TINJAUAN TEORI
mendefinisikan tantrum sebagai suatu ledakan emosi kuat sekali disertai rasa
Dari sumber lain juga menyatakan temper tantrum adalah suatu luapan emosi yang
meledak-ledak dan tidak terkontrol. Temper tantrum seringkali muncul pada anak
usia 15 bulan hingga 6 tahun (Zaviera, 2008). Termper tantrum yang terjadi pada
11
12
Temper tantrum juga didefinisikan sebagai perilaku tidak terkontrol, termasuk menjerit,
perilaku unjuk frustasi lain yang mengandung kekerasan. Dalam bentuk ekstremnya,
tantrum dapat disertai dengan menahan nafas, muntah dan agresi serius, termasuk
menggigit. Perilaku seperti ini paling sering dijumpai bila anak merasa frustasi, marah,
atau bahkan hanya karena tidak dapat menerima suatu keadaan. Temper tantrum
dianggap normal pada usia 1 sampai 3 tahun, jika periode temper tantrum hanya
Mashar (2011) mengemukakan bahwa Temper tantrum adalah suatu letupan kemarahan
anak yang sering terjadi pada saat anak menunjukkan sikap negatif atau penolakan.
Perilaku ini sering diikuti tingkah laku seperti menangis dengan keras, berguling-guling
kegiatan lainnya.
Pendapat lain juga dikatakan oleh Tandry (2010), tantrum adalah perilaku menangis,
berteriak, atau bisa juga dikatakan sebagai luapan frustasi yang ekstrim yang tampak
seperti kehilangan kendali. Perilaku ini dapat dicirikan dengan gerak tubuh yang kasar
atau agresif seperti membuang barang, berguling dilantai, membenturkan kepala dan
menghentakan kaki ke lantai. Pada anak yang lebih kecil (lebih muda) biasanya sampai
muntah, pipis, atau bahkan nafas sesak karena terlalu banyak menangis dan berteriak.
13
Dalam kasus tertentu, ada pula anak yang sampai menendang atau memukul orang tua
Dari beberapa definisi yang telah djelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan temper
tantrum adalah perilaku ketidakmampuan anak dalam mengontrol emosi yang terjadi
Anak-anak biasanya ingin belajar „lebih‟ dan bersifat individu. Mereka ingin lebih dari
kemampuan dirinya dalam mengatur secara fisik dan emosional. Bila anak tidak
mampu, maka dapat menyebabkan anak frustasi dan diekspresikan dengan berbagai
cara. Tantrum dan tingkah laku agresif dapat berkembang sebagai hasil dari ganjaran
behavior”) tidak dapat mendapatkan ganjaran, tetapi hanya perilaku „nakal‟ (“naughty
behavior”) yang mendapat perhatian dari orangtua atau guru. Anak kemudian belajar
bahwa dia dapat menerima ganjaran berupa perlakuan (treats) dan perhatian kasih
sayang (loving attention) dengan menjadi nakal (by being naughty), dan menjadi
“good” berarti kurang diperhatikan atau diberi ganjaran. Ganjaran yang diberiakan
secara tidak konsisten dapat menyebabkan anak menjadi khawatir atau menarik diri,
karena anak tidak mengetahui apakah ia akan dihukum atau diberi ganjaran untuk
perasaan tidak senang pada perlakuan fisik, tantrum juga dimaksudkan sebagai suatu
melalui cetusan marah (outburst), atau merupakan suatu hasil meniru dari orangtua atau
anggota keluarga lainnya. Tantrum biasanya terjadi pada anak umur 18 bulan – 4 tahun.
Tantrum ini disebut otonomi diri, yaitu rasa mampu berbuat sesuai kehendak (autonomy
vs shame and doubt). Pada umur 1-3 tahun, timbul beberapa kebebasan dari
ketergantungan total pada orangtua. Kebebasan fisik berupa mulai belajar dan kemudian
Pada dasarnya temper tantrum merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam mengontrol emosi dalam dirinya. Jika perilaku ini tidak
didukung oleh keikutsertaan orangtua dalam mengasuh anak secara tepat, maka anak
akan belajar menjadi orang yang kasar dan agresif dalam menghadapi sebuah
permasalahan. Tantrum juga dapat menjadi masalah yang serius bila orangtua tidak
1. Manipulative Tantrum
Manipulative tantrum terjadi ketika seseorang anak tidak memperoleh apa yang
Tantrum jenis ini terjadi ketika anak tahu apa yang ia inginkan, tapi tidak tahu
yang dialaminya.
3. Temperamental Tantrum
Temperamental tantrum terjadi ketika tingkat frustasi anak mencapai tahap yang
sangat tinggi, anak menjadi sangat tidak terkontrol dan sangat emosional. Anak akan
menjadi sangat lelah dan sangat kecewa. Pada tantrum jenis ini anak sulit untuk
tantrum, yaitu tantrum aktif dan pasif. Tanrum aktif terdiri atas protes dan sosial,
serta tantrum pasif terdiri atas merengek dan tidak kooperatif. Tantrum aktif adalah
ketika anak tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Biasanya anak akan
melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya. Tantrum aktif bisa juga muncul
16
ketika anak marah dengan temannya. Biasanya anak bertindak agresif (dapat
temannya. Adapun tantrum pasif yaitu ketika anak merasa tidak puas terhadap suatu
hal. Biasanya anak merengek, ngambek atau terus menerus bertanya dengan cara
menganggu. Tantrum pasif juga terjadi ketika anak tidak suka melakukan sesuatu
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis tantrum yang
biasa terjadi pada anak, yakni manipulative tantrum, verbal frustation tantrum,
temperamental tantrum, dan tantrum aktif yang terdiri atas protes dan sosial, serta
tantrum pasif yang terdiri atas merengek dan tidak kooperatif. Jenis-jenis tantrum
tidak terus terjadi dan dapat meminimalisir terjadinya perilaku tantrum dimasa
mendatang.
Selain memahami penyebab munculnya perilaku tantrum perlu juga diamati gejala-
gejala yang muncul pada anak tantrum seperti yang disebutkan Mashar (2011) antara
lain:
1. Anak memiliki kebiasaan tidur, makan, dan buang air besar tidak teratur.
4. Mood atau suasana hatinya lebih sering negatif. Anak sering merespons sesuatu
dengan penolakan.
negatif lainnya.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan
asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan mendidik anak, sedangkan orangtua
memiliki arti ayah dan ibu, jadi dapat disimpulkan pola asuh orangtua memiliki arti cara
atau sistem ayah dan ibu dalam merawat atau mendidik anak. Pola asuh orangtua adalah
kegiatan atau cara mengasuh orangtua dalam berinteraksi dengan anak (Handayani dkk,
2012).
18
Menurut Baumrind dalam Dariyo (2011) ada tiga jenis pola asuh:
Dalam pola asuh ini orangtua merupakan sentral. Artinya segala ucapan, perkataan
maupun kehendak orangtua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-
anak. Supaya taat, orangtua tidak segan-segan menerapkan hukuman yang keras
kepada anak. Orangtua beranggapan agar aturan itu stabil dan tak berubah, maka
seringkali orangtua tak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau
Banyak anak yang dididik dengan pola asuh otoriter ini, cenderung tumbuh
Pola asuh permisif ini, orangtua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi
kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anak. Orangtua seringkali menyetujui
terhadap semua keinginan dan kehendak anaknya. Semua kehidupan keluarga seolah-
olah ditentuka oleh kemauan dan keinginan anak. Jadi anak merupakan sentral dan
kewibawaan.
Pola asuh ini adalah gabungan antara pola asuh otoriter dan pola asuh permisif
dengan tujuan menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan
19
suatu gagasan, ide, atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan. Dengan demikian
orangtua dan anak dapat berdiskusi, berkomunikasi atau berdebat konstruktif, logis,
kepribadian yang mantap pada diri anak. Anak makin mandiri, matang, dan dapat
Dalam memberlakukan pola asuh di lingkungan keluarga, orang tua dipengaruhi oleh
beberapa hal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap
Jika orang tua merasa memberikan pola asuh yang baik maka akan mereka tetapkan
juga pada anak mereka, namun sebaliknya jika kurang sesuai maka akan digunakan
Semua orang tua lebipenelitianh dipengaruhi oleh apa yang oleh anggota kelompok
mereka dianggap sebagai cara “terbaik”, daripada oleh pendirian mereka sendiri
Orang tua yang lebih muda cenderung demokratis dan permisif dibandingkan dengan
mereka yang tua. Mereka cenderung mengurangi kendali ketika anak beranjak
remaja.
Orang tua yang belajar cara mengasuh anak dan mengerti kebutuha anak akan lebih
menggunakan pola asuh yang demokratis daripada orang tua yang tidak mengerti.
5. Jenis kelamin.
Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya dibanding pria, dan
mereka cenderung kurang otoriter. Hal ini berlaku untuk orang tua maupun pengasuh
lainnya.
Orang tua dari kalangan menengah kebawah akan lebih otoriter dan memaksa
daripada mereka yang dari menengah ke atas. Semakin tinggi pendidikan pola asuh
Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua,
cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah menganut konsep
modern.
Orang tua pada umumnya akan lebih keras terhadap anak perempuan daripada
9. Usia anak.
21
Pola asuh otoriter digunakan untuk anak kecil, karena anak-anak tidak mengerti
10. Situasi.
yang otoriter.
Moch. Sochib (2010) membagi menajdi 9 hal yang mempengaruhi orangtua dalam
mendisiplinkan anak :
1. Lingkungan fisik
5. Suasana psikologis
6. Sosial budaya
9. Menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperialku dan yang diupayakan kepada
anak-anak
22
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakini indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
2. Memahami (Comprehesion)
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara luas.
3. Aplikasi (Aplication)
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu:
1. Faktor Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka aan semakin mudah untuk
Pengetahuan umumnya dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh orang
tua, guru, dan media masa. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan,
pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan
teknologi.
24
2. Faktor Pekerjaan
3. Faktor Pengalaman
pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan semakin bertambah pula
dengan wawancara atau angket yang menyatakan tantang isi materi yang ingin diukur
4. Keyakinan
Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat secara turun-temurun
dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu, keyakinan positif dan keyakinan negatif
5. Sosial budaya
Orangtua yang berasal dari kelas sosial ekonomi menengah ke atas cenderung lebih
bersifat hangat dibandingkan orangtua yang berasal dari sosial ekonomi rendah. Lebih
kemampuan untuk menunda keinginan, bekerja untuk jangka panjang dan kepekaan
anak dalam hubungannya dengan oranglain. Orangtua dari golongan ini lebih bersikap
terbuka terhadap hal-hal yang baru. (Hetherington dan parke dalam prasetyo 2003).
Menurut Priyono dan Budhi (2008), bahwa ekonomi adalah bagaimana manusia dan
memanfaatkan sumber daya yang langka dalam mengahasilkan berbagai barang dan jasa
dan mendistribusikannya diantara mereka bagi keperluan konsumsi, pada saat ini atau
dimasa mendatang, diantara berbagai manusia dan kelompok yang ada di masyarakat.
Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status
sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang
ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti pendidikan, padapatan dan
Menurut Friedman (2004) faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi seseorang
yaitu :
1. Pendidikan
perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi
2. Pekerjaan
3. Keadaan ekonomi
Culture universal adalah unsur kebudayaan yang bersifat universal, adala didalam
semua kebudayaan didunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara
asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat
5. Pendapatan
Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang telah dilakukan.
Pendapatan akan memenuhi gaya hidup seseorang. Orang atau keluarga yang
mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan memperaktikan gaya hidup
yang mewah misalnya lebih konsumtif karena mereka mampu untuk membeli semua
kebawah.
1. Golongan Pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp.
3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawah antara Rp.
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp. 1.500.000 per
bulan
28
Pendidikan
Menengah SD
Tinggi SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Pekerjaan
Teknisi
Tenaga profesional
Kekayaan
Rp 5.000.000 – Rp 15.000.000
Sumber : (Adi,2008)