1, Maret 2019
Diyah Arini, Dwi Ernawati, Dini Mei Widayanti, Dwi Oktaviana Widyaningrum
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya
diyaharini76@yahoo.co.id
ABSTRAK
Pendahuluan: Anak toddler adalah anak usia 12–36 bulan, dimana masa
eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu
bagaimana semua terjadi. Tantrum yaitu luapan emosi yang meledak-ledak dan
tidak terkontrol. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas reinforcing
competing behaviors terhadap perilaku tantrum anak toddler. Metode: Desain
penelitian menggunakan quasi eksperimental. Populasi sebanyak 65 anak usia 1-3
tahun yang tantrum. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random
sampling sebanyak 56 anak usia 1-3 tahun yang tantrum, dan dibagi dalam
kelompok kontrol dan intervensi. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner, dan
analisa data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
pada kelompok intervensi (pre test) didapatkan hampir setengah 13 responden
(46.4%) anak mengalami tantrum sedang, sedangkan (post test) setengahnya
yaitu 14 responden (50.0%) anak mengalami tantrum sedang. Hasil uji
Wilcoxon menunjukkan nilai P = 0,003 < 0,05 H0 ditolak sehingga ada
perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikan reinforcing competing behaviors
terhadap perilaku tantrum. Kesimpulan: Implikasi hasil penelitian menunjukkan
reinforcing competing behaviors dapat mempengaruhi perilaku tantrum.
Diharapkan orang tua dapat menerapkan reinforcing competing behaviors saat
anak tantrum.
Kata kunci: tantrum, reinforcement, competing, behaviours, toddler.
ABSTRACT
20
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
tantrum, and divided into control and intervention groups. The instrument used is
questionnaire, and data analysis using Wilcoxon test. Results: The results showed
that in the intervention group (pre test), almost half of 13 respondents (46.4%) of
children had moderate tantrums, and half (50.0%) of the children had moderate
tantrums. Wilcoxon test results show that P = 0.003 <0.05 H0 is rejected so that
there is a difference between before and after given reinforcing competing
behaviors to tantrum behavior. Conclusion: The implications of the research
results show that reinforcing competing behaviors can influence tantrum
behavior. It is expected that parents can apply reinforcing competing behaviors
when the child tantrums.
Keywords: tantrum, reinforcement, competing, behaviours, toddler.
21
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
atau lebih temper tantrum terjadi memiliki beberapa hal positif seperti
selama kurang lebih 15 menit. anak memiliki keinginan
Penelitian lain di Northwestern menunjukkan independensinya, mulai
Feinberg berdasarkan survei dari mengekspresikan individualitas dalam
hampir 1.500 orang tua, studi ini mengemukakan pendapat,
menemukan bahwa 84% dari anak- mengeluarkan rasa marah dan
anak usia 2-5 tahun meluapkan frustrasi, serta berusaha membuat
frustasinya dengan mengamuk dalam orang dewasa atau orang tua mengerti
satu bulan terakhir, dan 8,6% saat anak merasa bingung, kelelahan
diantaranya memiliki tantrum sehari- atau sakit (Muttaqin, 2009). Ketika
hari yang justru jika itu terjadi setiap anak mengalami tantrum banyak
hari merupakan tidak normal orang tua yang beranggapan bahwa
(Wakschlag, 2012). Di Indonesia, hal tersebut merupakan perilaku yang
balita yang biasanya mengalami ini negatif. Pada saat orang tua bertindak
dalam waktu satu tahun, 23%-83% tidak tepat untuk menghentikan
dari anak usia 2-4 tahun pernah tantrum, orang tua melewatkan salah
mengalami temper tantrum satu kesempatan untuk membantu
(Psikologizone, 2012). Hasil anak menghadapi emosi yang normal
penelitian Hayes Eileen menunjukkan (marah, takut, frustasi) secara wajar.
bahwa 5%-20% anak memiliki Orang tua sering kali menghadapi
tantrum cukup parah. Para peneliti tantrum dengan cara yang salah
mengungkapkan bahwa tantrum yang diantaranya yaitu dengan menyerah
parah berlangsung lebih dari 15 menit kepada tantrum anak karena orang tua
dan terjadi tiga kali atau lebih dalam merasa malu ketika anaknya
sehari. Berdasarkan informasi mengalami tantrum ditempat umum,
tersebut dapat dikatakan 6,8% dari atau orang tua menyerah karena
502 sampel anak mengalami tantrum sindiran orang lain yang mengatakan
yang parah. Setengah dari 502 sampel bahwa mereka adalah orang tua yang
anak dengan tantrum parah tersebut tidak menyayangi anaknya. Beberapa
memiliki masalah tingkah laku orang tua berupaya meninggikan
(Hayes Eileen, 2009). Penelitian Gina suaranya dengan harapan anak dapat
dan Jessica (2007), ditemukan bahwa merespon secepatnya dan mau
orang tua sering sekali merespon anak mengikuti perintah orang tua, orang
yang tantrum dengan cara yang tidak tua juga segera memberikan janji
tepat, yakni 59 % mencoba yang belum tentu dapat ditepati,
menenangkan anak, 37 % bahkan ada orang tua yang
mengacuhkan dan sebanyak 31 % memberikan hukuman fisik seperti
menyuruh anak diam. memukul pantat anak dan mencubit
Perilaku tantrum tidak agar tantrum segera berakhir (Ita,
selamanya merupakan hal yang 2015).
negatif bagi perkembangan anak, Dariyo (2007), menjelaskan
namun jika ditelaah lebih dalam juga bahwa akibat yang ditimbulkan dari
22
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
temper tantrum ini cukup berbahaya, kemudian memuji tingkah laku anak
misalnya anak yang melampiaskan yang baik, dan hal tersebut dilakukan
kekesalannya dengan cara berguling- di depan orang lain (Darmadi, Hamid.
guling dilantai yang keras dapat (2010).
menyebabkan anak menjadi cedera. Penelitian ini bertujuan
Anak yang melampiaskan amarahnya menganalisis efektivitas reinforcing
dapat menyakiti dirinya sendiri, competing behaviors terhadap
menyakiti orang lain atau merusak perilaku tantrum pada anak usia
benda yang ada disekitarnya. Jika toddler di RW 5 Kelurahan Gundih
benda-benda yang ada disekitar anak Kecamatan Bubutan Surabaya”.
merupakan benda keras maka akan
sangat berbahaya karena anak dapat BAHAN DAN METODE
tersakiti dan mengalami cedera akibat Desain penelitian adalah dengan
dari tindakan tantrumnya. Tantrum menggunakan desain Quasi
yang tidak diatasi dapat Eksperimental. Populasi dalam
membahayakan fisik anak, selain itu penelitian ini adalah anak usia 1-3
anak tidak akan bisa mengendalikan tahun yang mengalami tantrum di RW
emosinya atau anak akan kehilangan 5 Kelurahan Gundih Kecamatan
kontrol dan akan lebih agresif. Hal ini Bubutan Surabaya sebanyak 65 anak.
akan mengakibatkan anak tidak bisa Besar sampel dalam penelitian ini
menghadapi lingkungan luar, tidak adalah sebanyak 56 anak. Teknik
bisa beradaptasi, tidak bisa mengatasi sampling yang digunakan dalam
masalah. Dampak buruk terjadinya penelitian ini adalah Probability
temper tantrum adalah anak akan Sampling dengan menggunakan
terbiasa menggunakan cara tantrum teknik Simple Random Sampling.
untuk mengekspresikan kemarahan Variabel independen pada
atau rasa frustasinya. Anak juga akan penelitian ini adalah reinforcing
belajar bahwa dia dapat mengontrol competing behavior, seedangkan
lingkungan, termasuk mengontrol Variabel dependen adalah perilaku
orang tua atau orang dewasa lain tantrum pada anak usia toddler.
disekitarnya. Pada perilaku tantrum peneliti
Salah satu cara yang dapat dilakukan menggunakan alat ukur berupa
untuk mengontrol atau kuesioner. Data dikumpulkan dengan
menghilangkan sikap tantrum anak melakukan pembagian kuesioner yang
tiga tahun pertama yaitu reinforcing telah disediakan agar diisi oleh
competing behaviors. Reinforcing responden sesuai dengan petunjuk.
competing behaviors merupakan Penelitian dilakukan pada ibu
prosedur yang dapat digunakan untuk responden dengan cara berkunjung
mengontrol atau menghilangkan pola- dari rumah ke rumah responden yang
pola tingkah laku. Dimana orang tua bertempat tinggal di RW 05
yang mengabaikan tingkah laku anak Kelurahan Gundih Kecamatan
yang mulai melakukan tantrum Bubutan Surabaya. Pada kelompok
23
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
24
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
25
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
26
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
27
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
28
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
29