Anda di halaman 1dari 65

Agustus,

[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah

masalah perdarahan. Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara

dramati dengan adanya pemeriksaan-pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan

persalinan di rumah sakit dan adanya fasilitas transfusi darah, namun kematian ibu

akibat perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian maternal.

Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu

maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika

komponennya tidak dapat segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana dan

perawatan sarana yang memungkinkan penggunaan darah dengan segera,

merupakan kebutuhan mutlak untuk pelayanan obstetri yang layak.

Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan, persalinan,

maupun masa nifas. Oleh karena itu, setiap perdarahan yang terjadi dalam masa

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 1


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

kehamilan, persalinan dan nifas harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan

serius, karena dapat membahayakan ibu dan janin. Setiap wanita hamil, dan nifas

yang mengalami perdarahan, harus segera dirawat dan ditentukan penyebabnya,

untuk selanjutnya dapat diberi pertolongan dengan tepat.

Diperkirakan ada 14 juta kasus pendarahan dalam kehamilan setiap tahunnya;

paling sedikit 128.000 perempuan mengalami pendarahan sampai meninggal.

Pendarahan pasca persalinan merupakan pendarahan yang paling banyak

menyebabkan kematian ibu. Lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi

dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak

mengeluarkan darah. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup setelah

mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat

kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan mengalami mengalami masalah

kesehatan yang berkepanjangan. Oleh sebab itu, diperlukan tndakan yang tepat dan

cepat dalam mengatasi pendarahan pasca persalinan.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 2


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Frekuensi perdarahan post partum yang dilaporkan Mochtar, R. dkk. (1965 -

1969) di R.S. Pirngadi Medan adalah 5,1 % dari seluruh persalinan. Dari laporan-

laporan baik di negara maju maupun di negara berkembang angka kejadian berkisar

antara 5 % sampai 15 %. Dari angka tersebut, diperoleh sebaran etiologi antara lain :

Atonia uteri (50 – 60 %)

Sisa plasenta (23 – 24 %)

Retensio plasenta (16 – 17 %)

Laserasi jalan lahir (4 – 5 %)

Kelainan darah (0,5 – 0,8 %).

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 3


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

BAB II

POST PARTUM HEMORRHAGE

I. Pengertian

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 4


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Pendarahan pasca persalinan (post partum) adalah pendarahan pervaginam 500

ml atau lebih sesudah anak lahir. Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor

satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Pendarahan pasca persalinan

dapat disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, inversio uteri,

laserasi jalan lahir dan gangguan pembekuan darah.

II. Klasifikasi Klinis

Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau

Perdarahan Postpartum Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera).

Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama

perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa

plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.

Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau

Perdarahan Pasca Persalinan Lambat, atau Late PPH). Perdarahan pascapersalinan

sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Perdarahan pasca persalinan sekunder

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 5


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta

yang tertinggal.

III. Etiology

Penyebab PPH antara lain :

1. Atonia uteri ( 50 – 60 % )

2. Sisa plasenta ( 23 – 24 % )

3. Retensio Plasenta ( 16 – 17 % )

4. lacerasi jalan lahir (4–5%)

5. Kelainan pembuluh darah ( 0,5 – 0,8 % )

IV. Insiden :

Pada 5 % persalinan, merupakan 24% kematian dalam kasus obstetri

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 6


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

V. Faktor predisposisi

previous PPH

a. Keadaan umum lemah, anemia, kurang gizi

b. Multiparitas, Grandmultipara, usia

c. Antepartum haemorraghic

d. Precipitous atau Prolonged labor

e. Pasca tindakan operasi vaginal

f. Jarak persalinan pendek kurang dari 2tahun

g. Uterus overdistention ( macrosomia, hydramions, multiple gestation )

h. Chorioamnionitis

i. Uterine abnormalities / fibroids

j. Uterine trauma ( rupture atau inversi)

k. General anastesia

l. Persalinan kurang lege artis

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 7


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

m. Operative delivery

n. Solutio placenta

o. Kelelahan ibu, dll

Faktor-faktor yang mempengaruhi PPH

1. PPH dan usia ibu

Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan yang dapat

mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun

fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan

pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami

penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 8


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

terjadinya komplikasi pascapersalinan terutama perdarahan akan lebih besar.

Perdarahan pascapersalinan yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita

hamil yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi daripada

perdarahan pascapersalinan yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan

pascapersalinan meningkat kembali setelah usia 30-35tahun.

2. PPH dan gravida

Ibu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk multigravida

mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan pascapersalinan

dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan primigravida (hamil pertama

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 9


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

kali). Hal ini dikarenakan pada multigravida, fungsi reproduksi mengalami penurunan

sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan pascapersalinan menjadi lebih besar.

3. PPH dan paritas

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan

pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan

paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan pascapersalinan

lebih tinggi. Pada paritas yang rendah (paritas satu), ketidaksiapan ibu dalam

menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidakmampuan

ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan

nifas.

4. PPH dan Antenatal Care

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 10


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Tujuan umum antenatal care adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental

ibu serta anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga angka

morbiditas dan mortalitas ibu serta anak dapat diturunkan.

Pemeriksaan antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko

tinggi terutama perdarahan yang selalu mungkin terjadi setelah persalinan yang

mengakibatkan kematian maternal dapat diturunkan. Hal ini disebabkan karena

dengan adanya antenatal care tanda-tanda dini perdarahan yang berlebihan dapat

dideteksi dan ditanggulangi dengan cepat.

5. PPH dan kadar hemoglobin

Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin

dibawah nilai normal. Dikatakan anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.

Perdarahan pascapersalinan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500 ml atau

lebih, dan jika hal ini terus dibiarkan tanpa adanya penanganan yang tepat dan akurat

akan mengakibatkan turunnya kadar hemoglobin dibawah nilai normal.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 11


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

VI. Patofisiologi :

a. Masalah dengan kontraksi uterus

Hal-hal yang menyebabkan kontraksi uterus jelek :

1. Overdistensi & janin besar, hidramnion, kembar

2. Partus lama

3. Kondisi uterus memang jelek : grande multipara, anemia, hipovolemi, toxemia

4. Miometrium diinfiltrasi oleh darah ( Uterus Couvelaire )

5. Stimulasi dengan oksitosin yang lama

6. penggunaan tokolitik

7. Anastesi yang dalam atau anestesi lumbal

8. Reaksi HPP

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 12


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

b. Masalah dengan integritas uterus dan jalan lahir

1. Laserasi vagina

2. Laserasi serviks

3. Laserasi / ruptur uteri

Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk

meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan

kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar

tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma

jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga

menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada

ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya

fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 13


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada

keadaan shock hemoragik.

VII. Gejala Klinis

Gejala klinis berupa pendarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir.

Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 14


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan

lain-lain. Penderita tanpa disadari dapat kehilangan banyak darah sebelum ia tampak

pucat bila pendarahan tersebut sedikit dalam waktu yang lama.

Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir tetapi plasenta belum lahir

biasanya disebabkan oleh robekan jalan lahir. Perdarahan setelah plasenta lahir,

biasanya disebabkan oleh atonia uteri. Atonia uteri dapat diketahui dengan palpasi

uterus ; fundus uteri tinggi di atas pusat, uterus lembek, kontraksi uterus tidak baik.

Sisa plasenta yang tertinggal dalam kavum uteri dapat diketahui dengan memeriksa

plasenta yang lahir apakah lengkap atau tidak kemudian eksplorasi kavum uteri

terhadap sisa plasenta, sisa selaput ketuban, atau plasenta suksenturiata (anak

plasenta). Eksplorasi kavum uteri dapat juga berguna untuk mengetahui apakan ada

robekan rahum. Laserasi (robekan) serviks dan vagina dapat diketahui dengan

inspekulo. Diagnosis pendarahan pasca persalinan juga memerlukan pemeriksaan

laboratorium antara lain pemeriksaan Hb, COT (Clot Observation Test), kadar

fibrinogen, dan lain-lain.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 15


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

VIII. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

 Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar

hemoglobin di bawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang

buruk

 Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak periode

antenatal

 Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan

waktu pembekuan

Pemeriksaan radiologi

 Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan

penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan

laboratorium atau radiologis dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman,

pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat adanya jendalan darah dan

retensi sisa plasenta

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 16


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

 USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan

resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya perdarahan post

partum seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan

sensitivitas dan spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta dan variannya

IX. Diagnosis

a. Perdarahan melebihi 500cc atau 25% volume darah

b. Menimbulkan gejala klinis

 Gangguan kardiovaskular

 Kesadaran menurun

 Syok - kematian

c. Palpasi uterus ; bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri

d. Memeriksa placenta dan ketuban

e. Melakukan ekplorasi kavum uteri untuk mengamatai :

 Sisa placenta / ketuban

 Robekan rahim
KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 17
Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

 Placenta suksenturiata

f. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks dan vagina serta varises yang

pecah

g. Pemeriksaan lab : periksa darah, Hb , Clot Observation Test, dll

Jika perdarahan masif, diagnosis relatif lebih mudah. HATI-HATI pada perdarahan

lambat, sedikit-sedikit tapi terus-menerus, dapat tidak terdeteksi / terdiagnosis.

Sehingga pada perawatan pascapersalinan perlu observasi klinis dan laboratorium

serial. Perdarahan hanyalah GEJALA !! Harus diketahui dan ditatalaksana

penyebabnya !!! Bukan sekedar memperbaiki Hb.

Penilaian Klinik untuk Menentukan Derajat Syok

Volume
Tekanan Darah Gejala dan
Kehilangan Derajat Syok
(sistolik) Tanda
Darah

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 18


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Palpitasi,
500-1000 mL

Normal takikardia, Terkompensasi

(10-15%)
pusing

Lemah,
1000-1500 mL Penurunan ringan
takikardia, Ringan
(15-25%) (80-100 mm Hg)
berkeringat

1500-2000 mL Penurunan sedang Gelisah, pucat,


Sedang
(25-35%) (70-80 mm Hg) oliguria

2000-3000 mL Penurunan tajam Pingsan,


Berat
(35-50%) (50-70 mm Hg) hipoksia, anuria

Gejala klinik baru tampak setelah kehilangan darah > 20 %

Gejala-gejala & tanda Penyulit Diagnosis

Uterus tdk berkontraksi & - Syok Atonia uteri

lembek perdarahan segera - Bekuan darah pada serviks

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 19


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Stlh anak lahir ( perdarahan

pasca persalinan primer P3 )

Darah segar yg mengalir - Pucat Robekan jalan

segera stlh bayi lahir ( P3) - Lemah lahir

Uterus berkontraksi keras. - menggigil

Plasenta lengkap

Plasenta blm lahir stlh 30’. - Inversio Uteri Retensio

Perdarahan segera ( P3 ) Plasenta

Uterus berkontraksi & keras

Plasenta/sebagian selaput Uterus berkontraksi tapi Sisa Plasennta

(mengandung pemb.drh ) tinggi fundus tdk berkurang

Tdk lengkap& perdarahan

segera ( P3 )

Uterus tdk teraba, lumen Neurogenik syok Inversio uteri

vagina terisi massa Pucat & limbung

Tampak tapi ( bila plasenta blm

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 20


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

lahir )

Subinvolusi, uterus, nyeri tekan Anemia Endometritis /

perut bawah & uterus, Demam Sisa plasenta

perdarahan ( sekunder / P3 )

Lokhia mukopurulen & berbau

bila infeksi

 Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan

adanya perdarahan yang akan menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal

ini dibiarkan berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok.

perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai

predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya

perdarahan postpartum selalu ada.

 Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras

biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 21


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat

perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan

mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah

perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan

dicatat.

 Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk

di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya

kenaikan fundus uteri setelah uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari

perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi

anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan

dalam.

 Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi

abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi

jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba

uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina,

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 22


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya

robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.

Masalah penegakan diagnosis PPH :

 Perkiraan darah yang keluar dianggap sedikit , seringkali setengah dari

kehilangan darah sebenarnya. Darah tercampur dengan cairan amnion dan

kadang kala dengan urine. Darah terserap spons, handuk, linen, tertampung

dalam ember dan dilantai

 Perdarahan dapat terjadi dengan kecepatan lambat dalam beberapa jam.

Kondisi tersebut mungkin tidak diketahui sampai ibu mendadak syok.


KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 23
Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

 Ibu dengan kadar Hb normal mentoleransi kehilangan darah, sedangkan

kehilangan darah akan fatal pada ibu yang anemia.

X. Komplikasi

Syok hipovolemik

1. Anemia

2. Sheehans syndrom

3. Asherman’s Syndrom

4. Reksi transfuse

5. Komplikasi perdarahan pascapersalinan

Disamping menyebabkan kematian, perdarahan pascapersalinan memperbesar

kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 24


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Perdarahan banyak kelak bisa menyebabkan sindrom Sheehan sebagai akibat

nekrosis pada hipofisisis pars anterior sehingga terjadi insufisiensi pada bagian

tersebut. Gejalanya adalah asthenia, hipotensi, anemia, turunnya berat badan

sampai menimbulkan kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat

alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan metabolisme

dengan hipotensi, amenore dan kehilangan fungsi laktasi.

XI. Prinsip Penatalaksanaan:

Hentikan pendarahan

1. Cegah / atasi syok

2. Ganti darah yang hilang

Penatalaksanaan

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 25


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam 2 komponen, yaitu: (1)

resusitasi dan penanganan perdarahan obstetri serta kemungkinan syok hipovolemik

dan (2) identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan post partum.

Resusitasi cairan

Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik vena sehingga dapat

memberi waktu untuk menegakkan diagnosis dan menangani penyebab perdarahan.

Perlu dilakukan pemberian oksigen dan akses intravena. Selama persalinan perlu

dipasang peling tidak 1 jalur intravena pada wanita dengan resiko perdarahan post

partum, dan dipertimbangkan jalur kedua pada pasien dengan resiko sangat tinggi.

Berikan resusitasi dengan cairan kristaloid dalam volume yang besar, baik normal salin

(NS/NaCl) atau cairan Ringer Laktat melalui akses intravena perifer. NS merupakan

cairan yang cocok pada saat persalinan karena biaya yang ringan dan

kompatibilitasnya dengan sebagian besar obat dan transfusi darah. Resiko terjadinya

asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam hubungan dengan perdarahan post

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 26


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

partum. Bila dibutuhkan cairan kristaloid dalam jumlah banyak (>10 L), dapat

dipertimbangkan pengunaan cairan Ringer Laktat.

Cairan yang mengandung dekstrosa, seperti D 5% tidak memiliki peran pada

penanganan perdarahan post partum. Perlu diingat bahwa kehilangan I L darah perlu

penggantian 4-5 L kristaloid, karena sebagian besar cairan infus tidak tertahan di

ruang intravasluler, tetapi terjadi pergeseran ke ruang interstisial. Pergeseran ini

bersamaan dengan penggunaan oksitosin, dapat menyebabkan edema perifer pada

hari-hari setelah perdarahan post partum. Ginjal normal dengan mudah mengekskresi

kelebihan cairan. Perdarahan post partum lebih dari 1.500 mL pada wanita hamil yang

normal dapat ditangani cukup dengan infus kristaloid jika penyebab perdarahan

dapat tertangani. Kehilanagn darah yang banyak, biasanya membutuhkan

penambahan transfusi sel darah merah.

Cairan koloid dalam jumlah besar (1.000 – 1.500 mL/hari) dapat menyebabkan efek

yang buruk pada hemostasis. Tidak ada cairan koloid yang terbukti lebih baik

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 27


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

dibandingkan NS, dan karena harga serta resiko terjadinya efek yang tidak diharapkan

pada pemberian koloid, maka cairan kristaloid tetap direkomendasikan.

Transfusi Darah

Transfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut dan

diperkirakan akan melebihi 2.000 mL atau keadaan klinis pasien menunjukkan tanda-

tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat

PRC digunakan dengan komponen darah lain dan diberikan jika terdapat indikasi.

Para klinisi harus memperhatikan darah transfusi, berkaitan dengan waktu, tipe dan

jumlah produk darah yang tersedia dalam keadaan gawat.

Tujuan transfusi adalah memasukkan 2 – 4 unit PRC untuk menggantikan pembawa

oksigen yang hilang dan untuk mengembalikan volume sirkulasi. PRC bersifat sangat

kental yang dapat menurunkan jumlah tetesan infus. Msalah ini dapat diatasi dengan

menambahkan 100 mL NS pada masing-masing unit. Jangan menggunakan cairan

Ringer Laktat untuk tujuan ini karena kalsium yang dikandungnya dapat

menyebabkan penjendalan.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 28


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Penatalaksanaan umum :

1. Berteriak minta bantuan. Segera mobilisasi semua personel yang tersedia

2. Lakukan evaluasi kondisi umum ibu dengan cepat, termasuk tanda-tanda vital (

denyut nadi, tekanan darah, pernafasan dan suhu tubuh)

3. Jika dicurigai syok, segera mulai terapi syok. Walaupun tidak ada tanda syok,

tetap pikirkan tentang syok saat anda mengevaluasi ibu lebih lanjut karena

statusnya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, penting untuk

segera memulai terapi.

4. Massase uterus untuk mengeluarkan darah dan bekuan darah. Bekuan darah

yang tertahan didalam uterus menghambat kontraksi uterus yang efektif.

5. Berikan oksitosin 10 unit IM

6. Pasang infuse IV dan ifukan cairan IV

7. Pasang kateter urine

8. Periksa untuk melihat apakah placenta telah keluar dan periksa kelengkapan

placenta

9. Periksa adanya robekan jalan lahir

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 29


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

10. Periksa terjadinya anemia setalah perdarahan berhenti selama 24 jam

 Jika Hb < 7 gr% atau Ht < 20%, siapkan transfuse dan berikan zat besi

dan asam folat peroral.

 Jika Hb 7-11 gr%, berikan besi sulfat/ besi fumarat 60 mg PO ditambah

asam folat 400 µg PO sekali sehari selama 6 bulan.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 30


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Haemorraghic Post Partum

Diagnosis
- perdarahan > 500 cc
- ada gejala klinis
- evaluasi tanda vital

Syok ?
- kulit dingin
- pernafasan tidak teratur
- takikardi Tanggulangi
- Nadi kecil/tak teraba syok
- Urin <<

Evaluasi penyebab dan lakukan penanganan umum

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 31


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Atonia Uteri Robekan Jalan Lahir Retensi Placenta

o Kontraksi lembek / o Placenta lengkap o Placenta belum lahir

kurang o Uterus berkontraksi 30 menit setelah

o Uterus besar baik kelahiran

o Segera o Evaluasi penyebab o Uterus berkontraksi

o Dapat syok mulai dari uterus o Tindakan manual

sampai perineum placenta

o DD placenta

inkarserata

Inversi uteri Ruptur Uteri Retensi Placenta

o Fundus uteri tidak o Nyeri hebat Sebagian

teraba pada palpasi o Syok o Bagian permukaan

abdomen o Nyeri tekan maternal plasenta

o Nyeri ringan – hebat abdomen hilang, robeknya

o Inversi uteri tampak o Nadi cepat selaput ketuban

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 32


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

pada vulva o Segera dengan pembuluh

o Segera darah

o Uterus berkontraksi

HPP lambat / sekunder

o Perdarahan > 24 jam

o Uterus lebih lunak dan lebih besar dari yang diperkirakan

o Perdarahan bervariasi dan berbau busuk

o Anemia

Persiapkan Tindakan Khusus dan Perbaikan


keadaan umum
- Persiapan infus dan transfuse
- Profilaksis antibiotika
- Observasi keadaan umum

Algoritma Penanganan Postpartum Hemorrhage

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 33


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

XII. Pencegahan

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 34


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Penanganan terbaik adalah pencegahan. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :

 Tingkatkan gizi, / keadaan umum melalui ante natal care

 Persalinan lege artis

 Mengobati penderita yang mengalami anemia

 Bila pernah HPP sebelumnya, persalinan harus dilakukan di RS

 Pemeriksaan kadar fibrinogen

 Jangan memijat dan mendorong uterus kebawah sebelum placenta lepas dari

dindingnya saat kala III

 Oksitosin / uterotonika

 Tingkatkan KB

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 35


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

XIII. Prognosis Post Partum Hemoragic

Perdarahan pascapersalinan masih merupakan ancaman yang tidak terduga

walaupun dengan pengawasan yang sebaik-baiknya, perdarahan pascapersalinan

masih merupakan salah satu sebab kematian ibu yang penting. Sebaliknya menurut

pendapat para ahli kebidanan modern: ”Perdarahan pascapersalinan tidak perlu

membawa kematian pada ibu bersalin”. Pendapat ini memang benar bila kesadaran

masyarakat tentang hal ini sudah tinggi dan dalam klinik tersedia banyak darah dan

cairan serta fasilitas lainnya. Dalam masyarakat kita masih besar anggapan bahwa

darahnya adalah merupakan hidupnya karena itu mereka menolak menyumbangkan

darahnya, walaupun untuk menolong jiwa istri dan keluarganya sendiri.

Pada perdarahan pascapersalinan, Mochtar R.ddk, melaporkan angka kematian ibu

7,9% dan Wiknjosastro H. 1,8-4,5%. Tingginya angka kematian ibu karena banyak

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 36


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

penderita yang dikirim dari luar dengan keadaan umum yang sangat jelek dan anemis

dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong.(10)

BAB III

ATONIA UTERI

I. PENDAHULUAN

Perdarahan pospartum dini oleh karena atonia uteri merupakan salah satu 3

penyebab terbesar kematian maternal di negara berkembang dan maju. Pencegahan,

diagnosis dini, dan manajemen yang benar, merupakan kunci untuk mengurangi

dampak tersebut. Perawatan intrapartum harus selalu menyertakan perawatan

pencegahan perdarahan pospartum dini, identifikasi faktor risiko, dan ketersediaan

fasilitas untuk mengatasi kejadian perdarahan pospartum dini.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 37


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Penyebab yang sering perdarahan pospartum dini adalah atonia uteri. Faktor risiko

terjadinya atonia uteri: paritas yang tinggi, overdistended uterus (kehamilan multiple,

polihidramnion), persalinan lama atau terlalu cepat, riwayat induksi, dan penggunaan

magnesium sulfat. Tonus uteri biasanya dinilai dengan palpasi abdomen setelah

persalinan; walaupun kontraksi uterus normal, tetap dilakukan terapi untuk mencegah

terjadinya atonia uteri.

II. PENGERTIAN

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan

merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi

uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah

melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 38


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut

miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah

implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut

tidak berkontraksi.

Terjadinya atonia uteri biasanya disebabkan karena kondisi-kondisi yang

menyebabkan overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion,

atau paritas tinggi.

III. Faktor-faktor predisposisi atonia uteri antara lain :

 Grandemultipara

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 39


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

 Uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak sangat besar

(BB >4000gram)

 Kelainan uterus (uterus bicornis, mioma uteri, bekas operasi)

 Plasenta previa dan solutio plasenta (perdarahan antepartum

 Partus lama (exhausted mother)

 Partus precipitates

 Hipertensi dalam kehamilan (Gestosis)

 Infeksi uterus

 Anemi berat

 Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi partus)

 Riwayat PPH sebelumnya atau riwayat plasenta manual

 Pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong-dorong

uterus sebelum plasenta terlepas

 IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban (koagulopati)

 Tindakan operatif dengan anestesi umum yang terlalu dalam.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 40


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Gambar Atonia uteri

IV. PENCEGAHAN ATONIA UTERI

Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan

pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 41


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam

persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.

Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang

cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti

ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri.

Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif

protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip

100-150 cc/jam.

Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika

untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin

merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40

menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan

antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang

dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 42


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Satu unit Volume per unit Per unit mengandung Efek pd perdarahan

obsterri

V. MANAJEMEN ATONIA UTERI

1. Resusitasi

Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi

dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital,

monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan

darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan tranafusi darah.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 43


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Darah Lengkap Sekitar 500 mL ; Ht SDM, plasma, 600-700 mg Memulihkan TBV dan

sekitar 40 % fibrinogen, tanpa trombosit fibrinogen,

meningkatkan Ht 3-4

vol% per unit

Packed RBC Sekitar 250 mL plus Hanya SDM, tidak ada meningkatkan Ht 3-4

larutan aditif; Ht fibrinogen dan trombosit vol% per unit


(packed cells)

sekitar 55-80%

Plasma Beku segar Sekitar 250 mL; Koloid plus sekitar 600-700 Memulihkan volume

dibutuhkan mg fibrinogen, tanpa sirkulasi dan fibrinogen


(FFP)

pemulihan suhu trombosit

selama 30menit

sebelum digunakan

Kriopresipitat Sekitar 15 mL, beku Sekitar 200 mg fibrinogen Diperlikan sekitar 3000-

plus factor pembekuan lain, 4000 mg untuk

tanpa trombosit memulihkan fibrinogen

ibu menjadi 150 g/dL

Trombosit Sekitar 50 mL, Satu unit meningkatkan Biasanya ditransfusikan

disimpan pada suhu hitung trombosit sekitar sebanyak 6-10 unit jika

kamar 5000µL diperlukan

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 44


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Produk Darah yang Sering Ditransfusikan pada perdarahan Obstetri

2. Masase dan kompresi bimanual

Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan

menghentikan perdarahan.

kompresi uterus bimanual

 Dengan memakai sarung tangan yang steril atau yang didesinfeksi tingkat

tinggi , masukan satu tangan kedalam vagina dan keluarkan bekuan darah dari

bagian darah uterus atau serviks.

 Buat kepalan tangan

 Letakan kepalan tangan di forniks anterior dan beri tekanan pada dinding

anterior uterus.

 Dengan tangan yang lain , tekan abdomen dibelakang uterus dalam dalam

yang memberi tekanan pada dinding posterior uterus.

 Pertahankan kompresi sampai perdarahan terkontrol dan uterus berkontraksi.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 45


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Gbr. Kompresi Bimanual

Tetapi, kompresi bimanual melelahkan penolong sehingga jika tidak lekas

memberi hasil, perlu diganti dengan perasat yang lain.

Parasat Dickinson mudah diselenggarakan pada seorang multipara dengan

diding perut yang sudah lembek.

 Tangan kanan diletakkan melintang pada dinding dinding uterus, dengan

jari kelingking sedikit diatas simfisi melingkari bagian tersebut sebanyak

mungkin, dan mengangkatnya keatas.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 46


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

 Tangan kiri memegang korpus uteri dan sambil melakukan massage

menekanya kebawah kearah tangan kanan dan kebelakang kearah

promontorium.

Gbr. Perasat Dickinson – Kompresi bimanual – Pemasangan tampon

Alternative lain, lakukan penekanan aorta

 Berikan tekanan kebawah dengan kepalan tangan diletakkan diatas

parabdominalis aortae melalui dinding abomen.

 Titik kompresi tepat diatas umbilicus agak kekiri.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 47


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

 Denyut aorta dapat diraba dengan mudah melalui dinding abdomen

anterior segera pada periode pasca partum.

 Dengan tangan yang lain palpasi denyut nadi femoral untuk memeriksa

keadekuatan kompresi

a. Jika denyut nadi teraba selama kompresi, tekanan yang

dikeluarkan tekanan tangan tidak adekuat

b. Jika denyu nadi femoral tidak teraba, tekanan yang

dikeluarkan tekanan tangan adekuat

 Pertahan kan kompresi sampai perdarahan terkontrol

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 48


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Gbr. Penekanan Aorta Abdominalis

3. Uterotonika

Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis.

Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan

meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah

oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi

menyababkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan

aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa

diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin

sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi

cairan jarang ditemukan.

Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan

tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat

diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan

langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 49


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga

menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien

dengan hipertensi.

Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa.

Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous,

intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat

diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat

dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin

ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping

prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan

bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem

termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan,

berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 50


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada

pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping

serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri.

Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi

perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-

96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka

perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan

masif yang terjadi.

Gunakan uterotonik yang dapat diberikan secara bersamaan atau bertahap.

Dosis dan cara Dosis lanjutan Dosis maksimum Tindakan

pemberian kewaspadaan

dan

kontraindikasi

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 51


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Oksitosin IV : infuskan 20 IV : infuskan 20 Tidak lebih dari 3 Jangan diberikan

unit dalam 1L unit dalam 1 L L cairan IV yang sebagai bolus IV

cairan IV dengan cairan IV dengan mengandung

kecepatan 60 kecepatan 40 oksitosin

tetes permenit tetes permenit

IM : 10 unit

Ergometrin / IM atau IV secara Ulangi 0,2 mg Lima dosis (1mg) Tekanan darah

Metil – perlahan 0,2 mg melalui IM tinggi,

ergometrin setelah 15 menit. preeklampsi,

Jika perlu berikan penyakit jantung

0,2 mg melalui

IM atau IV secara

perlahan setiap 4

jam

15-Metil IM : 0,25 mg 0,25 mg setiap 15 Delapan dosis (2 Asma, tidak

Prostaglandin menit mg) boleh IV

F2α

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 52


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

4. Uterine lavage dan Uterine Packing

Jika uterotonika gagal menghentikan perdarahan, pemberian air panas ke dalam

cavum uteri mungkin dapat bermanfaat untuk mengatasi atonia uteri. Pemberian 1-2

liter salin 47°C-50°C langsung ke dalam cavum uteri menggunakan pipa infus. Tangan

operator tidak boleh menghalangi vagina untuk memberi jalan salin keluar.

Penggunaan uterine packing saat ini tidak disukai dan masih kontroversial. Efeknya

adalah hiperdistended uterus dan sebagai tampon uterus.

Prinsipnya adalah membuat distensi maksimum sehingga memberikan tekanan

maksimum pada dinding uterus. Segmen bawah rahim harus terisi sekuat mungkin,

anestesi dibutuhkan dalam penanganan ini dan antibiotika broad-spectrum harus

diberikan. Uterine packing dipasang selama 24-36 jam, sambil memberikan resusitasi

cairan dan transfusi darah masuk. Uterine packing diberikan jika tidak tersedia fasilitas

operasi atau kondisi pasien tidak memungkinkan dilakukan operasi.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 53


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

3. Operatif

• Ligasi arteri Uterina

Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 80-

90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus

setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm

dibawah irisan segmen bawah rahim.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 54


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Untuk melakukan ligasi Arteri uterine, diperlukan jarum atraumatik yang besar dan

benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan

jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian avaskular

ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa

uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu

penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika

langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim.

Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina

bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai

sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 55


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

uterina yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu

dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.

• Ligasi arteri Iliaka Interna

Identiffikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk melakukannya

harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral paralel dengan garis ureter.

Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri

2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri,

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 56


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

dan dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua ligasi bebas

berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri

iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi.

Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan

perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu

dan kondisi pasien.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 57


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

• Teknik B-Lynch

Gambar 2. teknik B-Lynch.(7)

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 58


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh Christopher B

Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk mengatasi perdarahan

pospartum akibat atonia uteri.

• Histerektomi

Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi

perdarahan pospartum masif yang membutuhkan tindakan operatif. Insidensi

mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan

abdominal dibandingkan vaginal.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 59


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Gambar Histerektomi

BAB IV

KESIMPULAN

1. Perdarahan pospartum dini oleh karena atonia uteri merupakan salah satu dari 3

penyebab terbesar kematian maternal di negara berkembang dan maju. Pencegahan,

diagnosis dini, dan manajemen yang benar, merupakan kunci untuk mengurangi

dampak tersebut.

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 60


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

2. Perawatan intrapartum harus selalu menyertakan perawatan pencegahan

perdarahan pospartum dini, identifikasi faktor risiko, dan ketersediaan fasilitas untuk

mengatasi kejadian perdarahan pospartum dini.

3. Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%),

dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum.

4. Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan

pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut

sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam

persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.

5. Manajemen atonia uteri terdiri dari tindakan konservatif dan operatif.

SKEMA MANAJEMEN ATONIA UTERI

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 61


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 62


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

Atonia uteri

 Infus
 Uterotonika
 Tindakan mekanis ( massase)
 Kompresi bimanual Eastman
 Perasat Dickinson
 Kompresi aorta abdominalis
 Tamponade uterovaginal

Reaksi ada tapi perdarahan berlangsung

Tidak ada reaksi Kemungkinan : - Reaksi baik


- Sisa placenta - Uterotonic
- Tampon Basah - Perdarahan <<

Dilatasi kuretase

Perdarahan Perdarahan
terus berhenti

Histerektomi Konservatif
- Ligasi arteri - antibiotic
hipogastrika KKS OBGYN- RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 63
uterotonic
- Umur > 35 thn Cut Sabrina NPM 05171035
- Suportif (Fe dan/ Vit)
UNAYA
- Grandemultipara
- Paritas kecil
- Perawatan post OP
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

DAFTAR PUSTAKA

1) Winjosastro,prof,dr,SpOg. Ilmu Kebidanan , yayasan bina pustaka sarwono

prawiroharjo, Jakarta, 2005

2) Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, yayasan

bina pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2000

3) Pamilih(editor),Manajemen komplikasi kehamilan dan persalinan, EGC , Jakarta

2005

4) Delfi Lutan Sp.OG,dr. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi.

Jilid I ed. ke-2, Jakarta : EGC. 1998.

5) Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, yayasan

bina pustaka sarwono prawiroharjo, Jakarta, 2000 hal 294-310

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 64


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA
Agustus,
[ PPH E.C. ATONIA UTERI] 2011

6) Prof. dr. Abdul bari saifudin, SpOG, MPH, buku acuan nasional pelayanan

kesehatan maternal dan neonatal, JNPKKR- POGI bekerja sama dengan

yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, hal 169 – 171, 2000. Jakarta.

7) Http://puskesmas_palaran.worldpress.com/2006

8) http://cakulOb.geocities.com

9) Http://www.tempo.co.id

10) http://www.scribd.com/doc/8649214/PENDARAHAN-PASCA-PERSALINAN

11) http://free-medical.com

12) http://books.google.co.id

KKS OBGYN RSUD DR.RM.Djoelham Binjai 65


Cut Sabrina NPM 05171035 / UNAYA

Anda mungkin juga menyukai