Soal/petunjuk:
Jawablah pertanyaan berikut dengan baik!
1. Orang tua merupakan sosok tauladan bagi seorang anak, namun terkadang
orang tua salah saat memberikan hadiah, atau hukuman bagi anaknya.
Analisis syarat-syarat yang tepat bagi orang tua saat memberikan hadiah
atau hukuman bagi anak!
Jawab :
Jangan cuma memberikan hukuman pada anak, karena anak juga butuh
penghargaan. Memberikan hukuman dan penghargaan kepada anak dipercaya
akan membentuk jati diri mereka di masa depan. Jika dilakukan dengan tepat,
akan mengurangi frekuensi perilaku yang tidak diinginkan. Reward and
Punishment atau penghargaan dan hukuman harus diberikan secara berimbang.
Penghargaan berupa pujian harus diberikan dengan tepat. Namun anak juga harus
mengerti konsep, kalau benar dia mendapat penghargaan, sedangkan kalau salah
dia harus mendapat teguran atau hukuman.
Penghargaan
Psikolog Laura Ramirez, dalam buku Walk In Peace, Jumat (4/3/2011)
mengatakan anak berhak mendapatkan penghargaan atas perbuatan baik atau yang
diharapkan baik. Penghargaan ada yang bersifat materil (berupa benda atau
makanan), sosial (dipuji, dipeluk, atau dicium) dan kesempatan lebih (nonton tv
lebih lama, tidur dengan orang tua, atau rekreasi ke tempat yang diinginkannya).
Dari semua itu, hadiah yang bersifat sosial yang paling praktis. Namun, orang tua
jangan asal memberi penghargaan. Penghargaan harus dibarengi pemberian
tanggung jawab yang lebih kompleks. Anak yang terlalu sering mendapat hadiah
berisiko kehilangan motivasi untuk mencoba melakukan hal lain. Dalam
jangka panjang ia akan tumbuh menjadi pribadi manja, kurang tangguh, kurang
kreatif, kurang memiliki rasa bersalah, dan kurang berprestasi. Sebaliknya anak
yang jarang menerima penghargaan tidak pernah tahu bahwa dirinya telah
melakukan hal-hal yang positif. Dalam jangka panjang ia akan tumbuh dengan
kurang percaya diri, depresif, sering kecewa, sulit berinteraksi, mudah sedih, dan
sensitif.
Hukuman
Selain memberikan penghargaan, orangtua juga jangan lupa untuk menerapkan
pemberian hukuman jika anak berbuat salah, melanggar aturan, atau menyalahi
kesepakatan dengan orangtua.
Namun, orangtua juga sebaiknya ingat bahwa undang-undang perlindungan anak
memberikan batasan dalam pemberian hukuman kepada anak. Jika orang tua
terlalu keras menghukum, mereka dapat dituntut melanggar hak asasi anak.
Menurut Justine Mol penulis Growing Up in Trust hukuman yang paling tepat dan
mudah adalah teguran dengan lembut. Beri contoh apa yang seharusnya dilakukan
anak. Jadi anak tidak hanya merasa disalahkan, tapi juga diberitahu bagaimana
seharusnya yang benar. Bentuk hukuman lain yang tepat adalah berupa timeout
dan konsekuensi.
Psikolog Ike R. Sugianto, Psi mengatakan ada beberapa prinsip yang harus
dipahami orangtua dalam memberikan penghargaan dan hukuman pada
anak.
Penghargaan
Berikan penghargaan jika aktivitas anak positif agar menjadi stimulusnya.
Sesuaikan dengan perjuangan yang dilakukan anak, jangan berlebihan. Berikan
hadiah atau penghargaan dengan penuh ketulusan dan bukan basa-basi. Setiap
memberi hadiah yang bersifat materiil barengi dengan hadiah sosial
Hukuman
Perhatikan kondisi psikologis anak agar anak tetap merasakan kasih sayang
orangtuanya lewat hukuman. Pahamilah bahwa hukuman bagi anak yang satu bisa
jadi berbeda bagi anak yang lain. Orang tua harus konsisten agar anak yakin
dengan maksud hukuman. Beri hukuman serealistis mungkin agar anak paham
kesalahannya dan tidak punya standar ganda
Jawab :
Perkembangan terjadi pada manusia sebagai bentuk proses tumbuh kembang dan
berangsung melalui tahapan tahapan menuju kedewasaan. Manusia memiliki
kperibadian atau karakter yang menjadikannya unik dan membuatnya menjadi
individu yang dibutuhkan dalam masyarakat. Untuk mengetahui tahapan
perkembangan kepribadian manusia berawal dari mana, mari simak
penjelasannya berikut ini:
Tahap tahap perkembangan setiap individu berbeda beda dan tidak bisa
disamakan. Namun tahapan perkembangan kepribadian secara umum bisa dilihat
sebagai berikut:
Fase Pertama
Fase Kedua
Unsur ini merupakan pusat dari keinginannya manusia untuk melakukan suatu
aktivitas dan membentuk motif tertentu dalam mewujudkannya menjadi
nyata. Drives ini dibedakan menjadi kehendak dan nafsu. Kehendak
merupakan dorongan dorongan yang bersifal budaya artinya sesuai dengan
lingkungan, peradapan, dan tingkan perekonomian. Sedangkan nafsu
merupakan kehendak yang didorong oleh kebutuhan biologis misalnya nafsu
makan, minum, dan lainnya.
2. Naluri (instinct)
Naluri adalah dorongan yang bersifat alamia tau kodrati dan melekat pada
manusia atau makhluk hidup. Misalnya naluri seorang ibu yang ingin
melindungi anaknya. Namuli dimiliki oleh semua makhluk hidup yang
memiliki pikiran dan didapatkan tidak dari pembelajaran namun menyatu
dengan hakekat makhluk hidup tersebut.
3. Getaran hati (emosi)
Emosi adalah perasaan yang abstrak berasal dari hati dan distimulus oleh suatu
kondisi atau situasi. Emosi menjadi pengukur kondisi kejiwaan seseorang dan
mempengaruhi perilaku, misalnya senang, sedih, marah, empati, dan lain
sebagainya. Meskipun pengungkapan ekspresi atau emosinya sama, namun
setiap individu memiliki ciri khas cara mengekspresikan emosi tersebut
dengan gerakan yang berbeda.
4. Perangai
Peringai merupakan perwujudan dari hati dan pikiran manusia dan tampak
dari tampilan fisik seperti raut muka, perilaku, gerak gerik. Peringai
merupakan unsur kepribadian yang mulai nyata, dapat dilihat, dan
terindentifikasi. Tipe kepribadian tercermin dari setiap perilaku individu.
5. Intelegensi (IQ)
Intelegensi disebut juga tingkat kecerdasan yang ada pada setiap orang.
Kemampuan berpikir yang dimiliki setiap orang ini berbeda beda. Intelegensi
didalamnya terkait dengan IQ, ingatan, pengetahuan, pengalaman yang pernah
diperoleh oleh seseorang dari interaksi sosialnya. Intelegensi juga bersifat
genetik atau diturunkan, sehingga keluarga yang cenderung cerdas akan
memiliki keturunan yang cerdas pula.
6. Bakat (talent)
Fase Ketiga
Demikian tahap tahap perkembangan kepribadian manusia dari mulai dini sampai
terbentuknya karakter atau kepribadian khas seseorang. Tahapan ini secara umum
ada dan dialami oleh semua orang, namun perubahan dan pembentukan karakter
khas masing masing individu berbeda. Ciri khas individu hasil dari perkembangan
kepribadian ditunjukkan dari perilaku, gerak gerik tubuh, ekspresi wajah, emosi,
dan lainnya. Yang kemudian dikenal juga dengan empat karakter manusia, seperti
melankolis, phlegmatis, koleris, dan sanguinis. Kepribadian seseorang juga bisa
berkembang meliputi dua atau lebih dari karakter tersebut.
Jawab :
Alasan mengapa emosi anak-anak belum stabil walau sudah memasuki usia
sekolah dasar (Kelas 1 dan 2 SD).
1. Keadaan anak
Keadaan individual pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan
pada diri anak akan sangat mempenaruhi perkembangan emosional,
bahkan akan berdampak lebih jauh pada kepribadian anak. Misalnya:
Rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkungan.
2. Faktor belajar
Pengalaman belajar anak menentukan reaksi potensi mana yang mereka
gunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang
perkembangan emosi antara lain, belajar dengan coba-coba, anak belajar
dengan coba-coba untuk mengepresikan emosinya dalam bentuk prilaku
yang memberi penguasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan
kepuasan.
3. Belajar dengan cara meniru
Dengan belajar meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan
emosi orang lain, anak bereaksi dengn emosi dan metode yang sama
dengan orang-orang diamati. Belajar dengan mempersamakan diri anak
meniru reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangannya
yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang
yang ditiru. Disini anak yang meniru emosi orang yang dikagumi.
4. Belajar dengan membimbing dan mengawas
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dimotivasi untuk beraksi
terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang
menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap
rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
5. Belajar dengan pengondisian
Dengan meode atau cara ini, objek situasi yang mulanya gagal memancing
reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian
terjadi dengan mudah dan cepat pada awal kehidupan karena anak kecil
kurang menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setiap
anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase perkembangan
yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses. Namun jika anak tidak
dapat mengamati konflik, konflik tersebut biasanya mengalami gangguan-
gangguan emosi. Adapun cara mengalahkan atau meredamkan emosi anak
adalah dilakukan dengan cara melepaskan ketegangan tubuh.