Materi :
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih-Nya, Modul
ETIKA MORAL Kristiani ini dapat diselesaikan dengan baik.Modul ini
merupakan pedoman pembelajaran bagi mahasiswa semester I, dan staff pengajar
yang bertindak sebagai narasumber serta fasilitator.
Strategi pembelajaran yang digunakan pada mata ajar Etika Moral
Kristiani ini adalah ceramah dan tanya jawab sertaLive-Action Role-playing.
Modul ini dibuat berdasarkan ilmu dan kompetensi yang meliputi identifikasi
etika dan moral, amoral dan immoral serta etika dan etiket, etika sebagai cabang
filsafat, hati nurani sebagai fenomena moral, hati nurani dan superego, kebebasan
(pengalaman tentang kebebasan, beberapa arti kebebasan, beberapa masalahh
mengenai kebebasan), tanggung jawab (tingkat-tingkat kebebasan, maslaah
tanggung jawab kolektif), nilai dan moral, hak dan kewajiban, etika kewajiban
dan etika keutamaan, keutamaan dan watak moral, ketumaan dan ethos, orang
kudus dan pahlawan, hedonisme, eudemonisme, utilitarisme, deontologi, kode
etik keperawatan indonesia, suara hati, abortus, bunuh diri dan pemulihan.
Kemudian teori ini akan diaplikasi dalam bentuk role play dengan topik Sopan
santun dalam Menerima Tamu Suster, Mahasiswa, Dosen, Penerimaan dan
Perlakuan Pasien Di Rumah Sakit, Sopan Santun Adik dan Kakak Kelas, Sopan
Santun kepada perawat dan TIM kesehatan lain di Rumah Sakit, Sopan Santun
Makan, Sopan Santun Adik dan Kakak Kelas, pegawai, dan Pencegahan abortus
pada remaja
Modul ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa, staff pengajar, serta
seluruh komponen yang terkait dalam proses pendidikan Sarjana Keperawatan
STIKes Santa Elisabeth Medan.
Halaman sampul......................................................................................................... 1
Kata Pengantar........................................................................................................... 2
Daftar Pengantar......................................................................................................... 3
I. Pendahuluan.......................................................................................................... 4
1.1 Identitas Mata Ajar........................................................................................ 4
1.2 Deskripsi singkat mata kuliah....................................................................... 4
1.3 Prasyarat........................................................................................................ 4
1.4 petunjuk penggunaan modul......................................................................... 4
1.5 Standar kompetensi....................................................................................... 4
1.6 Pokok bahasan............................................................................................... 5
1.7 Tujuan penyusunan modul............................................................................ 6
1.8 Alat dan bahan.............................................................................................. 6
1.9 Cek kemampuan awal................................................................................... 6
1.10 Sumber........................................................................................................ 6
II. Rencana Pembelajaran....................................................................................... 7
2.1 Pokok bahasan............................................................................................... 7
2.2 Uraian materi................................................................................................. 8
2.3 Uraian Kegiatan............................................................................................ 30
III. Evaluasi.............................................................................................................. 31
3.1Cognitive skill................................................................................................ 31
3.2 Psychomotor.................................................................................................. 31
3.3 Afektif........................................................................................................... 31
3.4 Produk /benda kerja sesuai standar............................................................... 32
3.5 Batasan waktu............................................................................................... 32
3.6 Kunci jawaban............................................................................................... 32
IV. Daftar pustaka................................................................................................... 32
I. PENDAHULUAN
1.1. IDENTITAS MATA AJAR
Adapun identitas mata ajar pada pembelajaran ini adalah Etika Moral
Kristianidengan bobot 2 SKS (1 SKS teori dan 1SKSpraktikum ).
1.3. PRASYARAT
Mata kuliah ini hanya dapat diikuti oleh mahasiswa yang telah mengikuti
dan lulus pada blok sebelumnya.
1. Mengidentifikasi etika dan moral, amoral dan immoral serta etika dan etiket
kemudian Etika sebagai cabang filsafat, pernanan etika dalam dunia modern,
Moral dan agama
2. Hati nurani sebagai fenomena moral dan Hati nurani dan superego
3. Kebebasan (pengalaman tentang kebebasan, beberapa arti kebebasan,
beberapa masalahh mengenai kebebasan) Tanggung jawab (tingkat-tingkat
kebebasan, maslaah tanggung jawab kolektif)
4. Nilai dan Moral
5. Hak dan Kewajiban
6. Masalah –masalah etika terapan dan tantangannya bagi zaman kita
7. Etika kewajiban dan etika keutamaan
8. Keutamaan dan watak moral, Ketumaan dan ethos, Orang kudus dan pahlawan
9. Abortus & Eutanasia
10. Sopan santun Menerima Tamu Suster, Mahasiswa, Dosen
11. Sopan Santun Interaksi Dosen Mahasiswa
12. Sopan Santun kepada perawat dan TIM kesehatan lain di Rumah Sakit
13. Sopan Santun Makan Di STIKes Santa Elisabeth Medan
14. Sopan Santun Adik dan Kakak Kelas, pegawai, di STIKes Santa Elisabeth
Medan
15. Penerimaan dan Perlakuan Pasien, di Rumah Sakit
16. Pencegahan abortus pada remaja di STIKes Santa Elisabeth Medan
1.10. SUMBER
Sumber pembelajaran dapat diambil dari bahan pustaka berupa buku cetak/
textbook, jurnal ilmiah, e-book, hasil penelitian yang sudah dipertanggung
jawabkan, dan audiovisual seperti CD pembelajaran dan video.
II. RENCANA PEMBELAJARAN
I.1. POKOK BAHASAN
1. Mengidentifikasi etika dan moral, amoral dan immoral serta etika dan etiket
kemudian Etika sebagai cabang filsafat, pernanan etika dalam dunia modern,
Moral dan agama
2. Hati nurani sebagai fenomena moral dan Hati nurani dan superego
3. Kebebasan (pengalaman tentang kebebasan, beberapa arti kebebasan,
beberapa masalahh mengenai kebebasan) Tanggung jawab (tingkat-tingkat
kebebasan, maslaah tanggung jawab kolektif)
4. Nilai dan Moral
5. Hak dan Kewajiban
6. Masalah –masalah etika terapan dan tantangannya bagi zaman kita
7. Etika kewajiban dan etika keutamaan
8. Keutamaan dan watak moral, Ketumaan dan ethos, Orang kudus dan pahlawan
9. Abortus & Eutanasia
10. Sopan santun Menerima Tamu Suster, Mahasiswa, Dosen
11. Sopan Santun Interaksi Dosen Mahasiswa
12. Sopan Santun kepada perawat dan TIM kesehatan lain di Rumah Sakit
13. Sopan Santun Makan Di STIKes Santa Elisabeth Medan
14. Sopan Santun Adik dan Kakak Kelas, pegawai, di STIKes Santa Elisabeth
Medan
15. Penerimaan dan Perlakuan Pasien, di Rumah Sakit
16. Pencegahan abortus pada remaja di STIKes Santa Elisabeth Medan
I.2. URAIAN MATERI (RINGKASAN)
UNIT 1
100 Menit
A. PENGANTAR
TUJUAN
B. BAHAN BACAAN
ETIKA ETIKET
Etika menyangkut cara Etiket menyangkut cara (tata
dilakukannya suatu perbuatan acara) suatu perbuatan harus
sekaligus memberi norma dari dilakukan manusia. Misal :
perbuatan itu sendiri. Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu
Dilarang mengambil barang milik kepada orang lain, saya harus
orang lain tanpa izin karena menyerahkannya dengan
mengambil barang milik orang menggunakan tangan kanan. Jika
lain tanpa izin sama artinya saya menyerahkannya dengan
dengan mencuri. “Jangan tangan kiri, maka saya dianggap
mencuri” merupakan suatu norma melanggar etiket.
etika. Di sini tidak dipersoalkan
apakah pencuri tersebut mencuri
dengan tangan kanan atau tangan
kiri.
Etika selalu berlaku, baik kita Etiket hanya berlaku dalam
sedang sendiri atau bersama orang situasi dimana kita tidak seorang
lain. Misal: Larangan mencuri diri (ada orang lain di sekitar
selalu berlaku, baik sedang sendiri kita). Bila tidak ada orang lain di
atau ada orang lain. Atau barang sekitar kita atau tidak ada saksi
yang dipinjam selalu harus mata, maka etiket tidak berlaku.
dikembalikan meskipun si Misal : Saya sedang makan
empunya barang sudah lupa. bersama bersama teman sambil
meletakkan kaki saya di atas
meja makan, maka saya dianggap
melanggat etiket. Tetapi kalau
saya sedang makan sendirian
(tidak ada orang lain), maka saya
tidak melanggar etiket jika saya
makan dengan cara demikian.
Etika bersifat absolut. “Jangan Etiket bersifat relatif. Yang
mencuri”, “Jangan membunuh” dianggap tidak sopan dalam satu
merupakan prinsip-prinsip etika kebudayaan, bisa saja dianggap
yang tidak bisa ditawar-tawar sopan dalam kebudayaan lain.
Misal : makan dengan tangan
atau bersendawa waktu makan.
Etika memandang manusia dari Etiket memandang manusia dari
segi dalam. Orang yang etis tidak segi lahiriah saja. Orang yang
mungkin bersifat munafik, sebab berpegang pada etiket bisa juga
orang yang bersikap etis pasti bersifat munafik. Misal : Bisa
orang yang sungguh-sungguh saja orang tampi sebagai
baik. “manusia berbulu ayam”, dari
luar sangan sopan dan halus, tapi
di dalam penuh kebusukan.
Etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari tentang baik dan buruk sikap
tindakan manusia. Etika merupakan bagian filosofis yang berhubungan
erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar
atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak. Menurut bahasa, Etik
diartikan sebagai :YUNANI áEthos, kebiasaan atau tingkah laku,
INGGRIS á Ethis, tingkah laku / perilaku manusia yang baik → tindakan
yang harus dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Sedangkan dalam koteks lain secara luas dinyatakan bahwa : ETIK adalah
aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadapkenyataan yang
sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar dan konsep
yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak serta
menekankan nilai-nilai mereka.
LATIHAN
5. TES FORMATIF
1. Bersifat lebih mutlak disetiap tempat dan lebih bersifat absolut, tidak menilai cara
melainkan perbuatannya merupakan…….
a. Etika
b. Nilai
c. Etiket
d. Norma
e. Moralitas
2. Pengertian tentang baik dan buruk merupakan fenomena manusiawi yang
universal, meskipun tidak selalu ada pendapat yang sama tentang apa yang harus
dianggap baik dan buruk, merupakan………
a. Etika
b. Nilai
c. Etiket
d. Norma
e. Moralitas
3. Bersifat relatif, tergantung adat kebudayaan suatu bangsa atau suku bangsa, lebih
bersifat relatif , merupakan…….
a. Etika
b. Nilai
c. Etiket
d. Norma
e. Moralitasi
DAFTAR PUSTAKA
HATI NURANI St
100 Menit
C. PENGANTAR
Hati nurani, seperti juga jiwa dan roh, keberadaannya tidak berupa wujud
yang bisa dilihat dengan mata telanjang, namun semua mengakui keberadaan dan
berfungsi langsung yang bisa di rasakan. Sering kita mendengar seseorang yang
sudah melakukan kekejian, pembunuhan ataupun pemerkosaan, lalu dikatakan
tidak punya “ hati-nurani “, benarkah dia tidak punya ? Jika kita mau jujur, sekecil
apapun kesalahan yang telah kita lakukan pada orang lain, tentu ada perasaan
yang tidak nyaman bukan ? Perasaan itu datangnya darimana ? bukan saja dari
tegoran orang yang bisa membuat tidak nyaman, tetapi tegoran dari diri sendiri
juga berperan dalam hal ini dan sangat akurat sekali tidak ada rekayasa !. Inilah
peran “ hati – nurani “
TUJUAN
D. BAHAN BACAAN
HATI NURANI
Dalam sejarah filsafat sering dipersoalkan apakah hati nurani termasuk perasaan,
kehendak atau rasio. Sekarang kita sudah mnenyadari bahwa persoalannya
sebetulnya tidak boleh dirumuskan dengan cara begitu. Dalam filsafat dewasa ini
sudah terbentuk keyakinan bahwa manusia tidak bisa dipisahkan ke dalam
pelbagai fungsi atau daya. Kita harus bertolak dari kesatuan manusia, di mana
pelbagai fungsi dapat dibedakan tapi tidak boleh dipisahkan. Dalam hati nurani
pula memainkan peranan baik perasaan mau pun kehendak maupun juga rasio.
Tapi terdapat suatu tendensi kuat dalam filsafat untuk mengakui bahwa hati nurani
secara khusus harus dikaitkan dengan rasio. Kami juga berpendapat demikian.
Alasannya, karena hati nurani memberi suatu penilaian, artinya, suatu putusan
(judgement). Ia menegaskan : ini baik dan harus dilakukan atau itu buruk dan
tidak boleh dilakukan. Mengemukakan putusan jelas merupakan suatu fungsi dari
rasio. Tapi dalam hal ini perlu dibedakan antara dua macam rasio : rasio teoretis
dan rasio praktis. Rasio teoretis memberi jawaban atas pertanyaan : apa yang
dapat saya ketahui? Atau juga : bagaimana pengetahuan saya dapat diperluas?
Dengan demikian rasio dalam arti ini merupakan sumber pengetahuan, termasuk
juga ilmu pengetahuan. Sedangkan rasio praktis terarah pada tingkah laku
manusia. Rasio praktis memberi jawaban atas pertanyaan : apa yang harus saya
lakukan? Dengan itu rasio praktis memberi penyuluhan bagi perbuatan-perbuatan
kita. Kalau rasio teoretis bersifat abstrak, maka rasio praktis justru bersifat
konkret. Jati nurani juga sangat konkret sifatnya dan mengatakan kepada kita apa
yang harus dilakukan kini dan di sini. Putusan hati nurani “mengkonkretkan”
pengetahuan etis kita yang umum. Pengetahuan etis kita (prinsip-prinsip moral
yang kita pegang dan nilai-nilai yang kita akui) hampir tidak pernah siap pakai
dalam keadaan konkret. Hati nurani seolah-olah merupakan jembatan yang
menghubungkan pengetahuan etis kita yang umum dengan perilaku konkret.
Biarpun putusan hati nurani bersifat rasional, itu tidak berarti bahwa ia
mengemukakan suatu penalaran logis (reasoning). Ucapan hati nurani pada
umumnya bersifat intuituf, artinya langsung menyatakan : ini baik dan terpuji atau
itu buruk dan tercela. Pemikiran intuituf berlangsung “bagaikan tembakan” :
langsung , satu kali tembak, tidak menurut tahap-tahap perkembangan seperti
dalam sebuah argumentasi. Namun demikian, kadang-kadang putusan hari nurani
bisa memiliki sifat-sifat yang mengingatkan kita pada suatu argumentasi, terutama
hati nurani prospektif. Dalam contoh ketika Arjuna seolah-olah membentuk suatu
penalaran. Ia mulai dengan mempertimbangkan prinsip umum bahwa membunuh
kerabat dan orang yang dekat dengannya tidak boleh. Lantas ia melihat situasi
yang dihadapinya : ia harus bertempur melawan sanak saudara dan bekas guru-
gurunya yang sangat berjasa baginya. Dan akhirnya ia sampai pada kesimpulan :
“saya tidak akan berperang”. Tapi sebetulnya kesimpulan itu sendiri bersifat
intuituf juga, walaupun sudah dipersiapkan sebelumnya.
Mengikuti hati nurani merupakan suatu hak dasar bagi setiap manusia. Tidak ada
orang lain yang berwenang untuk campur tangan dalam putusan hati nurani
seseorang. Tidak boleh terjadi, seorang dipaksa untuk bertindak bertentangan
dengan hati nuraninya. Maka tidak mengherankan, bila dalam Deklarasi Universal
tentang Hak-hak Asasi Manusia (1948) disebut juga “hak atas kebebasan hati
nurani” (Pasal 18). Konsekuensinya bahwa negara harus menghormati putusan
hati nurani para warganya, bahkan kalau kewajiban itu menimbulkan konflik
dengan kepentingan lain. Dengan kata lain, negara harus menghormati hak dari
conscientious objector : orang yang berkeberatan memenuhi suatu kewajiban
sebagai warga negara karena alasan hati nurani. Contoh terkenal adalah konflik
yang sering dialami di negara-negara yang mempraktikkan wajib militer. Di sana
tidak jarang ada orang muda yang menolak untuk memenuhi wajib militer dengan
alasan hati nurani. Misalnya, mereka menandaskan bahwa suara hati nurani
melarang mereka ikut serta dalam latihan-latihan militer yang bertujuan
membunuh sesama manusia. Dalam kasus semacam itu negara menghadapi
dilema yang tidak mudah: menjalankan tugas-tugas pertahanan nasional dengan
baik atau menghormati hati nurani para warga negara. Dulu orang seperti itu
diadili dan divonis beberapa tahun di penjara. Dengan demikian kepentingan
nasional mengalahkan hak pribadi. Filsuf dan pengarang besar dari Inggris,
Bertrand Russell (1872 – 1970), di masa mudanya masih sempat menjadi korban
dari konflik kepentingan serupa itu. Ketika pada saat Perang Dunia I a
memprogandakan pasifisme dan menolak masuk dinas militer Inggris, ia dipecat
sebagai dosen Universitas Cambridge dan dipenjarakan beberapa bulan. Tapi
sekarang kebanyakan negara modern mengakui hak orang muda untuk menolak
masuk tentara karena alasan hati nurani. Hanya saja, mereka diwajibkan
mengikuti suatu masa pengabdian alternatif, misalnya, suatu tugas sosial, yang
tentu waktunya lebih lama dan imbalan finansialnya kurang, dibandingkan dengan
dinas militer. Alternatif itu harus kurang menarik secara objektif untuk mencegah
terlalu banyak orang akan menolak wajib militer dengan dalih hati nurani. Bila
orang memilih alternatif ini – membuktikan ia mengikuti hati nuraninya dengan
ikhlas dan tidak mencari alasan yang dibuat-buat.
Dari semuanya ini dapat disimpulkan bahwa hati nurani mempunyai kedudukan
kuat dalam hidup moral kita. Malah bisa dikatakan : dipandang dari sudut subjek,
hati nurani adalah norma terakhir untuk perbuatan kita. Kita selalu wajib
mengikuti hati nurani dan tidak pernah boleh kita lakukan sesuatu yang
bertentangan dengan hati nurani. Dalam arti itu hati nurani mengikat kita secara
mutlak. Namun, harus berlangsung ditambahkan, putusan hati nurani yang
merupakan norma moral terakhir bersifat subjektif dan belum tentu perbuatan
yang dilakukan atas desakan hati nurani adalah baik juga secara objektif. Hati
nurani bisa keliru. Bisa saja hati nurani menyatakan sesuatu adalah baik, bahkan
wajib dilakukan, padahal secara objektif perbuatan itu buruk. Sepanjang sejarah,
banyak pembunuhan dan penganiayaan dilakukan orang fanatik atau
Dalam kehidupan moral pribadi peranan hati nurani sangat penting. Manusia
adalah orang yang hidup baik (secara moral) bila ia selalu hidup menurut hati
nuraninya. Namun, bukan sembarang hati nurani patut membimbing hidup moral
kita, tapi hanya hati nurani yang dididik dengan baik. Manusia bukan saja wajib
untuk selalu mengikuti hati nuraninya, ia wajib juga mengembangkan hati nurani
dan seluruh kepribadian etisnya sampai menjadi matang dan seimbang. Pada
orang yang sungguh-sungguh dewasa dalam bidang etis, putusan subjektif dari
hati nurani akan sesuai dengan kualitas moral objektif dari perbuatannya. Pada
orang serupa itu, yang baik secara subjektif akan sama dengan yang baik secara
objektif. Karena itu perlu kita pelajari lagi cara bagaimana keadaan ideal itu bisa
dicapai.
Sering kali hati nurani dikaitkan dengan “Superego”, bahkan tidak jarang kedua
hal itu disamakan begitu saja. Karena itu tidak ada salahnya, jika disini kita
mempelajari juga “Superego”, walaupun dengan demikian kita sebenarnya
meninggalkan pokok pembicaraan etika dan memasuki wilayah psikologi. Pada
dasarnya pasal ini (dan dua pasal berikutnya) termasuk apa yang sebelumnya
disebut etika deskriptif dan bukan etika normatif dalam arti sesungguhnya. Istilah
“superego” berasal dari Sigmund Freud (1856 – 1939), dokter ahli saraf Austria
yang meletakkan dasar untuk psikoanalisis. Ia mengemukakan istilah itu dalam
rangka teorinya tentang struktur kepribadian manusia. Atau lebih tepat lagi, bila
dikatakan bahwa ini teorinya yang kedua tentang struktur kepribadian, yang sejak
tahun 1923 (artinya, sejak bukunya The Ego and The Id) menggantikan
padangannya yang terdahulu. Kendati bertubi-tubi terkena kritikan, serangan dan
penolakan, namun minat untuk psikoanalisis Freud bertahan terus dan rasanya
untuk seterusnya pun tidak akan hilang. Pada tahun 2000, pada kesempatan
pergantian abad, majalah Amerika Times mengeluarkan sebuah nomor khusus
tentang 100 tokoh paling penting dalam abad ke – 20 dan Freud dimasukkan
didalamnya, meskipun diakui juga bahwa ia masih tetap figur yang kontroversial
dan untuk masa depan tidak bias diharapkan hal itu akan berubah.
Tubuh kita mempunyai struktur tertentu : ada kepala, kaki, lengan dan batang
tubuh. Psike kita juga mempunyai struktur, walaupun tentu tidak terdiri dari
bagian-bagian dalam ruang. Struktur psikis manusia menurut Freud meliputi tiga
instansi atau tiga sistem yang berbeda-beda. Sebagaimana akan dijelaskan lagi,
sistem-sistem ini memegang peranan sendiri-sendiri dan kesehatan psikis
seseorang sebagian terbesar tergantung dari keharmonisan kerja sama
diantaranyta. Ketiga instansi ini masing-masing adalah Id, Ego, Superego.
Superego itu berhubungan erat dengan apa yang kita sebut dalam etika dengan
nama “hati nurani”. Tapi supaya hubungan itu dapat dimengerti, perlu lebih dulu
dijelaskan tentang ketiga instansi itu, satu demi satu.
a. Id
Freud pernah mengatakan bahwa hidup psikis kita ibarat gunung es yang
terapung-apung di laut. Hanya puncaknya tampak diatas permukaan air, tapi
sebagian terbesar gunung es situ tidak kelihatan, karena terpendam air laut. Hidup
psikis manusia juga untuk sebagian terbesar tidak tampak atau – lebih tepat –
tidak sadar, namun tetap merupakan kenyataan yang harus diperhitungkan. Itu
berarti, apa yang dilakukan oleh manusia – khususnya yang diinginkan, dicita-
citakan, dikehendaki – untuk sebagian besar tidak disadari oleh manusia itu
sendiri! Freud mengintroduksikan kedalam psikologi paham “ketidaksadaran
dinamis”, artinya, ketaksadaran yang mengerjakan sesuatu dan tidak tinggal diam.
Dengan itu ia mengadakan semacam revolusi dalam pandangan tentang manusia.
Pada permulaan psikologi modern hidup psikis disamakan begitu saja dengan
kesadaran. Hal itu diwarisi oleh psikologi dari filsuf Prancis Rene Descartes (1596
– 1650) yang dijuluki “bapak filsafat modern” dan menjalankan pengaruh besar
atas psikologi, ketika mulai berkembang sebagai suatu ilmu tersendiri. Bagi
Descartes, kegiatan psikis yang tak sadar merupakan suatu kontradiksi, karena
hidup psikis sama saja dengan kesadaran. Sejak Freud kita tahu bahwa ada juga
aktivitas-aktivitas psikis yang tidak disadari oleh subjek bersangkutan sendiri.
Jika dengan Id dimaksudkan ketaksadaran, maka Id itu secara konkret terdiri dari
apa? Apakah isinya? Id terdiri dari naluri-naluri bawaan, khususnya naluri-naluri
seksual (ingat, misalnya, akan teori Freud tentang Kompleks Oedipus) serta
agresif, lagi pula keinginan-keinginan yang direpsesi. Pada awal mula, hidup
psikis manusia terdiri dari Id saja. Pada janin dalam kandungan ibunya dan pada
bayi yang baru lahir, hidup psikis untuk seratus persen sama dengan Id. Id itu
hampir tanpa struktur apapun dan secara menyeluruh dalam keadaan kacau balau.
Namun demikian, Id itulah yang menjadi bahan dasar bagi perkembangan psikis
lebih lanjut. Pada mulanya Id sama sekali tidak terpengaruh oleh kontrol pihak
subjek. Id hanya melakukan apa yang disukai. Kata Freud : Id dipimpin oleh
“prinsip kesenangan” (the pleasure principle). Dalam Id tidak dikenal urutan
menurut waktu; sebetulnya Id sama sekali tidak mengenal waktu (timeless).
Hukum-hukum logika pun tidak berlaku untuknya. Dalam mimpi sering kali kita
melihat hal-hal yang sama sekali tidak logis. Dan hal yang sama dapat dikatakan
tentang gejala-gejala neurotis. Walaupun faktor-faktor tak sadar memainkan
peranan besar dalam neurosis, perlu ditekankan bahwa Id atau ketaksadaran
merupakan suatu kenyataan psikologis yang normal dan universal. Hidup psikis
setiap manusia didasarkan atas Id itu.
b. Ego
Ego atau Aku mulai mekar dari Id melalui kontaknya dengan dunia luar,
khususnya dengan orang yang dekat dengannya seperti orang tua dan pengasuh.
Aktivitas Ego bias sadar, prasadar mau pun tidak sadar. Tapi untuk sebagian besar
Ego bersifat sadar. Sebagai contoh aktivitas sadar boleh disebut : persepsi lahiriah
(saya melihat pohon di situ), persepsi batiniah (saya merasa sedih) dan proses-
proses intelektual. Sebagai contoh tentang aktivitas prasadar dapat dikemukakan
fungsi ingatan (saya mengingat kembali nama yang tadinya saya lupa). Dan
aktivitas tak sadar dijalankan oleh Ego melalui mekanisme-mekanisme pertahanan
(defence mechanisms), misalnya, orang yang dalam hati kecilnya sangat takut
pada kenyataannya berlagak gagah berani.
Ego dikuasai oleh “prinsip realitas” (the realitiy principle), kata Freud,
sebagaimana tampak dalam pemikiran yang objektif, yang sesuai dengan tuntutan-
tuntutan sosial, yang bersifat rasional dan mengungkapkan diri melalui bahasa.
Jadi, prinsip kesenangan dari Id di sini diganti dengan prinsip realitas. Adalah
tuga Ego (bukan Id dan naluri-naluri) untuk mempertahankan kepribadiannya
sendiri dan menjamin penyesuaian dengan alam sekitar, lagi pula untuk
memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik dengan
keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain. Ego juga mengontrol apa
yang mau masuk kesadaran dan apa yang dikerjakan. Akhirnya, Ego menjamin
kesatuan kepribadian atau – dengan kata lain – mengadakan sintesis psikis.
c. Superego
Superego adalah instansi yang melepaskan diri dari Ego dalam bentuk observasi-
diri, kritik-diri, larangan dan tindakan refleksi lainnya, pokoknya, tindakan
terhadap dirinya sendiri. Superego dibentuk selama masa anak melalui jalan
internalisasi (pembatinan) dari faktor-faktor represif yang dialami subjek
sepanjang perkembangannya. Faktor-faktor yang pernah tampil sebagai “asing”
bagi si subjek, kemudian diterima olehnya dan dianggap sebagai sesuatu yang
berasal dari dirinya sendiri. Larangan, perintah, anjuran, cita-cita dan sebagainya,
yang berasal dari luar (para pengasuh, khususnya orang tua), diterima sepenuhnya
oleh si subjek, sehingga akhirnya terpancar dari dalam. “Engkau tidak boleh
mencuri” (larangan dari orang tua) akhirnya menjadi “Aku harus mengembalikan
barang milik orang lain”. “Anak putri tidak boleh memanjat pohon” (teguran dari
kakak) menjadi “Saya tidak boleh memanjat pohon, karena hal itu tidak patut
untuk anak perempuan”.
Boleh dicatat lagi, internalisasi ini adalah kebalikannya dari proses psikologis
yang disebut “proyeksi”. Dalam proyeksi, keadaan batin manusia diterapkan pada
dunia luar. Misalnya, seorang yang berwatak penakut di mana saja akan melihat
bahaya. Bila berjalan di tempat gelap pada malam hari ia akan melihat hantu.
Yang dianggap “hantu” itu tidak lain daripada keadaan batinnya yang diproyeksi
ke luar. Atau contoh lain : penyair bias melukiskan alam dengan menerapkan rasa
batinnya padanya, sambil mengatakan – misalnya – bahwa hutan bergembira ria.
Dalam internalisasi, sebaliknya, keadaan di luar manusia dimasukkan ke dalam
batinnya.
Aktivitas Superego menyatakan diri dalam konflik dengan Ego, yang dirasakan
dalam emosi-emosi seperti rasa bersalah, rasa menyesal, rasa malu, dan
sebagainya. Perasaan-perasaan itu tentu dapat dianggap normal. Tapi bias terjadi
juga bahwa orang sungguh-sungguh disiksa oleh Superego, sehingga hidup
normal bagi dia sudah tidak mungkin lagi. Dan perhatian Freud diarahkan ke
Superego, terutama karena pengalamannya dengan kasus-kasus seperti itu. Nanti
kita bahas lagi hal ini secara lebih mendalam.
c. Pada awal Bhagavad Gita kita menemukan suatu contoh bagus tentang
konflik batin yang berlangsung dalam hati nurani. Dalam sebuah kereta
berkuda Arjuna menuju ke tempat pertempuran bersama Khrisna yang
bertindak sebagai saisnya. Tapi setibanya di tempat tujuan ia melihat sanak
saudara, guru-guru dan sahabat-sahabat di antara tentara yang menjadi
lawannya. Melihat keadaan itu, “rasa sedih dan putus asa memenuhi
hatinya”. Ia tidak tega berperang melawan kerabat dan orang yang akrab
dengannya. “Saya tidak mau membunuh mereka, sekalipun saya sendiri
akan dibunuh”. Busur saktinya terjatuh dari tangannya dan ia sendiri rebah
dalam kereta, hatinya dilimpahi keputusan dan kesedihan. Usaha Khrisna
untuk membesarkan hatinya tidak sedikitpun dapat mengubah sikapnya.
“Setelah mereka mati, masakan kita ingin hidup lagi?”. Dan dengan tegas
ia putuskan: “Saya tidak akan berperang, Khrisna”.
2.9. Kesadaran hati nurani
Apa itu hati nurani? Secara sangat umum dapat dikatakan, hati nurani adalah
“instansi” dalam diri kita yang menilai tentang moralitas perbuatan-perbuatan
kita, secara langsung, kini, dan di sini. Dengan “kata nurani” kita maksudkan
penghayatan tentang baik atau buruk berhubungan dengan tingkah laku konkret
kita. Hati nurani ini memerintahkan atau memelarang kita untuk melakukan
sesuatu kini dan di sini. Ia tidak berbicara tentang yang umum, melainkan tentang
situasi yang sangat konkret. Tidak mengikuti hati nurani ini berarti
menghancurkan integritas pribadi kita dan mengkhianati martabat terdalam kita.
Dapat dikatakan juga, hati nurani adalah kesadaran moral yang membuat kita
menyadari baik atau buruk (secara moral) dalam perilaku kita dan karena itu dapat
menyuluhi dan membimbing perbuatan-perbuatan kita di bidang moral. Dengan
demikian hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai
kesadaran. Untuk mengerti hal ini perlu kita bedakan antara pengenalan dan
kesadaran. Kita mengenal, bila kita melihat, mendengar atau merasa sesuatu. Tapi
pengenalan ini tidak merupakan monopoli manusia. Seekor binatang pun bisa
mendengar bunyi atau mencium bau busuk dan karena itu bisa mengenal. Malah
ada binatang yang dalam hal pengenalan indrawi lebih unggul daripada manusia.
Tapi hanya manusia mempunyai kesadaran. Dengan kesadaran kita maksudkan
kesanggupan manusia untuk mengenal dirinya sendiri dan karena itu berefleksi
tentang dirinya. Manusia bukan saja melihat pohon di kejauhan sana, tetapi ia
menyadari juga bahwa dialah yang melihatnya.
Di kebun binatang pernah terdengar seorang anak kecil, berumur sekitar empat
tahun, bertanya kepada ibunya :”Mami, apakah gajah itu tahu bahwa dia seekor
gajah?” tanpa disadarinya, dengan itu ia mengemukakan suatu pertanyaan
filosofis yang amat mendalam artinya. Kepada filsuf cilik ini harus dijawab: gajah
tidak tahu. Seekor binatang tidak berfikir atau berefleksi tentang dirinya sendiri.
Hanya manusia mempunyai kesadaran. Dalam diri manusia bisa berlangsung
semacam “penggandaan”: ia bisa kembali kepada dirinya. Ia bisa mengambil
dirinya sendiri sebagai objek pengenalannya. Jadi, penggandaan di sini ialah
bahwa dalam proses pengenalan bukan saja manusia berperan sebagai subjek,
melainkan juga sebagai objek.
1. Fenomena hati nurani sebetulnya terdapat di segala zaman dan dalam
semua kebudayaan. Tapi dulu sering kali belum tersedia istilah jelas untuk
menunjukkan fenomena itu. Dalam teks-teks kuno seperti Kitab Suci
Perjanjian Lama atau Bhagavad Gita tidak ada suatu istilah untuk hati
nurani, tapi fenomena yang dimaksud dengannya di situ sudah dikenal,
sebagaimana terbukti dalam contoh ketiga yang diberikan di atas. Istilah
“hati nurani” itu mempunyai sejarah berbelit-belit yang tidak perlu
ditelusuri di sini.”
RANGKUMAN
Hati nurani merupakan jiwa terdalam setiap makhluk yang tak pernah
mati, kekal abadi. Badan raga kita ada saat lahir dan mati namun hati
nurani tiada lahir dan mati, dia kekal abadi. Hati nurani setiap manusia dan
makhluk hidup berasal dari satu Tuhan yang sama. Tuhan merupakan
sumber asal setiap hati nurani maka kita memuliakan Tuhan sebagai
Bunda sejati atas hati nurani kita. Semua kepribadian luhur merupakan
sifat hati nurani. Cinta kasih, permakluman, bakti, setia, tenggang rasa,
satria, rela berkorban dan memberi, semua ini adalah sifat hati nurani.
Sedangkan semua kejahatan, keburukan, dosa, dan kegelapan bukanlah
sifat hati nurani. Pola pandang yang memandang semua manusia adalah
sama dan bersaudara, tanpa membezakan suku, bangsa, agama, warna
kulit, kaya-miskin, pintar-bodoh, indah-jelek dan sebagainya. Memandang
semua binatang darat, laut, dan udara juga memiliki hati nurani yang sama
dengan kita. Dengan pola pandang nurani seperti ini semua manusia dan
makhluk hidup akan hidup berdampingan dengan damai dan harmonis,
saling mengasihi dan saling menghormati.
LATIHAN
4. TES FORMATIF
UNIT 3
2 x 50 Menit
E. PENGANTAR
Mata kuliah ini membahas tentang identifikasi etika dan moral, amoral dan
immoral serta etika dan etiket, etika sebagai cabang filsafat, hati nurani sebagai
fenomena moral, hati nurani dan superego, kebebasan (pengalaman tentang
kebebasan, beberapa arti kebebasan, beberapa masalahh mengenai kebebasan),
tanggung jawab (tingkat-tingkat kebebasan, maslaah tanggung jawab kolektif),
nilai dan moral, hak dan kewajiban, etika kewajiban dan etika keutamaan,
keutamaan dan watak moral, ketumaan dan ethos, orang kudus dan pahlawan,
hedonisme, eudemonisme, utilitarisme, deontologi, kode etik keperawatan
indonesia, suara hati, abortus, bunuh diri dan pemulihan
TUJUAN
F. BAHAN BACAAN
2. Jenis-jenis nilai
Nilai material adalah nilai yang meliputi berbagai konsepsi mengenai segala
sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. Salah satu contoh nilai
materialadalah sandang dan pangan.
Nilai vital adalah nilai yang meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan
segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai
aktivitas. Salah satu contoh nilai vital adalah buku pelajaran yang berguna
bagi siswa saat belajar.
Nilai kerohanian adalah nilai yang meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan
dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia.
Salah satu contoh nilai kerohanian adalah beribadah.
Nilai kerohanian dibedakan lagi menjadi 4 macam yaitu:
1. Nilai kebenaran (kenyataan) yang bersumber dari unsur akal manusia
(ratio, budi, cipta). Contoh, Bumi itu bentuknya bulat, garam rasanya asin,
gula rasanya manis, matahari adalah bintang, manusia bernapas dengan
oksigen, dll.
2. Nilai keindahan, yang bersumber dari unsur rasa manusia (perasaan,
estetis). Contoh: Tari-tarian, lukisan, patung, perhiasan, dll.
3. Nilai moral (kebaikan) yang bersumber dari unsur kehendak atau kemauan
(karsa, etika). Contoh: norma dalam masyarakat, larangan, aturan, adat
istiadat, dll.
4. Nilai religious yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tertinggi
dan mutlak. Contoh: Ritual-ritual keagamaan.
Selain itu, ada juga nilai sosial yang dilihat dari sifat, ciri, dan tingkat
keberadaannya. Berikut adalah jenis-jenis nilai sosial dilihat dari sifatnya:
1. Nilai Kepribadian adalah nilai-nilai yang membentuk kepribadian
(karakter) seseorang. Contoh nilai kepribadian adalah lingkungan, emosi,
kreativitas, gagasan, ide, dll.
2. Nilai kebendaan adalah nilai yang dapat diukur dari kegunaannya sehari-
hari. Contoh nilai kebendaan adalah meja, alat tulis, dll.
3. Nilai biologis adalah nilai yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Contoh nilai biologis adalah olahraga dan menjaga kesehatan.
4. Nilai hukum adalah nilai yang harus dipatuhi oleh setiap orang tanpa
kecuali Contoh nilai hukum adalah undang-undang, pidana, dan perdata.
5. Nilai pengetahuan adalah nilai yang didapat dari pengalaman atau proses
belajar. Contoh nilai pengetahuan adalah ilmu dan buku pengetahuan.
6. Nilai agama adalah nilai yang erat hubungannya dengan ketuhanan. Nilai
ini disesuaikan dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Contoh nilai agama adalah kitab suci, cara beribadah, dan upacara adat.
7. Nilai keindahan adalah nilai yang mencerminkan estetika dan kebudayaan.
Contoh nilai keindahan adalah lukisan, tarian, patung, perhiasan, dekorasi,
dll.
Berikut adalah jenis-jenis nilai sosial berdasarkan cirinya:
1. Nilai yang tercernakan atau mendarah daging adalah nilai yang telah
mendarah daging dalam manusia menjadi kepribadian dan naluri. Contohnya
adalah rasa ingin menolong.
2. Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan nilai-
nilai yang lain. Banyak faktor yang menjadikan nilai tersebut dominan seperti
jumlah penganut, usia, dan kedudukan nilai tersebut.
Berikut adalah jenis-jenis nilai sosial berdasarkan tingkat keberadaannya:
1. Nilai yang berdiri sendiri adalah nilai yang sudah ada di dalam manusia atau
suatu hal sejak pertama kali diciptakan. Contohnya emas yang berkilau,
manusia yang tampan atau cantik, dan pemandangan yang asri.
2. Nilai yang tidak berdiri sendiri adalah nilai yang diperoleh manusia atau suatu
hal karena usaha atau bantuan dari pihak lain. Contohnya kepandaian,
keterampilan, dan keindahan pada suatu hasil kerajinan.
3. Pengertian Moral
Pengertian moral, menurut Suseno (1998) adalah ukuran baik-buruknya
seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga
negara.Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadaikan anak
manusia bermoral dan manusiawi.Sedangkan menurut Ouska dan Whellan (1997),
moral adalah prinsip baik-buruk yang ada dan melekat dalam diri
individu/seseorang.Walaupun moral itu berada dalam diri individu, tetapi moral
berada dalam suatu sistem yang berwujut aturan.Moral dan moralitas memiliki
sedikit perbedaan, karena moral adalah prinsip baik-buruk sedangkan moralitas
merupakan kualitas pertimbangan baik-buruk. Dengan demikian, hakekat dan
makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam
mematuhi maupun menjalankan aturan.
4. Konsep Norma dan Ciri – Ciri Moral
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak
bolehdilakukan dalam hidup sehari-hari, berdasarkan suatu alasan (motivasi)
tertentu dengandisertai sanksi Sanksi adalah ancaman/akibat yang akan diterima
apabila norma tidakdilakukan (Widjaja, 1985: 168).
Norma adalah aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai
tingkah laku, sikap,dan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan
di lingkungan kehidupan manusia.Norma juga merupakan aturan yang berlaku di
kehidupan bermasyarakat. Aturan yang bertujuanuntuk mencapai kehidupan
masyarakat yang aman, tertib dan sentosa. Namun masih ada segelintirorang yang
masih melanggar norma-norma dalam masyarakat, itu dikarenakan beberapa
faktor,diantaranya adalah faktor pendidikan, ekonomi dan lain-lain. Dengan
norma, masyarakatmemasukkan aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak
ukur untuk menilai sesuatu.Walaupun nilai moral biasanya menumpang pada
nilai- nilai lain, namun ia tampak sepertisebuah nilai baru, bahkan sebagai nilai
yang paling tinggi. Nilai moral memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berakaitan dengan tanggung jawab kita
Nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia. Yang khusus menandai nilai
moral adalah bahwa nilaiini berkaitan dengan pribadi manusia yang
bertanggung jawab. Nilai-nilai moral mengakibatkan bahwa seseotang
bersalah atau tidak bersalah, karena ia bertanggung jawab. Suatu nilai
moralhanya dapat diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan yang sepenuhnya
menjadi tanggung jawab orang yang bersangkutan.
b. Berkaitan dengan hati nurani
Semua nilai minta untuk diakui dan diwujudkan. Nilai selalu mengandung
semacam undangan atau imbauan. Salah satu ciri khas nilai moral adalah
bahwa hanya nilia ini menimbulkan “suara” dari hatinurani yang menuduh
kita bila mita meremehkan atau menentang nilai-nilai moral dan memuji
kitabila mewujudkan nilia-nilia moral.
c. Mewajibkan
Berhubungan erat dengan ciri bahwa nilai-nilai moral mewajibkan kita secara
absolut dan dengantidak bisa ditawar-tawar. Dalam nilai moral terkandung
suatu imperatif kategoris, Sedangkan nilai-nilailainnya hanya berkaitan
dengan imperatif hipotesis. Artinya, kalu kita ingin merealisasikan nili-
nilailain kita harus menempuh jalan tertentu.
d. Bersifat formal
Nilai moral tidak merupakan sutau jenis nilai yang bisa ditempatkan begitu
saja di samping nilai-nilai jenis lainnya.
Nilai- nilai moral tidak membentuk suatu kawasan khusus yang terpisah dari
nilai-nilai lain. Nilai- nilia moral tidak memiliki “isi” tersendiri, terpisah dari
nilai -nilai lain. Tidak ada nilai-nilai moral yang “murni”, terlepas dari nilai
-nilai lain. Hal itulah yamg kita maksudakan dengan mengatakanbahwa nilai
moral bersifat formal.
5. Penertian Norma
Pengertian norma adalah tolok ukur/alat untuk mengukur benar salahnya
suatu sikap dan tindakan manusia. Normal juga bisa diartikan sebagai aturan yang
berisi rambu-rambu yang menggambarkan ukuran tertentu, yang di dalamnya
terkandung nilai benar/salah. Norma yang berlaku dimasyarakat Indonesia ada
lima, yaitu (1) norma agama, (2) norma susila, (3) norma kesopanan, (4) norma
kebiasan, dan (5) norma hukum, disamping adanya norma-norma lainnya.
Norma moral
Dalam bahasa latin arti yang pertama adalah Carpenters square: siku-siku
yang dipakaitukang kayu untuk mengcek apakah benda yang dikerjakan sungguh-
sungguh lurus. Asal-usul inimembantu kita untuk mengerti maksudnya. Dengan
norma kita maksudkan aturan atau kaidah yangkita pakai sebagai tolak ukur untuk
mengukur sesuatu. Ada tiga macam norma umum, yaitu normakesopanan atau
etiket, norma hukum dan norma moral. Etiket misalnya benar-benar
mengandungnorma yang mengatakan apa yang harus kita lakukan. Norma hukum
juga merupakan norma pentingyang menjadi kenyataan dalam setiap masyarakat.
Norma moral menentukan apakah prilaku kita baikatau buruk dari sudut
etis.Karena itu norma moral merupakan norma tertinggi, yang tidak bisa
ditaklukan pada normalain.
Masalah-masalah yang biasa disebut “relativisme moral”
1. Relativisme moral tidak Tahan uji
Norma-norma moral tidak pernah mengawang-awang diudara, tapi tercantum
dalam suatu sistem etisyang menjadi bagian suatu kebudayaan. Dengan
relativisme moral dimaksudkan pendapat bahwamoralitas sama saja dengan
adat kebiasaan, sehingga suatu etika tidak lebih baik daripada etika
lain.Relativisme moral tidak tahan uji, jika diperiksa secara kritis. Kritik ini
bisa dijalankan denganmemperlihatkan konsekuensi-konsekuensi yang
mustahil.
2. Norma moral bersifat obyektif dan universal
Norma moral pada dasarnya absolut, maka mudah diterima juga bahwa norma
itu bersifat obyektif dan universal.
a. Obyektifitas norma moral
b. Universalitas Norma Moral
3. Menguji norma moral
Tes yang paling penting yang kita miliki untuk menguji benar tidaknya norma
moral adalahgeneralisasi norma. Norma moral adalah benar jik bisa
digeneralisasikan dan tidak benar jika tidakbisa digeneralisasikan .
Menggeneralisasikan norma berarti memperlihatkan bahwa norma itu
berlakuuntuk semua orang. Bila bisa ditujukan bahwa suatu norma bersifat
umum, maka norma itu sahsebagai norma moral.
4. Norma dasar terpenting
- Martabat manusiaDalam mengusahakan refleksi tentang martabat manusia ini
sekali lagi kita mengikuti filsuf jerman, Imanuel Kant. Menurut kant, kita
harus menghargai martabta manusia, karena manusia adalah satu-satunya
makhluk yang merupakan tujuan pada dirinya. Benda jasmani kita gunakan
untuk tujuan-tujuan kita.
RANGKUMAN
LATIHAN
TES FORMATIF
DAFTAR PUSTAKA
UNIT 4
HAK DAN KEWAJIBAN en St
100 Menit
G. PENGANTAR
TUJUAN
H. BAHAN BACAAN
HAK DAN KEWAJIBAN
1. Hakikat Hak dan Kewajiban
Paham hak mempunyai sejarah yang berbelit- belit, tapi dalam pemikiran
Roma kuno kata ini hanya menunjukan hukum dalam arti objektif : keseluruhan
undang-undang, aturan-aturan dan lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat
demi kepentingan umum (hukum dalam arti luas law, bukan right). Kadang-
kadang istilah ius mendapat arti “hak seseorang”, tapi hanya menunjukan benda
yang menjadi hak.Pada akhir abad pertengahan mulai berkembang ius dalam arti
subjektif, bukan benda yang dimilki seseorang, melainkan kesanggupan seseorang
untuk sesuka hati menguasai sesuatu atau melakukan sesuatu. Pada abad ke-17
dan di abad ke-18 timbul pengertian “hak” dalam arti modern: ciri manusia yang
bebas, terlepas dari setiap ikatan dengan hukum objektif.
a. Hakikat Hak
Hak adalah klaim yang salah atau klaim yang dapat dibenarkan yang
dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang lain atau
terhadap masyarakat.Orang yang mempumyai hal dapat menuntut (dan
bukan saja mengharapkan atau menganjurkan) bahwa orang lain akan
memenuhi dan menghormati hak itu.
b. Hak legal dan Moral
Perlu kita pelajari beberapa jenis hak yang penting.Pertama harus
dibedakan antara hak legal dan hak moral.Hak legal adalah hak yang
didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk.Hak-hak legal berasal dari
undang-undang, peraturan hukum atau dokumen legal lainnya.Misalnya,
pemborong yang membangun gedung dalam sebuah kontrak resmi
mewajibkan diri unutk membayar denda sekian banyak untuk setiap hari
pembangunannya terlambat selesai, maka pemilik gedung mempunyai hak
legal menerima jumlah uang yang ditentukan, bila pemborong tidak
memenuhi kewajibannya.Karena itu dapat kita katakan bahwa hak legal
didasarkan oleh prinsip hukum.Kalau hak legal berfungsi dalam sistem
hukum, maka hak moral berfungsi dalam sistem moral.Hak moral
didasarkan pada prinsip atau peraturan etis sja. Prinsip moral adalah
bahwa semua manusia baik pria atau wanita harus diberlakukan secara
sama.
Menurut T.L, Beauchamp ada hak yang tidak bersifat legal ataupun moral
dan disebut dengan Hak-Hak Konvensional. Hak-hak seperti itu muncul
karena orang tunduk pada aturan-aturan atau konvensi-konvensi yang
disepakati bersama.Hak-hak konvensional ini berbeda dengan hak-hak
moral karena hanya tergantung pada aturan atau konvensi yang menguasai
permainan atau keanggotaan tadi.Dan hak-hak ini berbed dengan hak legal
karena tidak tercantum dalam suatu sistem hukum.
2. beberapa Jenis hak
a. Hak Khusus dan Umum
Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau
karena fungsi khusus yang dimiliki orang yang satu terhadap orang yang lain.
Jadi, hak ini hanya dimiliki oleh satu atau beberapa manusia.Hak umum
dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan
senata-mata karena ia manusia. Hak ini dimiliki oleh semua manusia tanpa
kecuali.
b. Hak Positif dan Negatif
Suatu hak bersifat negatif, jika saya bebas untuk melakukan sesuatu atau
memiliki sesuatu, dalam arti: orang lain tidak boleh menghindari saya untuk
melakukan atu memiliki hal itu.Hak negatif itu sepadan dengan kewajiban
orang lain untuk tidak melakukan sesuatu, yaitu tidak menghindari saya untuk
melaksanakan atau memiliki apa yang menjadi hak saya.
Hak negatif dibagi menjadi hak negatif aktif dan pasif.Hak negatif aktif adalah
hak untuk berbuat atau tidak berbuat seperti orang kehendaki. Hak negatif pasif
adalah hak untuk tidak diperlakukan orang lain dengan cara tertentu Suatu
hak bersifat positif, jika saya berhak bahwa orang lain berhak berbuat sesuatu
untuk saya. Secara umum bisa dikatakan, semua orang yang terancam bhaya
maut mempunyai hak bahwa orang lain membantu untuk menyelamatkan
mereka.
c. Hak individual dan hak social
Hak individu-individu terhadap negara.Negara tidak boleh menghindari atau
mengganggu iondividu dalam mewujudkan hak-hak ini, seperti hak
mengikutihati nurani, hak beragama, hak berserikat, hak mengemukakan
pendapat. Slain itu hak lain yang dimiliki manusia bukan terhadap negara,
melainkan justru sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota-naggot
lain. Hak ini bisa disebut hak-hak sosial.
RANGKUMAN
LATIHAN
3. TES FORMATIF
8. Bersifat lebih mutlak disetiap tempat dan lebih bersifat absolut, tidak menilai cara
melainkan perbuatannya merupakan…….
a. Etika
b. Nilai
c. Etiket
d. Norma
e. Moralitas
9. Pengertian tentang baik dan buruk merupakan fenomena manusiawi yang
universal, meskipun tidak selalu ada pendapat yang sama tentang apa yang harus
dianggap baik dan buruk, merupakan………
a. Etika
b. Nilai
c. Etiket
d. Norma
e. Moralitas
10. Bersifat relatif, tergantung adat kebudayaan suatu bangsa atau suku bangsa, lebih
bersifat relatif , merupakan…….
a. Etika
b. Nilai
c. Etiket
d. Norma
e. Moralitasi
DAFTAR PUSTAKA
UNIT 5
100 Menit
I. PENGANTAR
Suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah, kita didunia ini tidak dapat
hidup sendirian, tidak dapat hidup sebatang kara. Kita semua ini bukanlah
malaikat, yang dapat hidup dengan tidak makan, minum, dan lain sebagainya. Kita
adalah manusia, kita adalah anak Adam yang tidak boleh tidak pasti mempunyai
banyak keperluan hidup, baik bersifat rohani maupun yang bersifat jasmani, baik
yang primer maupun yang sekunder. Kita semua tahu hampir semua kebutuhan
hidup kita ini sampai kepda kebutuhan hidup kita yang sekecil-kecilnya sekalipun
tidak mungkin dapat kita cukupi hanya dengan usaha tangan kita sendiri tanpa
bantuan orang lain. Kita makan misalnya, setiap suap nasi yang kita makan, kita
memerlukan bantuan puluhan atau bahkan ratusan dan ribuan orang lain yang
bekerja mewujudkan setiap suap nasi kita itu, sejak mulai biji padi dijatuhkan di
tanah, sampai akhirnya berwujud nasi yang siap untuk dimakan. Misalnya lagi,
kita mencari ilmu. Setiap bagian ilmu yang kita pelajari, pastilah sebelum itu
sudah banyak sekali orang lain yang telah bekerja bersusah payah sehingga ilmu
itu dapat dan mudah kita pelajari. Kita tinggal membaca buku atau
mendengarkannya, dan kita tidak melakukan penyelidikan mulai dari nol ketika
ilmu itu belum ditemukan. Dan lain sebagainya. Jadi saudara-saudara kita semua
pasti memerlukan bantuan orang lain. Dan hajat kita akan bantuan orang lain,
bergaul dengan orang lain. Dengan kata lain, kita semua ini harus hidup
bermasyarakat. Itulah sebabnya sudara-saudara, para sosiolig berkata bahwa;
“manusia adalah makhluk social”
TUJUAN
J. BAHAN BACAAN
1) Etika kewajiban
Etika kewajiban mempelajari prinsip- prinsip dan aturan- aturan moral
yang berlaku untuk perbuatan kita. Etika ini menumjukkan norma- norma dan
prinsip- prinsip mana yang perlu diterapkan dalam hidup moral kita. Jika terjadi
konflik antara dua prinsip moral yang tidak dapat dipenuhi sekaligus, etika ini
mencoba menentukan yang mana harus diberi prioritas. Pendekatannya, etika
kewajiban menilai benar salahnya kelakuan kita dengn berpegang pada norma dan
prinsip- prinsip moral saja.
2) Etika keutamaan
Etika keutamaan memiliki orientasi yang lain. Etika ini tidak begitu
menyoroti perbuatan satu demi satu, apakah sesuai atau tidak dengan norma
moral, tetapi lebih memfokuskan manusia itu sendiri. Etika ini mempelajari
keutamaan (virtue), artinya sifat watak yang dimiliki manusia. Etika keutamaan
tidak menyelidiki apakah perbuatan kita baik atau buruk, melainkan apakah kita
sendiri orang baik atau buruk.
Etika keutamaan mengarahkan fokus perhatiannya pada being manusia,
sedangkan etika kewajiban menekankan doing manusia. Ketika keutamaan ingin
menjawab pertanyaan “saya harus menjadi orang yang bagaimana?”, sedangkan
bagi etika kewajiban pertanyaan pokoknya adalah “saya harus melakuakan
apa?”.Bagaimana sebaikanya hubungan antara etika kewajiban dan etika
keutamaan? menurut hemat kami, disini tidak ada dilemma. Kita tidak
menghadapi pilihan antara etika kewajiban dan etiaka keutamaan, moralitas selalu
berkaiatan dengan prinsip serta aturan dan serentak juga dengan kualitas manusia
itu sendiri, dengan sifat- sifat wataknya. Menurut pandangan Frankena bahwa
etika kewajiban dan etika keutamaan melengkapi satu sama lain. Etika kewajiban
membutuhkan etika keutamaan dan sebaliknya. Di bidang moral, usaha untuk
mengikuti prinsip dan atauran tertentu kurang efesien, kalau tidak di ikut sertai
suatau sikap tetap manusia untuk hidup menurut prinsip adan atauran moral itu.
Masih ada alasan lain mengapa etika kewajiban membutuhkan etika
keutamaan. jika kita mentaati prinsip dan norma moral kita belum tentu menjadi
manusia yang sungguh- sungguh baik secara moral. Berpegang pada norma moral
memang merupakan syarat bagi prilaku yang baik, akan tetapi membatasi pada
norma saja belum cukup untuk dapat disebut seorang yang baik dalam arti
sepenuhnya. Dengan kata lain seseorang perlu memiliki keutamaan, misalnya
pohon yang baik dengna sendirinya akan menghasikan buah yang baik. Etika
keutamaan langsung bertujuan membuat manusia menjadi pohon yang baik,
sehingga tidak bias lain perbuatannya akan baik juga.
Disisi lain etika keutamaan membutuhkan juga etika kewajiban. Etika
keutamaan saja adalah buta jika tidak dipimpin oleh norma dan prinsip. Benci
menjadi salah satu sifat watak sehingga mudah membawa orang ke perbuatan
seperti membunuh atau merugikan orang lain. Keadilan sebagai sifat watak
membawa kita ke suatau keadaan dimana kita memperlakuakan orang lain secara
adil umpamanya membayar gaji yang pantas kepada karyawan. Bagaimana kita
tahu yang satu adalah buruk dan yang lainnya adalh baik? Tentu karna kita
berpegang pada norma. Kita dapat membedakan dua sifat watak karena kita
menerima sebagai norma moral “jangan membunuh orang yang tidak bersalah”
dan ”kita harus memperlakuakan orang lain dengan adil”. Jadi prinsip moral dan
dan keutamaan moral tidak terlepas satu sama lain.
RANGKUMAN
Hati nurani merupakan jiwa terdalam setiap makhluk yang tak pernah
mati, kekal abadi. Badan raga kita ada saat lahir dan mati namun hati
nurani tiada lahir dan mati, dia kekal abadi. Hati nurani setiap manusia dan
makhluk hidup berasal dari satu Tuhan yang sama. Tuhan merupakan
sumber asal setiap hati nurani maka kita memuliakan Tuhan sebagai
Bunda sejati atas hati nurani kita. Semua kepribadian luhur merupakan
sifat hati nurani. Cinta kasih, permakluman, bakti, setia, tenggang rasa,
satria, rela berkorban dan memberi, semua ini adalah sifat hati nurani.
Sedangkan semua kejahatan, keburukan, dosa, dan kegelapan bukanlah
sifat hati nurani. Pola pandang yang memandang semua manusia adalah
sama dan bersaudara, tanpa membezakan suku, bangsa, agama, warna
kulit, kaya-miskin, pintar-bodoh, indah-jelek dan sebagainya. Memandang
semua binatang darat, laut, dan udara juga memiliki hati nurani yang sama
dengan kita. Dengan pola pandang nurani seperti ini semua manusia dan
makhluk hidup akan hidup berdampingan dengan damai dan harmonis,
saling mengasihi dan saling menghormati.
LATIHAN
6. TES FORMATIF
11. Tn. S umur 50 tahun adalah seorang penderita kanker stadium II dokter
menganjurkan untuk dilakukan tindakan chemotherapy, namun perawat
tidak meminta inform consent dari pasien maka perawat tersebut sudah
melakukan kesalahan dalam bentuk…..
a. Pemenjaraan
b. Pelanggaran privasi
c. Kejadian tidak diduga
d. Intentional tort (kesalahan yang disengaja)
e. Unintentional tort (kesalahan yang tidak disengaja)
12. Tn. M adalah seorang pasien dengan diagnosa febris, menurut instruksi
dokter pasien mendapat injeksi Antibiotik 2 x 500 mg selama 3 hari, pada
hari ketiga pasien menolak untuk diberi suntikan antibiotik namun tanpa
memberikan penjelasan perawat terus memaksa sehingga pasien menuntut
perawat sehingga dalam kasus ini perawat melakukan kesalahan dalam
bentuk……
a. Pemenjaraan
b. Pelanggaran privasi
c. Kejadian tidak diduga
d. Intentional tort (kesalahan yang disengaja)
e. Unintentional tort (kesalahan yang tidak disengaja)
DAFTAR PUSTAKA
UNIT 6
K. PENGANTAR
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan
bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.
(Nila Ismani, 2001) Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan
kesehatan (Hudak & Gallo, 1997). Dalam pelaksanaannya etika keperawatan
mengacu pada bioetik sebagaimana tercantum dalam sumpah janji profesi
keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.
TUJUAN
L. BAHAN BACAAN
1. ABORSI
Pada Zaman sekarang ini Aborsi menjadi suatu masalah yang semakin
kabur nilainya, dilihat dari sisi agama Kristen hal ini menjadi tantangan iman
yang cukup berat. Dari data statistik diperoleh bahwa Jepang saja negara yang
sudah begitu maju, sejak tahun 1972 telah melakukan Aborsi 1,5 juta orang
per-tahun, Inggris sampai tahun 1983 telah melakukakan Aborsi terhadap 2 juta
orang, Amerika Serikat sampai tahun 1986 sudah mencapai 20 juta orang,
sedangkan dari penelitian seorang dokter di Jakarta, dinyatakan bahwa pada
tahun 1990 ada 400 orang melakukan pembunuhan dan 20% diantaranya
melakukan dengan cara Aborsi.
Aborsi menurut dr. Agus Abadi dari UPF/ Lab Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUD Dr. Soetomo/ FK Unair, abortus (definisi yang lama)
– adalah terhentinya kehidupan buah kehamilan pada usia kehamilan sebelum 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. WHO memperbaharui definisi
Aborsi yakni Aborsi adalah terhentinya kehidupan buah kehamilan di bawah 28
minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. Aborsi juga diartikan
mengeluarkaan atau membuang baik embrio atau fetus secara prematur (sebelum
waktunya). Istilah Aborsi disebut juga Abortus Provokatus (Inilah yang
belakangaan ini menjadi ramai dibicarakan). Abortus yang dilakukan secara
sengaja. Jadi Aborsi adalah tindakan pengguguran hasil konsepsi secara sengaja.
Secara garis besar Aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian; yakni Aborsi
Spontan (Spontaneous Abortion) dan Abortus Provokatus (Provocation Abortion).
Yang dimaksud dengan Aborsi Spontan yakni Aborsi yang tanpa kesengajaan
(keguguran).
Aborsi Spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap yakni :
Sedangkan Aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian kategori besar
yakni Abortus Provokatus Medisinalis dan Abortus Provokatus Kriminalis
(kejahatan). Kita hanya khusus melihat Abortus Provokatus Medisinalis yang
terdiri dari;
Jenis ini dilakukan dengan cara memasukkan semacam pacul kecil ke dalam
rahim, kemudian janin yang hidup itu dipotong kecil-kecil, dilepaskan dari
dinding rahim dan dibuang keluar. Umumnya akan terjadi banyak pendarahan,
cara ini dilakukan terhadap kehamilan yang berusia 12-13 minggu.
Dalam perintah ke 6 berbunyi “Jangan Membunuh”, maka dalam hal ini ada orang
yang bertanya-tanya, dalam situasi dan kondisiyang rumit, apakah perintah ini
berlaku? Dan kalau kita melihat konteksnya, maka perintah ini ditujukan untuk
manusia. Dan sekarang yang menjadi masalah utama adalah tentang status fetus
itu sendiri;
Jika janin itu belum mempunyai status sebagai manusia, maka Abortus tidak dapat
dicap sebagai pembunuhan, dan masalah kita dapat diselesaikan, tetapi jika itu
adalah manusia yang sedang mengalami proses pertumbuhan secara kontiniu,
maka ini jelas merupakan suatu pembunuhan. Dalam hal ini, seorang penulis
Kristen, Daniel Rumondor dalam bukunya “Jangan Membunuh”: Tinjauan Etis
Terhadap Beberapa Praktek Kedokteran., menyatakan bahwa sejak terjadinya
konsepsi, seorang anak sedang dibentuk melalui proses yang alamiah dan terus-
menerus, sel telur yang sudah dibuahi itu dalam waktu sembilan bulan lebih akan
berkembang menjadi bayi yang mempunyai ratusan juta sel dan fetus mempunyai
sistim sirkulasi sendiri dan otak. Sedangkan menurut Dorothy I. Marx dalam
bukunya “Itu kan Boleh?”, beliau mengatakan bahwa saat pertemuan merupakan
saat penentuan kehidupan fetus dalam hal-hal;
kesimpulannya adalah:
Alkitab memberi nilai yang tinggi atas hidup manusia. Dalam Ul 5 :17 tertulis
“Jangan Membunuh” dan dalam Kel 21:22-24 dipersoalkan tentang kasus
pengguguran (Aborsi), khususnya mengenai kasus kecelakaan seorang wanita
yang sedang mengandung, yang terlibat dalam perkelahian antara dua orang laki-
laki, apabila si ibu hidup dan kandungannya gugur, maka orang tersebut harus
ganti rugi, dan kalau ibu itu mati dan kandungannya juga gugur, maka harus
nyawa ganti nyawa. Dalam hal ini ternyata orang Yahudi sangat menghargai
hidup, termasuk hidup binatang (Ul 22:6,7). Alkitab juga memberitahukan kepada
kita bahwa kehidupan sudah dimulai pada saat konsepsi, dalam Mat 1:20
dituliskan bahwa Yesus dikandung oleh Roh Kudus, dengan demikian Yesus
sungguh-sungguh menjadi manusia yang seutuhnya pada saat konsepsi. Alkitab
juga memandang bayi yang belum dilahirkan itu sebagai satu pribadi atau
manusia. Mzm 139:13-16 mencatat tentang Daud, yang pada waktu dikandung
sudah merupakan manusia dalam pemeliharaan Allah. Yer 1:5 mencatat “Sebelum
Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, Aku
telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa”. Juga dalam ayat
yang lain yakni Mzm 51:7 Daud mengaku bahwa sifat dosanya sudah ada sejak ia
masih dalam kandungan. Dalam Kej 1:26,27; 2:7 tertulis bahwa Allah menjadikan
manusia menurut gambar dan rupaNya, yang menunjukkan bahwa hidup ini kudus
dan sangat berharga dihadapan Allah yang telah menciptakannya. Maka dalam hal
ini secara tegas Alkitab tidak membenarkan Aborsi, alasannya;
2. EUTHANASIA
Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani: eu ( baik) dan thanatos (kematian).
Jadi euthanasia artinya “kematian yang baik” atau “mati dengan baik”. Euthanasia
itu sendiri ada tiga macam, yaitu:
a) Euthanasia pasif adalah apabila dokter atau tenaga medis lainnya secara
sengaja tidak lagi memberikan pengobatan demi memperpanjang kehidupan
pasien, misalnya: dengan mencabut alat-alat yang digunakan untuk
mempertahankan hidup, keluarga tidak lagi merawat pasien di RS. Hal ini terjadi
untuk pasien yang benar-benar sudah terminal, dalam arti tidak bisa disembuhkan
lagi, dan segala upaya pengobatan sudah tidak berguna pula. Belakangan tidak
lagi dianggap sebagai euthanasia. Umumnya kalangan dokter dan agamawan
setuju. Karena toh pasien meninggal karena penyakit nya, bukan karena usaha-
usaha yang dilakukan manusia.
c) Euthanasia aktif terjadi apabila dokter atau tenaga kesehatan lainnya secara
sengaja melakukan suatu tindakan untuk memperpendek (mengakhiri) hidup
pasien.
Euthanasia aktif ada dua; pertama, dokter yang mengambil tindakan mematikan
misalnya dengan suntik mati. Kedua, dokter hanya membantu pasien, misalnya
dengan memberi resep obat yang mematikan dalam dosis besar. Euthanasia ini
biasanya disebut “bunuh diri berbantuan” atau “bunuh diri yang dibantu dokter”
(tentu ini tidak berlaku bagi pasien yang untuk bergerak pun tidak bisa).
Mungkin hal kedua bagi para pro-euthanasia adalah jika kita mengangkat hal
paling dasar dari semuanya, yaitu “hak”. Tapi jika kita teliti lebih dalam, yang kita
bicarakan di sini bukanlah memberi hak untuk seseorang yang dibunuh, tetapi
memberikan hak pada orang yang melakukan pembunuhan tersebut. Dengan kata
lain, euthanasia bukanlah hak seseorang untuk mati, tetapi hak untuk membunuh.
Sebuah teori yang berbahaya jika kematian dianggap sesuatu yang ambigu. Dan
jika suatu telaah massa membuktikan bahwa euthanasia bukanlah musuh
masyarakat, melainkan sesuatu yang dapat menyelamatkan seseorang dari
penderitaan yang amat sangat.
Menurut penelitian terakhir yang dilakukan oleh Dr. James Dubois dari
Universitas Saint Louis dan Tracy Schmidt dari Intermountain Donor Service,
hampir 84% dari seluruh warga Amerika setuju dengan pendapat bahwa seseorang
dapat dikatakan mati apabila yang membuatnya tetap bernafas adalah obat-obatan
dan mesin medis, dan 60% setuju dengan pernyataan bahwa seseorang dapat mati
meskipun jantungnya masih berdetak. Dari survey tersebut, 70% dari antaranya
berasal dari golongan beragama.
Konsep medis dari “kematian otak” telah berkembang di Amerika Serikat pada
tahun 1968 bersamaan dengan revolusi dari penelitian tentang transplantasi organ
tubuh. Seperti dijelaskan oleh M.L. Tina Stevens dalam Bioetik Amerika (2000),
semakin maraknya kasus transplantasi organ sebenarnya diawali dari
penyumbangan besar secara medis untuk penelitian Biomedis federal sebelum
Perang Dunia ke-II. Hasil dari semua itu datang seiring dengan berkembangnya
teknologi medis seperti sistem respirasi mekanis, dan genetic screening,
semuanya mendatangkan efek pada bentuk obat-obat modern, meningkatkan
pertanyaan-pertanyaan baru tentang hidup dan mati baik untuk pasien maupun
dokter.
Iman Kristen, secara tegas menolak euthanasia aktif ini (entah suntik mati atau
bunuh diri berbantuan). Alasannya adalah bahwa Tuhanlah yang memberikan
kepada manusia nafas kehidupan (Kej 2:7), maka Tuhan jugalah yang berhak
memanggilnya kembali. Hidup dan mati adalah hak prerogatif Tuhan sebagai
Sang Khalik. Alasan-alasan seperti rasa kasihan melihat penderitaan pasien,
alasan ekonomi, atau kerepotan mengurus pasien, adalah tidak bisa
mengesampingkan hak prerogatif Allah tersebut. Euthanasia aktif pada
hakikatnya sama dengan membunuh (menghilangkan nyawa) pasien, sekalipun
dengan dalih yang argumentatif.
Dan manusia sebenarnya adalah mahluk yang unik. Beda dengan binatang; tidak
ada keberatan untuk mengakhiri “penderitaan” yang terjadi pada binatang. Tapi
manusia tidak pantas diperlakukan dengan cara demikian. Manusia diberi
anugerah oleh Tuhan untuk melangsungkan kehidupannya, akan tetapi juga untuk
menemui kematiannya. Kita harus merawatnya baik-baik sampat saat terakhir.
Tentang kematian kita serahkan kepada Tuhan. Kedua, dalam penderitaan yang
sangat itulah kerap manusia menemukan sesuatu yang paling hakiki dalam
hidupnya. Bandingkan dengan pengalaman Ayub selepas ia melewati
penderitaannya. Ayub 42:5, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang
Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” Di sini Ayub
seolah hendak mengatakan. Dulu ketika ia masih sukses, makmur, hidup
bergelimang kemewahan ia hanya tahu tentang Tuhan dari ajaran-ajaran dan
nasihat-nasihat orang lain. Tetapi sekarang setelah ia melewati berbagai
penderitaan itu, ia mengalami sendiri Allah.
RANGKUMAN
Euthanasia lebih menunjukkan perbuatan yang membunuh
karena belas kasihan, maka menurut pengertian umum sekarang ini,
euthanasia dapat diterangkan sebagai pembunuhan yang sistematis
karena kehidupannya merupakan suatu kesengsaraan dan
penderitaan.
Euthanasia dapat dikelompkkan menjadi euthanasia aktif,
euthanasia pasif, euthanasia volunter, dan uethanasia involunter.
Menurut kode etik kedokteran, dokter tidak diperbolehkan mengakhiri
hidup seorang yang sakit meskipun menurut pengetahuan dan
pengalaman tidak akan sembuh lagi. Di Indonesia dilihat dari
perundang-undangan dewasa ini, memang belum ada pengaturan
(dalam bentuk undang-undang) yang khusus dan lengkap tentang
euthanasia. Maka satu-satunya yang dapat dipakai sebagai landasan
hukum, adalah apa yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Indonesia.
LATIHAN
13. Tn. A umur 56 tahun sudah 3 bulan dirawat diruang ICU, pasien dirawat
dengan diagnosa trauma thorax, pasien terpasang unit bantuan nafas, namun
karena alasan tidak sanggup untuk membayar biaya pengobatan keluarga
mengatakan untuk melepas semua alat medis dan biarlah pasien diarawat
dirumah saja, berdasarkan kasus diatas keluarga pasien sudah melakukan
euthanasia secara…..
9. TES FORMATIF
1. Tn. S adalah penderita kanker stadium lanjut , menurut keluarga lebih baik
jika kehidupan pasien diakhiri, keluarga sudah menandatangani surat
persetujuan untuk diberikan suntikan obat yang bisa mengakhiri kehidupan.
Tindakan diatas merupakan euthanasia jenis…..
a. Euthanasia aktif
b. Euthanasia pasif
c. Euthanasia agresif
d. Euthanasia otomatis
e. Euthanasia aktif voluntir
2. Seorang dokter yang bertugas disalah satu rumah sakit melakukan tindakan
penghentian pengobatan secara sengaja terhadap pasien sehingga pasien
meninggal, tindakan tersebut dilakukan atas permintaan dan persetujuan dari
keluarga, berdasarkan hukum pidana maka yang bertanggung jawab atas
tindakan tersebut adalah perawat dan dokter maka dituntut sesuai dengan
pasal….
a. Pasal 340
b. Pasal 341
c. Pasal 342
d. Pasal 343
e. Pasal 344
3. Tn. S umur 50 tahun adalah seorang penderita kanker stadium II dokter
menganjurkan untuk dilakukan tindakan chemotherapy, namun perawat
tidak meminta inform consent dari pasien maka perawat tersebut sudah
melakukan kesalahan dalam bentuk…..
f. Pemenjaraan
g. Pelanggaran privasi
h. Kejadian tidak diduga
i. Intentional tort (kesalahan yang disengaja)
j. Unintentional tort (kesalahan yang tidak disengaja)
4. Tn. M adalah seorang pasien dengan diagnosa febris, menurut instruksi
dokter pasien mendapat injeksi Antibiotik 2 x 500 mg selama 3 hari, pada
hari ketiga pasien menolak untuk diberi suntikan antibiotik namun tanpa
memberikan penjelasan perawat terus memaksa sehingga pasien menuntut
perawat sehingga dalam kasus ini perawat melakukan kesalahan dalam
bentuk……
f. Pemenjaraan
g. Pelanggaran privasi
h. Kejadian tidak diduga
i. Intentional tort (kesalahan yang disengaja)
j. Unintentional tort (kesalahan yang tidak disengaja)
DAFTAR PUSTAKA
UNIT 7
M. PENGANTAR
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai
oleh suatu dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk
itu. Karena tujuannya adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak
etis, seringkali kode etik juga berisikan ketentuan-ketentuan
profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat
melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self
regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti kode itu berasal dari
niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan
kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pelanggar.
Namun demikian, dalam praktek sehari-hari control ini tidak berjalan
dengan mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat dalam anggota-
anggota profesi, seorang profesional mudah merasa segan melaporkan
teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan perilaku
semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik
profesi dan dengan demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai,
karena tujuan yang sebenarnya adalah menempatkan etika profesi di
atas pertimbangan-pertimbangan lain. Lebih lanjut masing-masing
pelaksana profesi harus memahami betul tujuan kode etik profesi baru
kemudian dapat melaksanakannya.
TUJUAN
N. BAHAN BACAAN
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan
ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman
sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self
regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti kode itu berasal dari niat profesi
mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan profesi untuk
menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun demikian, dalam praktek sehari-
hari control ini tidak berjalan dengan mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat
dalam anggota-anggota profesi, seorang profesional mudah merasa segan
melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan perilaku
semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi dan
dengan demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang
sebenarnya adalah menempatkan etika profesi di atas pertimbangan-pertimbangan
lain. Lebih lanjut masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan
kode etik profesi baru kemudian dapat melaksanakannya. Kode Etik Profesi
merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari
norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika
profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma
ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut
sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah
sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci
tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan
perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang professional
Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan bervariasi.
Umumnya
pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat nasional,
misalnya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat HUKUM
Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia kode
etik dokter, perawat, petugas pelayanan kesehatan, pengacara, wartawan,
perusahaan periklanan dan lain-lain. Ada sekitar tiga puluh organisasi
kemasyarakatan yang telah memiliki kode etik.
- Keempat unsur yang telah dibicarakan, yakni : sikap awal, informasi, norma-
norma moral dan logika merupakan unsur-unsur paling penting yang
membentuk etika terapan. Diskusi yang berlangsung dalam etika terapan
dimungkinkan sebagai buah hasil kerjasama dan interaksi antara empat unsur
itu. Dengan cara demikian, etika terapan dapat membantu untuk mengangkat
pertimbangan dan keputusan moral kita dari suatu taraf subyektif serta
emosional ke suatu taraf obyektif dan rasional. Suatu pandangan disebut
obyektif apabila dalam penalarannya lepas dari factor-faktir yang hanya
penting untuk beberapa orang; tidak memihak atau memenangkan kepentingan
pihak tertentu saja; tidak berprasangka atau bertolak dari anggapan-anggapan
yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara rasional..
RANGKUMAN
Etika terapan (applied ethics) sama sekali bukan hal yang baru dalam
sejarah filsafat moral. Sejak Plato dan Aristoteles etika merupakan filsafat praktis,
artinya filsafat yang ingin memberikan penyuluhan terhadap tingkah laku manusia
dengan memperlihatkan apa yang harus dilakukan. Dalam abad pertengahan
Thomas Aquinas melanjutkan filsafat praktis ini dan menerapkannya dibidang
teologi moral. Pada awal zaman modern muncul etika khusus (speciall ethics)
yang membahas masalah etis suatu bidang tertentu seperti negara dan keluarga.
Pada awal abad 20, di kawasan berbahasa inggris, khususnya di
United Kingdom dan Amerika Serikat etika dipraktekkan
sebagai”metaetika”. Ini adalah suatu aliran dalam filsafat moral yang
tidak menyelidiki baik buruknya perbuatan manusia, melainkan
“bahasa moral” atau ungkapan-ungkapan manusia tentang baik dan
buruk. Aliran meta etika merupakan filsafat moral yang mendominasi
enam decade pertama abad ke-20.Baru mulai akhir 1960-an terlihat
suatu tendensi lain. Timbul perhatian yang semakin besar terhadap
etika. Sekitar saat itu etika mulai meminati masalah-masalah etis yang
konkrit.
LATIHAN
TES FORMATIF
MODUL PRAKTEK
Waktu : 1x160
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut
menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun,
tata krama, protokoler dan lain-lain.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan
mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga
disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia
yang baik
1.2. Relevansi
A. Defenisi
Bertamu adalah berkunjung ke Suatu tempat (Perusahaan, Instansi,
Komunitas, rumah orang lai, dll) dalam rangka mempererat silaturahmi
atau menjalin kerjasama dalam suatu kegiatan. Maksud orang lain disini
bisa Dosen, Suster, Teman, tetangga, saudara (sanak family), dan teman
sebaya. Bertamu tentu ada maksud dan tujuannya, antara lain
menyambung persaudaraan atau silaturrahim, menjenguk orang yang
sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan masalah keluarga,
atau membahas tentang musyawarah lingkungan.
Dengan mempererat tali silaturrahim pada sesama, berarti kita telah
membina hidup rukun, menumbuhkan rasa kasih sayang, tolong
menolong dan saling membantu antara sesama manusia. Selain itu,
bertamu tidak saja menghubungkan tali persaudaraan tetapi juga akan
banyak menambah wawasan ataupun pengalaman.
B. Cara menerima tamu
a. berpakaian yang pantas
Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan
pakaian yang pantas pula dalam menerima kedatangan tamunya.
b. menerima tamu dengan sikap yang baik.
Hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik,
misalnya dengan wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya.
Menggunakan tutur kata yang santun. Sekali-kali jangan acuh, apalagi
memalingkan muka dan tidak mau memandangnmya secara wajar.
Memalingkan muka atau tidak melihat kepada tamu berarti suatu sikap
sombong yang harus dijauhi.
c. menjamu tamu sesuai kemampuan dan tidak perlu mengada-adakan.
Termasuk salah satu cara menghormati tamu ialah memberi jamuan
kepadanya. Jika hanya mampu memberikan air putih maka air putih
itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada, cukuplah menjamu
tamunya dengan senyum dan sikap yang ramah
d. antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang
Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila
tuan rumah mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan
merasa lebih semangat karena merasa dihormati tuan rumah dan
kehadirannya diterima dengan baik.
C. Etika menerima tamu dikantor
1. sambutlah dengan tulus
a. sambutlah tamu dengan ramah, sopan dan bersemangat secara tulus,
buang semua kepura-puraan. karena umumnya tamu akan mengetahui
jika kita hanya berpura – pura tulus.
b. Jika kita berada di ruang tertutup, beranjaklah untuk membukakan
pintu untuk tamu. Lakukan sesegera mungkin sebagai tanda
penghormatan kita terhadap tamu yang datang berkunjung.
c. Sebenarnya tak salah jika kita menerima tamu sambil duduk, tapi
akan lebih sopan jika kita menerima tamu sambil berdiri kemudian
memberikan salam dan berjabat tangan
2. cara duduk
a. Jika di kantor tersedia ruangan khusus untuk menerima tamu, segera
persilahkan tamu untuk ke ruang tamu dan mempersilahkan duduk.
b. Jika kita menerima di kursi atau sofa panjang, tempatkan tamu di
sebelah kanan kita, barulah kemudian kita menanyakan identitas dan
maksud tujuan tamu tersebut.
3. Janji Temu
a. Namun jika kita sudah mengetahui identitas tamu dan sudah memiliki
janji temu, maka tak perlu lagi menanyakan hal tersebut.
b. Sebaiknya kita langsung menunjukan bahwa kita sudah menunggu
kehadirannya dan langsung mempersilahkan masuk ke ruangan yang
dituju.
c. Bila posisi kita adalah sekretaris atau asisten pimpinan, sebaiknya
hubungin pimpinan terlebih dahulu sebelum mempersilahkan tamu
masuk untuk mengetahui apakah pimpinan sudah siap untuk
menerima tamu.
d. Jika tamu diharuskan menunggu sebentar dan kita memiliki beberapa
pekerjaan yang harus dikerjaan, ungkapan dengan baik dan sopan.
4. Perlakuan Baik
a. Perlakukan tamu dengan baik, bahkan jika tamu salah alamat
sekalipun atau datang hanya untuk mengajukan complaint terhadap
perusahaan kita.
b. Jika tamu diharuskan menunggu, bila kondisinya memungkinkab,
berikan tamu suguhan baik berupa majalah, secangkir kopi atau
makanan ringan.
5. Mengantar Tamu
Selalu ucapakan terima kasih kepada tamu yang datang karena sudah
berkunjung ke kantor kita. Jika memungkinkan antarkan tamu hingga ke
pintu keluar.
MODUL PRAKTEK
Waktu : 1x160
2. Pendahuluan
2.2. Relevansi
D. Defenisi
Tata Cara Makan (Table Manner) adalah aturan etiket yang digunakan
saat makan dan juga mencakup penggunaan yang tepat dari peralatan.
Budaya yang berbeda mengamati aturan yang berbeda untuk cara makan.
Setiap keluarga atau kelompok menetapkan standar sendiri untuk
bagaimana ketat aturan ini harus ditegakkan.
Bila pelayan tidak memberikan Anda duduk, Duduk dan tariklah bangku
dengan dua tangan.
Bukalah serbet atau napkin dengan wajar taruh di pangkuan Anda.
Jika sudah siap memesan menu, lihat daftar menu dengan wajar, jangan
terlalu lama. Segera menunjuk menu yang Anda pilih. Setelah itu
biasanya pelayan mempersilakan Anda mencicipi menu pembuka atau
Appetizer.
Bila hidangan penutup Anda berupa minuman yang ada hiasan diatasnya.
Makanlah hiasannya atau sisihkan terlebih dahulu. Baru minum
isinya.
A. Serbet
B. Piring utama
C. Mangkok sop dan tatakannya
D. Piring roti dan mentega dengan pisau roti
E. Gelas air
F. Anggur putih
G. Anggur merah
H. Garpu ikan
I. Garpu utama
J. Garpu salad
K. Pisau utama
L. Pisau ikan
M. Sendok sop
N. Sendok makanan pencuci mulut dan garpu kue
Roti: break slices of bread, rolls and muffins in half or into small pieces
by hand before buttering.
Daging : jika potongan dagingnya tebal, makanlah dengan menggunakan
pisau dan garpu. Jika garing, pecahkan dengan garpu dan makanlah
dengan tangan.
Makan dengan tangan: Ikuti pedoman tuan rumah. Jika makanan tersebut
disajikan dalam piring, ambil dan letakkan pada piring Anda sebelum
memakannya.
Makanan yang biasanya langsung dimakan dengan tangan: jagung pada
ikan tongkol, tulang iga, lobster, kepiting dan tiram dengan cangkang
terbuka, sayap ayam dan tulang (untuk situasi tidak resmi), sandwiches,
beberapa jenis buah tertentu, buah zaitun, seledri, roti dan kue kering.
1. MUG (gelas agak besar tanpa kaki) yang digunakan untuk minum kopi,
teh atau minuman panas lainnya, biasanya digunakan pada acara tak
resmi. Tatakan biasanya disertakan untuk meletakkan sendok kecil,
bahkan kadang tidak disediakan sama sekali. Bila disertai tatakan/lepek,
biasanya sendok diletakkan dengan posisi menghadap ke bawah atau di
sisi piring mentega atau piring makan. Jangan lupa mengeluarkan sendok
dari mug pada waktu akan minum.
2. Letakkan teh celup yang sudah dicelupkan ke dalam cangkir yang berisi
air panas pada piring alas/tatakan cangkir.
3. Sebelum mereguk es teh manis, es kopi susu, atau jus, jangan lupa
singkirkan sendok pengaduk yang berbentuk panjang. Letakkan di
tatakan setelah selesai mengaduk minuman. Bila tak tersedia, jangan lupa
memintanya.
4. Bila kopi atau teh tumpah, tanyakan apakah bisa mengganti tatakan. Bila
tidak memungkinkan, gunakan serbet atau tisu untuk membersihkannya.
Hal ini untuk menghidari tumpahan yang lebih banyak atau mengenai
baju Anda.
5. Jika disuguhi minuman dengan gelas yang biasa digunakan untuk anggur
merah, pegang kaki gelas. Untuk anggur putih, pegang badan gelas untuk
menjaga kedinginan minuman tersebut. Bila di gelas minuman terdapat
hiasan buah seperti stroberi, ceri, dan lainnya tapi Anda tidak ingin
memakannya, boleh disingkirkan.
6. Sebaiknya jangan meniup minuman yang panas untuk mendinginkannya.
Agar cepat dingin, Anda bisa mengaduk minuman secara perlahan atau
tunggu sampai panasnya berkurang.
D. Fase orientasi
E. Fase kerja
F. Fase terminasi
MODUL PRAKTEK
Waktu : 1x160
3. Pendahuluan
3.2. Relevansi
N. Defenisi
Sopan santun ialah suatu tingkah laku yang amat populis dan nilai yang
natural. Sopan santun sebagai sebuah konsep nilai tetapi bukan dipahami.
Sopan santun sebuah ideologi yang memerlukan konseptualisasi. Itulah
pengertian umum dari sopan santun. Menurut saya pribadi sopan santun
itu adalah sikap seseorang terhadap apa yang ia lihat, ia rasakan, dan
dalam situasi, kondisi apapun. Sikap santun yaitu baik, hormat,
tersenyum, dan taat kepada suatu peraturan. Sikap sopan santun yang
benar ialah lebih menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati siapa
saja. Dari tutur bicara pun orang bisa melihat kesopanan kita. Baik/buruk,
misalnya lagi dalam situasi yang ramai dimana kita akan melewati jalan
itu, jika kita sopan pasti kita akan mengucapkan kata permisi pak,
bu…..dalam berteman pun seperti itu lebih menghargai pendapat teman
walaupun pendapat itu berbeda, sebenarnya pengertian sopan santun ini
sudah umum. Dan mungkin semua orang sudah mengerti apa itu sopan
santun, karna sifat ini telah ditanamkan sejak kecil pada diri individu
tersebut. Dan bagaimana kita mengembangkannya saja. Dalam kehidupan
kita dan disekitar kita.
O. Etika Berpakaian
1. Memakai pakaian dengan ukuran yang pas. Terkadang kita melupakan
ukuran dalam berpakaian, terlalu besar kirang tetap, terlalu kecil kurang
baik buat kesehatan kita, lebih baik kita berpakaian yang pas dan nyaman
buat kita dan orang.
2. Usahakan pakaian rapi dan tidak kedodoran. Usahakan kita berpakaian
yang bersih, rapih dan tidak kusut, agar tidak kusut lebih baik kita
menyetrika pakaian kita sebelum kita berangkat bekerja agar terlihat
rapih.
3. Usahakan model pakaian yang sopan. Berpakain kita harus menggunakan
model yang sopan agar terlihat lebih rapih dan sesuai dengan pekerjaan
kita.
4. Pilih warna yang tidak menyolok Warna pakain terkadang mempengaruhi,
maka pilihlah warna yang membuat kita dan orang lain tenang, seperti
warna biru, putih merah ( jangan terlalu menyolok mata).
5. Pilih model pakaian yang tidak terlalu kuno. Jangan terlalu memilih
model pakain yang terkesan kuno, kita harus menyesuaikan tempat.
P. Etika Berbicara
1. Bicara harus menatap lawan bicara. Pandangan mata kita harus fokus
kepada orang yang kita ajak bicara, padanganlah lawan bicar kita agar
lawan bicara kita merasa dihargai kita.
2. Suara harus jelas terdengar. Kita berbicara dengan intonasi yang jelas
agar lawan bicara kita tidak salah dalam mengartikan yang kita
bicarakan.
3. Menggunakan tata bahasa yang baik. Kita harus menggunakan bahasa
yang lawan bahasa kita mengerti dan tidak salah paham dengan
maksud dan tujuan kita.
4. Jangan menggunakan nada suara yang tinggi. Terkadang nada suara
kita mempengaruhi dengan maksud dan tujuan kita, misalnya kita
berbicara dengan nada tinggi bisa diartikan dengan orang marah,
lebih baik kita menggunakan nada yang bisa saja.
5. Pembicaraan mudah dimengerti. Kita harus langsung pada maksud
dan tujuan kita agar tidak membuang-buang waktu rekan kerja kita.
Q. Yang Harus Dihindari Dalam Berbicara.
1. Membicarakan kejelekan orang lain. Ketikaa rekan kerjs kita bercerita
sesuatu yang jelek pada kita, kita harus menghindari agar tidak
bercerita tentang rekan kita mengalihkan pembicaraan atau menjauh
darinya.
2. Membicarakan hal yang sensitive. Kita harus menghindari
pembicaraan yang membuat orang lain tersinggung (menggorek info
tentang teman).
3. Memotong pembicaraan orang lain. Kita tidak boleh memotong
pembicaraan orang lain, biarkan orang lain berbicara sampai selesai,
jika sudah selesai kita baru berbicara.
4. Mendominasi pembicaraan. Kita tidak boleh mendominasi
(mengunggulin) rekan kerja kita.
5. Banyak membicarakan diri sendiri. Kita tidak boleh membicarakan
diri sendiri atau pun orang lain
G. Fase orientasi
H. Fase kerja
I. Fase terminasi
MODUL PRAKTEK
4. Pendahuluan
4.2. Relevansi
R. Defenisi
Sopan santun ialah suatu tingkah laku yang amat populis dan nilai yang
natural. Sopan santun sebagai sebuah konsep nilai tetapi bukan dipahami.
Sopan santun sebuah ideologi yang memerlukan konseptualisasi. Itulah
pengertian umum dari sopan santun. Menurut saya pribadi sopan santun
itu adalah sikap seseorang terhadap apa yang ia lihat, ia rasakan, dan
dalam situasi, kondisi apapun. Sikap santun yaitu baik, hormat,
tersenyum, dan taat kepada suatu peraturan. Sikap sopan santun yang
benar ialah lebih menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati siapa
saja. Dari tutur bicara pun orang bisa melihat kesopanan kita. Baik/buruk,
misalnya lagi dalam situasi yang ramai dimana kita akan melewati jalan
itu, jika kita sopan pasti kita akan mengucapkan kata permisi pak,
bu…..dalam berteman pun seperti itu lebih menghargai pendapat teman
walaupun pendapat itu berbeda, sebenarnya pengertian sopan santun ini
sudah umum. Dan mungkin semua orang sudah mengerti apa itu sopan
santun, karna sifat ini telah ditanamkan sejak kecil pada diri individu
tersebut. Dan bagaimana kita mengembangkannya saja. Dalam kehidupan
kita dan disekitar kita.
S. Berbicara Simpatik
6. Bisa mengimbangi lawan bicara. Ketika kita berbicara kita harus melihat
lawan bicara kita dengan siapa kita bicara.
7. Berkeinginan menyenangkan lawan bicara. Kita harus membuat rekan
kerja kita senang berbicara dengan kita.
8. Mampu menciptakan rasa humor. Kita harus sedikit membuat rekan kerja
kita tertawa agar suasana jadi santai.
9. Mau memuji lawan bicara. Kita juga harus memuji lawan bicara kita agar
lawan bicara kita menjadi senang.
10. Mampu menjadi pendengar yang baik. Kita harus bisa menjadi pendengar
ketika rekan kerja kita bercerita pada kita.
T. Etika Berbicara
6. Bicara harus menatap lawan bicara. Pandangan mata kita harus fokus
kepada orang yang kita ajak bicara, padanganlah lawan bicar kita agar
lawan bicara kita merasa dihargai kita.
7. Suara harus jelas terdengar. Kita berbicara dengan intonasi yang jelas
agar lawan bicara kita tidak salah dalam mengartikan yang kita
bicarakan.
8. Menggunakan tata bahasa yang baik. Kita harus menggunakan bahasa
yang lawan bahasa kita mengerti dan tidak salah paham dengan
maksud dan tujuan kita.
9. Jangan menggunakan nada suara yang tinggi. Terkadang nada suara
kita mempengaruhi dengan maksud dan tujuan kita, misalnya kita
berbicara dengan nada tinggi bisa diartikan dengan orang marah,
lebih baik kita menggunakan nada yang bisa saja.
10. Pembicaraan mudah dimengerti. Kita harus langsung pada maksud
dan tujuan kita agar tidak membuang-buang waktu rekan kerja kita.
U. Yang Harus Dihindari Dalam Berbicara.
6. Membicarakan kejelekan orang lain. Ketikaa rekan kerjs kita bercerita
sesuatu yang jelek pada kita, kita harus menghindari agar tidak
bercerita tentang rekan kita mengalihkan pembicaraan atau menjauh
darinya.
7. Membicarakan hal yang sensitive. Kita harus menghindari
pembicaraan yang membuat orang lain tersinggung (menggorek info
tentang teman).
8. Memotong pembicaraan orang lain. Kita tidak boleh memotong
pembicaraan orang lain, biarkan orang lain berbicara sampai selesai,
jika sudah selesai kita baru berbicara.
9. Mendominasi pembicaraan. Kita tidak boleh mendominasi
(mengunggulin) rekan kerja kita.
10. Banyak membicarakan diri sendiri. Kita tidak boleh membicarakan
diri sendiri atau pun orang lain
J. Fase orientasi
K. Fase kerja
L. Fase terminasi
g. Melakukan Interaksi yang baik dengan pasien penuh dengan simpati dan
empati
MODUL PRAKTEK
5. Pendahuluan
5.2. Relevansi
V. Defenisi
Sopan santun ialah suatu tingkah laku yang amat populis dan nilai yang
natural. Sopan santun sebagai sebuah konsep nilai tetapi bukan dipahami.
Sopan santun sebuah ideologi yang memerlukan konseptualisasi. Itulah
pengertian umum dari sopan santun. Menurut saya pribadi sopan santun
itu adalah sikap seseorang terhadap apa yang ia lihat, ia rasakan, dan
dalam situasi, kondisi apapun. Sikap santun yaitu baik, hormat,
tersenyum, dan taat kepada suatu peraturan. Sikap sopan santun yang
benar ialah lebih menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati siapa
saja. Dari tutur bicara pun orang bisa melihat kesopanan kita. Baik/buruk,
misalnya lagi dalam situasi yang ramai dimana kita akan melewati jalan
itu, jika kita sopan pasti kita akan mengucapkan kata permisi pak,
bu…..dalam berteman pun seperti itu lebih menghargai pendapat teman
walaupun pendapat itu berbeda, sebenarnya pengertian sopan santun ini
sudah umum. Dan mungkin semua orang sudah mengerti apa itu sopan
santun, karna sifat ini telah ditanamkan sejak kecil pada diri individu
tersebut. Dan bagaimana kita mengembangkannya saja. Dalam kehidupan
kita dan disekitar kita.
W.Etika Berpakaian
11. Memakai pakaian dengan ukuran yang pas. Terkadang kita melupakan
ukuran dalam berpakaian, terlalu besar kirang tetap, terlalu kecil kurang
baik buat kesehatan kita, lebih baik kita berpakaian yang pas dan nyaman
buat kita dan orang.
12. Usahakan pakaian rapi dan tidak kedodoran. Usahakan kita berpakaian
yang bersih, rapih dan tidak kusut, agar tidak kusut lebih baik kita
menyetrika pakaian kita sebelum kita berangkat bekerja agar terlihat
rapih.
13. Usahakan model pakaian yang sopan. Berpakain kita harus menggunakan
model yang sopan agar terlihat lebih rapih dan sesuai dengan pekerjaan
kita.
14. Pilih warna yang tidak menyolok Warna pakain terkadang mempengaruhi,
maka pilihlah warna yang membuat kita dan orang lain tenang, seperti
warna biru, putih merah ( jangan terlalu menyolok mata).
15. Pilih model pakaian yang tidak terlalu kuno. Jangan terlalu memilih
model pakain yang terkesan kuno, kita harus menyesuaikan tempat.
X. Etika Berbicara
11. Bicara harus menatap lawan bicara. Pandangan mata kita harus fokus
kepada orang yang kita ajak bicara, padanganlah lawan bicar kita agar
lawan bicara kita merasa dihargai kita.
12. Suara harus jelas terdengar. Kita berbicara dengan intonasi yang jelas
agar lawan bicara kita tidak salah dalam mengartikan yang kita
bicarakan.
13. Menggunakan tata bahasa yang baik. Kita harus menggunakan bahasa
yang lawan bahasa kita mengerti dan tidak salah paham dengan
maksud dan tujuan kita.
14. Jangan menggunakan nada suara yang tinggi. Terkadang nada suara
kita mempengaruhi dengan maksud dan tujuan kita, misalnya kita
berbicara dengan nada tinggi bisa diartikan dengan orang marah,
lebih baik kita menggunakan nada yang bisa saja.
15. Pembicaraan mudah dimengerti. Kita harus langsung pada maksud
dan tujuan kita agar tidak membuang-buang waktu rekan kerja kita.
Y. Yang Harus Dihindari Dalam Berbicara.
11. Membicarakan kejelekan orang lain. Ketikaa rekan kerjs kita bercerita
sesuatu yang jelek pada kita, kita harus menghindari agar tidak
bercerita tentang rekan kita mengalihkan pembicaraan atau menjauh
darinya.
12. Membicarakan hal yang sensitive. Kita harus menghindari
pembicaraan yang membuat orang lain tersinggung (menggorek info
tentang teman).
13. Memotong pembicaraan orang lain. Kita tidak boleh memotong
pembicaraan orang lain, biarkan orang lain berbicara sampai selesai,
jika sudah selesai kita baru berbicara.
14. Mendominasi pembicaraan. Kita tidak boleh mendominasi
(mengunggulin) rekan kerja kita.
15. Banyak membicarakan diri sendiri. Kita tidak boleh membicarakan
diri sendiri atau pun orang lain
M. Fase orientasi
N. Fase kerja
O. Fase terminasi
MODUL PRAKTEK
Waktu : 1x160
6. Pendahuluan
6.1. Deskripsi Singkat
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan
mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga
disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia
yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli.
6.2. Relevansi
Z. Defenisi
Sopan santun ialah suatu tingkah laku yang amat populis dan nilai yang
natural. Sopan santun sebagai sebuah konsep nilai tetapi bukan
dipahami. Sopan santun sebuah ideologi yang memerlukan
konseptualisasi. Itulah pengertian umum dari sopan santun. Menurut
saya pribadi sopan santun itu adalah sikap seseorang terhadap apa
yang ia lihat, ia rasakan, dan dalam situasi, kondisi apapun. Sikap
santun yaitu baik, hormat, tersenyum, dan taat kepada suatu
peraturan. Sikap sopan santun yang benar ialah lebih menonjolkan
pribadi yang baik dan menghormati siapa saja. Dari tutur bicara pun
orang bisa melihat kesopanan kita. Baik/buruk, misalnya lagi dalam
situasi yang ramai dimana kita akan melewati jalan itu, jika kita sopan
pasti kita akan mengucapkan kata permisi pak, bu…..dalam berteman
pun seperti itu lebih menghargai pendapat teman walaupun pendapat
itu berbeda, sebenarnya pengertian sopan santun ini sudah umum.
Dan mungkin semua orang sudah mengerti apa itu sopan santun,
karna sifat ini telah ditanamkan sejak kecil pada diri individu
tersebut. Dan bagaimana kita mengembangkannya saja. Dalam
kehidupan kita dan disekitar kita.
P. Fase orientasi
Q. Fase kerja
R. Fase terminasi
i. Melakukan Interaksi yang baik dengan Dokter, Kakak Perawat, dan Tim
kesehatan lainnya.
MODUL PRAKTEK
Waktu : 1x160
7. Pendahuluan
7.1. Deskripsi Singkat
Menggugurkan kandungan atau lebih dikenal dengan aborsi (abortus)
merupakan kejahatan kemanusiaan karena mengambil hak janin
dalam kandungan untuk hidup. Aborsi bertujuan untuk
menghilangkan nyawa atau menggagalkan kelahiran janin dalam
kandungan. Aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum masuk
usia 20 minggu masa kehamilan dan ini merupakan tindakan kriminal
yang mana pelakunya bisa dijerat dengan hukum yang berlaku di
Indonesia.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kejahatan aborsi ini diatur
dalam KUHP pasal 299, 341, 342, 343, 346, 347, 348, dan 349,
sehingga aborsi dilarang bagi siapapun. Pada umumnya aborsi
dilakukan oleh siapa saja dengan motif yang bermacam-macam,
misalnya karena rasa malu atau karena motif ekonomi. Saat ini
banyak sekali kasus aborsi yang dilakukan karena para remaja yang
berpacaran tanpa kenal batas, sehingga mereka berhubungan badan
dan hamil. Untuk menutupinya maka dilakukanlah aborsi.
7.2. Relevansi
DD. Defenisi
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah “abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel
telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh.
EE. Bahaya Aborsi.
1. Pendarahan parah
Pendarahan bisa mengakibatkan seseorang kehabisan darah dan jika tidak
segera ditangani secara medis akan berujung pada kematian. Aborsi
dapat mengakibatkan pelakunya (wanita yang hamil) mengalami
pendarahan karena leher rahimnya robek dan terbuka lebar. Aborsi
memang upaya yang tidak alamiah karena keluar dari siklus / jalurnya
sehingga sangat berbahaya.
4. Risiko kematian
Kematian karena aborsi sering terjadi, karena memang umumnya para
pelaku hanya berpikir bagaimana menggugurkan kandungan tanpa
memikirkan kesehatannya. Tidak jarang para pelaku aborsi yang
meninggal karena pendarahan, infeksi maupun human error lain.
6. Dampak psikologis
Selain dampak kesehatan fisik, aborsi juga berdampak pada psikologi
pelakuknya. Di antara dampak psikologis bagi para pelaku aborsi di
antaranya trauma, depresi, sedih dan merasa berdosa, dan masih
banyak lagi yang akan mengganggu kesehatan jiwanya.
Janin dalam kandungan merupakan anugerah dari Tuhan YME dan hasil
dari perbuatan pelaku itu sendiri. Jadi jangan sampai anda melakukan
praktik aborsi karena selain banyak merugikan anda di dunia, pun di
akhirat juga akan mendapatkan dosa yang teramat besar. Belajarlah
untuk bertanggung jawab di depan manusia maupun di depan Tuhan,
karena itulah keputusan yang anda buat.
7.3. Tujuan Umum
11. Mampu menjelaskan Pengertian dari Etika, Moral, Nilai, Hati Nurani,
Tanggung jawab terhadap Anugrah Tuhan Melalui Kehamilan.
7.4. Prosedur tindakan
A. Fase orientasi
B. Fase kerja
C. Fase terminasi