Anda di halaman 1dari 40

Referat Stase

Tumbuh Kembang dan


Pediatri Sosial

dr. Toni Kurniawan


Keluhan utama yang disampaikan orangtua kepada dokter biasanya samar-samar
 anak sukar belajar,
 anak nakal,
 anak suka mengganggu,
 anak sering melempar barang

Kenyataannya perilaku ini adalah lumrah dialami oleh orangtua dalam pengasuhan anak.
Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah,
dan lebih mudah terjadi pada anak yang dianggap ‘sulit’ dengan ciri-ciri:

• Memiliki kebiasaan tidur, makan, dan buang air besar yang tidak teratur.
• Sulit menyukai situasi, makanan, dan orang-orang baru.
• Lambat beradaptasi terhadap perubahan.
• Mood (suasana hati) lebih sering negatif.
• Mudah terprovokasi, mudah marah/ kesal.
• Sulit dialihkan perhatiannya.
DEFINISI

Temper tantrum adalah:


 perilaku yang mengganggu atau tidak diinginkan, yang terjadi sebagai respon dari
keinginan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi.
 ledakan emosional ketika kepuasan tertunda, kehilangan kendali emosi.
 ketidakmampuan untuk mengontrol emosi yang berkaitan dengan penurunan
toleransi terhadap frustasi.
DEFINISI

Tantrum adalah rasa marah yang diekspresikan secara imatur yaitu:

 anak mengungkapkan emosinya sebelum mencapai milestone perkembangan emosi anak


seusianya.
 dimaksudkan untuk ”memaksa” orang lain memenuhi kebutuhan atau
Keinginannya
nak bermain dan bertindak normal seperti biasa diantara kondisi
tantrum pertama dan tantrum berikutnya.
Temper tantrum sering ditemukan pada usia antara
 2 hingga 4 tahun
dan sering terjadi karena anak mencari perhatian orangtua,
menunjukkan kekuasaan atau menginginkan sesuatu untuk dimiliki.
Potegal dan Davidson (2003) menggambarkan usia dan persentase anak yang
mengalami tantrum:
 Usia 18 -24 bulan sebanyak 87 %
 Usia 30 -36 bulan sebanyak 91%
 Usia 42–48 bulan sebanyak 59%

Durasi rata-rata tantrum berdasarkan usia adalah:


 2 menit untuk anak yang berusia 1 tahun
 4 menit untuk anak yang berusia 2 -3 tahun
 5 menit pada anak yang berusia 4 tahun.
Contoh Perilaku Tantrum
< 3 tahun Menangis, menggigit, memukul, menendang, menjerit, berteriak,
melengkungkan punggung, melemparkan badan ke lantai, memukul-mukulkan tangan,
menahan napas, membenturkan kepala, melempar barang

3-4 tahun Perilaku usia < 3 tahun, ditambah dengan menghentakkan kaki, meninju,
membanting pintu, merengek dan mengkritik

5 tahun Perilaku dari kedua kategori, ditambah dengan memaki, menyumpah,


memukul kakak/adik, mengkritik diri sendiri, memecah barang dengan sengaja,
mengancam
Anak usia 3 tahun perlu diperkenalkan oleh
orang tua berbagai macam emosi dan
mengajarkan bagaimana mengelola emosi
tersebut.
Hampir semua anak mengalami tantrum  usia
4 tahun sebagian besar anak telah
memiliki pengendalian diri.
Tantrum jarang terjadi pada anak lebih besar
dan usia sekolah.
Beberapa faktor penyebab temper tantrum:

 Perkembangan normal anak. Biasanya anak belum mampu


mengutarakan kemarahan atau frustasi secara verbal sehingga
terjadi tantrum.
 Masalah kesehatan. Anak sedang sakit tetapi tidak dapat
mengutarakan misalnya otitis, gangguan tidur, ISPA, dan lainnya.
 Anak berkebutuhan khusus seperti ASD, ADHD, mental retardasi,
dan lainnya.
 Temperamen anak.
 Lingkungan; Masalah sosial, kekerasan fisis, orangtua yang depresi
dan lainnya.
 Pola asuh orangtua. Kekerasan, over permissiveness, intrusiveness,
peraturan yang tidak konsisten dan lainnya.
 
Tantrum menjadi lebih sering terjadi pada anak yang berusaha mencari perhatian, karena

1. Anak lapar.
2. Anak sangat kelelahan
3. Tidak berdaya atau tidak mampu menyelesaikan tugasnya.
4. Anak mengalami perubahan mendadak
5. Anak tidak mendapatkan perhatian.
6. Anak tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
7. Benda milik anak diambil secara paksa.
8. Orang tua tidak mengerti apa yang disampaikan oleh anak dan sebaliknya.
9. Anak tidak bisa menyampaikan kebutuhan atau perasaannya.
10. Anak merasa cemas, tertekan atau terganggu.
11. Anak tidak mampu memecahkan masalah.
Penatalaksanaan:

1. Penegakkan diagnosis. Bedakan tantrum yang disebabkan


stress karena masalah perkembangan atau temperamen
dan tantrum karena adanya gangguan perkembangan atau gangguan
fungsi keluarga.
2. Atasi masalah yang ada. Misalnya merujuk ke terapi wicara,
atasi masalah asma, alergi, dan lainnya.
3. Edukasi orangtua.
 
Cara orangtua mengontrol anak tantrum:

1. Orangtua tetap tenang dan memegang kendali.


Orangtua harus mengingat bahwa tantrum adalah hal alami. Jika orang tua marah akan
membuat anak bingung dan bertambah frustasi.
2. Jangan mengubah keputusan yang telah dibuat hanya karena ingin
menghentikan tingkah laku tantrum anak. Mengubah “tidak” menjadi
“ya” hanya akan membuat anak sulit untuk dihadapi dikemudian hari.
Konsisten adalah dasar yang penting bagi orangtua dalam
membesarkan anak.
3. Pindahkan anak dari tempat keramaian ke tempat yang lebih tenang.
Dampingi anak sampai ia tenang.
4. Jika anak tantrum di tempat yang aman, seperti kamarnya.
Orangtua yang meninggalkan anak sejenak hingga ia tenang.
5. Jika anak mencoba menyakiti dirinya sendiri, tenangkan anak dengan
memeluknya dan sampaikan kata-kata positif.
6. Bicara dengan anak setelah tantrumnya hilang, lalu diskusikan bagaimana
ia sebaiknya mengendalikan rasa marah dan frustasi.
7. Jangan berbincang saat ledakan amarah anak sedang tinggi.
8. Jangan mengancam dengan hukuman.
 
Tantrum perlu dirujuk jika:

1. Tantrum parah berlangsung dalam waktu yang lama dan


sering terjadi
2. Anak memiliki masalah dalam berbicara
3. Tantrum semakin parah pada usia 3-4 tahun
4. Anak menunjukkan tanda sakit saat tantrum atau menahan
napas hingga pingsan
5. Anak melukai diri sendiri atau orang lain saat tantrum
 
ILUSTRASI KASUS
Ilustrasi Kasus

Seorang anak laki-laki, 3 tahun 9 bulan, SAW,


rujukan spesialis anak RS Swasta dengan keterangan
Speech Delayed

Keluhan Utama:
Anak belum jelas bicara
Riwayat Penyakit Sekarang
Anak belum bisa berbicara jelas
Anak bisa sebutkan kata ‘mama, papa, mam, num, tidak, mau, ikut’
Anak belum bisa menyebutkan warna dan anggota tubuhnya.
Anak sering memukul kepalanya sendiri dan melempar barang-barang saat keinginan
tidak dituruti.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami masalah yang sama.

Riwayat Kehamilan:
Riwayat ibu demam, nyeri BAK dan keputihan saat hamil tidak ada. Saat hamil
ibu pasien tidak mengkonsumsi obat obatan tertentu. ANC dilakukan
di Puskesmas dengan frekuensi 1 kali perbulan.
Riwayat Persalinan:
Anak lahir secara SC atas indikasi cephalo-pelvic disproportion , BBL 3100 gram, PBL 49 cm,
cukup bulan, SMK, lahir langsung
menangis, dengan sisa ketuban tidak diketahui.

Riwayat Nutrisi:
• ASI hingga saat ini dan susu formula 3-4 kali setiap hari.
• Bubur susu sejak usia 6 hingga 10 bulan, 3 kali per hari sebanyak 2-3
sendok makan.
• Bubur nasi sejak usia 10 bulan hingga 14 bulan, 3 kali per hari sebanyak
3-5 sendok makan.
• Makan makanan keluarga sejak 14 bulan hingga sekarang
Riwayat tumbuh kembang:

Menggunakan Denver II sebagai alat skrining:


a. Personal sosial
Menggosok gigi tanpa bantuan Pass
Memakai t-shirt Pass
Mencuci tangan Pass
b. Adaptif motorik halus
Mencontoh O Pass
Menggoyangkan ibu jari Pass
Menara 8 kubus Pass
Riwayat tumbuh kembang:

c. Bahasa
Bicara semua dimengerti Fail
Menyebut 1 warna Fail
Menyebut 1 gambar Fail
Kombinasi kata Pass

d. Motorik kasar
Berdiri 1 kaki Pass
Melempar bola Pass
Melompat Pass
Riwayat Imunisasi

Pasien telah mendapat imunisasi dasar hingga usia 9 bulan yaitu:


BCG sebanyak 1 kali (skar kulit ada)
DPT dan Polio sebanyak 3 kali
Hepatitis B sebanyak 3 kali
Campak sebanyak 1 kali

Pasien diimunisasi di Puskesmas.


Riwayat sosial

Tinggal bersama kedua orang tuanya


Merupakan anak kedua dari 2 bersaudaraAbang pasien berusia 5 tahun 4 bulan
Ayah seorang PNS dengan penghasilan tetap Rp. 4.000.000/ bulan.
Pendidikan terakhir ayah S1
Ibu seorang PNS dengan penghasilan tetap Rp. 4.000.000/ bulan.
Pendidikan terakhir ibu S1
Pemeriksaan Fisik
Kes : sadar KU : sakit sedangND :108x/mnt
Nps : 26 x/mnt Suhu : 36,7 oC
BB : 17 kg PB : 98 cm
Kepala : lingkar kepala 49 cm (normocephal)
Mata : Konjungtiva tidak anemis
sklera tidak ikterik.
Thorax : Retraksi dinding dada tidak ada
Abdomen : distensi abdomen tidak ada
Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik
edema pretibial tidak ada.
Diagnosis

• Gangguan Bahasa Ekspresif


• Temper tantrum
• Gizi baik
Tatalaksana
KIE Keluarga
 Menjelaskan mengenai diagnosis, bahwa terdapat
keterlambatan pada sektor bahasa
 Agar seluruh anggota keluarga ikut aktif menstimulasi pasien dengan
sering mengajak berkomunikasi, berbicara sambal menatap.
 Agar seluruh keluarga memberikan perhatian kepada anak, tegas
terhadap keinginan anak,
mengajarkan anak cara mengatasi kemarahan
dan memberi contoh pada anak
 Kontrol Poli Tumbuh Kembang 1 bulan lagi
 Konsultasi Rehabilitasi Medik
Contoh Perilaku Tantrum
< 3 tahun
3-4 tahun
> 5 tahun
Menangis, menggigit,
memukul, menendang, men- Perilaku usia < 3 tahun, ditam-
jerit, berteriak, me- bah dengan menghentakkan
Perilaku dari kedua kate-
lengkungkan punggung, kaki, meninju, membanting
gori, ditambah dengan
melemparkan badan ke lantai, pintu, merengek dan mengkritik
memaki, menyumpah,
memukul-mukulkan tangan,
memukul kakak/adik,
menahan napas, memben-
mengkritik diri sendiri,
turkan kepala, melempar
memecah barang dengan
barang
sengaja, mengancam
Tantrum parah berlangsung dalam
Tantrum perlu dirujuk A waktu yang lama dan sering terjadi

jika:
Anak memiliki masalah dalam
B berbicara

Tantrum semakin parah pada usia 3-4


C tahun

Anak menunjukkan tanda sakit saat tantrum atau


D menahan napas hingga pingsan

Anak melukai diri sendiri atau


E orang lain saat tantrum
Terima kasih
Insert the title of your subtitle Here

Anda mungkin juga menyukai