Anda di halaman 1dari 18

EFUSI PLEURA 2011

EFUSI PLEURA

PENDAHULUAN

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura


dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam
keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan
pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura
mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.1

Etiologi terjadinya efusi pleura bermacam-macam, yaitu: tuberkulosis


paru (merupakan penyebab yang palng sering di Indonesia), penyakit primer
pada pleura, penyakit penyakit sistemik dan keganasan baik pada pleura
maupun diluar pleura.1

ANATOMI PLEURA2,3

Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis
dan parietalis. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial,
jaringaan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat
tipis. Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura viseralis,
sedangkan membran serosa yang melapisi dinding thorak, diafragma, dan
mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara paru dan
dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi
sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada
hillus paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan
parietalis, diantaranya :
1
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
 Pleura visceralis :
o Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis <
30mm.
o Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
o Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi
fibrosit dan histiosit
o Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen
dan serat-serat elastik
o Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang
banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis
dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe
o Menempel kuat pada jaringan paru
o Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. pleura
 Pleura parietalis
o Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan
ikat (kolagen dan elastis)
o Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a.
Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan
banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan
perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis
dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada
o Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
o Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura

PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga


pleura melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi
oleh saluran limfe, sehingga terjadi keseimbangan antara produksi dan
reabsorpsi, tiap harinya diproduksi cairan kira-kira 16,8 ml (pada orang dengan
berat badan 70 kg). Kemampuan untuk reabsorpsinya dapat meningkat sampai

2
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
20 kali. Apabila antara produk dan reabsorpsinya tidak seimbang (produksinya
meningkat atau reabsorpsinya menurun) maka akan timbul efusi pleura.3

Diketahui bahwa cairan masuk kedalam rongga melalui pleura parietal


dan selanjutnya keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura
parietal melalui sistem limfatik dan vaskular. Pergerakan cairan dari pleura
parietalis ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan
hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan diabsorpsi oleh
sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi oleh sistem kapiler
pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan pada pleura visceralis
adalah terdapatnya banyak mikrovili di sekitar sel-sel mesothelial.

Akumulasi cairan pleura dapat terjadi bila:

 Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan


pembentukan cairan pleura melalui pengaruh terhadap hukum
Starling.Keadaan ni dapat terjadi pada gagal jantung kanan, gagal
jantung kiri dan sindroma vena kava superior.
 Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada
atelektasis, baik karena obstruksi bronkus atau penebalan pleura
visceralis
 Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat menarik lebih
banyak cairan masuk ke dalam rongga pleura
 Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa
menyebabkan transudasi cairan dari kapiler pleura ke arah rongga
pleura
 Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran limfe
bermuara pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan vena
sistemik akan menghambat pengosongan cairan limfe.5,6,7

3
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
ETIOLOGI5,6

A. Berdasarkan Jenis Cairan

Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura, yaitu :

1. Cairan serus (hidrothorax)


2. Darah (hemothotaks)
3. Chyle (chylothoraks)
4. Nanah (pyothoraks atau empyema)

Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di


dada. Penyebab lainnya adalah:

 pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan


darahnya ke dalam rongga pleura
 kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta)
yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
 gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak
membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan
melalui sebuah jarum atau selang.

Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi


jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema
bisa merupakan komplikasi dari:

 Infeksi pada cedera di dada


 Pembedahan dada
 Pecahnya kerongkongan
 Abses di perut
 Pneumonia

4
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu
cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh
penyumbatan saluran karena adanya tumor.

Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi
karena efusi pleura menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis
rematoid.

Kalau seorang pasien ditemukan menderita efusi pleura, kita harus


berupaya untuk menemukan penyebabnya. Ada banyak macam penyebab
terjadinya pengumpulan cairan pleura. Tahap yang pertama adalah
menentukan apakah pasien menderita efusi pleura jenis transudat atau eksudat.
Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang mempengaruhi
pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.4

Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi


pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi
pleura tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran kadar
Laktat Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam cairan, pleura. Efusi pleura
eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga kriteria berikut ini,
sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga kriteria
ini:

1. Protein cairan pleura / protein serum > 0,5

2. LDH cairan pleura / cairan serum > 0,6

3. LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai LDH yang
normal di dalam serum.

5
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011

PARAMETER TRANSUDAT EKSUDAT

Warna Jernih Jernih, keruh, berdarah

BJ < 1,016 > 1,016

PH > 7,3 < 7,3

Leukosit < 1000 > 1000

Rivalta Negatif Positif

Glukosa 60 mg/dl (= GD plasma) 60 mg/dl (bervariasi)

Protein < 3 gr % > 3 gr %

Rasio protein T-E/plasma < 0,5 > 0,5

LDH < 200 IU/dl > 200 IU/dl

Rasio LDH T-E/plasma < 0,6 > 0,6

Alkali fosfatase < 75 U > 75 U

Efusi pleura berupa:6,7

a. Eksudat, disebabkan oleh :

1. Pleuritis karena virus dan mikoplasma : virus coxsackie, Rickettsia,


Chlamydia. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-
6000/cc. Gejala penyakit dapat dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise,
mialgia, sakit dada, sakit perut, gejala perikarditis. Diagnosa dapat dilakukan
dengan cara mendeteksi antibodi terhadap virus dalam cairan efusi.

2. Pleuritis karena bakteri piogenik: permukaan pleura dapat ditempeli oleh


bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara
hematogen. Bakteri penyebab dapat merupakan bakteri aerob maupun
anaerob (Streptococcus paeumonie, Staphylococcus aureus, Pseudomonas,
Hemophillus, E. Coli, Pseudomonas, Bakteriodes, Fusobakterium, dan lain-
6
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
lain). Penatalaksanaan dilakukan dengan pemberian antibotika ampicillin dan
metronidazol serta mengalirkan cairan infus yang terinfeksi keluar dari rongga
pleura.

3. Pleuritis karena fungi penyebabnya: Aktinomikosis, Aspergillus,


Kriptococcus, dll. Efusi timbul karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap
organisme fungi.

4. Pleuritis tuberkulosa merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi


melalui focus subpleural yang robek atau melalui aliran getah bening, dapat
juga secara hemaogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Timbulnya
cairan efusi disebabkan oleh rupturnya focus subpleural dari jaringan nekrosis
perkijuan, sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya masuk ke rongga
pleura, menimbukan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Efusi yang disebabkan
oleh TBC biasanya unilateral pada hemithoraks kiri dan jarang yang masif.
Pada pasien pleuritis tuberculosis ditemukan gejala febris, penurunan berat
badan, dyspneu, dan nyeri dada pleuritik.

5. Efusi pleura karena neoplasma misalnya pada tumor primer pada paru-
paru, mammae, kelenjar linife, gaster, ovarium. Efusi pleura terjadi bilateral
dengan ukuran jantung yang tidak membesar. Patofisiologi terjadinya efusi ini
diduga karena :

 Infasi tumor ke pleura, yang merangsang reaksi inflamasi dan terjadi


kebocoran kapiler.
 Invasi tumor ke kelenjar limfe paru-paru dan jaringan limfe pleura,
bronkhopulmonary, hillus atau mediastinum, menyebabkan gangguan
aliran balik sirkulasi.
 Obstruksi bronkus, menyebabkan peningkatan tekanan-tekanan negatif
intra pleural, sehingga menyebabkan transudasi. Cairan pleura yang
ditemukan berupa eksudat dan kadar glukosa dalam cairan pleura
tersebut mungkin menurun jika beban tumor dalam cairan pleura cukup

7
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
tinggi. Diagnosis dibuat melalui pemeriksaan sitologik cairan pleura dan
tindakan blopsi pleura yang menggunakan jarum (needle biopsy).

6. Efusi parapneumoni adalah efusi pleura yang menyertai pneumonia


bakteri, abses paru atau bronkiektasis. Khas dari penyakit ini adalah dijumpai
predominan sel-sel PMN dan pada beberapa penderita cairannya berwarna
purulen (empiema). Meskipun pada beberapa kasus efusi parapneumonik ini
dapat diresorpsis oleh antibiotik, namun drainage kadang diperlukan pada
empiema dan efusi pleura yang terlokalisir. Menurut Light, terdapat 4 indikasi
untuk dilakukannya tube thoracostomy pada pasien dengan efusi
parapneumonik:
 Adanya pus yang terlihat secara makroskopik di dalam kavum pleura
 Mikroorganisme terlihat dengan pewarnaan gram pada cairan pleura
 Kadar glukosa cairan pleura kurang dari 50 mg/dl
 Nilai pH cairan pleura dibawah 7,00 dan 0,15 unit lebih rendah daripada
nilai pH bakteri

Penanganan keadaan ini tidak boleh terlambat karena efusi parapneumonik


yang mengalir bebas dapat berkumpul hanya dalam waktu beberapa jam saja.

7. Efusi pleura karena penyakit kolagen: SLE, Pleuritis Rheumatoid,


Skleroderma

8. Penyakit AIDS, pada sarkoma kapoksi yang diikuti oleh efusi


parapneumonik.

b. Transudat, disebabkan oleh :

1. Gangguan kardiovaskular

Penyebab terbanyak adalah decompensatio cordis. Sedangkan penyebab


lainnya adalah perikarditis konstriktiva, dan sindroma vena kava superior.
Patogenesisnya adalah akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik
dan tekanan kapiler dinding dada sehingga terjadi peningkatan filtrasi pada
8
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
pleura parietalis. Di samping itu peningkatan tekanan kapiler pulmonal akan
menurunkan kapasitas reabsorpsi pembuluh darah subpleura dan aliran getah
bening juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongg pleura
dan paru-paru meningkat.

Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada dapat


juga menyebabkan efusi pleura yang bilateral. Tapi yang agak sulit
menerangkan adalah kenapa efusi pleuranya lebih sering terjadi pada sisi
kanan.

Terapi ditujukan pada payah jantungnya. Bila kelainan jantungnya


teratasi dengan istirahat, digitalis, diuretik dll, efusi pleura juga segera
menghilang. Kadang-kadang torakosentesis diperlukan juga bila penderita amat
sesak.

2. Hipoalbuminemia

Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan pleura


dibandingkan dengan tekanan osmotik darah. Efusi yang terjadi kebanyakan
bilateral dan cairan bersifat transudat. Pengobatan adalah dengan memberikan
diuretik dan restriksi pemberian garam. Tapi pengobatan yang terbaik adalah
dengan memberikan infus albumin.

3. Hidrothoraks hepatik

Mekanisme yang utama adalah gerakan langsung cairan pleura melalui


lubang kecil yang ada pada diafragma ke dalam rongga pleura. Efusi biasanya
di sisi kanan dan biasanya cukup besar untuk menimbulkan dyspneu berat.
Apabila penatalaksanaan medis tidak dapat mengontrol asites dan efusi, tidak
ada alternatif yang baik. Pertimbangan tindakan yang dapat dilakukan adalah
pemasangan pintas peritoneum-venosa (peritoneal venous shunt, torakotomi)
dengan perbaikan terhadap kebocoran melalui bedah, atau torakotomi pipa
dengan suntikan agen yang menyebakan skelorasis.

9
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
4. Meig’s Syndrom

Sindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderita-
penderita dengan tumor ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat
menimbulkan sindrom serupa : tumor ovarium kistik, fibromyomatoma dari
uterus, tumor ovarium ganas yang berderajat rendah tanpa adanya metastasis.
Asites timbul karena sekresi cairan yang banyak oleh tumornya dimana efusi
pleuranya terjadi karena cairan asites yang masuk ke pleura melalui porus di
diafragma. Klinisnya merupakan penyakit kronis.

5. Dialisis Peritoneal

Efusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal. Efusi terjadi
unilateral ataupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal
ke rongga pleura terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan
samanya komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat.

c. Darah

Adanya darah dalam cairan rongga pleura disebut hemothoraks. Kadar


Hb pada hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah
hemothorak yang baru diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini
mungkin karena faktor koagulasi sudah terpakai sedangkan fibrinnya diambil
oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi segera membeku, maka biasanya
darah tersebut berasal dari trauma dinding dada.

B. Berdasarkan Kuman Penyebab7

1. Mycobacterium Tuberculosis

2. Non Myobacterium Tubercualaosis

10
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
Bisa dikarenakan :

a. Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza

b. Clostridium perringens, Bacteroides fragilis

c. Jamur : Histoplasma siscovidiodomycosis, Aspergillus

d. Virus dan Mycoplasma pneumoni

e. Parasit, Amoeba

f. Hydatul disease

g. SLE

h. Penyakit rheumatoid

i. Asbestosis

j. Obat-obatan: Bromocriptine, methysergide, dan trolene sodium,


nitrofuratoin

k. Neoplasma

l. Dekompensasi jantung

m. Trauma

n. Idiopatik

Pada beberapa efusi pleura, walaupun telah dilakukan prosedur


diagnostik secara berulang-ulang (pemeriksaan radiologis, analisis cairan, biopsi
pleura, dll), kadang-kadang masih belum bisa didapatkan diagnosis yang pasti.
Keadaan ini dapat digolongkan dalam efusi pleura idiopatik. Hasil pemeriksaan
dengan operasi pun kadang-kadang hanya menunjukkan pleura yang menebal
karena pleuritis yang non spesifik.

11
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
Cairan pleuranya kebanyakan bersifat eksudatif dan berisi beberapa jenis
sel. Penyebab efusi pleura ini banyak yang beluam jelas, tapi diperkirakan
karena adanya infeksi, reaksi hipersensitivitas, kontaminasi dengan asbestos, dll.

Pada daerah-daerah dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi (negara-


negara yang sedang barkembang), efusi pleura idiopatik ini kebanyakan
dianggap sebagai pleuritis tuberkulosa, sedangkan pada negara-negara yang
maju sering dianggap sebagai pleuritis karena penyakit kolagen atau
neoplasma.

GEJALA EFUSI PLEURA6,7

Dan anamnesa didapatkan :

1. Sesak nafas

2. Rasa berat pada dada

3. Berat badan menurun pada neoplasma

4. Batuk berdarah pada karsinoma bronchus atau metastasis

5. Demam subfebris pada TBC, dernarn menggigil pada empilema

6. Ascites pada sirosis hepatis

Dari pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang sakit)

1. Dinding dada lebih cembung dan gerakan tertinggal

2. Vokal fremitus menurun

3. Perkusi dull sampal flat

4. Bunyi pernafasan menruun sampai menghilang

12
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
5. Pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat dapat dilihat atau diraba pada
treakhea

Nyeri dada pada pleuritis :

Simptom yang dominan adalah sakit yang tiba-tiba seperti ditikam dan
diperberat oleh bernafas dalam atau batuk. Pleura visceralis tidak sensitif, nyeri
dihasilkan dari pleura parietalis yang inflamasi dan mendapat persarafan dari
nervus intercostal. Nyeri biasanya dirasakan pada tempat-tempat terjadinya
pleuritis, tapi bisa menjalar ke daerah lain :

1. Iritasi dari diafragma pleura posterior dan perifer yang dipersarafi oleh G.
Nervuis intercostal terbawah bisa menyebabkan nyeri pada dada dan
abdomen.

2. Iritasi bagian central diafragma pleura yang dipersarafi nervus phrenicus


menyebabkan nyeri menjalar ke daerah leher dan bahu.

DIAGNOSIS1,4,7

Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar


adanya penurunan suara pernafasan. Apabila cairan yang terakumulasi lebih
dari 500 ml, biasanya akan menunjukkan gejala klinis seperti penurunan
pergerakan dada yang terkena efusi pada saat inspirasi, pada pemeriksaan
perkusi didapatkan dullness/pekak, auskultasi didapatkan suara pernapasan
menurun, dan vocal fremitus yang menurun.

Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:

Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk


mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

13
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011

CT scan dada

CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa


menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor

USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang


jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

14
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

Analisa cairan pleura

Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di


konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus
dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50
ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga
pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan
adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.

Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan
yang terkumpul.

Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian


cairan pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis.
Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:

1. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin,


amylase, pH, dan glucose

2. Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui


kemungkinan terjadi infeksi bakteri

3. Pemeriksaan hitung sel

4. Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan

15
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk
membedakan apakan cairan tersebut merupakan cairan transudat atau eksudat.
Efusi pleura transudatif disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah
keseimbangan antara pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Misalnya
pada keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis hepatis. Sedangkan efusi
pleura eksudatif disebabkan oleh faktor local yang mempengaruhi
pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Efusi pleura eksudatif biasanya
ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi virus, dan
keganasan

PENATALAKSANAAN EFUSI PLEURA4,7

1. Pengobatan Kausal

· Pleuritis TB diberi pengobatan anti TB. Dengan pengobatan ini cairan


efusi dapat diserap kembali untuk menghilangkan dengan cepat dilakukan
thoraxosentesis.

· Pleuritis karena bakteri piogenik diberi kemoterapi sebelum kultur dan


sensitivitas bakteri didapat, ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3 x 500 mg.
Terapi lain yang lebih penting adalah mengeluarkan cairan efusi yang terinfeksi
keluar dari rongga pleura dengan efektif.

2. Thoraxosentesis, indikasinya :

· Menghilangkan sesak yang ditimbulkan cairan

· Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal

· Bila terjadi reakumulasi cairan

· Kerugiannya: hilangnya protein, infeksi, pneumothoraxs.

16
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
3. Water Sealed Drainage

Penatalaksanaan dengan menggunakan WSD sering pada empyema dan efusi


maligna.

Indikasi WSD pada empyema :

· Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi

· Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu

· Terjadinva piopneumothoraxs

4. Pleurodesis

Tindakan melengketkan pleura visceralis dengan pleura parietalis


dengan menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa,
corynebacterium, parfum, talk) atau tindakan pembedahan. Tindakan
dilakukan bila cairan amat banyak dan selalu terakumulasi kembali.

PENCEGAHAN

Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya


yang dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang
lebih lengkap bila diagnosa kausal belum dapat ditegakkan.1

17
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI
EFUSI PLEURA 2011
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-
penatalaksanaan-pada-efusi-pleura.html#more-372
2. Hinshaw HW, Murray JF. Disorders of the pleural diseases of the chest.
Igaku-Shoin/Shaunders International edition. 4th ed. 1980. 883-918.
3. Asril Bahar. Penyakit penyakit Pleura. Buku Ilmu Penyakit Dalam, jilid II.
Jakarta, Balai Penerbit FKUI. 1990:773-98
4. Ida Parwati. Berbagai metode pemeriksaan laboratorium untuk
menunjang diagnosis penyakit paru. Symposium nasional penggunaan
antimikroba dalam bidang respirology, Bandung, 14-15 desember 1996
5. Herbert A. Pathogenesis of pleurisy, pleural fibrosis and mesothelial
proliferation, thorax 1986;41:176-89
6. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Prof. dr. Hood Alsagaff, Airlangga
University Press, 2002
7. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, FKUI

18
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI

Anda mungkin juga menyukai