Anda di halaman 1dari 26

MENDETEKSI DINI DAN PENANGANAN AWAL PADA KASUS

HIPOTERMI DAN HIPERTERMI PADA BAYI

OLEH :

NAMA : MELIANA SIANTURI (022018030)

RANY ULINA GULTOM (022018031)

PRODI : DIII-KEBIDANAN

DOSEN PEMBIMBING : R. OKTAVIANCE, SST ., M. Kes

STIKES ST.ELISABETH MEDAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji serta syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan kasih-Nya sehingga Tugas Kelompok berupa Makalah ini

sebagai tugas mata kuliah Kegawatdaruratan Neonatal dengan judul

“Mendeteksi Dini Dan Penanganan Awal Pada Kasus Hipotermi Dan

Hipertermi Pada Bayi” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini kami mengandalkan pengetahuan

teknologi informasi dan sumber-sumber dari beberapa buku untuk di jadikan

referensi, oleh karena itu kami  menyadari sepenuhnya terdapat banyak

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

sebab itu, kami membutuhkan saran dan kritik dari pembaca untuk

penyempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Medan, 7 April 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang........................................................................................1
B.   Rumusan Masalah....................................................................................1
C.   Tujuan Pembahasan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
 Mendeteksi Dini Dan Penanganan Awal Pada Kasus Hipotermi Pada
Neonatus
a. Pengertian Hipotermi............................................................3
b. Klasifikasi Hipotermi............................................................4

c. Tanda dan gejala...................................................................5

d. Pencegahan Hipotermi..........................................................9

e. Penanganan Hipotermi.........................................................10

 Mendeteksi Dini Dan Penanganan Awal Pada Kasus Hipertermi


Pada Neonatus
a. Pengertian Hipertermi.........................................................13
b. Tanda dan gejala.................................................................13
c. Klasifikasi Hipertermi........................................................16
d. Penanganan Hipertermi......................................................23
e. Pencegahan Hipertermi......................................................24

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................25
B. Saran.............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses

kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara

pasti walaupun dengan bantuan alat-alat medis modern sekalipun, sering

kali memberikan gambaran berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir. Oleh

karena itu, kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani

kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan. Hipotermi pada neonatus

merupakan kejadian umum di seluruh dunia.

Hiportemi dan Hipertermi pada neonatus  merupakan kejadian umum di

seluruh dunia. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari

37,5 ºC. Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan :

Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan

trauma lahir dan obat-obatan, Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa,

Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat

peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu

febris, latihan / gerakan yang berlebihan.

B. Rumusan Masalah

a. Mendeteksi secara dini tanda gejala Hipotermi dan Hipertermi pada

Neonatus ?

b. Pencegahan Hipotermi dan Hipertermi pada Neonatus ?

c. Penanganan Hipotermi dan Hipertermi pada Neonatus ?


C. Tujuan

 Untuk mendeteksi secara dini tanda dan gejala Hipotermi dan

Hipertermi pada Neonatus

 Untuk mengetahui pencegahan Hipotermi dan Hipertermi pada

Neonatus

 Untuk melakukan penanganan pada kasus Hipotermi dan Hipertermi

pada Neonatus.
BAB II

PEMBAHASAN

 MENDETEKSI DINI DAN PENANGANAN AWAL PADA


KASUS HIPOTERMI PADA NEONATUS
A. Pengertian Hipotermi

Hipotermi adalah bayi dengan suhu tubuh dibawah normal (kurang dari

36,5ºC). Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian

bayi batu lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg.

Hipotermi adalah kondisi ketika ekstremitas bayi terasa dingin dan sering

menagis karena produksi panas yang kurang akibat sirkulasi yang masih

belum sempurna, respirasi yang masih lemah dan mengkonsumsi oksigen

yang rendah serta asupan makanan yang rendah.

Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan

perubahan metabolisme tubuh.

Bayi yang rawan terkena hipotermi :

 Bayi kurang bulan/premature

 BBLR

 Bayi sakit

 Suhu tubuh yang rendah dapat terjadi karena terpapar dengan

lingkungan yang dingin.


B. Klasifikasi  Hipotermi

ANAMNESIS PEMERIKSAAN KLASIFIKASI


Bayi terpapar suhu lingkungan yang Suhu tubuh 32- Hipotermi sedang

rendah. 36,5ºC

Waktu timbulnya kurang dari 2 hari Gangguan napas

Denyut jantung

kurang dari 100

kali/menit

Malas makan

Latargi
Bayi terpapar suhu lingkungan yang Suhu tubuh < 32ºC Hipotermi berat

rendah Tanda-tanda

Waktu timbulnya kurang dari 2 hari hipotermi sedang

Kulit teraba keras

Napas pelan dan

dalam
Tidak terpapar dengan dingin atau Suhu tubuh Suhu tubuh tidak stabil (lihat

panas yang berlebihan berfluktuasi antara dugaan sepsis)

36-39ºC meskipun

berada disuhu

lingkungan yang

stabil

Fluktuasi terjadi

sesudah periode

suhu stabil
C. Tanda Dan Gejala

Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia, yaitu:

1. Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.

2. Bayi tidak mau minum atau menetek.

3. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.

4. Tubuh bayi teraba dingin.

5. Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh  

6. Mengeras(sklerema).

7. Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.

8. Lebih diam dari biasanya.

9. Hilang kesadaran.

10. Pernapasannya cepat.

11. Denyut nadinya melemah.

12. Gangguan penglihatan.

13. Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.

Tanda-Tanda Hipotermia Sedang :

 Aktifitas berkurang.

 Tangisan lemah.

 Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata).

 Kemampuan menghisap lemah.

 Kaki teraba dingin.

 Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.

Tanda-Tanda Hipotermia Berat :


 Aktifitas berkurang, letargis.

 Bibir dan kuku kebiruan.

 Pernafasan lambat.

 Bunyi jantung lambat.

 Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik.

 Risiko untuk kematian bayi.

Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermia :

 Muka,ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.

 Bagian tubuh lainnya pucat.

 Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada

punggung,kaki dan tangan(sklerema).

D. Etiologi Hipotermi

Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :

o Jaringan lemak subkutan tipis.

o Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.

o Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

o Bayi baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada reaksi

kedinginan.

o Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang

berisiko tinggi mengalami hipotermia.

o Bayi dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir.

o Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.

o Suhu tempat melahirkan yang dingin.


o Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis,sindrom dengan

pernapasan,hipoglikemia perdarahan intra kranial.

E. Faktor Pencetus Hipotermia Menurut Depkes RI,1992 :

a. Faktor lingkungan.

b. Syok.

c. Infeksi.

d. Gangguan endokrin metabolik.

e. Kurang  gizi

f. Obat-obatan.

g. Cuaca

F. Prinsip Dasar Untuk Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

Baru Lahir

a. Mengeringkan bayi segera setelah lahir

Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui

jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan

bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan

dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi

kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena

kontrol suhunya masih belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal

hipotermia seringkali tidak terdeteksi oleh ibu atau keluarga bayi atau

penolong persalinan. Untuk mencengah terjadinya serangan dingin adalah

sebagai berikut:

Setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering

dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu).


Mengeringkan tubuh bayi harus dilakukan dengan cepat.dimulai dari kepala

kemudian seluruh tubuh bayi. Handuk yang basah harus diganti dengan

handuk lain yang kering dan hangat.

b. Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut, diberi

tepi atau tutup kepala,kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi

diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan

kehangatan dari dekapan ibu.

c. Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat

merangsang rooting refleks dan bayi mendapat kalori.

d. Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada

waktu merujuk.

e. Memberikan penghangatan pada bayi  baru lahir secara mandiri.

f. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. 

g. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.

Untuk mencengah terjadinya serangan dingin ibu atau keluarga dan

penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.

Beberapa kriteria dalam memandikan bayi, antara lain :

 Pada bayi lahir sehat yaitu lahir cukup bulan, berat>2.500

gram,langsung menangis kuat,memandikan bayi ditunda selama

kurang lebih 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi

gunakanlah air hangat.

 Pada bayi lahir dengan risiko (tidak termasuk kriteria di atas),

keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir < 2.000

gram sebaiknya bayi jangan dimandikan ditunda beberapa hari


sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh bayi

stabil,bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.

G. Cara Menghangatkan Suhu Tubuh Bayi:

 Kontak kulit ke kulit

 Kangaroo mother care

 Pemancar panas

 Inkubator

 Lampu penghangat

 Boks penghangat

 Ruangan hangat

H. Pengobatan

Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara:

a. Melaksanakan metode kangguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan

popok dan tutup kepala diletakkan didada ibu agar tubuh bayi

menjadi hangat karena menjadi kontak kulit langsung, bila tubuh

bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan selimut.

b. Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang di setrika atau

dihangatkan diatas tungku.

c. Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 -60watt yang diletakkan

pada jarak setengah meter diatas bayi.

d. Meminta pertolongan pada petugas kesehatan terdekat.

e. Dirujuk kerumah sakit

I. Penatalaksaan Neonatus Resiko Tinggi


Mempertahankan suhu tubuh untuk mencegah hipotermi menurut

indarsi, (2001) menyatakan bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi

dalam mencegah hipotermi adaalah:

1. Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih

2. Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan handuk yang

kering dan bersih

3. Menjaga bayi hangat dengan cara mendekapkan bayi di dada ibu

bengan metode kangguru

4. Memberikan ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar

dapat merangsang rooting reflek pada bayi

5. Mempertahankan bayi agar tetap hangat selama dalam perjalanan

pada waktu rujukan

6. Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri

7. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan

persalinan,menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh

normal untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu atau

keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi

8. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal.

Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi

dalam incubator atau melalui penyinaran lampu.cara lain yang

sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang adalah metode

dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa

hangat.

J. Penatalaksanaan Umum
1. Penanganan hipotermia secara umum untuk bayi, adalah :

Pengaturan suhu tubuh bayi belumlah terkendali dengan baik. Bayi bisa

kehilangan suhu tubuh secara cepat dan terkena hipotermi dalam kamar

yang dingin. Bayi yang mengalami hipotermi harus dihangatkan secara

bertahap. Berikut beberapa cara penanganan hipotermia untuk bayi :

 Hangatkan bayi secara bertahap. Bawalah ia ke ruangan yang

hangat. Bungkuslah tubuhnya dengan selimut tebal.

 Pakaikan topi dan dekaplah si kecil agar ia menjadi hangat oleh

panas tubuh anda.

2. Penanganan hipotermia secara umum untuk balita, adalah :

 Jika ia mampu melakukannya, minta anak berendam air hangat. Bila

warna kulitnya telah kembali normal, segera keringkan dan bungkus

tubuhnya dengan handuk tebal atau selimut.

 Kenakan pakaian tebal dan baringkan anak di tempat tidur. Pakaikan

selimut yang cukup banyak. Tutupi kepalanya dengan topi atau

pastikan suhu dalam ruangan cukup hangat. Temani anak.

 Berikan anak minuman hangat dan makanan penuh energi, misalnya

cokelat. Jangan tinggalkan anak sendirian, kecuali anda yakin warna

kulit dan suhu tubuhnya telah kembali normal.

Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

 Jangan menempelkan sumber panas langsung,seperti botol berisi air

panas ke kulit anak. Anak harus menjadi hangat secara bertahap.


 Jika anak hilang kesadaran,bukalah saluran udaranya dan periksa

pernapasannya. Jika anak bernapas, baringkan ia pada posisi

pemulihan,jika tidak bernapas,mulailah bantuan pernapasan dan

kompresi dada. Telepon Ambulans.

 MENDETEKSI DINI DAN PENANGANAN AWAL PADA


KASUS HIPERTERMI PADA NEONATUS

A. Pengertian Hipertermi
Hipertamia adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh

mekanisme pengaturan panas hipotalamus. Hipertamia adalah peningkatan

suhu tubuh diatas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran

panas terganggu ( oleh obat atau penyakit) atau dipengaruhi oleh panas

eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).

Hipertamia adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau

bersiko mengalami peningkatan suhu tubuh terus menerus 37,8ºC peroral

atau 38,8 ºC per-rectal, karena peningkatan terhadap faktor faktor eksternal.

B. Tanda dan gejala

1. Suhu tubuh > 37,5ºC

2. Tanda dehidrasi ( elastilitas kulit turun, mata dandan ubun-ubun

besar cekung, lidah dan membran mukosa kering)

3. Malas minum

4. Frekuensi nafas > 60 kali/menit

5. Denyut jantung > 160 kali/menit

6. Letargi

7. Kedinginan dan lemas

8. Bisa di sertai kejang

9. Gejala hipertamia : suhu badannya tinggi, terasa kehausan,

kedinginan, lemas, anoneksia (tidak selera makan) nadi cepat,

dan pernafasan tidak teratur.

C. Penyebab / Etiologi

 Bayi berada di lingkungan yang panas

 Terpapar sinar matahari


 Berada di inkubator atau dibawah pemancar panas

 Disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas

atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang

terlalu panas. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan di dekat

api atau ruangan yang berudara panas. Selain itu, dapat

pula disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang

dapat mempengaruhi pusat pengaturan suhu.  Zat yang dapat

menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu

sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini

dapat berupa protein , pecahan protein  dan zat lain , terutama

toksin polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen

yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat

menyebabkan demam selama keadaan sakit.

D. Patofisiologi Hipertermi

Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut pemeliharaan suhu

tubuh normal dalam mengatasi lingkungan yang panas. Orang tua biasanya

mengalami sengatan panas yang tidak terkait aktifitas karena gangguan

kehilangan panas dan kegagalan mekanisme homeostatik. Seperti pada

hipotermia, kerentanan usia lanjut terhadap serangan panas berhubungan

dengan penyakit dan perubahan fisiologis.

E. Klasifikasi Hipertemi

1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas

a. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.

Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan

secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium

intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan

hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian

antipiretik tidak bemanfaat.    

b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)

Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang

melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas.

Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila

dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%,

pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan

pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan

menyerap keringat.

c. Endocrine Hyperthermia (EH)

Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang

dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin

yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme,

diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan

Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan

demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit).

2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.

a. Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga    

kehidupan bisa disebabkan oleh:

Dehidrasi

Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan

atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini

merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma

lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia

dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda

lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak

berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan

prematur/resiko infeksi.

Overheating

Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi

terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.

Trauma lahir

Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada

24% dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3

hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa

kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk

menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi

dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh

bayi lebih dari 39ºC dilakukan tepid sponged 35ºC sampai dengan    

suhu tubuh mencapai 37ºC.

Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.5ºC atau  lebih

rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat,

takikardia,   aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada

saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang  bisa

terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia,

gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat

stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera

diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan   

suhu tubuh 38,50 C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat

tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan

memperbaiki gangguan metabolic yang ada.

Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)

Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat

penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang

tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi

atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak

adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia

< 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului

oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan

sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis

dengan febris ringan). Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi      

pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia

maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80%

dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil
CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ

dan edema serebri.

Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang

mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang

mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris

ringan yang tidak fatal. Hipertermia   diduga kuat berhubungan dengan

SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan.

Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah

pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas batang otak

yang tertunda   sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity,

pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa

faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap

SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur

bayi tertelungkup. Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS

karena dapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan

sehingga berakhir dengan apnea.

F. Komplikasi berkelanjutan dari Hipertermi

Terapi hipertermia pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan

jaringan normal/sehat jika suhunya tidak melebihi 43,8ºC. Tetapi

perbedaan karakter jaringan dapat menimbulkan perbedaan suhu atau

efek samping pada jaringan tubuh yang berbeda-beda. Hal yang sering

terjadi adalah rasa panas (seperti terbakar), bengkak berisi cairan, tidak

nyaman, bahkan sakit.


Teknik perfusi dapat menyebabkan pembengkakan jaringan,

penggumpalan darah, perdarahan, atau gangguan lain di area yang diterapi.

Tetapi efek samping ini bersifat sementara. Sedang whole body

hyperthermia dapat menimbulkan efek samping yang lebih serius –tetapi

jarang terjadi– seperti kelainan jantung dan pembuluh darah. Kadang efek

samping yang muncul malah diare, mual, atau muntah.

G. Penatalaksaan

1. Jauhkan anak dari sumber panas, dan dibandingkan udara ruangan,

apabila sedang dibawah terik matahari, segeralah berteduh, apabila

sedang di dalam mobil yang tak berpendingin udara, ajak anak

keluar dari kendaraan.   

2. Lepaskan selimut anak, juga sebaiknya bayi tidak dibedong, di

takutkan karena bayi terbiasa di bedong maka bila akan mengigil.

Apabila hal itu terjadi maka waspadalah kemungkinan suhu yang

meningkat itu demam.

3. Pakailah baju bayi yang sesuai dengan iklim tropis, seperti katun

atau bahan lain yang menyerap keringat.

4. Setelah itu atur suhu  anak dengan termometer apabila hasilnya

menunjukan angka 36-36,7ºC itu berarti ia masih normal jika lebih

dari 37,5ºC berarti dia sudah demam tinggi apbila jika sampai 49oc

lebih, berarti dia megalami hipertemi. 

5. Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar seputar

26°C-28°C.
6. Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu bayi normal

(jangan menggunakan es atau alcohol)

7. Berikan cairan dektrose NaCl = 1 : 4 secara intravena dehidrasi

teratasi

8. Antibiotic diberikan apabila ada infeksi.

H. Pencegahan Terhadap  Hipertermia

a. Kesehatan lingkungan

b. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat.

c. Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya.

d. Pemberantasan lalat.

e. Pembuangan sampah pada tempatnya.                                      

f. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.

g. Pemberian imunisasi lengkap kepada bayi.

h. Makan makana yang bersih dan sehat

i. Jangan biasakan anak jajan diluar.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hiportemi dan Hipertermi pada neonatus  merupakan kejadian umum di

seluruh dunia. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari

37,5 ºC. Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi

rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan

secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah

lahir. Misalnya bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama

menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan sekitar bayi cukup

hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.

Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan :

Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan

trauma lahir dan obat-obatan, Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa,

Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat

peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu

febris, latihan / gerakan yang berlebihan.

B. SARAN

Hipotermi pada bayi baru lahir dapat lebih mudah ditangani dan

bahkan dicegah apabila ada kerja sama yang baik antara petugas kesehatan

dan anggota keluarga. Bidan seharusnya terus memberikan pendidikan

kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota keluarga lainnya

bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipotermi sehingga keluarga

paham akan hal tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

 http://repositori.uin-alauddin.ac.id/7678/1/SARNAH.pdf

 http://repository.unimus.ac.id/860/3/BAB%20II.pdf
 http://repository.helvetia.ac.id/177/2/BAB%20I-III.pdf

 http://rikasriwahyuni.blogspot.com/2016/07/kebidanan-makalah-

hipotermi-pada-bayi.html

 http://onevivirubianty.blogspot.com/2018/03/makalah-

hipertermi.html

 http://repo.unand.ac.id/26314/1/Asuhan%20Kebidanan%20pada

%20Neonatus%20edit.pdf

 http://cdn.stikesmucis.ac.id/13DB277140.pdf

 https://media.neliti.com/media/publications/91359-ID-studi-kasus-

manajemen-asuhan-kebidanan-p.pdfhttp://repository.poltekkes-

denpasar.ac.id/505/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai