Anda di halaman 1dari 7

Nama : Mery Sundari

NIM : 2287210033
Kelas : 2B Pendidikan Khusus
Ujian Akhir Semester
Pendidikan Anak Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa

1. Pahamilah beberapa kasus terkait anak cerdas istimewa di sekolah berikut ini!

A. Kasus 1

Pada sekolah umum di salah satu kelas terdapat siswa yang di setiap mata
pelajaran dia terlihat tidak tertarik dalam pembelajaran, kurang
memperhatikan guru ketika belajar dan sering tidur dikelas. Nilainya pun biasa
saja dan cenderung rendah. Suatu Ketika sekolah tersebut mengadakan tes
intelegensi untuk para siswanya sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan
kelas. Saat mengetahui hasilnya ternyata anak yang dianggap biasa dan
cenderung memiliki kemampuan rendah tersebut memiliki IQ 153.

B. Kasus 2

Seorang anak yang berusia 9 tahun di bawa orang tuanya ke seorang psikolog
karena emosinya yang meledak ledak. Siswa tersebut sulit mengontrol
emosinya terutama saat dia tertekan misalnya seperti ketika anak tersebut
menganggap anak lain/temannya tidak bisa memahaminya, keinginannya tidak
dituruti, melakukan aktivitas yang tidak disukai dan gagal menyelesaikan
tugas atau gagal mendapatkan nilai yang sempurna. Hal tersebut berpengaruh
pada hubungan sosial anak dengan teman dan saudaranya yang kurang baik
bahkan dijauhi. Di sisi lain anak tersebut sangat menonjol dalam kognitifnya.
Menurut orang tuanya anak sudah mampu membaca sejak usia 5 tahun dengan
tingkat kesukaran membaca sebuah koran. Anak memiliki ketertarikan pada
bidang sains khususnya yang berkaitan dengan pesawat terbang.

C. Kasus 3

Seorang Anak memiliki potensi dalam bidang seni, sejak usia 4 taun ia hobby
mencoret coret tembok. Suatu hari ibunya membeli sebuah sepatu berwarna
putih dan diletakan di rak sepatu. Tanpa diketahui oleh ibunya anak tersebut
mengambil sepatu itu dan ia pun mengambil pena yang ada di meja kemudian
melukis sepatu ibunya sembari berceloteh menirukan gambar yang ia lukis,
seperti mobil mobilan, robot robotan dll sehingga sepatu yang sebelumnya
berwarna putih tersebut penuh dengan gambar yang dilukis anak. Ketika
ibunya melihat, ibunya langsung memarahi anak. Orang tua selalu memarahi
anaknya setiap kali anak tersebut mencoret coret tembok rumahnya. Orang tua
tidak menyadari dan mengetahui bahwa anaknya memiliki bakat dalam seni
lukis dan keberbakatannya sudah muncul saat usia 3 tahun.

Jawaban :

2. Menganalisis Kasus 1-3

Untuk kasus 1 : Dalam kegiatan pembelajaran biasanya ditemukan peserta didik yang
malas belajar. Untuk mengetahui akar kemalasan anak, pendidik harus mengetahui
secara detail, apa yang menjadi masalahnya sehingga peserta didik tersebut tidak mau
belajar. Masalah anak yang malas belajar bukan hanya dikeluhkan oleh pendidik
tetapi juga orang tua, biasanya faktor kemalasan belajar pada anak terjadi karena
adanya pengaruh dari lingkungan sekitarnya, baik itu keluarga, sekolah, maupun
masyarakat, ketiga hal inilah yang membawa pengaruh besar dalam membentuk
kepribadian anak. Lingkungan keluarga membawa pengaruh besar dalam membentuk
kepribadian anak. Intelegensi dan prestasi belajar dalam pendidikan merupakan dua
hal yang saling keterkaitan satu sama lain. Di mana biasanya individu yang memiliki
intelegensi yang tinggi akan cenderung memiliki prestasi yang membanggakan di
kelasnya. Namun kenyataannya fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat
anak dengan intelegensi tinggi yang mendapatkan hasil belajar rendah atau biasa
disebut dengan underachiever. Underachiever adalah istilah yang digunakan untuk
individu atau seseorang yang prestasi belajarnya berada di bawah kemampuan anak
sesungguhnya atau rendah. Hal ini bisanya terjadi pada anak-anak yang memiliki
tingkat intelegensi yang tinggi namun prestasinya di sekolah berada di bawah
performance anak tersebut.

Untuk kasus 2 : Orang tua mungkin akan kaget dengan ledakan emosi anak pra-
remaja. Mereka bisa berteriak, membanting barang atau mengamuk untuk hal kecil
yang sebenarnya bisa diatasi. Emosi timbul dari hasil penilaian kognitif individu
terhadap sebuah situasi yang dinilai mempengaruhi kesejahteraan personal individu.
Oleh karena itu, sebuah situasi yang sama atau mirip dapat menimbulkan emosi-emosi
yang berbeda bagi tiap individu, tergantung dari penilaian kognitif masing-masing
individu. Intelegensi emosional adalah suatu kemampuan mengidentifikasi emosi
yang dialami oleh diri sendiri dan orang lain dengan akurat, kemampuan
mengekspresikan emosi dengan tepat, dan kemampuan mengatur emosi pada diri
sendiri dan orang lain. Orang yang memiliki intelegensi emosional (EQ) yang tinggi
mampu menggunakan emosi mereka untuk meningkatkan motivasi mereka,
menstimulasi pemikiran yang kreatif, dan mengembangkan empati terhadap orang
lain. Orang-orang yang memiliki intelegensi emosi yang kurang baik akan mengalami
kesulitan dalam mengidentifikasi emosi pada diri mereka sendiri.

Untuk kasus 3 : Mencoret-coret merupakan bagian dari proses perkembangan anak


dan dapat bisa menjadi cara menuntun anak ke banyak hal besar dan hebat. Orang tua
perlu memahami berbagai tahapan tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya.
Selain itu, penting diingat bahwa orang tua harus berperan aktif untuk mendukung
proses tersebut.

3. Identifikasi Kasus 1-3 (Apa yang dilakukan seorang guru untuk mengindentifikasi
kasus-kasus tersebut?)

Untuk kasus 1 : Salah satu kesulitan yang dialami oleh siswa adalah underachiever.
Siswa underachiever ini tergolong ke dalam kelompok anak yang memiliki intelegensi
tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar yang rendah. Anak tersebut sebenarnya
dari hasil tes inteligensi berada di atas rata-rata, akan tetapi karena kurangnya minat
dalam belajar, pengaruh lingkungan, pengaruh teman sebaya, dan pengaruh ekonomi
keluarga, sehingga hal itu sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Diagnosis
adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang
penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak. Diagnosis
kesulitan belajar perlu dilakukan karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa
hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal.
Kedua, adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat, dan latar belakang
lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya
memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan
keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru
lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang
terbuka dan mengasah keterampilan dalam mengindentifikasi kesulitan belajar siswa.
Untuk melaksanakan kegiatan diagnosis kesulitan belajar harus ditempuh beberapa
tahapan kegiatan. 1) Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan
belajar. 2) Melokalisasikan kesulitan belajar. 3) Menentukan faktor penyebab
kesulitan belajar. 4) Memperkirakan alternatif bantuan. 5) Menetapkan kemungkinan
cara mengatasinya, dan 6) Tindak lanjut

Untuk kasus 2 : Betapa pentingnya peran guru bagi perkembangan anak, sebab guru
menjadi orang tua kedua di sekolah. Oleh karena itu, penting sekali mempunyai
kondisi mental yang sehat sehingga mampu memberikan energi positif kepada anak
didiknya ketika proses pembelajaran. Adapun cara yang bisa dilakukan murid setelah
berlatih mengatur emosi, mereka juga dapat belajar untuk mengidentifikasi masalah
atau alasan mengapa emosi tersebut bisa muncul. Misalnya seperti rutinitas yang
berantakan karena terlambat bangun, maka esok hari murid bisa memperbaiki jam
tidurnya supaya rutinitas di esok hari bisa berjalan dengan lancar. Maka, rasa stres
juga bisa timbul karena memiliki waktu tidur yang kurang. Dengan memiliki jam
tidur yang bagus, murid akan jauh lebih sehat karena tidur dengan nyenyak. Sehingga,
murid juga bisa berlatih untuk tetap positive thinking supaya mereka bisa terhindar
dari kecurigaan dan membebaskan dirinya dari pemikiran yang terus menerus
mengganggu konsentrasi mereka. Murid juga bisa belajar untuk terus bersyukur
dengan keadaan dan situasi yang mereka lewati, karena dengan bersyukur kita akan
belajar untuk menghargai waktu yang sudah dilewati dan keadaan buruk akan menjadi
bahagia karena tidak ada keresahan selamanya.

Untuk kasus 3 : Kreativitas adalah karakteristik paling menonjol dari anak-anak.


Bahkan berbagai studi menyimpulkan bahwa orang dewasa kalah jauh dengan mereka
untuk hal yang satu ini. Kita tahu bahwa setiap anak memiliki jiwa petualang yang
luar biasa, dan daya eksploratifnya sangat tinggi sehingga apapun ingin dicoba. Salah
satu yang umum kita jumpai adalah kebiasaan mereka suka mencoret-coret dinding.
Sebagai orang tua kita harus menyadari apa yang dilakukan buah hati adalah bagian
dari kreativitasnya atau ekspresi dari daya eksploratifnya. Karena itu janganlah kita
larang, karena melarangnya berarti kita tidak mendukung eksplorasinya. Orang tua
harus memahami semakin banyak jumlah larangan yang kita berikan, anak bisa
menjadi kurang kreatif, kurang inisiatif, lebih sering takut atau malu sehingga menjadi
tidak memiliki rasa percaya diri.

4. Strategi pembelajaran kasus 1-3 (Strategi pembalajaran yang seperti apa yang akan
anda terapkan jika dihadapkan oleh kasus-kasus tersebut?)

Pada dasarnya strategi merupakan siasat atau cara, hal ini berarti sejumlah
langkah yang direkayasa sedemikian rupa oleh guru untuk mencapai tujuan tertentu.
Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian tindakan) yang
termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kegiatan dalam pembelajaran, ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi
baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan.
Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya bahwa arah dari semua
keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan sehingga langkah-langkah
pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan
dalam mencapai tujuan. Ada empat strategi dasar belajar mengajar yang meliputi hal-
hal berikut:

Mengidentifikasi serta menetberiku ingkah laku dan kepribadian anak didik


sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.

a. Mempertimbangkan dan memilih sistem belajar mengajar yang tepat untuk


mencapai sasaran yang akurat.

b. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan tehnik belajar mengajar dan
dianggap paling tepat dijadikan pegangan guru dalam menunaikan kegiatan
mengajar.

Untuk kasus 1 : Pada kasus pertama untuk strategi pembelajaran pada anak yang
kurang menyukai mata pembelajaran tersebut, ketika mengetahui hasil tes
kemampuan anak tersebut memiliki IQ yang cukup tinggi dan bisa dinyatakan anak
tersebut memiliki kemampuan yang cerdas, memungkinkan dalam kegiatan mata
pembelajaran tersebut membuat anak tersebut jenuh maupun memiliki masalah hal
lainnya. Maka, dalam kegiatan mata pembelajaran tersebut pendidik atau guru
tersebut harus memiliki berbagai macam cara dalam penyampaian materi
pembelajarannya, bisa diartikan dalam kurikulum saat ini guru harus lebih kreatif agar
peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran dimulai seperti memilih atau
menentukan kelompok dalam kelas dan terus dipilih secara acak agar antar peserta
didik dapat saling diskusi dan bekerja sama sehingga menciptakan suasana kelas yang
aktif dan komunikasi pada mata pelajaran tersebut berjalan sebagaimana mestinya.
Maka, anak yang cenderung kurang tertarik dan terlihat kurang aktif menjadi aktif
karena mengikuti oleh peserta didik yang lainnya.

Untuk kasus 2 : Pada kasus kedua ini merupakan suatu tantangan bagi guru karena
pada dasarnya guru harus memahami strategi karakteristik setiap siswa yang dia
ajarkan, terutama pada pengetahuan dan keterampilan yang sudah atau belum dimiliki
siswa. Untuk mengetahuinya, kita bisa melakukannya secara informal lewat
pertanyaan di kelas, atau lebih formal dengan memberikan tes. Hasilnya akan
menentukan apakah siswa memiliki kompetensi yang diperlukan untuk mendapatkan
atau mengetahui materi selanjutnya. Contohnya, saat kelas akan membahas tentang
luas geometris, tes kemampuan awalnya berfokus pada keterampilan perkalian untuk
mengidentifikasi apakah siswa bisa memahami materi selanjutnya. Maka dapat
diketahui ketertarikan dan kemampuan ilmu pengetahuan serta keterampilan yang
disukai oleh siswa tersebut sehingga memiliki suatu minat lebih terhadap
pembelajaran yang membahas mengenai sains bisa di terapkan dalam kegiatan mata
pembalajaran tersebut di isi oleh video yang membahas sains di tayangkan pada
infocus sehingga menarik minat siswa lainnya kemudian melakukan keterampilan
tangan yang masih dalam membahas sains seperti membuat pesawat terbang dari
bahan-bahan bekas.

Untuk kasus 3 : Peran orang tua dalam mengetahui karakter dan bakat anak ini juga
sangat penting terutama pada kasus ketiga ini yaitu anak tersebut memiliki bakat seni
yang luar biasa di usia nya masih berusia 4 tahun, sehingga peran orang tua seharus
mengerti bakat yang dimiliki oleh anaknya karena orang tua adalah suatu "wadah"
atau tempat yang diketahui oleh anak tersebut. Peran orang tua dalam pengembangan
aspek seni sangat berpengaruh pada anak. Terlebih bagi anak usia dini. Hal ini karena
aspek seni atau unsur kreativitas sangat dibutuhkan. Meningkatkan aspek tersebut bisa
membuat anak menjadi kreatif dan mampu menghasilkan ide atau karyanya sendiri.
Dengan begitu, anak-anak bisa tumbuh dengan banyak ide.Namun, masih sedikit
orang tua yang tampaknya benar-benar peduli terhadap perkembangan anak. Jika
kamu salah satu orang tua yang peduli pada anak, maka kamu bisa membantu anak
dalam meningkatkan aspek seni atau otak kanannya. Maka, Strategi peran orang tua
maupun guru yaitu memberi fasilitas yang menunjang pada bakat seni gambar oleh
anak tersebut seperti kertas gambar, pensil warna, perlengkapan alat tulis, kuas, cat
gambar, dll. Sehingga anak tersebut dapat berkembang pada seni gambar nya dan
tidak merasa tertekan oleh orang tuanya.

Anda mungkin juga menyukai