PENDAHULUAN
Temper Tantrum adalah episode dari kemarahan dan frustasi yang ekstrim,
yang tampak seperti kehilangan kendali seperti dicirikan oleh perilaku
menangis, berteriak, dan gerakan tubuh yang kasar atau agresif seperti
membuang barang, berguling di lantai, membenturkan kepala dan
menghentakkan kaki di lantai. Pada anak yang lebih kecil biasanya sampai
muntah, pipis, atau bahkan nafas sesak karena terlalu banyak menangis dan
berteriak (Tandry, 2010).
1
2
Temper tantrum bukanlah suatu penyakit berbahaya, namun jika orang tua
membiarkan tantrum berlarut-larut dan tidak pernah memberikan solusi yang
benar kepada anak maka perkembangan emosional anak dapat terganggu.
Dampak sosial dari temper tantrum dapat mempengaruhi perkembangan
emosional anak jika dibiarkan secara berlarut-larut. Jika anak yang sedang
mengalami tantrum dilihat oleh anak yang tidak tantrum maka dapat
berpengaruh di lingkungan sekitar, karena anak cenderung meniru kejadian
yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut orang tua mempunyai peranan penting
dalam pola asuh yaitu dengan komunikasi yang baik dengan anak dan melalui
rangsangan permainan yang dapat melatih perkembangan emosi anak.
Menurut Wakschalg dan timnya pada 1.500 orang tua yang memiliki anak
mayoritas balita (83,7%) terkadang mengalami tantrum, 8,6% yang setiap hari
marah dan mengamuk. Tantrum dipicu karena anak capek atau frustasi
(Kompas, 2012). Sedangkan di Indonesia balita yang biasanya mengalami ini
dalam waktu satu tahun, 23-83% dari anak usia 2 sampai 4 tahun pernah
mengalami temper tantrum (Psikologizone, 2012) dalam Zakiyah (2015).
Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui strategi mangatasi tempertantrum pada anak usia 3-5 tahun
melalui permainan ular tangga.
Perilaku tantrum atau yang biasa disebut dengan istilah temper tantrum
merupakan, suatu letupan kemarahan anak yang sering terjadi pada saat anak
menunjukan sikap negative (Riana Mashar, 2011). Luapan emosi tantrum
yang terjadi pada anak-anak tidak hanya untuk mencari perhatian orang
dewasa saja, tetapi sebagai pelampiasan perasaan seorang anak kepada orang
tua ataupun orang yang berada disekitarnya atas keinginan atau perasaan yang
sedang dirasakannya, namun anak tidak bisa menyampaikannya.
Perilaku tantrum yang terjadi pada anak merupakan hal yang wajar dalam
tahap perkembangan emosionalnya. Namun, apabila perilaku tantrum tersebut
tidak ditangani dengan tepat, akan mempengaruhi perkembangan emosi
4
Peran guru sebagai orang tua ketika di sekolah, mempunyai pengaruh yang
penting dalam meyumbang pembentukan karakter anak. Di sekolah, anak akan
belajar mengenai karakter yang akan dibawanya ketika ia berada di rumah
maupun ketika bersama orang di sekitarnya. Guru sebagai manusia yang
sangat di idolakan oleh siswanya, akan ditiru segal tindak-tanduknya
(Abdullah munir, 2006). Guru hendaknya selalu memberikan contoh yang
baik kepada siapapun, terutama pada siswa, karna hal tersebut akan terekam
dalam memori anak dan dibawa hingga ia dewasa. Begitu pula dalam
menerapkan pendidikan maupun strategi ketika menangani anak yang sedang
mengalami fase tantrum pada saat di sekolah.
1. Pengertian Pengasuhan
Orangtua sebagai individu-individu yang mengasuh, melindungi, dan
membimbing dari banyi hingga tahap dewasa (Brooks, 2011). Orang tua
memberikan perhatian dan interaksi langsung dengan anak seperti
memberi makan, mengajar, dan bermaian. Mereka juga memberikan
perhatian melalui tindakan tidak langsung yang bias muncul dalam
berbagai bentuk seperti orang tua berperan sebgai penasehat bagi anak di
dalam masyarakat, di rumah dan di sekolah.
Pengertian pengasuhan sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi
pada anak, yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang
tua/pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab dan memberikan
kontribusi sebagai anggota masyarakat termasuk juga apa yang harus
dilakukan orang tua/pengasuh ketika anak menangis, marah, berbohong,
dan tidak melakukan kewajibannya dengan baik.
Interaksi antara keluarga/ orang tua dengan anak untuk mendidik,
membimbing, dan mengajar anak dengan tujuan tertentu, disebut dengan
pengasuhan. Pengasuhan merupakan cara yang khas dalam menyatakan
pikiran dan perasaaan dalam berinterkasi orang tua dengan anak. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa dari beberapa definisi yang ada, pengasuhan
merupakan perlakuan kerabat sebagai orang tua tua asuh atau orang tua
yang ditinggalkan dirumah berinteraksi langsung dengan anak dengan
tujuan memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pengasuhan Orangtua
Faktor yang memperngaruhi pengasuhan, bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi dalam pengasuhan orangtua yaitu faktor eksternal serta
faktor internal. Faktor eksternal adalah lingkungan sosial dan lingkungan
fisik serta lingkungan kerja orangtua, sedangkan faktor internal adalah
model pola pengasuhan yang didapat sebelumnya.
a. Faktor eksternal
6
7
- Perhatian
Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam
hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari
lingkungannya. Pengertian perhatian, jika dikaitkan dengan peran
orang tua yang mempunyai tanggungjawab dalam memberi perhatian
untuk anak-anaknya maka dapat di artikan kemampuan orangtua
untuk dapat memusatkan seluruh aktivitas psikis yang ditujukan pada
anak-anaknya agar tercapai tujuannya. Perhatian orangtua mempunyai
arti perhatian pendidikan. Sebab orangtua merupakan pendidik yang
utama bagian anak-anaknya didalam lingkungan keluarga.
- Kontrol positif
Orangtua memfasilitasi kebutuhan anak dengan memberikan
bimbingan positif pada saat yang tepat, menerapkan aturan yang
konsisten dan memiliki tuntutan sesuai dengan kemampuan anak.
Dengan kontrol yang positif diharapkan anak menjadi lebih terpantau
perkembangan dan perilaku sosialnya.
- Afek positif
Ekspresi emosional yang positif pada anak yang mengindikasikan
adanya kehangatan dan perasaan positif akan kesenangan penerimaan
terhadap perilaku anak, misalnya ekspresi verbal (tidak menghardik,
mengancam, mengejek, penolakan) maupun ekspresi non verbal
(berupa senyuman, pelukan) tidak merefleksikan kemarahan,
kecemasan akan perilaku anak.
- Proteksi yang tidak berlebihan
Tidak memberikan perlindungan kepada anak yang berlebihan.
Dengan indikator bahwa orangtua memberikan perlakuan yang di
antaranya: tiadanya perilaku memerintah dan batasan-batasan dari
orang tua terhadap upaya eksplorasi dan kemandirian, dan tidak
adanya perasaan khawatir atau cemas yang berlebihan ketika anak
melakukan sesuatu tindakan yang merugikan.
- Tiadanya hukuman fisik
10
berpusat pada orang tua. Orang tua sangat jarang terlibat dalam proses
memberi-menerima (take & give) dengan anaknya. Mereka mengekang
dan memaksa anak untuk bertindak seperti yang mereka inginkan. Selain
itu, mereka juga selalu menekankan bahwa pendapat orang dewasa paling
benar dan anak harus menerima dengan tidak mempertanyakan kebenaran
ataupun memberi komentar.
Pengasuhan ini lebih menekankan pada kebutuhan orang tua, sedangkan
ekspresi diri dan kemandirian anak ditekan atau dihalangi. Orang tua juga
sering menggunakan hukuman sebagai cara membentuk kepatuhan anak.
Anak yang dibesarkan dari pola pengasuhan seperti ini biasanya memiliki
kecenderungan emosi tidak stabil (moody), murung, takut, sedih, dan tidak
spontan. Anak laki- laki yang orang tuanya berpengasuhan authoritarian,
akan menjadi anak mudah marah dan bersikap menentang, sedangkan pada
anak perempuan akan menjadi sangat tergantung dan kurang dalam
bereksplorasi, serta menghindari tugas-tugas menantang (Bee & Boyd,
2004).
c. Permissive / permisif
Pada pengasuhan permisif orang tua hanya membuat sedikit perintah dan
jarang menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan pengasuhan anak
(Bee & (Andy & Boy, 2008)Boyd, 2004). Orang Tua bersikap responsif
terhadap kebutuhan anak tetapi mereka menghindari segala bentuk
tuntutan ataupun kontrol kepada anak-anak. Orang tua menerapkan sedikit
sekali disiplin dan sekalipun mereka menerapkan disiplin kepada anak,
mereka bersikap tidak konsisten dalam penerapan. Mereka memberikan
kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk berbuat semaunya dan anak
tidak dituntut untuk belajar bertingkah laku baik atau belajar mengerjakan
tugas-tugas rumah. Orang tua memperbolehkan anak untuk mengatur dan
membuat keputusan bagi diri sendiri, meskipun anak tersebut belum siap
untuk itu. Selain itu orang tua juga bersikap tidak menghukum dan
menerima serta menyetujui apa saja yang dilakukan anak. Orang tua
seperti ini tetap menyayangi anak tetapi menghindari pemberian perintah
kepada anak. Pada bentuk pengasuhan ini, orang tua memberi bimbingan
12
f. Komunikasi Orangtua
Bahasa dan bagaimana orangtua berkomunikasi dengan anak-anak mereka
secara langsung berpengaruh pada harga diri anak serta nilai- nilai yang
orang tua tunjukan pun berpengaruh. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa bahasa pada dasarnya mempengaruhi bagaimana
pikiran anak tumbuh dan berkembang.
Hubungan yang kita miliki dengan diri orang tua dan anak-anak mereka
akan mengurangi kekuatan untuk saling memusuhi. Semakin orang tua
menanamkan perhatian pada diri mereka sebagai orang tua, maka semakin
kita mendekati pengasuhan dari keseluruhan pandangan yang akan
diberikan kepada anak.
g. Kesalahan.
Sebagai orang tua, mereka harus bisa belajar dari kesalahan- kesalahan
yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Bagaimana cara mereka
memandang kesalahan-kesalahan dan konflik-konflik memiliki pengaruh
langsung terhadap bagaimana anak belajar untuk melihat kesalahan-
kesalahan mereka. Sehingga anak-anak akan dapat memutuskan keputusan
dalam hidup mereka sendiri saat remaja dan saat tumbuh dewasa. Tugas
sebagai orang tua tidak hanya menunjukkan bagaimana untuk membuat
keputusan yang baik, namun juga bagaimana mereka merespon dan belajar
dari keputusan yang buruk ataupun tidak baik. Orang tua memberikan
pengarahan dan pendidikan kepada anak agar kesalahan yang dilakukan
anak tidak di ulang kembali.
h. Kasih Sayang Tanpa Syarat
Anak-anak sangat membutuhkan kasih sayang orang tua tanpa syarat.
Kasih sayang tanpa syarat adalah kasih sayang yang melebihi apapun,
kesalahan dan apapun pandangan-pandangan orang tua didalamnya.
Anak-anak tidak perlu membayar kasih sayang orang tua dengan berbagai
metodologi-metodologi yang kita gunakan untuk mengontrol hidup
mereka. Yang terpenting adalah bagaimana orang tua memberikan kasih
sayang kepada anak-anak. Hal yang mustahil untuk memberikan cinta
kepada anak-anak adalah jika orang tua tidak pernah memelihara cinta
14
dalam diri mereka. Oleh karena itu untuk dapat menebarkan cinta pada
anak mereka, mereka harus terlebih dahulu memelihara cinta dalam diri
mereka.
i. Permainan
Permainan memperkenankan anak untuk menggunakan kreatifitasnya saat
mengembangkan imajinasi, ketangkasan, dan fisik mereka, serta kekuatan
kognitif dan emosional mereka. Permainan sangat penting untuk kesehatan
perkembangan otak anak. Melalui permaianan anak pada usia yang sangat
dini meningkatkan dan mempengaruhi dunia yang ada di sekitar mereka.
Permainan membuat anak-anak mampu membuat dan mengeksplor dunia
yang dia kuasai, menyingkirkan ketakutan mereka ketika berperan sebagai
seorang dewasa. Permaianan membantu mereka mengembangkan
kemampuan-kemampuan baru mereka yang dapat menuntun mereka untuk
meningkatkan kepercayaan diri dan ketabahan yang mereka butuhkan
untuk menghadapi tantangan dimasa depan.
Permainan secara tidak langsung memperkenankan mereka untuk belajar
bagaimana untuk bekerja dalam kelompok, untuk berbagi, untuk
bernegosiasi, untuk mengatasi masalah, dan untuk belajar kemampuan
membela diri. Ketika permainan diperkenankan untuk menjadi perangsang
bagi anak, maka anak-anak akan belajar kemampuan membuat keputusan,
berpindah, menemukan, dan meningkatkan keinginan mereka secara
penuh.
j. Hubungan
Anak-anak membutuhkan bimbingan dan struktur ynag digunakan untuk
mengembangkan tanggung jawab, ketelitian, perhatian dan kesehatan masa
dewasa mereka. Orang tua hanya perlu berfokus pada pembentukan sebuah
hubungan kasih sayang, yang mana akan mustahil untuk dilakukan jika
orang dewasa mengadili secara kritis. Anak-anak tidak akan belajar dan
mempertahankan dirinya dalam waktu yang sama.
Inti pokok dari sebuah hubungan orang tua dan anak adalah orang tua
dapat mengajarkan kasih sayang. Mereka hanya bisa mengasihi dan
keadaan alamiah anak akan merespon kasih sayang tersebut. Dari 2 aspek
15
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi
Temper Tantrum merupakan sebuah letupan emosi yang meledak
dan tidak dapat terkontrol. Perilaku ini biasanya, terjadi pada anak usia 15
bulan sampai dengan 3 tahun, bahkan berlanjut hingga usia 5-6 tahun.8
Tantrum atau yang juga disebut sebagai temper tantrum, dapat diartikan
sebagai ledakan emosi marah, yang biasanya terjadi pada tahapan usia
anak 18 bulan hingga 3 tahun. Tak jarang pula berlanjut hingga usia 5-6
tahun (Eileen Hayes, 2003).
Perilaku tantrum adalah salah satu tahap perkembangan emosi,
yang sering terjadi pada anak usia dini. Emosi merupakan ungkapan
suasana hati, dan biasanya ditandai dengan suatu perilaku yang akan
ditunjukkan oleh setiap masing-masing individu.10
Salkind mendefinisikan bahwa, temper tantrum merupakan
perilaku destruktif, dalam bentuk luapan yang dapat bersifat fisik seperti
memukul, mendorong, mambanting suatu benda ataupun dalam bentuk
verbal, seperti berteriak, menangis, menjerit maupun merengek (Neil J
Salkind, 2002). Pada dasarnya, anak berperilaku tantrum merupakan hal
yang wajar, namun jika tidak diatasi dengan baik, maka perilaku tersebut
akan mempengaruhi pada perkembangan sosial-emosional anak hingga
tahap selanjutnya (Elizabeth B. Hurlock, 1978).
Perilaku temper tantrum adalah salah satu dari berbagai kelainan
kebiasaan pada anak. Tindakan demikian, merupakan sebagai upaya anak
untuk memaksakan kehendaknya, agar dikabulkan oleh orang tuanya.
Anak yang mengalami tantrum, ditandai dengan perbuatan menjerit,
menangis, berteriak, memukul dan sebagainya (Kartono Kartini, 1991).
Hal ini juga seperti yang diungkapkan oleh Maslim bahwa tantrum
merupakan gangguan tingkah laku yang terjadi pada anak usia tiga sampai
tujuh tahun. Gangguan ini biasanya ditandai dengan suatu perilaku
20
Pada usia 0-5 th adalah masa usia emas bagi anak-anak pada masa ini fisik
dan psikis anak sedang berkembang pesat orang tua bertanggung jawab untuk
menstimulasi setiap gerakan motorik anak dan kecerdasan otaknya dengan
berbagai rangsangan dan aktifitas yang disediakan contohnya dengan memilih
permainan yang tepat bagi anak. Orang tua harus memilih permainan yang
sesuai dengan perkembangan anak untuk merangsang kecerdasan dan
mengasah kemampuan motorik kasar dan halus mereka.
Usia 3-5 tahun adalah masa yang tepat untuk mengenalkan permainan
yang bisa melatih sisi emosional anak dalam hal ini orang tua bisa mengajak
anak bermain permainan hewan dalam bentuk 3 dimensi. Buat cerita dengan
figur para binatang dan anak akan menyimak serta hanyut dalam cerita yang
Anda gulirkan.
Permainan lain yang dapat melatih daya motorik kasar anak adalah
bermain bola dan menunjuk striker dan kipernya. Ajarkan anak permainan
bola sederhana seperti apa itu gol, cara menendang bola, dan cara menangkap
bola. Anda juga bisa memberikan permainan yang melatih kemampuan
memecahkan masalah sederhana. Pada usia 3 tahun anak sudah bisa diajak
25
BAB IV
PENGORGANISASIAN
LEADER
Desvita Anasyach
Co LEADER
Alfitriyani
OBSERVER PENDAMPING
OBSERVER
Widya Nur Azizah
Liza Kamelia
ANGGOTA
Balqies Ariana
Rizkia Safitri
Lolita Dewi A
Widia
Dewi Arianti
Septianti Eka P
Aldiansyah
Namira Riyanto P
Mutiara
Sandra Dewi S
Serly Malinda
Donna Kusuma
Dwi Dian N
Yunang Wijaya
SAP
(SATUAN ACARA PENYULUHAN)
Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Tantrum
B. TUJUAN KHUSUS
1.
1.
D. METODE
E.
1. Ceramah
2.
2. Simulasi bermain
7.
F. MEDIA
G.
1. Materi SAP
2. Leaflet
3. Proyektor
1.
Temper Tantrum
a. Definisi
Temper Tantrum merupakan sebuah letupan emosi yang meledak
dan tidak dapat terkontrol. Perilaku ini biasanya, terjadi pada anak usia 15
bulan sampai dengan 3 tahun, bahkan berlanjut hingga usia 5-6 tahun.8
Tantrum atau yang juga disebut sebagai temper tantrum, dapat diartikan
sebagai ledakan emosi marah, yang biasanya terjadi pada tahapan usia
anak 18 bulan hingga 3 tahun. Tak jarang pula berlanjut hingga usia 5-6
tahun (Eileen Hayes, 2003).
Perilaku tantrum adalah salah satu tahap perkembangan emosi,
yang sering terjadi pada anak usia dini. Emosi merupakan ungkapan
suasana hati, dan biasanya ditandai dengan suatu perilaku yang akan
ditunjukkan oleh setiap masing-masing individu.10
Salkind mendefinisikan bahwa, temper tantrum merupakan
perilaku destruktif, dalam bentuk luapan yang dapat bersifat fisik seperti
memukul, mendorong, mambanting suatu benda ataupun dalam bentuk
29
Pada usia 0-5 th adalah masa usia emas bagi anak-anak pada masa ini fisik
dan psikis anak sedang berkembang pesat orang tua bertanggung jawab untuk
menstimulasi setiap gerakan motorik anak dan kecerdasan otaknya dengan
berbagai rangsangan dan aktifitas yang disediakan contohnya dengan memilih
permainan yang tepat bagi anak. Orang tua harus memilih permainan yang
sesuai dengan perkembangan anak untuk merangsang kecerdasan dan
mengasah kemampuan motorik kasar dan halus mereka.
Usia 3-5 tahun adalah masa yang tepat untuk mengenalkan permainan
yang bisa melatih sisi emosional anak dalam hal ini orang tua bisa mengajak
anak bermain permainan hewan dalam bentuk 3 dimensi. Buat cerita dengan
figur para binatang dan anak akan menyimak serta hanyut dalam cerita yang
Anda gulirkan.
Permainan lain yang dapat melatih daya motorik kasar anak adalah
bermain bola dan menunjuk striker dan kipernya. Ajarkan anak permainan
bola sederhana seperti apa itu gol, cara menendang bola, dan cara menangkap
bola. Anda juga bisa memberikan permainan yang melatih kemampuan
memecahkan masalah sederhana. Pada usia 3 tahun anak sudah bisa diajak
berkomunikasi dan mengerti cara menyelesaikan masalah sederhana. Berikan
permainan yang merangsang daya analisis pada anak seperti permainan puzzle
untuk mengenalkan bentuk dan warna serta melatih kesabaran pada anak.
Sediakan juga beberapa balok dan giring anak menyusun balok menjadi
sebuah menara. Siapkan juga kertas dengan gambar buah-buahan dan biarkan
anak menempelinya dengan stiker sesuai warna buah tersebut cara ini akan
membantu anak memiliki kemampuan problem solving yang baik.
70 Menit Permainan:
Bermain puzzle Anak PAUD
Bermain congklak Pengarah
Menyanyikan yel-yel (Mutiara, Namira,
Bermain tebak-tebakan Sandra, Donna,
Dwi, Serly)
36
15 Menit Penutupan:
Memberikan bingkisan ke Leader ( Desvita )
peserta
Mengucapkan terima kasih
atas peran peserta
Mengucapkan salam
penutup
37
DAFTAR PUSTAKA
Andy, B., & Boy. (2008). Temper Tantrum In Healthy Versus Depressed And Disruptif
Preschooler. Jakarta: Erlangga.
Eileen, H. (2003). Tantrum (panduan Memahami dan memahami ledakan emosi anak). jakarta:
Erlangga.
K, A. (2012). Ternyata Selalu Mengalah itu Tidak Baik. Jakarta: Java Litera.
Rusdi, M. (2003). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas ppdgj-III. JAKARTA:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rujukan FK atma jaya.