Anda di halaman 1dari 4

Elsa Indriana

202202007

1. Rintangan Preseptual, interpretasi pribadi terhadap suatu hal tertentu. Karena presepsi ini berasal
dari interpretasi masing-masing individu, maka mungkinsatu orang dengan yang lainnya dapat
mendefinisikan dan menginterprestasikan suatu kata dengan cara yang berbeda.

2. Rintangan emosional/had emosional,

Emosi adalah sesuatu keadaan bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment
(penyesuaian diri dalam) terhadap lingkingan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu ,
"Crow & Crow (dalam Alex Sobur , 2003). Emosi dapat member warna atau menambah kesenangan
terdapat pengalaman - pengalaman, dan emosi juga merupakan motivasi terhadap perubahan dan
tindakan kita. Akan tetapi adakalanya emosi dapat menjadi penghambat atau rintangan kita buat sukses.
Misalnya, prestasi belajar anak akan menurun bila terjadi ketegangan emosional yang dapat
menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian (konsentrasi).

Apabila anak terlalu sering mengalami peledakan emosional yang kuat dapat merugikan anak dalam
penyesuaian sosial, baik akan mengalami ketidaksenangan, rasa kekurangan, dan rasa rendah diri. Emosi
dapat membantu atau juga dapat merugikan perkembangan anak. Untuk mengetahui apakah emosi
yang membantu atau merugikan perkembangan anak dengan cara mengidentifikasi macam dan jenis
pengalaman emosinya. Emosi yang merugikan perkembangan anak antara lain :

1. Takut

Rasa takut dapat timbul karena anak itu memang ditakut - takuti atau karena naluriah. Rasa takut
mempunyai segi negative yang bersifat menggelorakan dan menimbulkan perasaan - perasaan dan
gejala tubuh yang menegangkan. Cara mengatasi rasa takut pada anak (Sobur, 1987: 96 - 97) :

a. Ciptakanlah suasana kekeluargaan / lingkungan sosial mampu menghadirkan rasa aman dan kasih
sayang.
b. Berilah pengharagaan terhadap usaha - usaha anak dan pujilah bila perlu

c. Tanamkan pada anak bahwa ada kewajiban sosial yang perlu ditaati

d. Tumbuhkanlah pada diri anak kepercayaan serta keberanian untuk hidup, jauhkanlah ejekan dan
celaan

2. Marah

Pada umumnya situasi - situasi yang menimbulkan marah meliputi rintangan jasmaniah, gangguan
terhadap gerakan - gerakan yang ingin dilakukan anak baik oleh orang lain maupun karena
ketidakmampuannya sendiri, rintangan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung, rintangan terhadap
keinginan - keinginan, rencana - rencana dan maksud - maksud yang hendak dilakukan atau kejengkelan
- kejengkelan yang menumpuk.

3. Cemburu

Merupakan respon yang normal terhadap kehilangan nyataatau ancaman terhadap kehilangan kasih
sayang. Cemburu merupakan kelanjutan dari marah yang dapat menimbulkan benci atau dendam yang
ditujukan terhadap orang lain. Cemburu diikuti dengan ketegangan yang biasanya diledakan melalui
berbagai variasi reaksi antara lain :

a. Agresif / Permusuhan terhadap Saingan atau dalam hal yang ekstrim terhadap setiap orang

b. Identifikasai dengan Saingan, sebagaimana yang terlihat dalam regresi kepada cara kekanak -
kanakkan

c. Menjauhkan diri dari orng yang dicintai


d. Penekanan, terutama bersikap tidak peduli

e. Sublimasi dan kompetensi yang kreatif

Emosi yang menyenangkan/membantu perkembangan anak:

1. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan

Merupakan emosi yang positif yag tiidak memerlukan usaha untuk menghilangkan situasi yang
menimbulkannya.

2. Kasih Sayang (cinta)

Merupakan reaksi emosional yang ditujukan terhadap seseorang atau sesuatu benda tertentu. Kasih
sayang dibangun berdasarkankan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.

3. Ingin tahu

Selah seseorang menemukan kejanggalanatau keanehan atau sesuatu yang baru yang dijumpai akan
menimbulkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini akan mendorong seseorang untuk melakukan
eksplorasi sampai rasa ingin tahunya terjawab. Maka akan menimbulkan reaksi terhadap minat yang
akan membawa dia menuju kesuksesan.

3. Rintangan kultural dan lingkungan fisik, bersifat fisik bisa menganggu proses komunikasi yang
berlangsung, berupa akustik yang buruk, tulisan yang tak terbaca, cahaya yang redup, masalah
kesehatan, dan lainnya. Mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam berkreatifitasi.
4. Rintangan ekspren dan intelektual, Faktor intelektual merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam proses pembelajaran. Dengan kemampuan intelektual yang cukup seseorang dapat mengikuti
proses belajar mengajar dengan baik. Sebaliknya jika anak tidak memiliki kemampuan intelektual yang
memadai atau yang memiliki keterbelakangan mental maka harus mendapatkan perhatian khusus dalam
proses belajar mengajar. Anak yang demikian dapat dikatakan tergolong dalam anak yang berkebutuhan
khusus.

Kemampuan intelektual manusia tersebut tidak lepas dari keberadaan suatu unsur yang sangat vital dari
tubuh manusia yaitu otak. Seperti yang dikemukakan oleh Martinis Yamin bahwa manusia merupakan
mahkluk yang istimewa dibandingkan makhluk-makhluk lainnya. Kemampuan belajar dan mengolah
informasi pada manusia merupakan ciri penting yang membedakan manusia dari makhluk lain,
kemampuan belajar itu memberi manfaat bagi individu dan juga bagi masyarakat untuk menempatkan
diri dalam makhluk yang berbudaya, dengan belajar seorang mampu mengubah perilaku, dan membawa
pada perubahan individu-individu yang belajar, yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Otak manusia terdiri dari 100 – 200 milyar sel neuron yang siap memproses trilyun informasi, akan
tetapi umumnya 5% bisa memanfaatkan untuk mengakses informasi, hal ini disebabkan saraf di otak
tidak terlatih. Kemampuan otak untuk berpikir atau bernalar sangat ditentukan oleh kebiasaan kita
melatihnya, ia sama halnya dengan otot yang kita miliki, kelenturan otot disebabkan gerakan yang
teratur dan terbiasa. Bagi seorang yang memaksa ototnya bekerja di luar kebiasaan akan terasa pegal
dan sakit. Demikian halnya dengan otak, seseorang yang tidak terbiasa membaca buku, koran dan lain
sebagainya maka matanya lelah, berair dan ngatuk. Otak manusia berpikir tidak hanya ditentukan oleh
kecerdasan dan kepintaran seseorang, akan tetapi kebiasaan dia memaksimalkan otaknya untuk berpikir
dan bernalar. Orang pintar yang tidak terbiasa berpikir dan bernalar tak ubahnya, seperti sebilah pisau
yang tajam yang mampu membelah sebuah kaleng, jika terkena air maka lama kelamaan akan tumpul,
maka ia membutuhkan perawatan dan pengasahan agar tetap tajam (Martinis Yamin, 2013: 3 – 4).

Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan faktor intelektual manusia sangat erat
kaitannya dengan upaya untuk melatih kemapuan otak. Jika seorang terbiasa memaksimalkan fungsi
otaknya maka kemampuan intelektualnya akan berkembang. Perkembangan ini tentu saja tidak terjadi
dengan sendirinya melainkan membutuhkan proses latihan yang dilakukan secara berkesinambungan.
Dengan demikian, dalam proses belajar sudah seharusnya peran faktor intelektual ini mendapat
perhatian dari pendidik agar dapat dikembangkan dengan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai