Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN NY”B”

DENGAN DIAGNOSA THYPID FEVER


RSUD SITUBUNDO

RESKY SHAFA
201801011

CI LAHAN CI INSTITUT

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS JENJANG SARJANA


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi


salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
( Bruner and Sudart, 2001 ).

Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderungmeningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada
daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit
demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan
kronik karier.

Demam typhoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim.
Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun
lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air
yang baik dapatmengurangi penyebaran penyakit ini.

Penyebaran geografis dan musim : Kasus-kasus demam typhoid terdapat


hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak  bergantung pada iklim maupun
musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yangkebersihan lingkungan dan pribadi
kurang diperhatikan.

Penyebaran usia dan jenis kelamin: Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak
ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu
lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa seringmengalami dengan gejala yang
tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri.Persentase penderita dengan
usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawahini. Usia persentase: 12 –
29 tahun 70 – 80 %, 30 – 39 tahun 10 – 20 %, > 40 tahun 5 – 10 %.

B.     Ruang Lingkup Penulisan

Adapun ruang lingkup penulis dalam karya tulis ilmiah adalah tentang asuhan


keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Typhoid Fever di Ruang Isolasi
(H)  Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak. Dengan lama
perawatan selama 3 hari dari tanggal 16 April 2012 - 18 April 2012. Karya tulis
iliah dibahas dan dilakukan dengan pendekatan keperawatan yang komprehensif.

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan Umum:

Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut :

Diharapkan mahasiswa dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik dan tepat
waktu.

Tujuan khusus:

a.       Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dan teori keperawatan klien


dengan penyakit Typhoid Fever.

b.      Memberikan asuhan keperawatan secara tepat melalui dari tahap


pengkajian, perumusan dari diagnosa keperawatan, pembuatan rencana
tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi terhadp tindakan dan evaluasi
terhadap tindakan yang telah dilakukan.
c.       Menggunakan sebagai bahan perbandingan antara konsep dan teori
yang didapat dengan khusus yang ada dilapangan.

d.       Mengidentifikasi faktor penghambat dan penunjang dalam


melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Ny. B Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan : Typhoid Fever Ruang Isolasi (H) Rumah Sakit
Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak.

D.    Metode Penulisan

Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskrptif


yaitu dengan mengungkapkan faktor-faktor dan data yang didapat.dapun cara-cara
pengumpulan data yang di gunakan adalah sebagai berikut:

1.      Studi kepustakaan yaitu Menggunakan literatur-literatur kepustakaan yang


berhubungan dengan konsep dasar dan asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit Typhoid Fever serta bahan-bahan kuliah selama di Akademi
Keperawatan Pemda Ketapang.

2.      Studi kasus yaitu Berdasarkan pengkajian kasus yang dilakukan dilapangan


pada pasien Ny.B. dengan Typhoid Fever serta pemberian asuhan langsung.

E.     Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada laporan hasil studi kasus ini adalah:

Bab I      : Terdiri dari, Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah
terjadinya Typhoid Fever, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan,
Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.

Bab II     : Terdiri dari, menjelasakan konsep teori tentang Tyhpoid Fever.


BAB II

LANDASAN TEORI

A.    Konsep Dasar

Pada bab ini akan menguraikan konsep dasar Typhoid Fever  serta dengan
asuhan keperawatan secara teoritis.

1. Definisi

Deman Typhoid adalah penyakit akut yang biasanya mengenai saluran


pencernaan dengan segala deman, gangguaan pada saluran pencernaan.(Mansjoer,
2002,; 432)
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
( Bruner and Sudart, 2001 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi


salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
(www.sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com)

Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid


adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B
dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
2. Anatomi Fisiologi

a.       Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari dua bagian yaitu:

1)      Bagian atas: gusi, gigi, bibir, dan pipi.

2)      Bagian dalam/rongga mulut.

b.      Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus).

c.       Esofagus

Terletak di mediastrium rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan


posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang
panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci), menjadi distensi bila maknan melewatinya.

d.      Lambung

Ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di
bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan
kapasitas sekitar 1500 ml. Intlet ke lambung disebut pertemuan esofagogastirk.
Bagian ini dikelilingi oleh cincin otot halus , disebut sfringter esofagus bawah atau
springter kardia. Yang pada saat kontraksi, menutup lambung dari esofagus.
Lambung dapat dibagi kedalam empat bagian anatomi: kardia (jalan masuk), fundus,
korpus dan pilarus ( outtlet).

e.       Springter piloris
Otot halus serkuler di diding pilorus yang berfungsi mengontol lubang diantara
lambung dan usus halus.

f.       Usus halus

Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pilorus dan berakhir pada seikum, dengan panjangnya kurang lebih 2 m.

Lapisan usus halus terdiri dari:

1)      Lapisan mukosa

2)      Lapisan otot

3)      Lapisan serosa (luar)

Usus halus terdiri dari 2 bagian yaitu:

1)      Duodenum (usus duabelas jari)

Dengan panjang kurang lebih 25 cm, pada duo denim terdapat muara saluran
empedu dan saluran pankreas.

2)      Yeyunum dan ileum

Dengan panjang kurang lebih 6 m, ujung bawah illeum berhubungan dengan


perantaraan lubang yang bernama orifisim illeoseikal.

Fungsi usus halus:

1)   Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler oleh
darah dan saluran limpa.
2)   Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

3)   Menyerap karbohidrat dalam bentuk monosakarida.

Dalam usus halus teradapat kelenjar yang menghasilkan getah usus antara lain:

1)   Entero kinase, mengaktifkan enzim proteolitik.

2)   Eripsin, menerima protein menjadi asam amino.

g.      Usus besar

Usus besar panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan usus besar
terdiri dari (dari dalam keluar):

1)      Selaput lendir

2)      Lapisan otot

3)      Lapisan ikat

4)      Jaringan ikat

Fungsi usus besar:

1)      Menyerap air dari makanan

2)      Tempat tinggal bakteri coli

3)      Tempat feses

Usus besar terdiri dari 7 bagian:

1.      Sekum
2.      Kolon asenden

Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari illeum sampai ke


hati, panjangnya kurang lebih 13 cm.

3.      Apendik (usus buntu)

Sering disebut umbai cacing dengan panjang kurang lebih 6 cm

4.      Kolon tranversum

Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang


kurang lebih 38 cm.

5.      Kolon desenden

Terletak dalam rongga abdomen sebelah kiri membujur dari atas ke bawah
dengan panjangnya kurang lebih 25 cm.

6.      Kolon sigmoid

Terletak di dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf  ‘S’,


ujung bawah berhubungan dengan rektum.

7.      Rektum

Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor


dengan anus.
3. Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada
dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan
pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan
masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari
1 tahun.

4. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),
Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial.
Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah
dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan
kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi
lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.

5. Manifestasi Klinis

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari

a.       Minggu I

pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual,
batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

b.      Minggu II

pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang
khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan
kesadaran

6. Kompikasi

a.       Komplikasi intestinal

1)      Perdarahan usus

2)      Perporasi usus
3)      Ilius paralitik

b.      Komplikasi extra intestinal        

1)       Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),


miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

2)       Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma


uremia hemolitik.

3)       Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4)       Komplikasi pada hepar dan kandung empedu :

hepatitis, kolesistitis.

5)       Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis

dan perinepritis.

6)       Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan


arthritis.

7)       Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,


polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan


laboratorium, yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering
dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit
walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan
jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal
ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

1)      Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,


hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu
pada saat bakteremia berlangsung.

2)   Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan
darah dapat positif kembali.
3)   Vaksinasi di masa lampau          

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan


antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga
biakan darah negatif.

4)   Pengobatan dengan obat anti mikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.

d. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh
salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

a)      Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari


tubuh kuman).

b)       Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari


flagel kuman).

c)      Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari


simpai kuman)
Pada orang normal, agglutinin O dan H positif. Aglutinin O bisa sampai 1/10
sedangkan agglutinin H normal bisa 1/80 atau 1/160. 1/10. 1/80, 1/160 ini merupakan
titer atau konsentrasi. Pada orang normal tetap ditemukan positif karena setiap waktu
semua orang selalu terpapar kkuman Salmonella. Tes widal dikatakan positif jika H
1/800 dan O 1/400.

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan


titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :

a. Faktor yang berhubungan dengan klien :

1.  Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.

2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam


darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5
atau ke-6.

3.  Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai


demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti
agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.

4.  Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba
dapat menghambat pembentukan antibodi.

5.  Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat


menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
6.  Vaksinasi (penanaman bibit penyakit yg sudah dilemahkan ke dl tubuh
manusia) dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa
atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya
menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H
menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H
pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.

7.  Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini


dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang
rendah.

8.  Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap


salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid
pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.

b. Faktor-faktor Teknis

1.    Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O


dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat
menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.

2.     Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji


widal.

Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang
berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella
setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
8. Penatalaksanaan

a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b.    Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila
ada komplikasi perdarahan.

c.    Diet.

d.    Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

e.    Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

f.    Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

g.    Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.

h.    Obat-obatan.

i.     Klorampenikol

j.     Tiampenikol

k.     Kotrimoxazol

l.      Amoxilin dan ampicilli

Anda mungkin juga menyukai