengaruh
34
Suatu respon balik dari komunikan. Umpan balik tidak akan terjadi jika
g. Lingkungan
4. Unsur-unsur komunikasi
a. Menginformasikan to inform
b. Mendidik to educate
c. Menghibur to entertain
d. Mempengaruhi to influence
a. Kontrol
memiliki hierarki otoritas dan garis panduan formal yang patut ditaati
b. Motivasi
tidak dituruti.
c. Ekspresi emosional
d. Informasi
(Werdiningsih, 2012).
seperti yang telah diuraikan diatas dari beberapa pendapat para ahli antara
lain yaitu sebagai suatu saran untuk mengungkapkan segala perasaan kasih
a. Keterbukaan
b. Empati
c. Dukungan
d. Rasa Positif
e. Kesetaraan/kesamaan
yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Ada 5 cara untuk mengukur
lebih baik kepada standar moral, sesuai dengan harapan orang tua dan
artinya membawa keluar (sesuatu yang ada di dalam). Dalam bahasa Jerman
38
ada istilah ziehen yang artinya menarik (lawan dari mendorong). Dalam
dan gaya hidup sehari- hari, khususnya dalam hal kesehatan (Suhardjo,
2007).
sebagai suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh
2. Tingkat Pendidikan
tertentu seperti:
2014).
H. Kerangka teori
Faktor penyebab anak mengalami temper tantrum antara lain: Faktor fisiologis,
yaitu lelah, lapar atau sakit; Faktor psikologis, antara lain anak mengalami
kegagalan, dan orangtua yang terlalu menuntut anak sesuai harapan orangtua;
Faktor orangtua, yakni pola asuh dan komunikasi; dan Faktor lingkungan,
1. Anak 1. Lingkungan
1. Lelah mengalami Keluarga
2. Lapar 1. Pola asuh
kegagalan 2. Lingkungan luar
3. Sakit 2. Pola komunikasi
2. Tuntutan orang rumah
tua
Faktor fisiologis
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian
3. Anak 3. Lingkungan
1. Lelah mengalami 3. Pola asuh Keluarga
2. Lapar kegagalan 4. Pola 4. Lingkungan
3. Sakit 4. Tuntutan komunikasi luar rumah
orang tua
Kejadian
Temper
tantrum
Keterangan:
: Variabel bebas
: variable terikat
Gambar 3. 1. Kerangka Konsep
42
C. Hipotesis penelitian
a. Tidak ada hubungan antara pola asuh dengan kejadian temper taktrum di
Kabupaten Jeneponto.
Jeneponto.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
analitik adalah suatu studi menemukan fakta dengan intepretasi yang tepat
tambahan dan manipulasi terhadap data yang sudah ada menurut Nursalam
(2013).
1. Populasi penelitian
(Notoatmojo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua
orang tua.
2. Sampel penelitian
D. Pengumpulan Data
a. Data primer
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari institusi atau pihak lain yang dapat
Kabupaten Jeneponto.
E. Instrumen Penelitian
1. Alat Tulis
2. Kuesioner
yang meliputi:
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi untuk
G. Analis Data
1. Analisa Univariat
variabel dependen yaitu kejadian temper tantrum yang dibuat dalam bentuk
responden.
48
2. Analisa Bivariat
masing variabel bebas yaitu tingkat pendidikan ibu dan variabel terikat yaitu
praktek pemberian makanan atau minuman. Dalam analisa ini uji statistik
yang diperoleh lebih kecil dari p-Value 0.05. Karena variabel yang diteliti
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan, Cetakan Ke-2, PT.
Remaja Rosda Karya, Bandun
Dariyo. Agoes. 2014. Psikologi perkembangan anak tiga tahun pertama.
Bandung:Refika Aditama.
Dowshen, S., Izenberg N & Bass E. 2009. Panduan Kesehatan Balita Petunjuk
Lengkap untuk Orang tua dari Masa Kehamilan Sampai Usia Anak 5
Tahun Buku Kesatu. Jakarta : Rajawali Sport pp. 175-7
Drey, Hancock DL. 2006. The Bactrocera dorsalis complex of fruit flies (Diptera:
Tepritidae: Dacinae) in Asia. Bul of Entomol Res Supp (2):68.
Effendy, Onong Ucyana. 2011. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hames Penney. 2015. Menghadapi dan Mengatasi Anak yang Suka Ngamuk.
Jakarta: PT Gramedia.
Hayes, Eileen. 2013. Tantrum. Jakarta: Erlangga
Hurlock Elizabeth.B. 2014. perkembangan anak. Erlangga : Jakarta.
Jas & Rahmadiana, 2004. Mengkomunikasikan Moral Pada Anak. Jakarta: PT
Elex Komputindo.
Kartono, 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT Raja. Grafindo
Persada
Kirana, Rizkia Sekar. 2013. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Temper
Tantrum Pada Anak Pra Sekolah.
Nasrudin. 2016. Ilmu komunikasi : ilmiah dan populer. Ed.1,Cet.1.Rajawali
Pers: Jakarta.
Nursalam, 2014. Konsep dan penerapan metode penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Patmonodewo, Soemiarti. 2013. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta:Asdi
Mahasatya
Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta : Rineka Cipta
Purnamasari. 2005. Research design penelitiaan kualitatif, kuantitatif dan mixed.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Robbins & Judge, 2011. Perilaku organisasi. Salemba Empat: Jakarta
Rosa Maria Suwarni Yiw’Wiyouf, Amatus Yudi Ismanto, Abram Babakal. 2017.
Hubungan Pola Komunikasi Dengan Kejadian Temper Tantrum Pada
50