Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK KEBIJAKAN KESEHATAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Kesehatan pada Semester 5
Dosen Pengampu Nina Pamelasari,M.kep

Disusunoleh :

Nadira Oktapiyanti/ NIM E1914401008

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2021
1. Jelaskan menurut Anda bagaimana arah pembangunan Kesehatan di
Indonesia !
Jawaban :

Umum:
 Tata laksana di bidang kesehatan harus dimulai dari upaya promotif dan preventif,
yang terintegrasi dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian,
dibutuhkan perubahan orientasi pembangunan kesehatan menuju pembangunan
kesehatan berparadigma sehat.
Khusus:
1) Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas menjangkau
dan merata di seluruh wilayah Provinsi Riau.
2) Upaya kesehatan dapat dilaksanakan dengan berkualitas, serasi, bersinergi dalam
upayameningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
3) Penyelenggaraan upaya kesehatan, baik pelayanan kesehatan masyarakat maupun
pelayanan kesehatan perorangan tetap memberikan perhatian khusus pada
golongan penduduk rentan, seperti ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan
masyarakat miskin serta masyarakat pekerja seKtor informal.
4) Pelayanan kesehatan yang bermutu di Puskesmas dan rumah sakit dan sistem
rujukannya berjalan sesuai harapan masyarakat.
5) Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan obat, dapat merespon kebutuhan
masyarakat.
6) Penanggulangan penyakit menular dan penyakit tidak menular dapat dilaksanakan
dengan mantap dalam mengatasi penyakit yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat.
7) Pelayanan kesehatan geriatric berkembang dan berjalan dengan efektif.
8) Pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat optimal dan dapat dilaksanakan
secara berkesinambungan.
9) Pemeliharaan dan pengawasan lingkungan sudah mantap.
10) Penyediaan air minum dan sarana sanitasi dasar sudah sepenuhnya sesuai dengan
keperluan masyarakat.
2. Jelaskan menurut Anda bagaimana kebijakan Kesehatan saat ini di Indonesia !
Jawaban :
Kemenkes - Pemerintah mengarahkan kebijakan kesehatan untuk tahun 2021
untuk percepatan pemulihan kesehatan akibat Covid-19 dengan meningkatkan
memeratakan sisi suplai, menguatkan koordinasi pusat-daerah dan swasta dan
pengadaan vaksin.

Selain itu, pemerintah juga tetap mengakselerasi penurunan stunting dan


program promotif preventif untuk penguatan program generasi unggul. Tahun 2021,
reformasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tetap dilakukan.

Kesiapan Kemananan Kesehatan atau Health Security Preparedness dilakukan


dengan penguatan pencegahan, deteksi dan respon penyakit serta sistem kesehatan
yang terintegrasi.

Adapun anggaran kesehatan antara lain akan dialokasikan untuk bantuan iuran
JKN bagi PBPU dan BP kelas III sebesar Rp2,4 triliun, bantuan iuran peserta PBI
JKN Rp48,8 triliun, antisipasi pengadaan vaksin Covid-19 Rp18 triliun, layanan
pengendalian penyakit Tuberculosis (TB) Rp2,8 triliun, Bantuan Operasional
Kesehatan Rp10,7 triliun, penyediaan makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita
Rp1,1 triliun.

Selain itu, anggaran juga dialokasikan untuk antisipasi pelaksanaan imuniasai


sebesar Rp3,7 triliun, penyediaan obat TB, HIV, AIDS dan vaksin 24 paket Rp2,77
triliun, pembangunan 971 gedung puskesmas dan pembangunan/rehabilitasi 559 RS
Rujukan, sarana dan parasarana laboratorium, litbang, dan PCR Kemenkes Rp1,1
triliun dan BPOM Rp0,1 triliun, prevalensi stunting hingga 21,1% dan perluasan
prioritas intervensi pada 360 kota/kabupaten.

Selain di Kemenkes, anggaran kesehatan juga ada dalam Transfer ke Daerah & Dana
Desa (TKDD), Belanja Non KL (BUN), serta K/L lain sesuai fungsinya.

Pemulihan ekonomi tahun 2021 akan sangat bergantung pada penanganan dan
perkembangan pandemi Covid-19.Tidak ketinggalan untuk memulihkan kesehatan
dan ekonmi Indonesia dengan terus disiplin jalankan protokol kesehatan 3M yaitu
menggunakan masker, sering mencuci tangan, dan menjaga jarak.
3. Jelaskan menurut Anda bagaimana paying hukum peraturan Kesehatan bagi
perawat di Indonesia !
Jawaban
Perlindungan hukum pemerintah terhadap perawat sudah diatur dalam pasal
27 dan 36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan yang pada pokoknya menjelaskan bahwa perawat mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Perlindungan hukum yang diberikan oleh negara berupa perlindungan hukum
preventif yaitu mencegah terjadinya sengketa melalui dikeluarkannya undang-undang
tentang registrasi dan praktik keperawatan yang terdapat dalam Undang-Undang
kesehatan yang isinya bahwa setiap perawat yang ingin melakukan praktik
keperawatan dalam fasilitas pelayanan kesehatan maka wajib memiliki surat izin
praktik perawat dan surat ijin kerja dan Perlindungan Hukum Represif yakni sebagai
suatu bentuk perlindungan hukum yang mengarah terhadap penyelesaian sengketa.
Perlindungan hukum represif yang diberikan pemerintah berupa penerapan sengketa
melalui peradilan umum apabila terjadi malpraktik oleh dokter maupun perawat.

Tindakan Medis Yang Bisa Dilakukan Oleh Perawat :

Ketentuan Pasal 73 ayat (3) Undang- undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran telah memberikan peluang bagi perawat untuk melakukan
tindakan medis jika memenuhi ketentuan Perundang-undangan. Permenkes Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran,
Pasal 23 ayat (1) menyatakan “Dokter atau dokter gigi dapat memberikan pelimpahan
suatu tindakan kedokteran atau kedokteran gigi kepada perawat, bidan atau tenaga
kesehatan tertentu lainnya secara tertulis dalam melaksanakan tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi”.
Sementara itu pada Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan, menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan tugas berdasarkan
pelimpahan wewenang hanya dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada
perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi
pelaksanaannya. Namun dalam keadaan darurat tertentu bisa tidak dilakukan secara
tertulis (lisan).
Selain itu dalam Permenkes No HK.02.02/Menkes/ 148/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat, Pasal 9 menyebutkan bahwa perawat dalam
melakukan praktik harus berdasarkan kewenangan yang dimiliki, kecuali jika terjadi
keadaan darurat.
Menurut pendapat dari Afriko dan Sukindar, apabila dokter tidak dapat
melakukan tindakan medis maka dokter diperbolehkan meminta bantuan kepada
perawat untuk melakukan tindakan medis, dengan syarat harus memberikan
pelimpahan kewenangan yang jelas kepada perawat secara tertulis untuk melakukan
tindakan medis tersebut. Namun dalam keadaan darurat tertentu pelimpahan
kewenangan tersebut dapat bersifat lisan.

Anda mungkin juga menyukai