Anda di halaman 1dari 4

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

RESUME

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi Semester II

Dosen : Saryomo, S.Kep.Ns. M.Si

Disusun oleh :

Mellenda Rahmawati/E1914401009

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

Korupsi telah sejak lama terjadi di Indonesia. Praktik-praktik seperti penyalahgunaan


wewenang, penyuapan, pemberian uang pelicin, pungutan liar, pemberian imbalan atas dasar
kolusi dan nepotisme serta penggunaan uang negara untuk kepentingan pribadi, oleh
masyarakat diartikan sebagai suatu perbuatan korupsi dan dianggap sebagai hal yang lazim
terjadi di negara ini. Ironisnya, walaupun usaha-usaha pemberantasannya sudah dilakukan
lebih dari empat dekade, praktik-praktik korupsi tersebut tetap berlangsung, bahkan ada
kecenderungan modus operandinya lebih canggih dan terorganisir, sehingga makin
mempersulit penanggulangannya. Pada buku Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional
(SPKN) yang diterbitkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pada
tahun 1999, telah diidentifikasikan bahwa faktor-faktor penyebab korupsi di Indonesia terdiri
atas 4 (empat) aspek, yaitu:

1. Aspek perilaku individu, yaitu faktor-faktor internal yang mendorong seseorang


melakukan korupsi seperti adanya sifat tamak, moral yang kurang kuat menghadapi godaan,
penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidup yang wajar, kebutuhan hidup yang
mendesak, gaya hidup konsumtif, malas atau tidak mau bekerja keras, serta tidak
diamalkannya ajaran-ajaran agama secara benar.

2. Aspek organisasi, yaitu kurang adanya keteladanan dari pimpinan, kultur organisasi yang
tidak benar, sistem akuntabilitas yang tidak memadai, kelemahan sistem pengendalian
manajemen, manajemen cenderung menutupi perbuatan korupsi yang terjadi dalam
organisasi.

3. Aspek masyarakat, yaitu berkaitan dengan lingkungan masyarakat di mana individu dan
organisasi tersebut berada, seperti nilai-nilai yang berlaku yang kondusif untuk terjadinya
korupsi, kurangnya kesadaran bahwa yang paling dirugikan dari terjadinya praktik korupsi
adalah masyarakat dan mereka sendiri terlibat dalam praktik korupsi, serta pencegahan dan
pemberantasan korupsi hanya akan berhasil bila masyarakat ikut berperan aktif. Selain itu
adanya penyalahartian pengertian-pengertian dalam budaya bangsa Indonesia.

4. Aspek peraturan perundang-undangan, yaitu terbitnya peraturan perundang-undangan yang


bersifat monopolistik yang hanya menguntungkan kerabat dan atau kroni penguasa negara,
kualitas peraturan perundang-undangan yang kurang memadai, judicial review yang kurang
efektif, penjatuhan sanksi yang terlalu ringan, penerapan sanksi tidak konsisten dan pandang
bulu, serta lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan perundang-undangan.

Pemerintah sangat menjungjung tinggi perlindungan hukum bagi setiap waerga


negaranya, sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan terhadap sarana dan prasarana yang
diperlukan guna menopang pembangunan dibidang hukum. Dalam upaya untuk mencapai
keberhasilan pembangunan di bidang hukum perlu didukung adanya peningkatan sarana dan
pra sarana serta peningkatan pendayagunaanya, pemantapan, kedudukan dan perannannya
badan-badan penegak hukum merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan proses
penegak hukumnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa antara pembangunan dan
kejahatan atau pelanggaran hukum ada hubungan yang erat. Oleh karena itu, perencanan
pemba gunan harus meliputi juga perencanaan perlindun gan masyarakat tyerhadap
pelanggaran hukum.

Dalam hukum pidana itu terkandungan aturan-aturan yang menetukan perbuatan-


perbuatan yang tida boleh dilaukan dengan disertai ancamana berupa pidana (nestapa) dan
menentuikan syarat-syarat pidana dapat dijatuhkan. Sifat publik yang dimiliki hukum pidana
menjadikan konsekuensi awa hukum pidana itu bersifat nasional. Dengan demikian, maka
hukum pidana indonesia diberlaukan keseluruh wiliyah negara indonesia. Disamping itu,
mengingat materi hukum pidana yang syarat dengan nilai-nilai kemanusiaan mengakibatkan
hukum pidana seringkali digambarkan sebagai pedang yang bermata dua. Satu Sisi hukum
pidana bertujuan meegakan nilai kemanusiaan, namun disisi yang lain penegakana hukum
pidana justru memberikan sanksi kenestapaan bagi manusia yang melanggar.

Pemberantasan tindak pidana korupsi dapat dilakukan oleh Polri dalam khususnya
dalam hal penyidikan hal ini diatur dalm pasal 14 Ayat (1g) UU No. 2 Tahun 2002 tentang
kepolisian RI. Penyidikan tindak pidana korupsi tidak hanya dimiliki oelh polri, namun
kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga memiliki kewenanan penyidikan .
Secara garis besar adnaya ketertiban itu dipenuhi adnaya peraturan tata tertib, ketentuan-
ketentuan yang bersangkutan dengan tata tertib ini dalam kaidah atau norma yang tertuang
posisinya didalam masyarakat sebagai norma hukum. Dengan adnaya tatanan norma tersebut,
maka posisi yang paing ditekankan adalah norma hukum meskipun norma lain tidak kalah
penting perannya dalam kehiudpan masyarakat untuk mewujudkan tertib sosial, negara
menetapkan dan mengesahkan peraturan perundang-undangan yang mengatur masyarakat.
Peraturan-peraturan itu mempunyai saksi hukum yang sifatnya memaksa, artinya bila
peraturan itu sampai dilanggar mak kepada pelanggarnya dapat dikenakan hukuman. Jenis
hukuman yang akan dikenakan terhadap si pelanggar akan sanagat tergantung pada
macamnya peraturan yna dilanggar pad aprin sipnya setiap peraturan mengandung sifat
paksaan artinya orna-orna yang tidak mau tunduk dikani sanksi terhapad pelanggaran
tersebut.

Hukum yang digunakan sebaai saran pembaharuan dapar berupa undang-undang atau
yurisprudensi atau kombinasi keduanya di indonesia yang paling menonjol adalah perundang-
undang. Yurisprudensi juga berperan namun tida seberapa. Lain halnya dinegara-negara yang
menganut sistem preseden sudah barang tentu peranan yuris prudensi akan jauh lebih penting.
Korupsi berkiatan dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat menyalah
gunakan kekuasaanya untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan kroninya. Korupsi selalu
bermula berkembang disector public dengan bukti-bukti yang nyata bahwa dengan kekuasaan
itulah pejabat publik dapat menekan atau memeras para pencari keadilan atau mereka yang
memerlukan ras pelayanan dari pemerintah. Korupsi di indonesia suda tergolong kejahatan
yang merusak, tida saja keuangan negara dan potensi ekonomi negara tetapi juga telah
meluluhlantakan pilar-pilar sosial budaya, moral, politik, dan tatanan hukum dan keamanan
nasioanl.

Upaya pemberantasan kejatan korupsi melalui penegakan hukum yang berkeadilan


saat ini tanpak masih memerlukan perjuangan berat. Karena kejhatan korrupsi meryuoakan
kejahatan luar biasa (ekstra ordinary crime) yang berbeda dengan kejahatan pidana biasa
maka upaya yang harus dilakukan memerlukakn sistem yang terpadu dan luar biasa pula
sebagai kejahtan luar biasa (ekstra ordinary crime). Pemberantasan koruspi, memerlukan
kemauan politik luar biasa sehingga presiden sebagai kepala negara menjadi pigur penting
dalam menggerakan dan mengordinasikan peran polisi, jaska, pengadilan, dan KPK menjadi
kekuatan dahsyata sehingga pratek KKN, seperti penyogokan, pengelembungan harga,
gratifikasi, dan penyalahgunaan kewenangan-krwengana lainnya dlaukan oknum Aparat PNS
atau pejabat negra, baik di tingkat pusat maupun daera daoat dipersempet ruang geranya
melalui cara-cara penegakan luar biasa dan terpadu.

Anda mungkin juga menyukai