Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia,
Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat
dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid
di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap
tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus
thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap
tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun
dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam
enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypii A. Demam tifoid pada
masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,cenderung meningkat
dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik
dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-
anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya
adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C. Penyakit
typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan
seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada
minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya
menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran
yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor
terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
Sekarang ini penyakit typhus abdominalis masih merupakan masalah
yang penting bagi anak dan masih menduduki masalah yang penting dalam
prevalensi penyakit menular. Hal ini disebabkan faktor hygiene dan sanitasi
yang kurang, masih memegang peranan yang tidak habis diatas satu tahun,

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 1


maka memerlukan perawatan yang khusus karena anak ini masih dalam taraf
perkembangan dan pertumbuhan. Dalam hal ini perawatan dirumah sakit
sangat dianjurkan untuk mendapatkan perawatan isolasi untuk mencegah
komplikasi yang lebih berat (Suharyo hadisaputro, 1989, dan Staf Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985).

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Agar penulis dapat melakukan Asuhan Keperawatan Dasar pada
kien Nn. S dengan “Thypoid” di ruang Flamboyan kelas III Rumah
Sakit Umum Daerah Cimacan Cianjur.
2. Tujuan Khusus
Laporan Asuhan Keperawatan Dasar disusun dengan tujuan agar
penulis diharapkan mampu :
1. Melakukan pengkajian pada klien Nn. S dengan
“Thypoid”.
2. Melakukan Analisa Data pada klien Nn. N dengan
“Thypoid”.
3. Merumuskan Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas
pada klien Nn. S dengan “Thypoid”.
4. Merencanakan Asuhan Keperawatan Dasar pada klien Nn.
S dengan “Thypoid”.
5. Melakukan tindakan Asuhan Keperawatan Dasar pada klien
Nn. S dengan “Thypoid”.
6. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien Nn. S
dengan “Thypoid”.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 2


1.3 Metode Penulisan
Dalam penulisan Laporan Asuhan Keperawatan Dasar ini, data/informasi
di dapat dengan cara :
a. Melakukan observasi Asuhan Keperawatan kepada pasien Nn. S
dengan diagnosa Thypoid di ruang Rawat Inap Flamboyan Kelas III
Rumah Sakit Umum Daerah Cimacan.
b. Melakukan wawancara klien selama 3 hari, terhitung dari tanggal 20
Oktober – 22 Oktober 2013.
c. Dalam penulisan Laporan Asuhan Keperawatan Dasar ini, penulis
mengambil materi dari beberapa sumber.

1.4 Sistematika Penulisan


BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Tinjauan Teoritis yang memuat konsep dasar penyakit, meliputi
Definisi, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan diagnostik, pencegahan, komplikasi.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Tinjauan Kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB IV : PENUTUP
Penutup berisi tentang kesimpulan yang terdiri dari kesimpulan
pelaksanaan dari setiap proses keperawatan.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 3


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi
Demam tifoid (Typhus abdominalis, Typhoid fever, enteric fever)
merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan dengan gejala demam selama satu minggu atau lebih dengan
disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran (Ngastiyah, 2005).
Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang di sebabkan oleh
kuman Salmonella Thypi dan Salmonella para Thypi A,B,C. Sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphois abdominalis (Sudoyo, A.W., &
B.Setiyohadi, 2006).
Thypoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala
sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Type A,B,C. Penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Mansjoer, A, 2009).
Thypoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri salmonella
thyposa. Thypoid adalah infeksi akut pada usus halus yang menimbulkan
gejala-gejala. Bakteri ini disebabkan oleh lalat melalui makanan dan
minuman yang masuk dalam perut. Penularannya terjadi secara fecal oral
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi sumber utama Carrier,
masa tunas penyakit ini 1-3 minggu, orang yang pernah kena penyakit
Thypus disebut “Corner Thypus”.

Typhoid abdominalis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh


Salmonella typhi atau Salmonella Paratyphii A, B dan C. Berdasarkan
definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa typhoid fever adalah penyakit
infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typosa dengan gejala
demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan bahkan
gangguan kesadaran (Soedarto,1992).

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 4


2.2 Etiologi
Penyebab penyakit typhoid fever secara umum adalah kuman Salmonella
typhi yang merupakan kuman gram negatif dan tidak menghasilkan spora.
Kuman Salmonella typhii ini dapat hidup baik pada suhu manusia (36 – 37oC)
maupun pada suhu yang lebih rendah dari 36 oC, serta mati pada suhu 70 oC
maupun oleh anti septik. Saat ini diketahui bahwa kuman ini hanya
menyerang manusia. Salmonella typhii mempunyai tiga macam antigen yaitu:
1) Antigen O = Ohne Hauch: somatic antigen (tidak menyebar)
2) Antigen H = Hauch (menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil.
3) Antigen V1 = kapsul; merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi O antigen terhadap fagositosis.

2.3 Anatomi Fisiologi


Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yan menerima makanan
dari luar dan mempersiapkan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses
pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran.) dengan enzim dan
zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.
Susunan saluran pencernaan terdiri dari :
a. Oris (mulut)
b. Faring (tekak)
c. Esofagus (kerongkongan )
d. Ventriculus (lambung)
e. Intestinum minor (usus halus)
- Duodenum (usus 12 jari)
- Jejenum
- Ileum
f. Intestinum mayor (usus besar)
- Sekum
- Kolon asendens

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 5


- Kolon transversum
- Kolon desendens
Kolon sigmoid
g. Rektum
h. Anus.
Struktur pencernaan :
a. Oris (mulut)
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yan terdiri atas dua
bagian yaitu: bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu rongga di
antara gusi, gigi, bibir dan pipi.Rongga mulut bagian dalam yaitu:
rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maxilaris, palatum dan
mandibularis,di sebelah belakang bersambung dengan faring.
b. Faring (tekak)
Merupakan organ yan menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esophagus). Terdiri atas bagian superior disebut
nasofaring dan bagian inferior disebut orofaring.Fungsinya: jalan
udara dan jalan makanaan pada faring terjadi penyilangan
c. Esofagus (kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak
lambung.Lapisan dinding dari dalam keluar : selaput lendir,(mukosa ),
lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot
memanjang longitudinal. Fungsinya : menggerakan makanan pada
faring ke lambung melalui gerak peristaltic.
d. Ventrikulus (Lambung)
Lambung terdiri dari tiga bagian yaitu : fundus, corpus, dan
pylorus. Makanan hancur selama 3 atau 4 jam dalam lambung
kemudiaan dikeluarkan dalam bentuk cair .
Fungsinya :
1. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 6


2. Getah cerna lambung yang dihasilkan :
 Pepsin fungsinya : memecah putih telur menjadi asam
amino (albumin dan omino).
 Asam garam (HCl), fungsinya : sebagaimana ragi yang
membekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen
(kasinogen dan protein susu).
 Renin fungsinya : sebagaimana ragi yang membeekukan
susu dan membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen
dan protein).
e. Intestinum Minor (Usus Halus)
Usus halus adalah bagian saluran cerna diantara lambung dan usus
besar. Panjangnya ± 3,720 cm, bergelung dalam rongga perut dan
tebagi atas 3 bagian yaitu :
a. Duodenum (usus 12 jari ) dengan panjang ± 2,5 cm, dinding
duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung
kelenjar yang disebut kelenjar brunner berfungsi untuk
memproduksi getah intestinum.
b. Yeyenum (usus kosong) dan ileum (usus penyerapan ).
Panjangnya ± 2-3 meter dan ileum ± 4-5 meter. Ileum melekat
pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas yang disebut mesenterrium.
Fungsinya : mencegah cairan dalam kolon asandens tidak masuk
kembali ke ileum.
c. Usus halus :
Fungsi usus halus :
 Mengangkat kimus dari lambung ke usus besar
 Menyelesaikan pencernaan dengan enzim yang berasal dari
dinding dan kelenjar lain.
 Menyerap hasil akhir pencernaan ke dalam darah dam limfe.
 Menggetahkan hormone tertentu

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 7


f. Intestinum Mayor (Usus Besar)
Usus besar memanjang dari katub ileokal ke anus yang
panjangnya ±180 cm, dan terdiri atas :
a) Sekum
Di bawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang
bebentuk seperti cacing sehingga di sebujt juga umbai cacing,
panjangnya 6 cm. Seluruhnya di tutupi oleh peritoneum mudah
bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dapat di
raba melalui dinding abdomen pada organ yang masih hidup.
b) Kolon asendens
Panjangnya, 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah
kanan, membujur ke atas dari ileum ke bawah hati.Di bawah
hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura
hepatica, di kolon lanjutkan sebagai transversum.
c) Kolon transversum
Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon asendens
sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah
kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis.
d) Kolon desendens
Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen baian
kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai
ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sogmoid.
e) Kolon sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens,
teletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya
menyerupai huruf s ujung bawahnya berhubungan dengan
rectum.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 8


g. Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid, yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan
os sekrum dan ps koksigis.
h. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernan yang menghubungkan
rectum dengan dunia luar (udara luar) Terletak di dasar pelis,
dindingnya di perkuat oleh 3 sfingter :
1) Sfingter ani internus(sebelah atas) bekerja tidak menurut kehendak
2) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak
3) Ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak

2.4 Patofisiologi
Kuman Salmonella masuk bersama makanan atau minuman yang
terkontaminasi, setelah berada dalam usus halus mengadakan invasi ke
jaringan limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid
mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman
lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ
retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman
difagosit oleh sel-sel fagosit retikuloendotelial sistem (RES) dan kuman yang
tidak difagosit berkembang biak.
Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah
menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman
masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya
kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus
dan menyebabkan reinfeksi usus. Dalam masa bakteremia ini kuman
mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini merangsang sintesa dan pelepasan
zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat
pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulator di
hipothalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 9


Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang disebut
monokines yang menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun sistem,
instabilitas vaskuler, depresi sumsum tulang dan panas. Infiltrasi jaringan
oleh makrofag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosist sudah
berdegenerasi yang dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini beragregasi maka
terbentuk nodul terutama dalam usus halus, jaringan limfe mesemterium,
limpa, hati, sumsum tulang dan organ yang terinfeksi.
Kelainan utama yang terjadi di ileum terminale dan plak peyer yang
hiperplasi (minggu I), nekrosis (minggu II) dan ulserasi (minggu III). Pada
dinding ileum terjadi ulkus yang dapat menyebabkan perdarahan atau
perforasi intestinal. Bila sembuh tanpa adanya pembentukan jaringan parut.

2.5 Manifestasi Klinis


a) Demam
Gejala timbul selama masa inkubasi sekitar dua minggu. Pada
minggu pertama suhu berangsur naik dan febris bersifat remitten atau
panas hanya pada waktu sore dan malam hari. Gejala panas tidak akan
turun dengan antipiretik, tidak menggigil, tidak berkeringat, kadang-
kadang disertai dengan epistaksis.
b) Tanda dan Gejala pada sistem Gastro Intestinal
a. Bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor dan berselaput putih,
hyperemi.
b. Perut kembung, nyeri tekan
c. Limfa membesar, lunak dan nyeri pada saat penekan
d. Pertama kali pasien mengalami diare, kemudian obstipasi
e. Tanda-tanda dehidrasi
f. Tanda-tanda perdarahan dan tanda-tanda shock
c) Leukopeni

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 10


d) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran dari ringan sampai berat, pada
umumnya apatis sampai samnolen bahkan dapat terjadi koma.
Penurunan kesadaran ini disebabkan karena panas tubuh yang tinggi.
e) Bradikardi
f) Peningkatan suhu tidak disertai dengan peningkatan nadi dimana
seharusnya setiap kenaikan suhu 1oC diikuti dengan kenaikan nadi 10 –
15 x/menit, sedangkan pada penderita ini kenaikan nadi lebih rendah
dari kenaikan suhu.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


a. Darah tepi
Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif pada permulaan
sakit. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.
Pemeriksaan darah tepi ini sederhana dan mudah dikerjakan di
laboratorium yang sederhana, tetapi hasilnya berguna untuk membantu
untuk menentukan penyakitnya dengan cepat (adakalanya dilakukan
pemeriksaan sumsum tulang tetapi sangat jarang sekali) bila hal itu
dilakukan daerah yang akan dipungsi, dapat pada tibia, perlu dilakukan
pembersihan ekstra kemudian dikompres dengan alkohol 70%.
b. Darah untuk kultur (biakan empedu) dan widal.
Biakan empedu untuk menemukan Salmonella thypii dan
pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan
diagnosis typhoid fever secara pasti.
Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap
minggu berikutnya. (diperlukan darah sebanyak 5 cc untuk kultur atau
widal).
a) Biakan Empedu
Biakan empedu basil Salmonella thypii dapat ditemukan
dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya
lebih sering ditemukan dalam urin dan feses, dan mungkin akan

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 11


tetap positif untuk waktu yang lama. Oleh karena itu,
pemeriksaan yang positif dari contoh darah digunakan untuk
menegakkan diagnosis, sedangkan untuk pemeriksaan negatif
dari contoh urin dan feses dua kali berturut-turut digunakan
untuk menentukan apakah pasien telah benar sembuh dan tidak
menjadi pembawa kuman (karier).
b) Pemeriksaan Widal
Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila
serum pasien thypoid dicampur dengan suspensi antigen
Salmonella typhii. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi
reaksi aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan serum, maka
kadar zat anti dapat ditentukan, yaitu pengenceran tertinggi yang
masih menimbulkan reaksi aglutinasi. Untuk membuat diagnosis
yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O. Titer
yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan
yang progresif digunakan untuk membuat diagnosis. Titer
tersebut mencapai puncaknya bersamaan dengan penyembuhan
pasien. Titer terhadap antigen H tidak diperlukan untuk
diagnosis karena dapat tetap tinggi setelah mendapat imunisasi
atau bila pasien telah lama sembuh. Pemeriksaan widal tidak
selalu positif walaupun pasien sungguh-sungguh menderita
typhoid fever (disebut negatif semu).

2.7 Pencegahan
Usaha pencegahan typhoid fever dibagi dalam :
1. Usaha terhadap lingkungan hidup
a. Penyediaan air minum atau bersih
b. Pembuangan kotoran manusia yang higienis pada tempatnya
c. Pemberantasan lalat dan senantiasa menutup makanan
d. Pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 12


2. Usaha terhadap manusia
a. Pendidikan kesehatan terhadap masyarakat
b. Menemukan dan atau mengawasi carier typhoid
c. Imunisasi
2.8 Komplikasi
Komplikasi demam typhoid dibagi dalam:
a. Komplikasi Intestinal
1) Perdarahan usus: perdarahan sedikit ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan bensidin. Bila perdarahan banyak
terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut
dengan tanda-tanda rejatan.
2) Perforasi usus, timbul biasanya pada minggu kedua atau setelah
itu dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak
disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di
rongga peritonium yaitu pekak hati menghilang dan terdapat
udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen
yang dibuat dalam keadaan tegak.
3) Peritonitis, biasanya menyertai perforasi tapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut
yang hebat, dinding abdomen tegang (defence musculair) dan
nyeri pada tekanan.
4) Ileus paralitik.
b. Komplikasi ekstra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (rejatan,
sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
2) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau
koagulasi intravaskular diseminata, dan sindrom uremia
hemolitik.
3) Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi hepar dan kandung kemih; hepatitis dan kolelitiasis.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 13


5) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan
perinefritis.
6) Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan
artritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, miningismus, meningitis,
polineuritis perifer, sindrom Guillain-Barre, psikosis, dan
sindrom katatonia.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 14


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Laporan Kasus


3.1. Pengkajian Sederhana
1) Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama :Nn. S
Jenis kelamin :Perempuan
Umur :14 Tahun
Alamat :Tegalega
Pekerjaan :-
Status perkawinan :Belum kawin
Agama :Islam
Tanggal masuk RS :20 Oktober 2013
Tanggal Pengkajian :20 Oktober 2013
Diagnosa Medis :Demam Thipoid
No. RM :11474113

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama :Tn. W
Jenis kelamin :Laki-laki
Umur :54 Tahun
Pekerjaan :Tani
Alamat :Kp.tegalega desa palasari
kec.cipanas kab. cianjur
Hubungan dengan klien :Ayah

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 15


2) Keluhan Utama
Klien mengatakan merasa lemas,pusing, demam, serta mual.

3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
P : Hal yang memperberat selain nyeri pada daerah abdomen
pasien juga mengalami demam tinggi
Q : pasien merasakan perutnya terasa melilit seperti di remas-
remas dan demam tinggi yang tak kunjung turun
R : sakit tepa di daerah abdomen (perut) namun menyebar ke
daerah
S : skala kegawatdaruratan menggunakan numeric rating scale
(NRS) 0-10 pasien mengatakan rasa nyeri yang di alami kisaran
4-5
T : pasien mulai merasakan sakit saat 2 hari yang lalu sebelum di
rawat di RSUD Cimacan
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelumnya
pernah mempunyai penyakit typhoid pada waktu sd. Klien juga
pernah mengalami penyakit Diare dan sempat dirawat pula klien
juga mengatakan bahwa rasa sakit sering muncul tiba tiba namun
tidak sesakit saat di rawat
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa di antara keluarga klien
tidak ada yang mempunyai penyakit typhoid. Keluarga memiliki
riwayat kesehatan Hipertensi yang dialami oleh ibu pasien. kakek
pasien meninggal di akibatkan karna kecelakaan, dan cidera di
bagian kepala.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 16


GENOGRAM

Keterangan :

: Laki-laki : Meninggal

: Perempuan : Tinggal satu rumah

: Pasien

d. Riwayat Psikososial
Klien tampak lemah. Klien mengatakan agar cepat sembuh dan
kembali ke rumah, agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari nya
kembali.
e. Riwayat Spiritual
Klien beragama islam, sebelum masuk RS klien taat beribadah.
Klien selalu berdoa agar cepat sembuh.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 17


f. Pola Kebiasaan Sehari-hari

NO Pola Kebiasaan Di Rumah Di Rumah Sakit


1 Pola Nutrisi
Makan
 Jenis Makanan Nasi, lauk pauk, Nasi & Bubur
sayur
 Frekuensi 3 x 1 hari 3 x 1 hari
1⁄
 Volume 1 porsi / 1 piring 2 Porsi
Minum
 Jenis Minuman Air Mineral Air Mineral
 Frekuensi 10 x 1 hari (gelas 2 x 1 hari (botol mineral)
belimbing)

 Volume ± 2.000 ml ± 1200 ml

2 Pola Eliminasi
BAB
 Konsistensi Lunak semi padat Padat
 Warna Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan
 Frekuensi 1 x 1 hari 1 x 3 hari
BAK
 Konsistensi Cair Cair

 Frekuensi > 3 x 1 hari > 4 x 1 hari

 Warna Kuning jernih Kuning Jernih

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 18


3 Pola Aktivitas Selama di rumah Selama di RS klien tidak
klien memiliki melakukan kebiasaan nya
kebiasaan saat di rumah. Klien
bersekolah,bermain. hanya beristirahat saja
(tidur).

4 Pola Istirahat Tidur


 Malam 9 Jam Tidak teratur
 Siang 2 Jam 3 jam

5 Pola Personal
Hygiene
 Mandi 2 x 1 hari Selama berada di RS
 Keramas 2 x 1 hari klien belum pernah
 Gunting Kuku 1 x 3 hari mandi, keramas,
menggunting kuku.

 Ganti Pakaian 3 x 1 hari 1 x 2 hari

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 19


g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos Metis (CM)
Pada saat di kaji GCS klien
 Respon Motorik :5
 Respon Bicara :5
 Respon Mata :4 +
Jumlah Score : 14
3. Tanda – Tanda Vital
 Tekanan Darah : 120/70 mmHg
 Nadi : 85 x/menit
 Respirasi : 20 x/menit
 Suhu : 38,9 oC
4. Pemeriksaan Atropometri
 BB : 39 Kg
 TB : 145 Cm
 BB Ideal : ( TB – 100 ) x 90 %
= ( 145 – 100 ) x 90 %
90
= 45 x
100
= 40,5 Kg
5. Pemeriksaan Head to Toe
1) Keadaan rambut dan hygiene kepala
Warna rambut hitam, tidak adanya terjadi kerontokan,
rambut bersih dan tidak ada lesi
2) Tekanan Vena jugularis
Tidak ada pembengkakan pada daerah leher ketika di
palpasi.
3) Sklera dan konjung tiva
Sklera berwarna putih dan konjung tiva terlihat sedikit
pucat.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 20


4) Tekanan bola mata
Bola mata dapat bergerak ketika dilakukan penekanan,
penekanan dilakukan dengan mata tertutup.
5) Pupil dan Refleksi cahaya
Ketika pupil di beri cahaya pupil mengecil.
6) Visus / ketajaman bola mata
Klien dapat melihat barang dalam jarak 1 meter .
7) Rongga hidung
Bentuk hidung terlihat simetris dan kebersihan tidak
ada kotoran maupun lesi.
8) Daun telinga
Kebersihan tidak tampak adanya serum atau kotoran,
kesimetrisan telinga kanan dan kiri terlihat simetris,
fungsi pendengaran baik pasien bisa mendengar suara
panggilan namanya menggunakan telinga kanan dan
kiri.
9) Hygiene rongga mulut, gigi, lidah, tongsil
Gigi bersih berwarna putih. Lidah berwarna merah
muda kebersihan tidak ada tampak kotoran. Tongsil
tidak ada pembengkakan pada tongsil
10) Kelenjar getah bening
Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar getah
bening.
11) Pemeriksaan torax ( dada )
Inspeksi : tidak terlihat sesak
Palpasi : terasa normal
Perkusi : terdapat bunyi hiper sonor
Auskultasi : tidak terdapat bunyi tambahan suara
pernafasan broncho vesikular.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 21


12) Fungsi pernafasan
Inspeksi : tidak terlihat sesak
Palpasi : terasa normal
Perkusi : terdapat bunyi hiper sonor
Auskultasi : tidak terdapat bunyi tambahan suara
pernafasan broncho vesikular.
13) Abdomen
Inspeksi : bentuk datar warna kulit putih kemerahan
Auskultasi : bising usus ada dengan frekuensi 9 x/menit
Palpasi : tekstur kulit halus

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 22


6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Urine
Hasil Laboratorium tanggal 21 Oktober 2013
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
I.Urine
* Urine rutin
-Warna Kuning Kuning
-Kekeruhan Jernih Jernih
-PH 7,0 4,7-7,0
-Glukosa (-) neg (-) neg
-Protein (-) neg (-) neg
-Billirubin (-) neg (-) neg
-Urobilin Normal Normal
-Blood (-) neg (-) neg
-leucocytes (-) neg (-) neg
-Nitrite (-) neg (-) neg
-keton (-) neg (-) neg
-spesific gravity (-) neg (-)neg
* Sendimen 1,010 1.000-1.030
-Eritrosit 1 0-1 /Lpb
-Leukosit 2 1-3 /Lpb
-Eoitel 2 <6 /Lpb

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 23


b. Pemeriksaan Darah
Hasil Laboratorium pada tanggal 21 Oktober 2013

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan

1. Haematologi
-Hb 10,9* 12.6 g/dL
-Leuco 6,55 4,5 – 10,5 103sel/uL
-Diff count
-Basofil 0 0–1 %
-Fasinofil 0* 1–3 %
-Batang 0* 2–6 %
-Segmen 55 50 – 70 %
-Limfosit 44* 20 – 40 %
-Monosit 1* 2–8 %
-Hematokrit 33* 36 – 48 %
-Trombosit 212 150 – 400 103sel/uL

2. Kimia darah
-SGPT 18 <36 U/L
-SGOT 19 <35 U/L
-Glukosa sewaktu 91,4 70-110 mg/dL
3.Immunulogi
seralogi
-Widal test
-H 1/160* 1/80
-AH 1//160* 1/80
-O 1/80 1/80
-AO 1/80 1/80

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 24


7. Therapy atau Pengobatan
 obat injek
- Ceftriaxone 2x1 gram (IV)
- Ranitidine 2x2 mg (IV)
- Ondansetrone 2 x 4 mg (IV)
 obat oral
- Domperidone 3x1
- Sanmol 3x1

4) Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Salmonella Thypi Hipertemia.
klien mengatakan
demam / panas Masuk melalui makanan dan
badan. minuman yang
DO : terkontaminasi
- Klien tampak
lemah Kuman masuk melalui usus
- Kulit terasa halus
panas.
- Kulit kemerahan Jaringan limfoid

Suhu : 38,6 OC. Metastase Virus

Infeksi

Demam

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 25


2. DS : Sekresi asam lambung Mual
Klien mengeluh meningkat
tidak nafsu makan,
mual. Mual / muntah
DO :
- Klien tampak Nafsu makan kurang
lemas
- Wajah pucat Ketidakseimbangan nutrisi
- Bibir pecah-
pecah
- Klien hanya
menghabiskan ½
porsi
makanannya
TTV
T D : 110/90 mmHg
N :85X/menit
RR : 28 X /menit
S : 38,6 ˚C

3. DS : Proses infeksi usus halus Konstipasi


Klien mengatakan
tidak bisa BAB Suhu tubuh meningkat
semenjak 5 hari
yang lalu Metabolisme meningkat
Data Objektif:
- Klien tampak Peningkatan reabsorpsi
lemas cairan pada usus halus

Bedrest

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 26


Penurunan motilitas usus

Feses mengeras

Konstipasi

3.2 Diagnosa Keperawatan yang muncul berdasarkan prioritas


1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dalam
tubuh.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual dan anoreksia.
3. Gangguan eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan proses
peradangan pada usus halus.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 27


3.3 Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan Suhu tubuh kembali  Observasi tanda-  Tanda vital merupakan
proses infeksi di dalam tubuh. normal. tanda vital (suhu, acuan untuk mengetahui
Ditandai dengan : Kriteria hasil : nadi, tekanan darah, keadaan umum pasien.
DS :  Suhu tubuh klien 36 – pernafasan)
klien mengatakan demam / panas badan. 37 O C.  Anjurkan klien untuk  Menurunkan tingkat
DO :  klien bebas dari banyak minum. dehidrasi.
- Klien tampak lemah demam.  Berikan kompres  Dengan vasodilatasi
- Kulit terasa panas. hangat. dapat meningkatkan
- Kulit kemerahan penguapan yang
mempercepat
O
Suhu : 38,6 C.  Berikan cairan intra penurunnan suhu tubuh
vena dan obat-obatan  Pemberian cairan sangat
sesuai program penting bagi klien
dokter. dengan suhu tinggi.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 28


2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi Kebutuhan nutrisi klien  Kaji keluhan mual  Untuk menetapkan cara
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terpenuhi. yang dialami klien. mengatasi nya
mual, dan anoreksia. Kriteria hasil :  Berikan makanan  Membantu mengurangi
Ditandai dengan : klien mampu yang mudah di telan. kelelahan klien dan
DS : menghabiskan makanan meningkatkan asupan
Klien mengeluh tidak nafsu makan, mual. sesuai dengan porsi yang makanan.
DO : diberikan.  Catat jumlah/ porsi  Untuk mengetahui
- Klien tampak lemas makan yang di pemenuhan kebutuhan
- Wajah pucat habiskan oleh klien nutrisi.
- Bibir pecah-pecah setiap hari.
- Klien hanya menghabiskan ½ porsi  Berikan obat-obatan  Antiemetik membantu
makanannya antiemertik sesuai klien mungarangi rasa
TTV program dokter. mual dan diharapkan
T D : 110/90 mmHg intake nutrisi klien
N :85X/menit meningkat.
RR : 28 X /menit
S : 38,6 ˚C

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 29


3. Gangguan eliminasi BAB (konstipasi) Kebutuhan eliminasi BAB  Kaji kebutuhan  Mengetahui kebutuhan
berhubungan dengan proses peradangan pada terpenuhi. eliminasi klien eliminasi klien
usus halus. Kriteria hasil :  Kolaborasi dengan  Melunakan merangsang
Ditandai dengan :  Klien mengatakan sudah dokter dalam peristaltik usus,
DS : dapat BAB. pemberian obat sehingga pasien dapat
Klien mengatakan tidak bisa BAB semenjak 5 laktatif buang air besar
hari yang lalu 
DO :
- Klien tampak lemas
- Teraba massa di daerah perut bawah

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 30


3.4 Catatan Perkembangan

Hari/Tanggal No. Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi

Senin, 21 Oktober 1  Mengobservasi tanda-tanda S : Klien mengatakan masih merasa


2013 vital demam.
 Menganjurkan klien untuk O : Klien terlihat lemah.
banyak minum Tanda-tanda vital
 Memberikan kompres hangat  TD : 100/70 mmHg
 Memberikan therapy inject &  Sh : 37,6 oC
therapy oral.  Rr : 22 x/menit
 N : 89 x/menit
A : masalh belum teratasi.
P : Intervensi di lanjutkan

 Mengkaji keluhan mual klien. S : klien mengatakan nafsu makan


2  Memberikan makan klien. mulai membaik. Mual masih ada
 Mencatat jumlah porsi makan tapi tidak terlalu sering.
yang di habiskan klien. O : porsi makan klien bertambah.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 31


 Memberikan therapy Diit : Nasi Tim
antimertik kepada klien. Tanda tanda vital
 TD : 100/70 mmHg
 Sh : 37,6 oC
 Rr : 22 x/menit
 N : 90 x/menit
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

3  Mengkaji kebutuhan eliminasi S : klien mengatakan nafsu makan


klien. mulai membaik. Mual masih ada
 Memberikan therapy kepada tapi tidak terlalu sering.
klien. O : porsi makan klien bertambah.
Diit : Bubur Saring
Tanda tanda vital
 TD : 100/70 mmHg
 Sh : 37,6 oC
 Rr : 22 x/menit

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 32


 N : 90 x/menit
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Selasa, 22 Oktober 1  Mengobservasi tanda-tanda S : klien mengatakan demam


2013 vital berkurang. Walau kadang-kadang
 Menganjurkan klien untuk masih merasa pusing.
banyak minum O : klien terlihat membaik.
 Memberikan kompres hangat Tanda tanda Vital

 Memberikan therapy inject &  TD : 110/80 mmHg


therapy oral.  Sh : 37,5 oC
 Rr : 19 x/menit
 N : 88 x/menit
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

2  Mengkaji keluhan mual klien. S : Klien mengatakan nafsu makan


 Memberikan makan klien. membaik. Mual sudah tidak di

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 33


 Mencatat jumlah porsi makan rasakan.
yang di habiskan klien. O : Porsi makan habis.
 Memberikan therapy Tanda tanda Vital
antimertik kepada klien.  TD : 110/70 mmHg
 Sh : 37,3 oC
 Rr : 20 x/menit
 N : 88 x/menit
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3
 Mengkaji kebutuhan eliminasi S : Klien mengatakan sudah bisa BAB
klien. (Buang Air Besar).
 Memberikan therapy kepada O : Klien dapat BAB (Buang Air
klien. Besar).
Tanda tanda Vital
 TD : 100/70 mmHg
 Sh : 37,0 oC
 Rr : 22 x/menit

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 34


 N : 88 x/menit
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Rabu, 23 Oktober 1  Mengobservasi tanda-tanda S : Klien mengatakan badan nya sudah


2013 vital sangat membaik.
 Menganjurkan klien untuk O : klien terlihat lebih baik. Infus sudah
banyak minum tidak terpasang.
 Memberikan kompres hangat Tanda tanda Vital

 Memberikan therapy inject &  TD : 110/80 mmHg


therapy oral.  Sh : 36,6 oC
 Rr : 18 x/menit
 N : 88 x/menit
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Pasien Pulang dengan APS.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 35


BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Nn.S dengan
Demam Thypoid yang di mulai dari tanggal 21 Oktober 2013 sampai dengan
23 Oktober 2013 di ruangan Flamboyan kelas III di Rumah Sakit Umum
Daerah Cimacan. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1. Pengkajian
Pengkajian klien Nn.S dengan demam Thypoid, meliputi :
c. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian klien mengatakan merasa lemas,pusing,
demam, serta mual.
d. Riwayat Kesehatan
1) Merasa lemas, pusing, demam, serta mual.
2) Pernah mengalami penyakit serupa.
3) Mempunyai penyakit turunan Hipertensi.
e. Pemeriksaan Fisik
Kondisi klien sedang ( Compos Metis ).
f. Pemeriksaan penunjang
Cek Lab Urine, Cek lab darah

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 36


2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Nn.S denga
demam Thypoid yaitu sebagai berikut :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
dalam tubuh.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan mual dan anoreksia.
3. Gangguan eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan
proses peradangan pada usus halus.

3. Perencanaan
Perencanaan pada Nn.S dengan Demam Thypoid, sesuai
dengan Diagnosa Keperawatan, yang meliputi :
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
dalam tubuh.
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual dan anoreksia.
3) Gangguan eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan
proses peradangan pada usus halus.

4. Implementasi
Implementasi pada Nn.S dengan Demam Thypoid
dilakukan berdasarkan perencanaan yang di dalam nya rasional
(tujuan).
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
dalam tubuh.
a) Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah,
pernafasan)
b) Anjurkan klien untuk banyak minum.

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 37


c) Berikan kompres hangat.
d) Berikan cairan intra vena dan obat-obatan sesuai program
dokter.
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan mual dan anoreksia.
a) Kaji keluhan mual yang dialami klien.
b) Berikan makanan yang mudah di telan.
c) Catat jumlah/ porsi makan yang di habiskan oleh klien
setiap hari.
d) Berikan obat-obatan antiemertik sesuai program dokter.
6. Gangguan eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan
proses peradangan pada usus halus.
a) Kaji kebutuhan eliminasi klien
b) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat laktatif.

7. Evaluasi
a. Suhu tubuh kembali normal.
b. Teratasinya pemenuhan kebutuhan nutrisi
c. Teratasinya pemenuhan eliminasi BAB

Asuhan Keperawatan Dasar “Demam Thypoid” 38

Anda mungkin juga menyukai