Anda di halaman 1dari 9

KORUPSI DANA BANTUAN SOSIAL DI SAAT PANDEMI COVID-19

(Pendidikan anti korupsi)

Disusun Oleh :
Mela Ria Sunata
203515516064
Administrasi Publik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS NASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki banyak lembaga hukum yang
menaungi permasalahan yang terjadi di Indonesia. Indonesia memiliki banyak masalah yang
semakin meningkat dari waktu ke waktu, terutama kasus-kasus endemik korupsi yang terjadi
di Indonesia dan semakin banyak korupsi yang disebabkan oleh negara dan pejabat tinggi
Selain itu, laporan korupsi semakin meningkat dari hari ke hari, mulai dari terkecil hingga
korupsi dana mega proyek oleh kontraktor dan pemerintah.Pelakunya juga beragam, mulai
dari pejabat di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga pedesaan, bahkan lembaga
peradilan tertinggi di Indonesia telah menunjukkan perannya dalam kasus-kasus tersebut,
seperti kasus Mahkamah Konstitusi yang baru saja terjadi. Korupsi tampaknya telah terjadi
hal yang tidak biasa bagi Indonesia, tetapi sangat merugikan bagi negara Indonesia itu
sendiri. Korupsi berdampak pada perekonomian dan kemiskinan masyarakat

Dari asal katanya, korupsi berasal dari bahasa Latin 'corruptio'. Kata ini memiliki verba
corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan atau merusak.
Sementara menurut Transparency International, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik
itu politisi atau pejabat publik yang tidak wajar dan ilegal untuk memperkaya diri sendiri
atau orang-orang terdekat dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan
kepada mereka. . Sulit diungkapkan karena pelaku menggunakan peralatan canggih dan
biasanya dibawa oleh beberapa orang dalam situasi rahasia dan terorganisir. Oleh karena itu,
tindak pidana suap ini sering disebut sebagai “white collar crime”, yaitu tindak pidana yang
dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat dan yang
dilaksanakan dalam lingkup tugas/pekerjaan dan wewenangnya.

Dalam melakukan penyidikan tindak pidana korupsi,Bab IV pasal 25 sampai dengan


Pasal 40 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999. Selain Kepolisian Negara Republik Indonesia,
pejabat yang berwenang sebagai penyidik korupsi adalah Komisi Pemberantasan Korupsi dan
Kejaksaan diatur dalam Undang-Undanh No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia. Dalam pasal I butir (1) UU no. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia, ditetapkan bahwa kejaksaan adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh
undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut dan pelaksana putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum dan kekuasaan lain dalam dibawah hukum.4

Pandemi Covid19 yang terjadi hampir di setiap negara telah menyebabkan terjadinya
krisis ekonomi di salah satu negara termasuk Indonesia, guna menjaga tingkat konsumsi dan
meminimalisir peningkatan angka kemiskinan akibat pandemi, pemerintah memberikan
bantuan sosial kepada masyarakat yang terkena dampak pandemi dalam pereekonomiannya .
Dalam rangka mengurangi angka kemiskinan dan memenuhi amanat konstitusi untuk
memajukan kesejahteraan masyarakat, pemerintah telah menempuh kebijakan pemberian
bantuan sosial (selanjutnya disebut bansos sosial) dalam menanggapi kondisi pandemi saat
ini. Republik Indonesia Sri Mulyani mengatakan, pemberian bansos bertujuan membantu
masyarakat mempertahankan daya beli. Hal itu terjadi karena putusnya hubungan. Namun,
bantuan sosial yang seharusnya menjadi sarana stabilisasi perekonomian masyarakat, rentan
disalahgunakan.Berbagai permasalahan muncul dalam penyaluran bansos, mulai dari
penerima bansos yang tidak sesuai dengan tujuannya, pengurangan besaran bansos, korupsi
dan tidak disalurkannya kepada masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Awal Mula Kasus Korupsi Bansos Covid-19 yang Menjerat Juliari hingga Divonis 12
Tahun Penjara

Selama pemberian bansos tahap pertama, sejumlah permasalahan muncul dalam


penyaluran bansos. Ombudsman Republik Indonesia sebagai lembaga pengawas
penyelenggaraan pelayanan publik mulai 29 April 2020 membuka pengaduan khusus terkait
masalah pelayanan publik di masa pandemi Per 3 Juni 2020, terdapat kurang lebih 1.004
laporan terkait masalah pelayanan publik selama masa pandemi dan sekitar 81,37% atau
sekitar 817 laporan merupakan laporan terkait masalah pemberian layanan sosial.
Ombudsman RI juga menyampaikan bahwa permasalahan dalam penyaluran bansos adalah
belum meratanya waktu dan sasaran masyarakat penerima bansos. Selain itu, ada juga
persoalan ketidakjelasan prosedur, persyaratan penerima perawatan, dan potensi
maladministrasi yang membuka peluang korupsi. (Dewi, 2020).

Menurut Ipi Maryati selaku Pj Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi,


setidaknya ada 5 (lima) hal yang bisa menjadi titik rawan korupsi, yakni pendataan penerima,
klarifikasi dan validasi data, belanja barang, penyaluran dan pengawasan bantuan (Prasetyo,
2020). Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mengungkapkan setidaknya ada 102
kasus dugaan penggelapan dana kesejahteraan sosial di seluruh Indonesia. Pelaku
penggelapan yang saat ini sedang diselidiki adalah pejabat publik dari level tertinggi hingga
terendah (Anonim, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa dalam penyaluran bansos yang
dilakukan oleh pemerintah saat ini terdapat beberapa permasalahan sehingga diperlukan
sistem pengawasan yang ketat dalam penyaluran bansos untuk mencegah praktik korupsi oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Pada 6 Desember 2020, KPK menetapkan mantan Menteri Sosial Juliari Batubara
sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap kesejahteraan yang ditangani pandemi Covid-19
untuk wilayah Jabodetabek tahun 2020. Penetapan tersangka Juliari saat itu menyusul operasi
penangkapan. dilakukan KPK pada Jumat, 5 Desember 2020. Usai ditetapkan sebagai
tersangka, Juliari malam hari menyerahkan diri ke KPK. Selain Juliari, KPK juga
menetapkan Matheus Joko Santoso, Adi Wahyono, Ardian IM dan Harry Sidabuke masih
tersangka korupsi.
Menurut KPK, kasus ini bermula dari adanya program bantuan sosial penanganan Covid-19
berupa paket sembako di Kementerian Sosial tahun 2020 senilai sekitar Rp 5,9 triliun dengan
total 272 kontrak dan dieksekusi selama 2 periode. Juliari, sebagai menteri sosial saat itu,
mengangkat Matheus dan Adi sebagai pegawai negeri. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
dalam pelaksanaan proyek dengan penunjukan langsung mitra dan kiranya disepakati untuk
menetapkan remunerasi untuk setiap paket pekerjaan yang akan diserahkan mitra kepada
Kementerian Sosial melalui Matheus. disepakati Matheus dan Adi adalah Rp 10.000 per
paket sembako dari nilai Rp 300.000 per paket perlindungan sosial. Sejak Mei hingga
November 2020, Matheus dan Adi mengadakan kontrak kerja dengan beberapa pemasok
sebagai mitra, antara lain Ardian IM dan Harry Sidabuke serta PT RPI yang diduga dimiliki
oleh Matheus.

Penunjukan PT RPI sebagai salah satu rekanan tentunya sudah diketahui Juliari dan
disetujui oleh Adi. distribusinya diserahkan secara tunai oleh Matheus kepada Juliari melalui
Adi. sementara itu Juliari menerima sebesar Rp 8,2 miliar. Uang tersebut kemudian dikelola
oleh Eko dan Shelvy N sebagai orang kepercayaan Juliari untuk digunakan membayar
berbagai kebutuhan pribadi Juliari. Kemudian, pada periode pelaksanaan kedua program
bantuan sembako, pungutan yang dipungut dari Oktober hingga Desember 2020 sekitar Rs
8,8 miliar.Dengan demikian, total suap yang diterima Juliari menurut KPK adalah Rp 17
miliar. Semua uang itu akan digunakan Juliari untuk keperluan pribadi. Atas perbuatannya,
Juliari disangkakan melanggar pasal 12 huruf a atau pasal 12 huruf b atau pasal 11 UU
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Pasal 55 ayat 1 ke 1
KUHP.
Juliari divonis pada Senin (23/8/2021) 12 tahun penjara dan denda Rp 500 juta oleh
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta dalam undang-undang nomor 20 Tahun
2001. Selain itu, hakim juga menjatuhkan sanksi tambahan atas pembayaran saham pengganti
sebesar Rp 14.590.450.000 atau sekitar Rp 14,59 miliar.apabila tidak diganti,maka akan
diganti pidana penjara selama dua tahun . Hak politik atau hak pilih terhadap Juliari dicabut
oleh hakim selama empat tahun.

Menurut hakim, hal yang memberatkan bagi Juliari adalah perbuatannya tidak bisa
disebut ksatria, seperti melempar batu dan menyembunyikan tangannya. Jadi dia berani
bertindak tanpa berani bertanggung jawab. Bahkan menyangkal tindakannya. Hakim pun
menyimpulkan perbuatan itu dilakukan dalam keadaan darurat yang tidak wajar, yakni wabah
covid 19. Sedangkan yang meringankan, Juliari tidak divonis bersalah.Ia juga cukup
menderita hingga dihina, dikutuk, dihina oleh masyarakat. Hakim juga berpendapat bahwa
Juliari telah dinyatakan bersalah oleh masyarakat meskipun secara hukum terdakwa belum
tentu bersalah sebelum suatu perintah pengadilan memiliki kekuatan hukum tetap. dengan
berbagai alasan yang akan menyebabkan sidang tidak berjalan mulus. Juliari dan
pengacaranya Maqdir Ismail adalah orang pertama yang mempertimbangkan vonis tersebut.

Vonis ini lebih berat dari tuntutan jaksa KPK. Sebelumnya, Juliari dijerat pasal 11
tahun dan denda Rp 500 juta subsider enam bulan kurungan oleh jaksa KPK. . Jaksa
mendapati Juliari kedapatan menerima suap saat membeli paket bansos COVID-19 wilayah
Jabodetabek 2020 senilai Rs 32,48 miliar. Selain itu, Juliari juga dijerat dengan pidana
alternatif sebesar Rp 14,5 miliar dan hak politiknya dicabut selama empat tahun. untuk setiap
paket bantuan sosial Covid-19 dari perusahaan pemasok

B.Peran Lembaga Negara dalam Penyelesaian Kasus Korupsi Dana Bansos Covid-19 di
Indonesia

Peran lembaga pemerintah negara yang bertanggung jawab dalam pencegahan dan
pengendalian tindakan korupsi dan pemeriksaan keuangan negara juga sangat
diperlukan.lembaga-lembaga tersebut adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Peran lembaga pemerintah negara yang bertanggung jawab dalam pencegahan dan
pengendalian tindakan korupsi dan pemeriksaan keuangan negara juga sangat
diperlukan.lembaga-lembaga tersebut adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Peran utama KPK sebagai lembaga negara yang bertanggung jawab memantau dan
mengusut kasus korupsi dana kesejahteraan Covid-19 di Indonesia adalah melakukan upaya
preventif melalui tiga cara yaitu pencegahan, penindakan, dan pendidikan. Hal ini diatur
dalam pasal 6 dan 7 undang-undang No. 19 Tahun 2019. Di bidang pencegahan, KPK
melakukan fungsi koordinasi dan pengawasan di tingkat pusat dan daerah, membentuk 15
unit desain khusus di Departemen Pencegahan,, yaitu:
1. Berkolaborasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19, melalui tim
yang melakukan penelitian dan memberikan rekomendasi permasalahan sistematis
dalam pengadaan barang dan jasa dalam penanganan Covid19. Tim ini juga
bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait
untuk memberikan bantuan refocusing.

2. Melaksanakan kegiatan dan redistribusi dana anggaran, serta melaksanakan proses


bantuan dalam perolehan barang dan jasa pada saat darurat.

3. Berkoordinasi dengan 9 Pokja di tingkat dengan bekerjasama dengan instansi lain


seperti BPKP, PKPP dan APIP yang memiliki tugas membantu pemerintah daerah
dalam proses refocusing dan realokasi APBD untuk penanganan Covid19

Dalam menjalankan tugas koordinasi dan penyangkalan kewenangan tersebut, KPK


juga menemukan beberapa titik rawan yang diduga sebagai tempat yang dapat dimanfaatkan
dalam kasus korupsi dana kesejahteraan Covid-19 di Indonesia, yakni dalam proses
pengadaan barang. dan pelayanan, penyaluran bantuan dan penggelapan dana subsidi,
penyaluran sumber dana dan belanja negara (APBN) dan (APBD), penggelapan dana bantuan
di tingkat pusat dan daerah.

Peran KPK dalam menjalankan kewenangan pengawasan alokasi dana kesejahteraan


Covid-19 di kejaksaan merupakan keberhasilan KPK mengungkap kasus korupsi anggaran
dana kesejahteraan. pihak anggota yang bersangkutan. Langkah ini merupakan bagian dari
kebijakan KPK dalam menyikapi kemudahan akses anggaran dana kesejahteraan Covid-19
yang korup di Indonesia.

Selain itu, peran KPK di bidang pendidikan adalah meluncurkan aplikasi JAGA Bansos,
sebagai jawaban atas perintah penanganan berkas salah sasaran dari dana bansos Covid-19
untuk penyimpangan atau penyelewengan dana. mengedukasi masyarakat agar dapat
berpartisipasi aktif dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi dalam alokasi
kesejahteraan sosial Covid-19 di Indonesia.

Selain Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berwenang melakukan kegiatan


pemantauan dan penyidikan apabila terjadi penyalahgunaan dana bansos Covid-19 yang
terbukti korupsi, ada lembaga lain yang juga membantu. melakukan tindakan pemantauan
dan pencegahan penyalahgunaan dana kesejahteraan Covid-19 di Indonesia yaitu BPK.
masyarakat agar dapat berperan aktif dalam melakukan pengaduan dan pengendalian, serta
memberikan informasi kepada BPK untuk dapat melakukan peninjauan, sehingga dapat
ditindaklanjuti apabila ditemukan penyimpangan dalam penyalahgunaan anggaran. dana
bantuan sosial Covid-19 di Indonesia.Oleh karena itu, dengan kebijakan langkah-langkah
pengaturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan langkah-langkah pencegahan yang
dilakukan oleh lembaga pemerintah negara seperti KPK, BPK dan BPKP, diharapkan korupsi
dana sosial selama pandemi Covid-19 di Indonesia tidak akan terjadi lagi dan mendapatkan
hak-haknya sebagaimana diberikan oleh pemerintah, agar tidak ada lagi kasus-kasus yang
merugikan masyarakat dan perekonomian negara

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pengertian korupsi dalam UU No. 20 Tahun 2001, dapat dipahami bahwa korupsi
adalah perbuatan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain atau
suatu perusahaan yang merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara sumbangan,
sumbangan (sumbangan), penggelapan, kolusi, nepotisme dan penyalahgunaan jabatan dan
wewenang serta susunan negara Dana Kesejahteraan Sosial Diperuntukan bagi:Pertama.
Perorangan, keluarga, komunitas atau kelompok masyarakat yang hidup dalam kondisi
genting akibat krisis sosial, fenomena ekonomi, politik, bencana atau alam untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimal.kedua, Lembaga non pemerintah di bidang pendidikan, agama dan
bidang lainnya yang berperan melindungi individu, kelompok dan/atau masyarakat dari
kemungkinan risiko sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Adine Alimah Maheswari, L. S. (2021, juli 05). Menilik Korupsi Dana Bansos Covid-19 di
Indonesia. Retrieved from
http://lexscientia.ukm.unnes.ac.id/buletin-lex-scientia-vol-1-no-2-2021/menilik-korupsi-dana-
bansos-covid-19-di-indonesia/3618/
Ilham, M. (2017). pelaksanaan penyidikan tindak pidana korupsi dana bantuan desa
dikabupaten Jepara oleh Kejaksaan Negeri Jepara, dan. Retrieved from
http://repository.unissula.ac.id/9413/4/BAB%20I.pdf
Indriyani, I. (2021). Pengaruh Kompetensi Auditor Internal, Hubungan Antara
Auditor ,Internal dan Auditor Eksternal dan dukungan Manajemen Terhadap
Efektivitas AuditI internal . Retrieved from repository.stei.ac.id:
http://repository.stei.ac.id/5066/2/BAB%20I.pdf
Juan Maulana Alfedo, R. H. (2020). Sistem Informasi Pencegahan Korupsi Bantuan Sosial di
Indonesia: Rumusan Konsep dan Pengaturan. AntiKorupsi, 283-285.
Sahara, W. (2021, Agustus 23). Awal Mula Kasus Korupsi Bansos Covid-19 yang Menjerat
Juliari hingga Divonis 12 Tahun Penjara. Retrieved from kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2021/08/23/18010551/awal-mula-kasus-korupsi-
bansos-covid-19-yang-menjerat-juliari-hingga-divonis?page=all

https://www.uii.ac.id/meneliti-vonis-eks-mensos-juliari-dalam-kasus-korupsi-bansos/

http://e-journal.uajy.ac.id/9027/2/1HK10866.pdf

https://kalsel.bpk.go.id/wp-content/uploads/2017/10/Kasus-Korupsi-Bansos-Tahun-2010.pdf

Anda mungkin juga menyukai