DALAM KELAS
1,2
pendidikan anak usia dini [PAUD] Universitas Islam Nahdlatul Ulama
e-mail:231340000251@unisnu.ac.idape.aflahani@unisnu.ac.id
Abstrak. Research at TK Pertiwi 02 Dongos resulted in several problems such as lack of discipline
in children while learning was in progress. This may be caused by many factors, one of which is
the lack of attention from the teacher to supervise the child. The reason for choosing this topic is to
review the fear of early childhood when mingling with his friends in order to optimize or reduce
the fear of the child in the future. Fear that exists in everyone is normal, but if the fear is too
excessive or persistent then it must be paid more attention. The research method in this article
uses observation techniques to observe behavior in children while learning is in progress and to
find out the attitude or behavior of each child. Through this method, some information was
collected after conducting research. The role of parents is very important when children face fear
by providing support and attention, children can feel comfortable and safe so that they can control
their own emotions.
Usia dini merupakan fase kehidupan dimana individu mengalami peningkatan seacra
perkembangan, yaitu: nilai agama dan moral, sosial emosional, kognitif bahasa, fisik motorik, dan
seni. Perkembangan sosial emosional anak adalah kepekaan anak untuk memahami perasaan
1
orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat interaksi anak dengan orang
lain dimulai dari orang tua, saudara, teman bermain hingga masyarakat luas. Terdapat anak usia
dini yang merasa takut apabila berbaur dengan teman-temannya.Menurut Hurlock, secara umum
pola perkembangan emosi anak meliputi 9 aspek, yaitu rasa takut, malu, khawatir, cemas, marah,
cemburu, duka cita, rasa ingin tahu dan gembira. Berikut penjelasannya secara terperinci:
1. Rasa takut, yaitu perasaan yang khas pada anak. Hampir setip fase usia, seorang anak
menimbulkan rasa takut pada bayi adalah suara yang terlalu keras, binatang
2. Rasa malu, yaitu ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dari hubungan dengan orang
lain yang tidak dikenal. Rasa malu ini selalu disebabkan oleh sesama manusia. Rasa malu
baru akan dimiliki bayi yang usianya di atas 6 bulan. Alasannya, pada usia bayi ini telah
mengenal orang yang sering dilihatnya dan orang yang asing sama sekali.
3. Rasa khawatir, yaitu khayalan ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Perasaan ini timbul
kekhawatiran in terjadi pada anak di atas usia 3 tahun. Bahkan semakin besar atau semakin
4. Rasa cemas, yaitu keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang
ketidakenakan, dan prasangka yang tidak baik dan tidak bisa dihindari oleh seseorang,
5. Rasa marah, yaitu sikap penolakan yang kuat terhadap apa yang tidak ia sukai. Dalam
pandangan anak, ekspresi kemarahan merupakan jalan yang paling cepat untuk menarik
perhatian orang lain. Semakin tinggi kemarahan anak, semakin keras pula ia menunjukkan
sifat marahnya, mulai dari diam, berkata keras, gerak verbal, hingga tindakan-tindakan
anarkis lainnya.
6. Rasa cemburu, yaitu perasaan ketika anak kehilangan kasih sayang. Anak yang sedang
cemburu merasa dirinya tidak tenteram dalam hubungannya dengan orang yang
7. Rasa duka cita, yaitu suatu kesengsaraan emosional (trauma psikis) yang disebabkan oleh
hilangnya sesuatu yang dicintai. Reaksi anak ketika duka cita adalah menangis atau situasi
tekanan, seperti suka tidur, hilangnya selera makan, hilangnya nikmat terhadap hal-hal
8. Rasa ingin tahu. Setiap anak memiliki naluri ingin tahu yang sangat tinggi. Mereka
menaruh minat terhadap segala sesuatu di lingkungan mereka, termasuk diri mereka
sendiri. Rasa ingin tahu ini biasanya diekspresikan dengan membuka mulut,
9. Kegembiraan dan kesenangan, yaitu merupakan emosi keriangan atau rasa bahagia. Di
kalangan bayi, emosi kegembiraan ini berasal dari fisik yang sehat, situasi yang ganji,
2
permainan yang mengasyikkan dan sebagainya. Reaksi yang diekspresikan anak ketika
senang dan gembira adalah tersenyum atau tertawa, mendengkur, mengoceh, merangkak,
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan model
pendekatan studi kasus. Menurut Nawawi (dalam Sugiyono, 2012) metode kualitatif adalah suatu
keadaan yang objektif yang bertuliskan berdasarkan fakta kemudian diambil kesimpulan
umumnya. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah TK Pertiwi 02 desa Dongos,
kecamatan Kedung, kabupaten Jepara. Pebeliti melaksanakan penelitian selama satu hari. Subjek
pada penelitian ini merupakan satu anak perempuan yang berusia 5 tahun.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, yang bertujuan untuk
mengumpulkan data-data yang releva. Instrumen penelitian yang digunakan yakni ponsel yang
bertujuan untuk mendokumentasikan kegiatan, pulpen untuk menulis informasi yang didaptkan
dari hasil pengamatan, dan buku sebagai catatan dari informasi-informasi yang sudah didapat.
Berdasarkan hasil observasi, anak usia 5 tahun tersebut tidak seperti teman-temannya yang lain
yang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Dia akan merasa takut dan hendak menangis
apabila kegiatan belajar dilaksanakan dengan sistem mengelompok. Guru juga membujuk anak
tersebut beberapa kali agar ikut berbaur dengan teman-temannya dan tidak merasa takut.
Proses penelitian di TK Pertiwi 02 Dongos memiliki beberap kendala seperti, salah satu
anak merasa takut saat berbaur bersmaa teman-temannya, anak-anak rata-rata keluar saat
pembelajaran sedang berlangsung untuk membeli jajan aau bermain. Guru tidak sepenuhnya
dapat mengawasi atau mengontrol anak. Saat guru sedang menjelaskan, ada juga anak yang
berjalan jalan sendiri disekitar ruangan kelas dan hal tersebut sangat mengganggu anak-anak yang
lain karena tidak dapat belajar dengan tenang. Raung kelas terbagi menjadi 3, satu diantaranya
dilaksanakan diluar bersama anak-anak yang cenderung aktif. Perbedaannya dengan anak-anak
yang berada didalam ruangan adalah anak yang diluar dapat lebih banyak menghasilkan mainan
atau kerajinan lainnya sedangkan anak-anak yang berada didalam ruang kelas lebih sedikit
menghasilkan mainan. Hal ini dikarenakan anak yang berada diluar senang melakukan sesutau
dengan cepat. Untuk menangani rasa takut pada anak, orangtua perlu melakukan pengasuhan
yang baik seperti menuruti kemua anak karena dengan cara tersebut merupakan cara tercepat
untuk menangani rasa takut anak, namun tidak efektif dilakukan. Selanjutnya orangtua membuat
3
kesepakatan atau perjanjia dengan anak, memberi pujian pada anak ketika berhasil menangani
Kesimpulan
Hasil penelitian di TK Pertiwi 02 Dongos yaitu anak-anak lebih sering keluar untuk
bermain dan membeli jajan saat jam pembelajan sedang berlangsung. Hal ini terjadi mugkin
karena anak merasa jam pembelejaran terlalu lama atau jam istirahat lebih sedikit waktunya.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terim kasih saya haturkan kepada ibu Ari Purnomo Endah Aflahani, S. Psi., S.Pd.I. M.A.
selaku dosen mata kuliah psikologi pendidikan dan saya juga mengucapkan terima kasih pada guru-guru di
TK Pertiwi 02 Dongos yang sudah membantu saya dalam memenuhi tugas ini.
Daftar Pustaka
Sabarrudin, dkk (2022). Perilaku insecure pada anak usia dini. (unpublish dissertations). Institut
Agama Islam Negeri Batusangkar, Indonesia
Lubis, Mira Yanti . (2019). Mengembangkan sosial emosional anak usia dini melalui bermain.
Jurnal pendidikan anak usia dini,2(1), 47-58
Khaironi, M. (2017). Pendidikan karakter anak usia dini. Jurnal golden age universitas
hamzanwadi,1(2), 82-89
Anzani, R, W., & Insan, I. K. (2020). Perkembangan sosial emosi pada anak prasekolah. Jurnal
pendidikan dan dakwah, 2(2), 180-193. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pandawa
Azzahra, I, M., & Diana, R, R. (2021). Dinamika perilaku takut pada anak usia dini. (unpublish
dissertations). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta