1. Pemahaman (Ilmu)
Pada proses ini dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan menganai pentingnya
akhlak dan bagaimana dampak dari akhlak itu sendiri. Tujuan dari hal ini adalah memberikan
pemahaman bahwa seorang anak harus memiliki akhlak yang mulia dan harus menghindari
akhlak-akhlak tercela yang akan merugikan dirinya.
Adapun metode yang digunakan yaitu dengan Empat cara. Pertama, Metode bermain,
Kedua, metode Cerita. Ketiga, metode wisata alam. Keempat, metode bernyanyi
a. Metode Bermain
Metode bermain ini adalah menjadikan permainan sebagai alat untuk belajar. Penggunaan
metode bermain ini cukup efektif dikalangan anak-anak. Karena bermain merupakan hal yang
sanagat disukai oleh anak-anak. Di PAUDQu Salafiyah, kami mengimplementasikan metode
ini dengan bermain permainan seperti kereta-keretaan, permainan ekspresi, permainan
konsentrasi dan lain sebagainya.
b. Metode Kisah/Cerita
Dalam metode ini kami menggunakan Al-Qur’an dan beberapa buku cerita tentang kisah-
kisah para Rasul dan menyampaikan bagaimana akhlak para Nabi dan Rasul yang tentunya
patut untuk ditiru oleh ummatnya sejak dini. Para nabi dan rasul
diutus tidak lain untuk memberikan contoh kepada umatnya, nilai-nilai moral yang
dicontohkan oleh mereka merupakan petunjuk untuk bagaimana menekuni hidup.
c. Karyawisata/Wisata Alam
Metode karyawisata yaitu metode yang dimana dalam prosesnya dilakukan diluar
sekolah. Kami mencoba melakukan pembelajaran diluar sekolah bersama para siswa pergi ke
suatu tempat bersejarah di daerah tersebut serta meneliti dan mempelajarinya, seperti
meninjau peninggalan-peninggalan sejarah serta mengenal ciptaan-Nya melalui tadabbur
alam.
d. Metode bernyanyi
Metode ini memfokuskan nilai-nilai moral yang terkandung dalam syair atau lagu. Dalam
metode ini juga kami menyairkan suatu materi pembelajaran. Dengan melakukan pendekatan
auditori maka materi akan lebih mudah terserap oleh siswa. Siswa dengan rentan usia tersebut
senang dengan syair atau lagu yang riang serta gembira. Pengaruh nada riang dan gembira
tersebut membuat siswa berkembang dan dapat mengimplementasikan apa yang mereka
dengar maupun senandungkan. Selain itu juga dapat mengembangkan kemampuan Bahasa
para siswa.
2. Pembiasaan
Akhlak baik ataupun akhlak buruk bisa melekat pada diri seseorang dikarenakan kebiasaan
mana yang ia lakukan, hal ini pula di pengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Seseorang yang dalam kehidupan sehari-harinya membiasakan akhlak baik maka akhlaknya
pun akan baik. Begitu pula sebaliknya. Bila akhlak buruk biasa dilakukan maka akan buruk pula
akhlak.
Metode pembiasaan dalam dunia Pendidikan menjadi metode yang sering digunakan. Seorang
pendidik membiasakan peserta didiknya untuk melakukan aktivitas yang baik yang akan
membentuk keperibadiannya.
3. Suri tauladan
Menurut Nasrudin bahwa suri tauladan merupakan salah satu cara terbentuknya akhlak mulia.
Misalnya, seorang guru menjadi sosok yang baik bagi muridnya. Orang tua yang menjadi
contoh baik bagi anak-anaknya. Ustadz atau Kyai yang menjadi contoh bagi santri-santrinya.
Penanganan Anak PAUDQu yang Temper Tantrum
Temper tantrum merupakan salah satu ciri-ciri anak bermasalah dalam perkembangan
emosi seperti marah berlebihan, ingin merusak diri, dan barang-barangnya, tidak dapat
mengungkapkan apa yang diinginkan, takut yang sangat kuat sehingga mengganggu
interaksi dengan lingkungannya. Juga sering kali memperlihatkan malu hingga menarik diri
dari lingkungan, dan hipersensitif maksudnya sangat peka sulit mengatasi perasaan
tersinggungnya, dan pandangannya cenderung negative bersikap murung.
Berdasarkan pengamatan dan analisa penulis mengacu pada teori kebutuhan dasar
manusia menurut Maslow, maka anak menjadi temper tantrum karena kebutuhan dasar
akan kasih sayadan rasa aman nya tidak terpenuhi. Akibatnya perilaku anak menjadi
menyimpang dengan sebutan temper tantrum tadi, pertunjukan perilakunya acuh tak acuh,
merasa tidak diakui, pendiam, kurang menanggapi senyuman orang lain, tingkah lakunya
kelihatan menjengkelkan, kemarahan yang sangat hebat, bahkan sering berkata
kasa.Dengan demikian setiap manusia memerlukan kebutuhan dasar seperti tadi teorinya
Maslow, yaitu fisiologis, rasa aman, kasih saying, dihargai dan aktualisasi diri. Masing-
masing kebutuhan harus diperoleh secara seimbang, artinya orang tua tidak cukup
memberikan uang saku berlimpah, makanan serba lezat, perminan atau mainan yang mahal-
mahal, tapi tanpa memberikan kasih saying, perhatian dan rasa aman yang sangat
dibutuhkan oleh anak, tetap anak akan mengalami masalah kaarena kebutuhan dasarnya
tidak utuh.
Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasar akan rasa kasih sayang dan rasa aman,
biasanya didapat pada lingkungan keluaraga yang broken home dimana pada lingkungan
keluarga tersebut tidak adanya keharmonisan antara anggota keluarganya atau ibu dan
bapaknya sering bertengkar dihadapan anak, lalu anak meniru dan merekam karena profil
anak usia dina/TK dikatakan peniru yang sangat ulung dan perekam yang sangat kuat
terhadap apa yang ditemuinya dan dicontohkan oleh lingkungannya.
1. Berusaha tenang : tarik nafas dalam dan cobalah menenangkan diri menghadapi
perilaku temper tantrum saat itu.
2. Identifikasi temper tantrum anak : identifikasi kembali apa yang dirasakan anak dengan
bertanya atau mengatakan sesuatu kepada anak, misalnya “apakah kata-kata mama
membuatmu marah tidak enak hati ? “
3. Buat anak menyatakan keinginannya : bantu anak untuk menyatakan apa yang
diinginkan atau apa yang tidak diinginkan anak, dengan harapan agar anak tahu bahwa
orang tuanya memahami, mengerti perasaan dan keinginannya, misalnya ibu tahu kamu
tadak suka, ibu belikan makanan ini, tapi kamu harus tahu bahwa ibu membelikan ini
agar kamu menjadi sehat dan kuat.
4. Beri alternatif : tawarkan beberapa alternatif lain misalnya sekarang ibu tidak
menginginkan kamu beli es krim, tapi kamu bisa beli roti, atau susu bagaimana ?
5. Beri pelukan cinta :bila temper tantrum berlangsung terus bahkan reaksi emosi anak
semakin kuat, cobalah untuk memeluk anak dengan penuh rasa cinta dan sayang.
Tentunya hasil ini bila anak tidak bertindak agresif seperti memukul atau menendang
pada orang tua.