THYPOID FEVER
RUMAH SAKIT ISLAM LUMAJANG
Di susun oleh :
FIRDA UFAIRAH
(14901.08.21017)
LUMAJANG, ................................
MAHASISWA
.....................................
KEPALA RUANGAN
A. ANATOMI SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.
1. Usus Halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa (sebelah kanan), lapisan otot
melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M longitudinal) dan lapisan
serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum),
usus kosong (jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus halus terdiri
dari pipa berotot (> 6 cm), pencernaan secara kimiawi, penyerapan makanan.
Terbagi atas usus 12 jari (duodenum), usus tengah (jejenum), usus penyerapan
(ileum).
2. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejenum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang
normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pancreas dan kantung empedu. Nama duodenum
berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
3. Usus Kosong (jejenum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
5. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar
terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri),
kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat
didalam usus besar berfungsi mencerna makanan beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
6. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar
7. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk
nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen)
8. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. (Bruner and
Sudart, 2010).
C. DEFINISI
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
salmonela typhi. Demam tifoid di jumpai secara luas di berbagi negara berkembang
yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Data World Health
Organization (WHO) tahun 2003.
Demam thiypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri salmonella typhyii dan
bersifat endemik yang termasuk dalam penykit menular. Memperkirakan terdapat
sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insiden 600.000 kasus
kematian tiap tahun. (Riyanto, 2011)
Demam thypoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonel la
Thypii (Elsevier,2013).
D. ETIOLOGI
Etiologi dari demam thypoid adalah:
1. Bakteri Salmonella Thyposa.
2. Bakteri Salmonella Parathyposa A,B,dan C.
Penyakit typhoid adalah penyakit menular yang sumber infeksinya berasal dari
feses dan urine, sedangkan lalat sebagai pembawa atau penyebar dari kuman
tersebut.
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan
limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke
peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati,
limpa dan organ-organ lainnya ( Suriadi, 2006).
Perjalanan penyakit demam typhoid juga di sampaikan oleh Rohim (2002)
adalah: pada fase awal demam typhoid biasa ditemukan adanya gejala saluran napas
atas. Ada kemungkinan sebagian kuman ini masuk ke dalam peredaran darah melalui
jaringan limfoid di faring. Terbukti dalam suatu penelitian bahwa Salmonella typhi
berhasil diisolasi dari jaringan tonsil penderita demam typhoid, walaupun pada
Salmonella typhi percobaan lain seseorang yang berkumur dengan air yang
mengandung hidup ternyata tidak menjadi terinfeksi. Pada tahap awal ini penderita
juga sering mengeluh nyeri telan yang disebabkan karena kekeringan mukosa
Karena respon imunologi yang terlibat dalam patogenesis demam typhoid adalah
sel mononuklear maka keterlibatan sel poli morfo nuclear hanya sedikit dan pada
umumnya tidak terjadi pelepasan prostaglandin sehingga tidak terjadi aktivasi adenil
siklase. Hal ini menerangkan mengapa pada serotipe invasif tidak didapatkan adanya
diare. Tetapi bila terjadi diare seringkali hal ini mendahului fase demam enterik.
Penulis lain mengatakan bahwa diare dapat terjadi oleh karena toksin yang
berhubungan dengan toksin kolera dan enterotoksin E. coli yang peka terhadap
panas.
Pathway
Defisit Nutrisi
Nyeri Akut
Hipertermi
G. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari demam tifoid adalah:
1. Gejala pada anak :inkubasi antara 5-40 hari dengan rata- rata 10- 14
hari
2. Deman meninggi
3. Ruam muncul pada
4. Mual,muntah
5. Nyeri kepala
6. Kembung
7. Diare
8. Batuk
9. Gangguan pada saluran pencernaan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
D. SLKI
1. Status nutrisi
indikator SA ST
asupan gizi
asupan makanan
asupancairan
hidrasi
2. Pengetahuan :menejemen penyakit peradangan usus
indikator SA ST
3.tingkat ketidaknyamanan
indikator SA ST
cemas
depresi
sesak napas
E. SIKI
1. Menejemen gangguan makan
2. Menejemen nutrisi
F. IMPLEMENTASI
a) Menejemen gangguan makan
1. Observasi klien selama dan setelah pemberian makan
2. Ajarkandan dukung konsep nutrisi yang baik
3. Berikan arahan dan dukungan jika diperlukan
b) Menejemen nutrisi
SLKI
a. Termoregulasi
indikator SA ST
tingkat pernapasan
dehidras
b. tanda-tanda vital
indikator SA ST
suhu tubuh
peningkatan pernafasan
tekanan nadi
SIKI
a. Perawatan demam
b. Pengaturan suhu
IMPLEMENTASI
a. Perawatan demam
1. pantau ttv
2. monitor suhu dan warna kulit
3. dorong untuk bedres
b.Pengaturan suhu
1) Monitor suhu paling tidak 2 jam
2) Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
3) Monitordan laporkan adanya tanda dan gejala dari hipertermi
3. Gangguan rasa nyaman
a. Tujuan :setelah dilakukan tindakan 3x24 jam pasien merasa nyaman
b. Batasan karakteristik
1. ansietas
2. gangguan pola tidur
3. Menangis
4. merasa tidak nyaman
c. faktor berhubungan
1. gejala terkait penyakit
SLKI
a. Status kenyamanan
indikator SA ST
lingkungan fisik
b. Tingkat kecemasan
indikator SA ST
perasaan gelisah
menangis
gelisah
ketakutan
SIKI
1) Pengurangan kecemasan
2) Manejemen lingkungan:kenyamanan
IMPLMENTASI
1. pengurangan kecemasan
a) Gunakan penekatan yang tenang dan meyakinkan
b) Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi
ketakutan
c) Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
b.Manejemen lingkungan:kenyamanan
a). Ciptakan lingkungan yang tenang da mendukung
b). Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
c). Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu istirhat
c. Dukungan spiritual
a). Gunaka komuniasi terapeutik dalam membangun hubungan saling
percaya dan caring
b). Dorong partisipasi terkait dengan keterlibatan anggota keluarga
teman dan orang lain
c). Dengarkan perasaan klien
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :
FIRDA UFAIRAH
(14901.08.21017)
G. Pengorganisasian
Observer : Penyuluh
Keterangan :
: klien : penyuluh
H. Evaluasi
Proses : Penyuluhan berjalan lancar.
Audiens tidak meninggalkan proses penyuluhan
Hasil : Audiens dapat menjelaskan secara singkat pengertian water tepid sponge
Audiens menjelaskan tentang manfaat dari water tepid sponge
Audiens menyebutkan alat dan bahan yang digunakan untuk water tepid
sponge
Audiens menjelaskan teknik water tepid sponge
MATERI
A. Pengertian
Demam didefinisikan bila suhu tubuh lebih dari normal sebagai akibat dari
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Kompres tepid sponge adalah sebuah
teknik kompres hangat yang menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah
supervisial dengan teknik seka. Kompres tepid sponge ini hampir sama dengan kompres air
hangat biasa, yakni mengompres pada lima titik (leher, 2 ketiak, 2 pangkal paha) ditambah
menyeka bagian perut dan dada atau diseluruh badan dengan kain. Basahi lagi kain bila
kering .(Isnaeni,2014)
B. Manfaat Water Tepid Sponge
1. Dapat memberikan rasa nyaman
2. Teknik tepid sponge lebih efektif untuk mempercepat penurunan suhu tubuh
dibanding kompres hangat.
3. Adanya perbedaan penurunan suhu tubuh antara kompres hangat dengan teknik
water tepid sponge sebesar 0,2oC.
C. Alat dan Bahan
1) Ember atau baskom untuk tempat air hangat (37°C)
2) Lap mandi/wash lap
3) Handuk mandi
4) Selimut mandi
5) Perlak
6) Termometer digital.
D. Langkah Prosedur
1. Tahap Persiapan
a) Persiapan alat meliputi ember atau baskom untuk tempat air hangat (37°C),
lap mandi/wash lap, handuk mandi, selimut mandi, perlak, termometer
digital.
b) Cuci tangan 6 langkah sebelum kontak dengan pasien dan demgan
lingkungan pasien.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara tepid water
sponge
b) Beri kesempatan klien untuk buang air sebelum dilakukan tepid water
sponge.
c) Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat jenis dan waktu pemberian
antipiretik pada klien.
d) Buka seluruh pakaian klien dan alas klien dengan perlak.
e) Tutup tubuh klien dengan handuk mandi. Kemudian basahkan wash lap atau
lap mandi, usapkan mulai dari kepala, dan dengan tekanan lembut yang
lama, lap seluruh tubuh, meliputi leher, kedua ketiak, perut, ekstremitas
atas dan lakukan sampai ke arah ekstremitas bawah secara bertahap. Lap
tubuh klien selama 15 menit. Pertahankan suhu air (37°C).
f) Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali dengan air hangat
lalu ulangi tindakan seperti diatas.
g) Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau segera setelah
suhu tubuh klien mendekati normal.
h) Selimuti klien dengan selimut mandi dan keringkan. Pakaikan klien baju
yang tipis dan mudah menyerap keringat.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, M. 2014. Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh antara Kompres Hangat dan Water
Tepid Sponge pada Pasien Anak Usia 6 Bulan - 3 Tahun dengan Demam di Puskesmas
Kartasura Sukuharjo. Jurnal ums.ac.id