Anda di halaman 1dari 23

TEMPER TANTRUM PADA USIA TODDLER

Dosen Pengampu : Risnawati, M.Keb

Dibuat Oleh :

Enci Nurhazijah

Sinta Nuriah

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas


makalah yang berjudul “Temper Tantrum Pada Usia Toddler” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Risnawati, M.Keb . yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami pelajari. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 4 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Tantrum
B. Faktor - faktor Penyebab
C. Jenis Tantrum Pada Anak
D. Mengatasi Tantrum Pada Anak
E. Mencegah Tantrum Pada Anak
F. Hal yang Perlu Dilakukan Orang Tua saat Tantrum pada Anak Terjadi
G. Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua setelah Tantrum pada Anak
Selesai
H. Kapan Tantrum pada Anak Perlu Dikhawatirkan?
BAB 3 JURNAL
A. Nasional
B. Internasional
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap anak akan mengalami satu periode yang dinamakan masa


keemasan atau yang disebut golden age period saat usia dini, dimana saat itu
anak akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan
pengaruh dari luar. Saat masa keemasan atau golden age period, anak akan
mengalami tingkat perkembangan yang sangat drastis dimulai dari
perkembangan berpikir, perkembangan emosi, perkembangan motorik,
perkembangan fisik, dan perkembangan sosial. Peningkatan perkembangan
ini terjadi saat anak berusia 0 – 8 tahun, dan lonjakan perkembangan ini tidak
akan terjadi lagi di periode selanjutnya (Anas, 2013).
Pada usia 1 sampai 3 tahun atau yang disebut masa toddler, orang tua
terutama ibu harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan terhadap
kemampuan anak untuk mengontrol dan senang dengan keberhasilan dan
usaha membuat keterampilan baru. Namun ketidakberhasilan usaha
pengontrolan dapat menimbulkan perilaku negatif seperti menghentak,
membanting barang, merengek, menangis, menjerit dan sebagainya , dimana
hal itu menunjukkan ego dan self power dalam diri mereka tumbuh dan terjadi
temper tantrum (Perry dan Potter dalam Watson, 2010). Temper tantrum
merupakan ketidakmampuan untuk mengontrol emosi yang berkaitan dengan
penurunan toleransi terhadap frustrasi (Soetjiningsih, 2011). Temper tantrum
rentan terjadi pada anak yang berusia 1 sampai 3 tahun (Sururinah, 2010).
Perilaku temper tantrum diikuti oleh tingkah laku seperti menangis dengan
keras, berguling-guling dilantai, menjerit, melempar barang, memukul- mukul,
menendang, dan berbagai kegiatan lainnya (Mashar, 2011).
Penelitian yang dilakukan di Chichago 50-80% temper tantrum ini terjadi pada
usia 2-3 tahun terjadi seminggu sekali, 20% terjadi hampir setiap hari, dan 3
atau lebih temper tantrum terjadi selama kurang lebih 15 menit (Tiffany,
2012). Penelitian lain di Northwestern Feinberg berdasarkan survei dari
hampir 1.500 orang tua, studi ini menemukan bahwa 84% dari anak-anak usia
2-5 tahun meluapkan frustasinya dengan mengamuk dalam satu bulan
terakhir, dan 8,6% diantaranya memiliki tantrum sehari-hari yang justru jika itu
terjadi setiap hari merupakan tidak normal (Wakschlag, 2012). Sedangkan di
Indonesia, balita yang biasanya mengalami ini dalam waktu satu tahun, 23
sampai 83 persen dari anak usia 2 hingga 4 tahun pernah mengalami temper
tantrum (Psikologi Zone, 2012 dalam Zakiyah 2016). Di Indonesia, jumlah
balita 10% dari jumlah penduduk, dimana prevalensi (rata-rata) gangguan
perkembangan bervariasi, yaitu 12,8% sampai dengan 16% . Berdasarkan
data Dinas Kesehatan tingkat I Propinsi Jawa Timur 2013, untuk deteksi
tumbuh kembang balita di Jawa Timur di tetapkan 85%, tetapi cakupan
diperiksa 50-65%, dan mengalami perkembangan tidak optimal sebanyak
0,18% (Dinkes Propinsi Jawa Timur, 2013).
Satu hal penting yang mempengaruhi temper tantrum adalah pola asuh orang
tua (Syamsuddin, 2013). Pola asuh merupakan cara orang tua dalam
mendidik dan mempengaruhi anak dalam mencapai tujuan yang diajukan oleh
sikap dan perubahan tingkah laku pada anak, cara mendidik anak dalam
keluarga dengan baik, akan menumbuhkan perkembangan kepribadian anak
yang baik, menjadi pribadi yang kuat, dan memiliki sikap positif jasmani
rohani , serta intelektual yang berkembang secara optimal (Santrock, 2011).
Cara orang tua dalam mengasuh anaknya, berperan menyebabkan tantrum.
Misalnya, pada pola asuh otoriter, orang tua menerapkan aturan-aturan dan
batasan-batasan yang mutlak harus dituruti oleh anak, apapun yang
dilakukan oleh anak ditentukan oleh orang tua. Sehingga anak menjadi
depresi dan stres karena selalu ditekan dan dipaksa untuk menurut apa kata
orangtua, padahal mereka tidak menghendaki. Hasan (2011), mengemukakan
bahwa cara orang tua mengasuh anak berperan untuk menyebabkan tantrum,
semakin orang tua bersikap otoriter, semakin besar kemungkinan anak
bereaksi dengan amarah. Berbeda halnya dengan pengasuhan demokratis.
Pengasuhan ini menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk
membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan akan
menghasilkan anak yang memiliki penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.
Sehingga pengasuhan ini dapat mengurangi perilaku temper tantrum.
Menurut Hurlock (2010: 85) , dalam menerapkan pola asuh terhadap anak,
terdapat unsur-unsur penting yang dapat mempengaruhi pembentukan pola
asuh pada anak, yaitu menciptakan aturan yang wajar, pemberian hukuman
dan penghargaan, memberikan cinta dan kasih sayang, konsisten dalam
mengasuh, menjadi model yang baik untuk anak, serta memberikan tanggung
jawab kepada anak.
Temper tantrum mengakibatkan hal yang berbahaya, misalnya saja anak
yang melampiaskan kekesalannya dengan cara guling-guling dilantai yang
keras, hal tersebut dapat mengakibatkan anak menjadi cidera. Anak yang
melampiaskan amarahnya dapat menyakiti dirinya sendiri bahkan orang lain
dan benda-benda disekitarnya menjadi rusak. Apabila temper tantrum tidak
segera ditangani sejak dini, maka akan menimbulkan masalah sampai masa
dewasa. Sebuah fakta penelitian mengungkapkan bahwa, anak yang
pemarah (temper tantrum) sering tumbuh menjadi orang dewasa yang
pemarah (temper tantrum) pula (Hasan Maimunah, 2009).
Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu terhadap pola asuh
anak temper tantrum adalah dengan menjadi ibu yang berperan mengambil
tanggung jawab untuk mengasuh dan mendidik anak. Dalam kasus temper
tantrum, tanggung jawab tersebut dapat diwujudkan dalam pola asuh ibu saat
menangani perilaku negatif yang muncul. Pola asuh yang sesuai hanya dapat
dicapai apabila seorang ibu memiliki pemahaman yang benar mengenai
kondisi anaknya, khususnya mengenai perilaku temper tantrum yang
diekspresikan oleh anaknya. Dengan berbekal pengetahuan tentang temper
tantrum, diharapkan seorang ibu bisa memberikan pola asuh yang sesuai
(pola asuh demokratis) untuk anaknya (Kartono, 1992 dalam Melati, 2017).
Berdasarkan data-data di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Temper Tantrum pada Usia Toddler“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah


penelitian adalah: “Bagaimanakah Temper Tantrum pada Usia Toddler ?”

C. Tujuan

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan pola asuh anak
temper tantrum pada usia toddler.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tantrum

Tantrum merupakan hal yang sering kita temui pada anak-anak. Tantrum
pada anak ini bisa membuat orang tua menjadi frustasi. Tetapi daripada
melihatnya sebagai bencana, Moms dan Dads bisa memperlakukan
amukan ini sebagai kesempatan untuk mengajari anak hal yang
benar.Amukan kemarahan bisa terjadi dari merengek dan menangis
hingga berteriak, menendang, memukul, dan menahan napas. Hal ini
sama-sama umum terjadi pada anak laki-laki dan perempuan dan
biasanya terjadi antara rentang usia 1 hingga 3 tahun.

“Tantrum bukanlah suatu penyakit namun sebuah gangguan yang


memerlukan penanganan khusus,” terang dr. Robert Soetandio, Dokter
Spesialis Anak, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Tantrum adalah ledakan emosi yang dirasakan oleh anak-anak atau


orang dewasa yang memiliki masalah dalam emosional. Biasanya
tantrum terjadi pada usia 1,5-2 tahun dan sebaiknya sudah hilang pada
usia 4-5 tahun. Anak dengan usia 1,5-2 tahun memiliki kendala bahasa
yang belum lancar, sehingga anak belum bisa mengenali emosi yang
dirasakannya. Beberapa anak mungkin sering mengamuk, dan yang lain
jarang mengalaminya. Tantrum adalah bagian normal dari
perkembangan anak. Begitulah cara anak kecil menunjukkan bahwa
mereka kesal atau frustrasi.Menurut dr. Robert, tantrum juga ditandai
dengan sikap keras kepala, menangis keras, marah-marah, dan sulit
menenangkan diri. Hal ini umum terjadi pada anak. Kejadian tantrum
pada anak disinyalir erat kaitannya dengan cara berkomunikasi
anak tersebut.

B. Faktor - Faktor Penyebab


Tantrum pada anak usia 1-3 tahun adalah hal yang biasa terjadi. Ini
karena keterampilan sosial dan emosional anak-anak baru mulai
berkembang pada usia ini. Anak-anak sering kali tidak memiliki kata-
kata untuk mengekspresikan emosi yang besar. Mereka mungkin sedang
menguji kemandirian mereka yang semakin besar. Dan mereka
menemukan bahwa cara mereka berperilaku dapat memengaruhi cara
orang lain berperilaku. Jadi tantrum pada anak adalah salah satu cara
anak kecil mengekspresikan dan mengelola perasaan, dan mencoba
memahami atau mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka. Anak-
anak yang lebih besar juga bisa mengamuk. Ini bisa jadi karena mereka
belum mempelajari cara yang lebih tepat untuk mengekspresikan atau
mengelola perasaan. Untuk balita dan anak yang lebih besar, ada
beberapa hal yang dapat membuat tantrum pada anak adalah:

 Temperamen. Dapat memengaruhi seberapa cepat dan kuat


reaksi anak-anak terhadap hal-hal seperti peristiwa yang membuat
frustrasi. Anak-anak yang mudah marah mungkin lebih cenderung
mengamuk.
 Stres, lapar, kelelahan, dan stimulasi berlebihan. Hal ini dapat
mempersulit anak-anak untuk mengekspresikan dan mengelola
perasaan dan perilaku.
 Situasi yang tidak dapat diatasi oleh anak-anak.Misalnya,
balita mungkin kesulitan mengatasinya jika anak yang lebih besar
mengambil mainan.
 Emosi yang kuat. Misalnya kekhawatiran, ketakutan, rasa malu
dan amarah dapat menjadi beban bagi anak-anak.
C. Jenis Tantrum pada Anak

Ada beberapa jenis tantrum pada anak. Untuk mengetahuinya lebih


lanjut, sebagai berikut :

1. Tantrum Manipulatif

Tantrum pada anak ini muncul ketika keinginan anak tidak terpenuhi
dengan baik. Tidak semua anak mengalami tantrum ini. Kebanyakan
tantrum manipulatif muncul akibat adanya penolakan atas keinginannya.
Cara untuk mengatasi tantrum jenis ini adalah dengan  menenangkan si
kecil. Moms dapat membawa anak ke tempat yang lebih tenang, pantau
anak dan awasi, bebaskan ia untuk melakukan apa yang ia mau untuk
bisa meluapkan emosinya.

Emosi Moms harus tetap terjaga, jangan ikutan tantrum,ya. Jika anak
sudah tenang, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku seperti
tadi tidak bisa diterima, tentu dengan kata-kata yang mudah dimengerti
oleh anak. Beri penjelasan yang baik bagaimana seharusnya anak
bersikap untuk mendapatkan yang dia inginkan. Jika dengan cara ini
anak masih mengalami tantrum, cara terbaik mengurangi perilaku ini
adalah dengan mengabaikannya. Ajak anak untuk melakukan kegiatan
lain yang menyenangkan. Jika masih kesulitan mengatasinya, bisa
berkonsultasi langsung dengan psikolog anak dan remaja.

2. Tantrum Frustasi

Dalam jurnal Temper Tantrums, jenis tantrum pada anak ini adalah


episode singkat dari perilaku ekstrem, tidak menyenangkan, dan
terkadang agresif sebagai respons terhadap frustrasi atau kemarahan.
Terjadi karena anak belum bisa mengekspresikan dirinya dengan baik.
Anak berusia 18 bulan rentan alami kondisi ini, akibat merasa kesulitan
mengatakan dan mengekspresikan apa yang dirasakan pada orang lain.
Faktor lain yang juga mempengaruhi antara lain kelelahan, kelaparan,
atau gagal melakukan sesuatu.Cara untuk mengatasi tantrum frustasi
adalah dengan dekati anak dan buatlah anak menjadi tenang. Lalu,
bantu anak untuk menyelesaikan apa yang tidak bisa ia lakukan.

Setelah anak tenang dan berhasil melakukan apa yang ia inginkan,


berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku yang dilakukan tidak
baik.Ajari anak untuk meminta pertolongan kepada orang tua atau orang
lain yang telah dikenalnya. Sesekali memberikan pujian kepada anak
jika ia berhasil melakukan sesuatu tanpa tantrum. Saat anak meminta
pertolongan berikan pertolongan dengan lembut dan kasih sayang.
Moms harus memberikan disiplin dan konsistensi kepada anak,
dibutuhkan sikap tenang dalam menghadapi anak yang tantrum.
Kebanyakan orang tua tidak tega lalu memberi yang diinginkan anak
atau orang tua marah melihat perilaku anak. Hal itu akan memperparah
tantrum, sebab anak akan berpikir perilakunya efektif untuk meminta
sesuatu. Bagi orang tua yang tidak dapat merawat anaknya sendiri dan
menggunakan jasa pengasuh anak, pendidikan anak tetaplah berpusat
pada orang tuanya. Kendati orang tua sibuk bekerja
namun perkembangan anak harus tetap diketahui.

Latih para pengasuh untuk bisa menangani anak dengan cara yang
sama dengan orang tua mendidiknya. Jangan sampai orang tuanya
konsisten, pengasuhnya tidak konsisten.Tantrum pada anak memang
terkadang merepotkan. Namun, peran orang tua dibutuhkan untuk
membantu perkembangan dan karakter anak. Ketika menenangkan
anak, sebaiknya orang tua menghindari tindakan kekerasan pada anak
agar anak merasa dihargai.Orang tua adalah panutan bagi anak, jadi
sebaiknya lakukan perilaku yang bisa dijadikan pelajaran untuk anak.
Hindari sikap marah saat anak kita tantrum.

D. Mengatasi Tantrum pada Anak

Mungkin tidak ada cara yang mudah untuk mencegah amukan anak,
tetapi ada banyak hal yang dapat Moms lakukan untuk mendorong
perilaku yang baik bahkan pada anak-anak yang masih kecil sekalipun.
Tips mengatasi tantrum pada anak yang bisa Moms lakukan adalah:

 Bersikaplah konsisten. Tetapkan rutinitas harian agar anak


Moms tahu apa yang diharapkan. Patuhi rutinitas sebanyak mungkin,
termasuk waktu tidur siang dan waktu tidur. Tetapkan batasan yang
masuk akal dan ikuti secara konsisten.
 Rencanakan ke depan. Lakukan tugas saat anak tidak lapar atau
lelah. Jika Moms ingin, bisa kemasi mainan kecil atau  makanan ringan
untuk anak.
 Dorong anak untuk mengungkapkan kekesalannya. Anak kecil
memahami lebih banyak kata daripada yang bisa mereka ungkapkan.
Jika anak belum bisa berbicara, ajarkan dia bahasa isyarat untuk kata-
kata seperti "Saya ingin", "lebih", "minum", "sakit hati", dan "lelah".
Seiring bertambahnya usia anak, bantu dia mengungkapkan
perasaannya dengan kata-kata.
 Biarkan anak membuat pilihan. Hindari mengatakan "tidak"
untuk semuanya. Untuk memberi anak rasa kendali, biarkan dia
membuat pilihan. "Apakah kamu ingin memakai baju merah atau baju
biru Anda?" "Apakah Anda ingin makan stroberi atau pisang?"
 Puji perilaku yang baik. Berikan perhatian ekstra saat anak
berperilaku baik. Peluk anak atau beri tahu anak betapa bangganya kita
ketika dia membagikan atau mengikuti arahan.
 Hindari situasi yang bisa memicu tantrum. Jangan berikan
anak mainan yang terlalu canggih untuknya. Jika anak meminta mainan
atau camilan saat berbelanja, cobalah untuk menghindari area yang
memiliki godaan ini.

E. Mencegah Tantrum pada Anak

Meskipun tantrum pada anak terkadang terjadi tanpa peringatan, orang


tua sejatinya sudah tahu kapan anak mereka mengalami temper
tantrum. Mengetahui kapan anak akan mengalami hal ini dan tahu
bagaimana mencegah temper tantrum bisa sangat membantu.

Misalnya karena kita tidak akan membiarkan anak menjadi terlalu lelah
karena tantrum atau lapar karenanya.

Mengutip dari Stanford’s Children Health, beberapa cara yang bisa


orang tua lakukan untuk mencegah tantrum pada anak, seperti:

 Tetap melakukan rutinitas untuk waktu makan dan tidur. Jangan


pergi jalan-jalan yang jauh, atau menunda makan dan tidur siang anak.
 Mengalihkan perhatian anak dengan mainan yang biasa anak
mainkan atau mainan favorit Si Kecil.
 Temper tantrum pada anak merupakan hal yang wajar. Ingatlah
bahwa anak memiliki kekurangannya masing-masing.
 Bantu anak untuk mencegah frustrasi. Persiapkan anak untuk
perubahan dengan membicarakannya sebelum terjadi.
 Jelaskan pada anak mengenai aturan apa yang harus ia ketahui.
F. Hal yang Perlu Dilakukan Orang Tua saat Tantrum pada

Anak Terjadi

Dikutip dari KidsHealth, menghadapi tantrum pada anak tidak boleh


dengan emosi lho Moms. Tetap tenang saat menanggapi tantrum pada
anak adalah kunci. Jangan memperumit masalah dengan rasa frustrasi
atau amarah Moms sendiri. Ingatkan diri Moms bahwa tugas Moms
adalah membantu anak belajar tenang. Jadi Moms juga harus tenang.

Tantrum harus ditangani secara berbeda tergantung pada mengapa


anak marah. Terkadang, Moms mungkin perlu memberikan penghiburan.
Jika anak lelah atau lapar, inilah waktunya untuk tidur siang atau makan
camilan. Di lain waktu, sebaiknya abaikan ledakan atau alihkan
perhatian anakdengan aktivitas baru.

Jika tantrum pada anak terjadi untuk mendapatkan perhatian orang tua,
salah satu cara terbaik untuk mengurangi perilaku ini adalah dengan
mengabaikannya. Jika amukan terjadi setelah anak ditolak, tetaplah
tenang dan jangan memberikan banyak penjelasan mengapa anak tidak
bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Lanjutkan ke aktivitas lain
bersama anak.

Jika tantrum terjadi setelah anak disuruh melakukan sesuatu yang tidak
ingin dia lakukan, sebaiknya abaikan amukan tersebut. Tetapi pastikan
Moms melanjutkan dengan meminta anak menyelesaikan tugas setelah
dia tenang.

Anak-anak yang berada dalam bahaya melukai diri sendiri atau orang
lain selama tantrum harus dibawa ke tempat yang tenang dan aman
untuk menenangkan diri. Ini juga berlaku untuk amukan di tempat umum.
Jika ada masalah keamanan dan balita mengulangi perilaku terlarang
tersebut setelah disuruh berhenti, gunakan waktu istirahat atau pegang
anak dengan kuat selama beberapa menit. Bersikaplah konsisten.
Jangan menyerah pada masalah keamanan.

Anak-anak prasekolah dan anak-anak yang lebih tua lebih cenderung


menggunakan tantrum untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan
jika mereka mengetahui bahwa perilaku ini berhasil. Untuk anak-anak
usia sekolah, pantas untuk mengirim mereka ke kamar mereka untuk
menenangkan diri sambil tidak terlalu memperhatikan perilakunya.

Daripada menetapkan batas waktu tertentu, beri tahu anak untuk tetap
berada di kamar sampai dia mendapatkan kembali kendali. Ini
memberdayakan - anak-anak dapat memengaruhi hasil dengan tindakan
mereka sendiri, dan dengan demikian mendapatkan rasa kendali yang
hilang selama amukan. Tetapi jika waktu istirahat itu untuk mengamuk
ditambah perilaku negatif (seperti memukul), tetapkan batas waktu.

Jangan menghargai tantrum pada anak dengan mengalah. Ini hanya


akan membuktikan kepada Si Kecil bahwa tantrum itu efektif.

G. Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua setelah Tantrum

pada Anak Selesai

Puji anak karena mendapatkan kembali kendali, misalnya, "Ibu suka


cara kamu menenangkan diri." Anak-anak mungkin sangat rentan
setelah mengamuk ketika mereka tahu bahwa mereka kurang
menggemaskan. Sekarang (ketika anak tenang) adalah waktu untuk
pelukan dan kepastian bahwa anak dicintai, apa pun yang terjadi.
Pastikan anak cukup tidur. Dengan terlalu sedikit tidur, anak-anak bisa
menjadi hiper, tidak menyenangkan, dan berperilaku ekstrem. Tidur
yang cukup dapat mengurangi amukan secara dramatis. Cari tahu
berapa lama waktu tidur yang dibutuhkan pada usia anak. Sebagian
besar kebutuhan tidur anak berada dalam rentang jam tertentu
berdasarkan usia mereka, tetapi setiap anak memiliki kebutuhan
tidurnya sendiri.

H. Kapan Tantrum pada Anak Perlu Dikhawatirkan?

Dikutip dari Nct.org.uk, jika Moms sangat mengkhawatirkan perilaku


tantrum pada anak, bicarakan dengan praktisi kesehatan atau dokter.
Bicarakan juga dengan dokter jika:

 Anda sering merasa marah dan lepas kendali saat menghadapi


tantrum.
 Anda terus menyerah.
 Amukan memengaruhi hubungan antara Anda dan anak Anda.
 Amukan lebih sering terjadi, lebih buruk dan berlangsung lebih
lama.
 Anak Anda melukai dirinya sendiri atau orang lain.
 Anak Anda selalu menentang Anda, sering bertengkar, dan hampir
tidak pernah bekerja sama dengan Anda.

Jadi Moms jangan khawatir jika terjadi tantrum pada anak, karena hal ini
merupakan masalah yang wajar. Seiring anak beranjak semakin
dewasa, hal ini akan perlahan berkurang, namun tidak hilang. Karena
temper tantrum bahkan bisa terjadi pada orang dewasa.
BAB 3

JURNAL

A. Jurnal Nasional
B. Jurnal Internasional
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anak yang menunjukan perilaku temper tantrum jangan sekali-kali dimarahi


dan diberi hukuman, karena temper tantrumnya akan semakin menjadi – jadi,
akan tetapi berilah perlakuan yang nyaman aman menyenangkan,
kehangatan, kelembutan, dan kesejukan pada anak dengan penuh cinta dan
kasih sayang. Ajak anak berbicara apa yang ia inginkan, bukan berarti setiap
keinginannya dipenuhi, tapi beri penjelasan alasan yang bisa dipahami anak,
apabila ada keinginannya yang tidak bisa dipenuhi, dan beri alternative lain
untuk memenuhi keinginannya itu.

DAFTAR PUSTAKA

Don H.Fontenelle.(1983). Understanding and Managing Over Active


Children.USA : Prentice Hall, Inc
David Thomas. (1978). The Social Psychology of Childhood Disabality.
London : Methuen & Coltd.
Hurlock.E.B. (1978).Perkembangan Anak.Jakarta : Erlangga.
Johanna Turner.(1977).Psychology for The Classroom. London : Methuen.
Siti Supartini. (1990). Psikologi Perkembangan.Yogyakarta : FIP IKIP
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai