Anda di halaman 1dari 12

A.

Latar Belakang Masalah


Di zaman yang sudah berkembang ini seseorang yang mengamati anak-anak dalam setiap harinya
akan menemukan bahwa masing-masing anak memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri.
Mulai dari pikiran, sikap dan tingkah lakunya yang membuat kita memberi perhatian lebih,
khususnya para orang tua. Bagi anak-anak masa kanak-kanak adalah waktu untuk mengamati
semua yang ada disekelilingnya, untuk belajar, mengalami, dan tumbuh. Mereka bermain,
bergembira, berfantasi, mengeksplorasi, dan percaya bahwa dunia adalah tempat yang aman,
tentram dan bersahabat.
Mengenal anak bagi orang tua merupakan hal utama. Orang tua tidak mungkin dapat mendidik
anaknya dengan cara yang benar jika mereka tidak mengenal anak yang mereka didik. Anak yang
sering menerima perlakuan negatif dari orang tuanya akan mengalami kesulitan dalam prestasinya
dan menghambat pertumbuhan serta perkembangannya. Pada kenyataannya memang setiap orang
tua selalu mencita-citakan anaknya menjadi manusia pandai dan berbudi luhur, perkembangan
dan pertumbuhan anaknya selalu diikuti setiap hari tanpa henti-hentinya. Mulai dari anak yang
normal sampai anak yang abnormal.
Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi salah satu di antaranya ialah mengasuh anak.
Dalam mengasuh anak orang tua dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan. Disamping itu, orang
tua juga diwarnai oleh sikapsikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan
anakanaknya. Sikap tersebut tercermin dari pola pengasuhan yang berbeda-beda kepada anak.
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan
pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta
melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Termasuk pola asuh bagi anak yang mengalami keterbelakangan mental (Retardasi
Mental), mereka menganggap anak yang terlahir dengan kondisi seperti itu hanya
menyusahkannya saja dan tidak berguna. Sayangnya orang tua yang berjuang untuk memberikan
anak-anak mereka dengan cinta, pengasuhan dan bimbingan, sering tanpa pola asuh atau teladan
yang disesuaikan dengan kondisi anak tersebut. Ada banyak cara yang memang harus
diperhatikan orang tua dalam pola asuh pada anak, salah satu diantaranya dalam menghadapi
anak yang memiliki keterbelakangan mental (Retardasi Mental), hal ini mungkin saja bukan dari
faktor keturunan tapi berasal dari penyakit genetik. Seperti halnya kasus ini yang dialami oleh
orang tua yang memiliki anak tunagrahita dengan pola asuhnya yang otoriter.
Dari situlah perlu adanya bimbingan konseling islam oleh seorang konselor. Dimana konselor
sebagai orang yang membimbing agar orang tua tersebut dapat dengan sabar, terus mengajarkan

anak mereka untuk berbicara, melatih mereka untuk percaya diri agar mereka dapat hidup mandiri
saat dewasa. Dengan memanfaatkan prosedur terapi behavior yang menggunakan teknik
modeling sebagai suatu proses belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk pola orang tua yang otoriter dalam mengasuh perilaku anak
Tunagrahita Di Desa Cendoro Kec. Palang Kab. Tuban ?
2. Bagaimana proses BKI dengan teknik modeling dalam mengatasi kasus pola otoriter orang tua
yang mengasuh perilaku anak Tunagrahita Di Desa Cendoro Kec. Palang Kab. Tuban ?
3. Bagaimana hasil BKI dengan teknik modeling dalam mengatasi kasus pola otoriter orang tua
yang mengasuh perilaku anak Tunagrahita Di DesaCendoro Kec. Palang Kab. Tuban ?
C. Kajian Teori
Modeling merupakan salah satu teknik dalam terapi behavior yang menekankan pada prosedur
belajar. Pada prinsipnya terapi behavioral itu sendiri bertujuan untuk memperoleh perilaku baru,
mengeliminasi perilaku lama yang merusak diri dan memperkuat serta mempertahankan perilaku
yang diinginkan yang lebih sehat.
Terapi ini memiliki prinsip kerja yaitu:
1. Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar konseli terdorong untuk
merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan
dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku konseli.
2. Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.
3. Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya
kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.
4. Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape
recorder, atau contoh nyata langsung). Modeling (peniruan melalui penokohan) ini dikembangkan
oleh Albert Bandura yang antara lain terkenal dengan teori sosial-belajar(social-learning theory).
Teknik Modeling ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada konseli, dan

dapat memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan
kepada konseli tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model
hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh.
Macam-macam modeling dalam konseling :
1. Model yang nyata (live model) contohnya konselor sebagai model oleh
konselinya, atau anggota keluarga atau tokoh yang dikagumi;
2. Model simbolik (symbolic model) adalah tokoh yang dilihat melalui film,
video atau media lain;
3. Model ganda (multiple model) biasanya terjadi dalam konseling kelompok.
Seseorang anggota dari suatu kelompok mengubah sikap dan mempelajari
suatu sikap baru, setelah mengamati bagaimana anggota lain dalam
bersikap.
D.

Definisi Konsep

1. Bimbingan Konseling Islam


Koseling adalah memberikan bantuan yang selaras kepada individu untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapinya dan memahami dirinya agar individu tersebut itu bisa lebih beraktualisasi diri
baik di lingkungan keluarga maupun sosial masyarakat.Achmad Mubarok dalam bukunya
konseling agama memberikan pengertian bahwa konseling islam adalah sebagai usaha
memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan
lahir dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni
dengan membangkitkan kekuatan getaran batin (iman) didalam dirinya untuk
mendorongnya mengatasi masalah yang dihadapinyaBimbingan konseling islam juga
dirumuskan sebagai proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia
dan diakhirat.
2.

Pola asuh otoriter orang tua

Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana
orang tua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa
mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang
tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya. Hukuman mental dan fisik akan sering
diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati

orang tua yang telah membesarkannya. Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini
biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan,
senang berada di luar rumah, benci orang tua, dan lain-lain. Namun dibalik itu biasanya anak
hasil didikan orang tua otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua,
lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
Ciri-ciri dari pola asuh otoriter:
a) Kaku, tegas, suka menghukum.
b) Kurang ada kasih sayang serta simpati.
c) Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk
lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak.
d) Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang
memberi pujian.
3. Anak tunagrahita
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan
intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk anak
dengan hendaya atau penurunan kemampuan ayau berkurangnya kemampuan dalam segi
kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas.
Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat ganda. Seseorang yang mempunyai kelainan
mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu. Istilah cacat ganda yang digunakan
karena adanya cacat mental yang dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya cacat intelegensi yang
mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang disertai
dengan gangguan pendengaran.
Namun, tidak semua anak tunagrahita memiliki cacat fisik. Contohnya pada tunagrahita ringan.
Masalah tunagrahita ringan lebih banyak pada kemampuan daya tangkap yang kurang. Secara
global pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan
dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat
berkembang pada kemampuan yang maksimal
Jadi Dari judul penelitian diatas, terdapat beberapa penjelasan tentang pengertian yang bersifat
operasional dan konsep atau variabel penelitian sehingga bisa menjadi acuan dalam menelusuri,
menguji/mengukur variabel tersebut melalui penelitian, yakni:
1.

Keluarga : Adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan

saling ketergantungan.
2. Kepribadian : Yaitu suatu keseluruhan pola (bentuk) tingkah
laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan bentuk tubuh sertaunsur-unsur psiko-fisik lainnya yang
selalumenampakkan diri dalam kehidupan seseorang.
3. Tunagrahita : Sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut remaja yang mempunyai
kemampuan intelektual di bawah rata-rata
4. Bimbingan dan Konseling Islam: Dan proses pemberian bantuan terhadap individu agar
mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapaikebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.

E.
1.

METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Kegiatan
yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data yang erat hubungannya
dengan proses bimbingan dan konseling islam dengan teknik modeling dalam mengatasi kasus
pola otoriter orang tua yang mengasuh perilaku anak tunagrahita Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang memberikan gambaran sistematis, tekstual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan
ciri-ciri orang-orang tertentu, kelompok-kelompok atau keadaan-keadaan. Keterangan untuk
penelitian seperti ini dapat dikumpulkan dengan bantuan wawancara, kuesioner, dan pengamatan
langsung. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka.
Penelitian deskriptif hanya menggambarkan apa yang ada, dan bergantung pada pengamatan
peneliti. Dengan cara mendiskripsikan keadaan yang berlangsung di lapangan, mengamati,
sekaligus menggali informasi dari subyek penelitian berdasarkan data-data yang terkumpul,
kemudian penulis akan mengungkapkan dengan kata-kata atau kalimat. Dengan demikian metode
yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif deskriptif, dimana penelitian tersebut bertujuan
untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yang terjadi yang dapat diamati, dari kata-kata
tertulis, maupun lisan dari orang-orang yang menjadi subyek penelitian ini.

2. Subyek Penelitian
Sehubungan dengan penelitian ini, peneliti menjadikan konselor dankonseli sebagai subyek
penelitian. Dimana konselor adalah orang yang berperan langsung dalam pelaksanaan konseling,
yang berfungsi sebagaipembimbing sekaligus membantu menangani permasalahan
konseli.Subyek penelitian selanjutnya adalah konseli yang merupakan orang tua anak
penyandang tunagrahita, yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental
anak. Dan anak tunagrahita tersebut mengalami masalah dalam perilakunya karena
perkembangannya yang cukup lambat dan kondisi psikisnya yang labil. Oleh karena itu, anak
dengan kondisi seperti ini membutuhkan perhatian yang extra dari orang-orang di sekitarnya
termasuk orang tua dan lingkungan keluarganya. Sikap dan perilaku orang tua dalam melakukan
tugas-tugasnya serta pola asuh akan mempengaruhi perkembangan anaknya itu. Maka dari itu,
dalam penelitian ini peneliti menetapkan konselor dan konseli (orang tua) sebagai sasaran
penelitian berdasarkan pengamatan langsung terhadap masalah itu, dan akan menggambarkan
bagaimana keadaan yang sedang berlangsung di lapangan. Dengan cara mempelajari
danmendalami keadaan serta perkembangan secara terinci.
Lokasi Penelitian di lakukan secara sengaja, Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan
bahwa sekolah tersebut terjangkau oleh peneliti dan selama ini sudah ada Di
MTS Muhammadiyah 02 cendoro palang tuban pada kelas rendah (1, 2 dan 3) lebih ditekankan
pada pembelajaran tematik. Sedangkan pada kelas tinggi (4,5, 6 ) lebih bervariasi pada
pembelajaran aktif, kontekstual dan kooperatif yang dipadukan dengan pembelajaran berbasis
portofolio. Khusus untuk mata pelajaran IPS, sesuai dengan kurikulum 1994 suplemen 2000 baru
diberikan di kelas 3. Namun dengan berbagai inovasi dan progress yang cukup positif, sekolah ini
menerapkan KBK 2004 dan mulai memberikan atau mengenalkan materi IPS di kelas I dengan
mengintegrasikan pada Tema-tema tertentu, misalnya: Keluarga, yang diintegrasikan
dengan matapelajaran PPKn dan Bahasa Indonesia. Kemudian sebagai ciri khas pembelajaran
demokratis yang berbasis KKG dalam hal substansi dan pengelolaan pembelajarannya diciptakan
suasana saling penghargaan, suasana kebebasan berbicara, ke-bebasan mengungkapkan gagasan,
kemampuan hidup bersama dengan teman yang berpandangan lain dan keterlibatan siswa dalam
kehidupan sekolah yang demokratis (terbuka, mengakui dan melindungi HAM, media
berekspresi yang bebas) dan meminimalisasi konsep the banking system yang sangat tidak
demokratis.

F. Jenis Dan Sumber Data


Adapun jenis data yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, maka penulis memberikan
informasi data sebagai berikut:
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah kualitatif. Dimana data kualitatif
merupakan data yang tidak berupa angka tetapi berupa kata-kata atau kategori-kategori di atas.
Dalam hal ini data yang di maksud adalah tentang obyek penelitian meliputi, identitas konseli dan
konselor, deskripsi masalah, lokasi penelitian, bentuk-bentuk pola asuhotoriter, dan bagaimana
pelaksanaan sekaligus hasil dari bimbingan konseling islam dengan pendekatan teknik modeling
terhadap kasus pola asuh orang tua yang mengasuh anak tunagrahita. Penelitian ini bersifat
deskriptif dimana terdapat suatu masalah yaitu penelitian dengan jenis data yang bersifat non
statistik dengan data yang nantinya diperoleh dalam bentuk kata verbal, yaitu berupa kata-kata
atau kalimat-kalimat, kategori-kategori, dan tidak dalam bentuk angka atau statistik. Dengan
demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan datauntuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut. Yang mungkinberasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dan catatan
pribadi.

2. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. dalam penelitian ini
sumber data berupa kata-kata atau kalimat-kalimat tertulis, tindakan maupun lisan dari orangorang yang menjadi subyek penelitian ini yaitu, konseli(orang tua) dan konselor. Selebihnya
adalah data tambahan atau data pendukung yang diperoleh dari informan seperti orang tua
konseli, saudara kandung konseli, ataupun tetangga terdekat. Untuk mempermudah
mengidentifikasi sumber data menurut Suharsimi Arikunto dapat diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu:
a. Person, yaitu sumber data yang memberikan data berupa jawaban lisan
melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.
b. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadan
diam dan bergerak.
c. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
angka, gambar atau simbol-simbol lain.

Dari keterangan diatas maka peneliti membagi sumber data pada penelitian ini menjadi dua,
yaitu:
a.

Data primer

Data primer adalah data inti yang diberikan oleh orang-orang yang menjadi subyek penelitian
yaitu konselor sebagai orang yang membimbing dan konseli sebagai orang yang dibimbing yaitu
orang tua yang mengasuh anak tunagrahita.
b.

Data sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari informan, yang bisa berasal dari orang
tua konseli, saudara kandung konseli, ataupun tetangga terdekatnya. Dan data tersebut digunakan
sebagai data tambahan.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Metode observasi ini didasarkan atas pengamatan secara langsung. Mengamati adalah menatap
kejadian, gerak atau proses. Pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat prilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Metode observasi merupakan metode yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu
objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, peneliti dalam mengobservasi penelitian ini
dapat dilakukan melalui panca indra yaitu: mata (penglihatan), hidung (penciuman), telinga
(pendengaran), tangan (peraba), dan mulut (pengecap). Yang secara langsung di lapangan agar
tidak terjadi keraguan pada peneliti. Metode observasi ini dilakukan dengan melalui kunjungan
lapangan pada situasi tertentu, agar peneliti dapat melakukan observasi secara langsung guna
mendapatkan data-data yang diperlukan. Melalui pengamatan tersebut akan didapatkan gambaran
yang jelas mengenai kondisi dan keadaan konseli yang meliputi identitas konseli dan konselor,
deskripsi masalah, lokasi penelitian, bentuk-bentuk pola asuh otoriter, dan juga peneliti bisa
mengamati bagaimana pelaksanaan sekaligus hasil dari bimbingan konseling islam dengan
pendekatan teknik modeling terhadap kasus pola asuh orang tua yang mengasuh anak tunagrahita.
Di tempat penelitian dalam hal ini di Desa Kisik Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik.
2. Metode Interview
Metode Interview atau wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.35 Interview yang dilakukan dalam penelitian ini
bertujuan untuk mngetahui keadaan konseli agar didapatkan data tentang latar belakang keluarga,

identitas konseli dan konselor maupun lingkungan-lingkungan lain serta masalah yang dihadap
konseli tersebut.
H. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data yang kemudian dilanjutkan
dengan analisis data. Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Teknik analisis data ini dilakukan setelah proses
pengumpulan data diperoleh. Penelitian ini bersifat studi kasus, untuk itu analisis data yang
digunakan adalah teknik analisis deskriptif komparatif yaitu setelah data terkumpul dan diolah,
maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut. Analisa yang digunakan tersebut
untuk membandingkan bentukbentuk pola asuh otoriter orang tua, pelaksanaan bimbingan
konseling islam di lapangan dengan teori yang digunakan, selain itu untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan bimbingan konseling islam dengan tingkah laku sebelum dan sesudah
dilakukan proses bimbingan. Analisis data pada penelitian ini juga dilakukan dengan cara
sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis
sebelum memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan yang akan
digunakan untuk menentukan fokus penelitian, yang masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Adapun analisis data selama di
lapangan dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung. Kemudian melanjutkan analisis
data setelah selesai penelitian yang diperoleh di lapangan yang akan dikelola, dikaji dan dipelajari
kebenarannya.
I. Tahap-tahap penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap ini dilakukan oleh peneliti sebelum kegiatan penelitian untuk itu diperlukan persiapan
sebagai berikut:
a.

Menyusun rancangan penelitian

Rancangan penelitian berupa proposal yaitu deskripsi yang mendetail tentang rancangan
penelitian yang diusulkan.
b.

Memilih lapangan penelitian

Penentuan lapangan penelitian ini dilakukan dengan jalan mendatangilapangan untuk melihat
apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan mengenai rumusan masalah

serta fokus penelitian.


c.

Pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang berwenang

memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian.


d.

Menjajaki dan memilih lapangan

Berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik, dam keadaan sekitar yang dikemukakan
diatas.
e.

Memilih dan menetapkan konseli

f.

Konseli yang dimaksudkan disini adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.


2. Tahap pekerjaan lapangan
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Peneliti hendaknya memahami latar penelitian terdahulu. Di samping itu, ia perlu mempersiapkan
dirinya baik secara fisik maupun mental.
b. Memasuki lapangan
Peneliti harus siap menghadapi situasi yang terjadi di lapangan dan menciptakan hubungan yang
perlu dibina berupa rapport. Rapport adalah hubungan antara peneliti dan subyek peneliti yang
sudah melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah di antara keduanya.
c. Berperan serta sambil mengumpulkan data
Dalam hal ini peneliti ikut terjun ke dalam kegiatan yang sedang berlangsung sehingga peneliti
mampu untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam proses penelitian sekaligus
mengumpulkan data guna mencapai hasil yang maksimal.
3. Tahap Analisis Data
Setelah data-data terkumpul maka analisis data dilaksanakan langsung bersama-sama dengan
pengumpulan data.
J. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data
a. Perpanjangan keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak
hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar
penelitian. Karena dalam proses konseling dimungkinkan membutuhkan waktu yang cukup lama,
maka perlu diadakannya perpanjangan waktu bagi peneliti untuk ikut dalam proses pengumpulan

data sehingga diperoleh hasil yang diinginkan.


b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan disini bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur dalam situasi yang
relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Kemudian menelaah kembali data-data yang terkait sampai pada suatu titik
fokus penelitian, sehingga data tersebut dapat dipahami dan dapat dipercaya serta tidak diragukan
keabsahannya.
c. Triangulasi
Adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu. Dari situ peneliti memeriksa
kembali data-data baik yang diperoleh melalui observasi atau wawancara.
K.

Sistematika Penelitian

Untuk mengarahkan pembahasan dalam penulisan ini maka penulis terlebih dahulu menyajikan
struktur penulisan dalam sistematika penelitian sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Pada bab ini memuat tentang pendahuluan yang berisi ( 1 ) latar belakang masalah; (2) Rumusan
masalah; (3) Tujuan Penelitian; (4) Kajian Teori; (5) Definisi konsep; (6) Metode Penelitian; (7)
Sistematika Penelitian.
BAB II : Kerangka Teoritik
Merupakan bab kerangka teoritik yang dikemukakan sebagai landasan teori yang diperlukan dari
sumber acuan umum dan khusus dengan sajian sub babnya adalah kajian pustaka, kajian teoritik,
serta penelitian terdahulu yang relevan.
BAB III : Metode Penelitian
Dalam bab ini dijelaskan secara rinci dan operasional tentang metode dan teknik yang digunakan
dalam mengkaji obyek penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, obyek
penelitian, teknik sampling, variabel dan indikator penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data.

BAB IV : Penyajian dan Analisis Data


Sub babnya menggambarkan tentang deskripsi obyek penelitian, yakni Desa cendoro kecamatan
palang kabupaten tuban, penyajian data, analisis data, serta pembahasan.
BAB V : Penutup.

Kesimpulan dan Saran

Anda mungkin juga menyukai