Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

THYPOID FEVER
RUMAH SAKIT ISLAM LUMAJANG

Di susun oleh :
FIRDA UFAIRAH
(14901.08.21017)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG - PROBOLINGGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP THYPOID FEVER
DI RUANG NURSING STATION 2 RUMAH SAKIT ISLAM LUMAJANG

LUMAJANG, ................................

MAHASISWA

.....................................

PEMBIMBING RUANGAN PEMBIMBING AKADEMIK

KEPALA RUANGAN
A. ANATOMI SISTEM PENCERNAAN

B. FISIOLOGI DARI DEMAM TYPHOID

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.
1. Usus Halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa (sebelah kanan), lapisan otot
melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M longitudinal) dan lapisan
serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum),
usus kosong (jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus halus terdiri
dari pipa berotot (> 6 cm), pencernaan secara kimiawi, penyerapan makanan.
Terbagi atas usus 12 jari (duodenum), usus tengah (jejenum), usus penyerapan
(ileum).
2. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejenum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang
normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pancreas dan kantung empedu. Nama duodenum
berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
3. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah


bagian dari usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara
2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam
usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus
4. Usus Penyerapan (ileum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
5. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar
terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri),
kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat
didalam usus besar berfungsi mencerna makanan beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
6. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar
7. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk
nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen)
8. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. (Bruner and
Sudart, 2010).
C. DEFINISI
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
salmonela typhi. Demam tifoid di jumpai secara luas di berbagi negara berkembang
yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Data World Health
Organization (WHO) tahun 2003.

Demam thiypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri salmonella typhyii dan
bersifat endemik yang termasuk dalam penykit menular. Memperkirakan terdapat
sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insiden 600.000 kasus
kematian tiap tahun. (Riyanto, 2011)
Demam thypoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonel la
Thypii (Elsevier,2013).
D. ETIOLOGI
Etiologi dari demam thypoid adalah:
1. Bakteri Salmonella Thyposa.
2. Bakteri Salmonella Parathyposa A,B,dan C.

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Salmonella typhi. Infeksi


umumnya diperoleh dari makanan atau air yang terkontaminasi bakteri dari
tinja yang terinfeksi (Valman, 2006).
Etiologi penyakit demam typhoid menurut Rampengan (2011)
disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhos atau Eberthella typhosa
yang merupakan kuman gram negative, motil dan tidak menghasilkan spora.
Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu
yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70˚c ataupun oleh antiseptik.
Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia.
Salmonella Thyposa sangat resisten dan dapat hidup lama dalam air
yang keruh atau pada makanan yang terkontaminasi. Salmonella parathypi
basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora.
Mempunyai sekurang-kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O
(somatik), H (flagela), VI dan protein membran hialin (Kasendaadhd,2010).
E. KLASIFIKASI
1. Demam thypoid akut non komplikasi

Demam thypoid akut dikaraktreristikan dengan adanya


demamberkepanjangan abnormalis,fungsi bowel (konstipasi pada pasien
dewasa,dan diare pada anak anak ),sakit kepala malaise dan anoreksia,bentuk
bronchitis biasa terjadi fase pada awal penyakit selama periode demam, sampai
25%penyakit menujujkkan adanya rose spot pada dada,abdomen dan punggung
2. Demam thypoid dengan komlikasi

Pada demam tifoid akut, keadaan mungkin dapat berkembang mejadi


komplikasi parah.bergantug pada kualitas pengobatan dan keadaaan kliniknya
hingga 10% pasien mengalami komplikasi dari melena,usudan peningkatan
ketidaknyamanan abdomen
3. Keadaan karier

Keadaan karier tifoid terjadi pada1-5% pasien ,bergantungumur pasien.


Karier tifoid bersifat kronis dalamhal sekresi salmenella typhi difeses
(fitrianggraini, A., 2012)
F. PATOFISIOLOGI

Penyakit typhoid adalah penyakit menular yang sumber infeksinya berasal dari
feses dan urine, sedangkan lalat sebagai pembawa atau penyebar dari kuman
tersebut.
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan
limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke
peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati,
limpa dan organ-organ lainnya ( Suriadi, 2006).
Perjalanan penyakit demam typhoid juga di sampaikan oleh Rohim (2002)
adalah: pada fase awal demam typhoid biasa ditemukan adanya gejala saluran napas
atas. Ada kemungkinan sebagian kuman ini masuk ke dalam peredaran darah melalui
jaringan limfoid di faring. Terbukti dalam suatu penelitian bahwa Salmonella typhi
berhasil diisolasi dari jaringan tonsil penderita demam typhoid, walaupun pada
Salmonella typhi percobaan lain seseorang yang berkumur dengan air yang
mengandung hidup ternyata tidak menjadi terinfeksi. Pada tahap awal ini penderita
juga sering mengeluh nyeri telan yang disebabkan karena kekeringan mukosa
Karena respon imunologi yang terlibat dalam patogenesis demam typhoid adalah
sel mononuklear maka keterlibatan sel poli morfo nuclear hanya sedikit dan pada
umumnya tidak terjadi pelepasan prostaglandin sehingga tidak terjadi aktivasi adenil
siklase. Hal ini menerangkan mengapa pada serotipe invasif tidak didapatkan adanya
diare. Tetapi bila terjadi diare seringkali hal ini mendahului fase demam enterik.
Penulis lain mengatakan bahwa diare dapat terjadi oleh karena toksin yang
berhubungan dengan toksin kolera dan enterotoksin E. coli yang peka terhadap
panas.
Pathway

Defisit Nutrisi

Nyeri Akut

Hipertermi
G. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari demam tifoid adalah:
1. Gejala pada anak :inkubasi antara 5-40 hari dengan rata- rata 10- 14
hari
2. Deman meninggi
3. Ruam muncul pada
4. Mual,muntah
5. Nyeri kepala
6. Kembung
7. Diare
8. Batuk
9. Gangguan pada saluran pencernaan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan


laboratorium, yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Leukosit

Pada febristyphoid terhadap ileumopenia dan limfobrastis relatf


tetap kenyataan leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kasus febris
typhoid jumlah leukosit pada sediaan darah tepi pada berada dalam
batas normal, walaupun kadang-kadang terikat leukositanis tidak ada
komplikasi berguna untuk febris typhoid.
b. Pemeriksaan darah tepi: dapat ditemukan leukopenia, limfositosis
relatif, aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
c. Biakan empedu: basil salmonella thypii ditemukan dalam darah
penderita biasanya dalam minggu pertama sakit.
d. Pemeriksaan WIDAL: Bila terjadi aglutinasi.
e. Identifikasi antigen: Elisa, PCR, IgM S thyphi dengan Tubex TF cukup
akurat.
f. Pemeriksaan SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi kembali ke
normal setelah sembuhnya demam thypoid. Kenaikan SGOT dan SGPT
ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.(Patriani,2010)/
I. PENATALAKSANAAN
1. Medis

Penatalaksanaan untuk pasien penderita thypoid, yaitu:


a. Tirah baring selama demam masih ada sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih 14 hari.
Diet
1) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
b. Obat-obatan

Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid.


Waktu penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan.
Antibiotika,seperti,ampicillin,kloramfenikol,trimethoprim,sulfametho
xazole,dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam
tipoid di negara-negara barat. Obat-obat antibiotik adalah:
1) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari,
terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama
14 hari.
2) Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-
4 kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
3) Kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi
dalam 2-3 kali pemberian, oral, selama 14 hari.
4) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50
mg/kg BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg
BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari.
c. Bila ada indikasi perforasi usus dilakukan operasi.
d. Mobilisasi bertahap bila panas badan mulai
menurun(Ummusalma,2010).
2. Keperawatan
e. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit.
Pasien typhoid umumnya menderita gangguan kesadaran dari apatik
sampai spoorokoma, delirium (yang berat) disamping anoreksia dan
demam lama. Keadaan ini menyebabkan kurangnya masukan nutrisi atau
cairan sehingga kebutuhan nutrisi yang penting untuk masa
penyembuhan berkurang pula, dan memudahkan timbulnya komplikasi.
f. Gangguan suhu tubuh.

Pasien tifus abdominalis menderita demam lama, pada kasus yang


khas demam dapat sampai 3 minggu. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan kondisi tubuh lemah, dan mengakibatkan kekurangan
cairan, karena perspirasi yang meningkat. Pasien dapat menjadi gelisah,
selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering dan pecah-pecah.
g. Gangguan rasa aman dan nyaman.

Gangguan rasa aman dan nyaman pasien typhoid sama dengan


pasien lain, yaitu karena penyakitnya serta keharusan istirahat di tempat
tidur, jika ia sudah dalam penyembuhan.
J. KOMPLIKASI
Menurut widagdo (2011,hal:220-221) kompliasi dari demam tifoid dapat
digolongkan dalam intra dan ekstra intestinal.
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan

Dapat terjadi pada 1-10%kasus, terjadi setalah inggu pertama dengan


ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan peningkatan
denyut nadi
b. Perforasi usus

Terjadi pada 0,5-3%,setelah minggu pertam dilalui oleh perdarahan


ukurn sampai beberapa cm dibagian distal ileum ditanai engan nyeri
abdomen yang kuat,muntah dan gejala peritonitis.
2. Komplikasi ekstraintestinal
a. Sepsi
Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobik
b. Hepatitis dan kholesistitis

Ditandai dengan gangguan uji fungsi hti,pada pemeriksaan amilae


serum menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk sebagai adanya
komplikasi pankreatitis.
c. Peneuponia atau bronkitis

Serig ditemukan yaitu kira –kira sebanyak 10%,umumnya


disebabkan karena adanya superinfeksi selain oleh salmonella.
d. Miokarditis toksik

Ditandai oleh adanya aritmia,blok sinoktrial, dan perubahan semen


ST dan gelombang T ,pada miokrd dijumpai infiltrasi kenak dan
nikrosis.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medik.
b. Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun-
turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta
penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam
tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah
saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama
sekali.
2) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine
menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan
merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
3) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh
5) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit
anaknya.
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham
pada klien.
7) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410C, muka
kemerahan.
2) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan
gambaran seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
5) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak
kusam
6) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
7) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi
lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut
kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
2. Hipertermi b/d meningkatnya pengaturan suhu tubuh
3. Gangguan rasa nyaman b/d lingkungan yang mengganggu
C. PERENCANAAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhna tubuh b/d anorekksia
a. Tujuan:setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nutrisi terpenuhi
b. Batasan karakteristik
i. ketidakmampuan memakan makanan
ii. kurang minat makan
iii. penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
c. faktor berhubungan
1. ketidak mampuan mencerna makanan
2. kurang asupan makanan

D. SLKI
1. Status nutrisi
indikator SA ST

asupan gizi

asupan makanan

asupancairan

hidrasi
2. Pengetahuan :menejemen penyakit peradangan usus
indikator SA ST

dampak penyakit terhadap pertumbuhan


dan perkembangan
manfaat manejemenpenyakit

faktor-faktor yang pemicu kekambuhan

makanan makanan pemicu

3.tingkat ketidaknyamanan
indikator SA ST

cemas

depresi

sesak napas

kehilangan nafsu makan

E. SIKI
1. Menejemen gangguan makan
2. Menejemen nutrisi
F. IMPLEMENTASI
a) Menejemen gangguan makan
1. Observasi klien selama dan setelah pemberian makan
2. Ajarkandan dukung konsep nutrisi yang baik
3. Berikan arahan dan dukungan jika diperlukan
b) Menejemen nutrisi

1. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimingan terhadap pilihan


mkanan yang lebih sehat
2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
3. Lakukan atau bantu perawatan mulut sebelum makan
4. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
2. Hipertermi b/d menigkatnya pengaturan suhu
a. Tujuan:setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 3x24jamdiharapkan
suhu tubuh mnurun
b. Batasan karakteristik
1. Gelisah
2. Kulit terasa panas
c. Faktor berhubungan
1. penyakit

SLKI
a. Termoregulasi
indikator SA ST

tingkat pernapasan

peningkatan suhu kulit

dehidras

b. tanda-tanda vital
indikator SA ST

suhu tubuh

peningkatan pernafasan

tekanan nadi

SIKI
a. Perawatan demam
b. Pengaturan suhu
IMPLEMENTASI
a. Perawatan demam
1. pantau ttv
2. monitor suhu dan warna kulit
3. dorong untuk bedres
b.Pengaturan suhu
1) Monitor suhu paling tidak 2 jam
2) Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
3) Monitordan laporkan adanya tanda dan gejala dari hipertermi
3. Gangguan rasa nyaman
a. Tujuan :setelah dilakukan tindakan 3x24 jam pasien merasa nyaman
b. Batasan karakteristik
1. ansietas
2. gangguan pola tidur
3. Menangis
4. merasa tidak nyaman
c. faktor berhubungan
1. gejala terkait penyakit

SLKI
a. Status kenyamanan
indikator SA ST

lingkungan fisik

dukungan sosial dari keluarga

perawatan sesuai dengan kebutuhan

b. Tingkat kecemasan
indikator SA ST

tidak dapat beristirahat

perasaan gelisah

rasa takut yang disampaikan secara lisan

peningkatan frekuansi nadi


c. Tingkat rasa takut anak
indiktor SA ST

menangis

gelisah

ketakutan

SIKI
1) Pengurangan kecemasan
2) Manejemen lingkungan:kenyamanan
IMPLMENTASI
1. pengurangan kecemasan
a) Gunakan penekatan yang tenang dan meyakinkan
b) Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi
ketakutan
c) Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
b.Manejemen lingkungan:kenyamanan
a). Ciptakan lingkungan yang tenang da mendukung
b). Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
c). Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu istirhat
c. Dukungan spiritual
a). Gunaka komuniasi terapeutik dalam membangun hubungan saling
percaya dan caring
b). Dorong partisipasi terkait dengan keterlibatan anggota keluarga
teman dan orang lain
c). Dengarkan perasaan klien
DAFTAR PUSTAKA

Herdman t. Heather. 2010. Diagnosis keperawatan. Jakarta : EGC


Fitrianggraini,A. 2012. Evaluasi pola penggunaan antibiotik pada pasien anak.surakarta.
Wong, dona l. 2012. Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC
Rampengan, T.H. 2011. Penyakit Infeksi Trofik pada Anak: Edisi. 2. EGC. Jakarta.
Cahyono,J.B suharyo B.2010. vaksinasi,caraampuh cegah penyakit infeksi.
Yogyakarta:kanisius
W. Sudoyo. Aru. 2006 Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta.
Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc, Edisi Revisi Jilid 1, Yogyakarta:Mediaaction
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KOMPRES HANGAT WATER TEPID SPONGE (WTS)

Disusun Oleh :
FIRDA UFAIRAH
(14901.08.21017)

PRODI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Kompres air hangat pada pasien demam


Sub Pokok Bahasan : Water Tepid Sponge
Sasaran : Keluarga Pasien dan pasien Hari dan Tanggal Pelaksanaan :
Waktu : Jum’at, 05 November 2021
Tempat : Ruangan Nurse Station 2 RSI Lumajang
A.TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 15 menit, peserta dapat mengetahui
bagaimana cara mengompres dengan air hangat..
B.TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 15 menit peserta dapat :
1. Mampu menjelaskan secara singkat pengertian water tepid sponge
2. Mampu menjelaskan tentang manfaat dari water tepid sponge
3. Mampu menyebutkan alat dan bahan yang digunakan untuk water tepid sponge
4. Mampu menjelaskan teknik water tepid sponge
C. Materi
Terlampir
D. Metode
1) Ceramah
2) Tanya jawab
E. Media
1) Leaflet
F. Proses Penyuluhan

NO KEGIATAN WAKTU PENYAJI SASARAN


1 Pembukaan 2 menit 1)Mengucapkan salam 1) Membalas
2) Memperkenalkan salam
diri 2) Memperhatikan
dan
mendengarkan
2 Penyajian bahan tentang: 6 menit 1) Menjelaskan 1) Mendengarka
1) Menjelaskan secara singkat 2) Mempraktekkan
secara singkat pengertian
pengertian water water tepid
tepid sponge sponge
2) Menjelaskan 2) Menjelaskan
tentang manfaat tentang
dari water tepid manfaat dari
sponge water tepid
3) Menyebutkan sponge
alat dan bahan 3) Menyebutkan
yang digunakan alat dan bahan
untuk water yang
tepid sponge digunakan
4) Menjelaskan untuk water
teknik water tepid sponge
tepid sponge 4) Menjelaskan
teknik water
tepid sponge
3 Evaluasi 5 menit 1) Memberi
kesempatan
kepada peserta
untuk
bertanya untuk
mengevaluasi
peserta,apakah
peserta dapat
menjelaskan
kembali materi
penkes dengan
bertanya
2) Menyimpulkan
kembali materi
yang disajikan
3) Diharapkan 30%
memahami materi
4 Penutup 2 menit 1) Penyaji 3) Menjawab
mengucapkan salam
terima kasih
2) Mengucapkan
salam penutup

G. Pengorganisasian
Observer : Penyuluh

Keterangan :
: klien : penyuluh

H. Evaluasi
Proses : Penyuluhan berjalan lancar.
Audiens tidak meninggalkan proses penyuluhan

Hasil : Audiens dapat menjelaskan secara singkat pengertian water tepid sponge
Audiens menjelaskan tentang manfaat dari water tepid sponge
Audiens menyebutkan alat dan bahan yang digunakan untuk water tepid
sponge
Audiens menjelaskan teknik water tepid sponge
MATERI
A. Pengertian
Demam didefinisikan bila suhu tubuh lebih dari normal sebagai akibat dari
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Kompres tepid sponge adalah sebuah
teknik kompres hangat yang menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah
supervisial dengan teknik seka. Kompres tepid sponge ini hampir sama dengan kompres air
hangat biasa, yakni mengompres pada lima titik (leher, 2 ketiak, 2 pangkal paha) ditambah
menyeka bagian perut dan dada atau diseluruh badan dengan kain. Basahi lagi kain bila
kering .(Isnaeni,2014)
B. Manfaat Water Tepid Sponge
1. Dapat memberikan rasa nyaman
2. Teknik tepid sponge lebih efektif untuk mempercepat penurunan suhu tubuh
dibanding kompres hangat.
3. Adanya perbedaan penurunan suhu tubuh antara kompres hangat dengan teknik
water tepid sponge sebesar 0,2oC.
C. Alat dan Bahan
1) Ember atau baskom untuk tempat air hangat (37°C)
2) Lap mandi/wash lap
3) Handuk mandi
4) Selimut mandi
5) Perlak
6) Termometer digital.
D. Langkah Prosedur
1. Tahap Persiapan
a) Persiapan alat meliputi ember atau baskom untuk tempat air hangat (37°C),
lap mandi/wash lap, handuk mandi, selimut mandi, perlak, termometer
digital.
b) Cuci tangan 6 langkah sebelum kontak dengan pasien dan demgan
lingkungan pasien.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara tepid water
sponge
b) Beri kesempatan klien untuk buang air sebelum dilakukan tepid water
sponge.
c) Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat jenis dan waktu pemberian
antipiretik pada klien.
d) Buka seluruh pakaian klien dan alas klien dengan perlak.
e) Tutup tubuh klien dengan handuk mandi. Kemudian basahkan wash lap atau
lap mandi, usapkan mulai dari kepala, dan dengan tekanan lembut yang
lama, lap seluruh tubuh, meliputi leher, kedua ketiak, perut, ekstremitas
atas dan lakukan sampai ke arah ekstremitas bawah secara bertahap. Lap
tubuh klien selama 15 menit. Pertahankan suhu air (37°C).
f) Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali dengan air hangat
lalu ulangi tindakan seperti diatas.
g) Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau segera setelah
suhu tubuh klien mendekati normal.
h) Selimuti klien dengan selimut mandi dan keringkan. Pakaikan klien baju
yang tipis dan mudah menyerap keringat.
DAFTAR PUSTAKA

Isnaeni, M. 2014. Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh antara Kompres Hangat dan Water
Tepid Sponge pada Pasien Anak Usia 6 Bulan - 3 Tahun dengan Demam di Puskesmas
Kartasura Sukuharjo. Jurnal ums.ac.id

Anda mungkin juga menyukai