Anda di halaman 1dari 3

Petunjuk Mengerjakan:

1. Bacalah doa sebelum mengerjakan soal


2. Tulislah identitas diri di lembar jawaban
3. Bacalah soal dengan teliti
4. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal adalah 90 menit.
5. Jawab boleh diketik.
6. Jawaban harus orisinil karya sendiri
7. Scan jawaban dan kirim ke koordinator kelas.
8. Hanya koordinator kelas yang mengumpulkan jawaban ke
dosen via email ibnumarhas2@gmail.com

STUDI KASUS
KORUPSI BANSOS ALA MENSOS
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap
pejabat Kementerian Sosial atau Kemensos pada 4 hingga 5 Desember 2020. Penangkapan
pejabat Kemensos itu terkait korupsi bansos di Kementerian Sosial RI dalam penanganan
pandemi Covid-19 untuk wilayah Jabodetabek 2020. Kemudian pada Minggu dini hari, 6
Desember 2020 KPK menetapkan Menteri Sosial kala itu Juliari Batubara sebagai tersangka
kasus tersebut.
Ketua KPK kala itu, Firli Bahuri, mengatakan pejabat pembuat komitmen (PPK) pada Program
Bansos di Kemensos diduga telah menerima hadiah dari para Vendor Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah (PBJ) bansos di Kemensos dalam penanganan Pandemi Covid-19. KPK
menetapkan empat tersangka dalam kasus ini, yaitu Juliari, Matheus Joko Santoso, Adi
Wahyono, ketiganya adalah penerima, "Dan sebagai pemberi yaitu Ardian IM dan Harry
Sidabuke," kata Firli.
Menurut Firli Bahuri, pada pelaksanaan paket bansos sembako periode pertama, diduga PPK
telah menerima fee Rp12 miliar yang pembagiannya diberikan secara tunai oleh Matheus
kepada Juliari melalui Adi Wahyono dengan nilai sekitar Rp 8,2 miliar. Pemberian uang
tersebut, selanjutnya dikelola oleh Eko dan orang kepercayaan Juliari bernama Shelvy untuk
digunakan membayar berbagai keperluan pribadi Juliari. Untuk periode kedua pelaksanaan
paket bansos sembako, terkumpul fee dari Oktober 2020 sampai dengan Desember 2020
sejumlah sekitar Rp 8,8 miliar yang juga diduga akan digunakan untuk keperluan Juliari.
Juliari meminta majelis hakim membebaskannya dari semua dakwaan kasus korupsi bansos
Covid-19. Dia mengatakan putusan majelis hakim dapat membebaskan dirinya dan keluarga
dari derita. "Akhirilah penderitaan kami ini dengan membebaskan saya dari segala dakwaan,"
kata Juliari dalam nota pembelaan atau pledoi, yang dibacakan di Pengadilan Tipikor Jakarta,
Senin, 9 Agustus 2021.
Juliari menuturkan, keluarganya menderita karena dipermalukan dan dihujat untuk sesuatu
yang mereka tidak pahami. "Badai kebencian dan hujatan akan berakhir tergantung dengan
putusan dari majelis hakim," kata politikus PDIP itu. Dia mengaku menyesal telah
menyusahkan banyak pihak karena perkara ini. "Oleh karena itu permohonan saya,
permohonan istri saya, permohonan kedua anak saya yang masih kecil-kecil serta permohonan
keluarga besar saya, pada majelis hakim yang mulia," kata dia.
Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Kurnia Ramadhan, mendesak agar Juliari dipidana
seumur hidup. Ada empat argumentasi yang disampaikan Kurnia. Pertama, Juliari melakukan
kejahatan saat menduduki posisi sebagai pejabat publik. Kedua, praktik suap bansos Covid-19
dilakukan di tengah pandemi. "Hal ini menunjukkan betapa korupsi yang dilakukan Juliari
sangat berdampak, baik dari segi ekonomi maupun kesehatan, bagi masyarakat," kata Kurnia
dalam keterangannya, Senin, 23 Agustus 2021.
Ketiga, saat pembacaan pleidoi, Juliari tak mengakui perbuatannya. Padahal, kata Kurnia, dua
tersangka lainnya, Ardian dan Harry, telah terbukti secara sah dan meyakinkan menyuap Juliari.
Keempat, hukuman berat bagi Juliari akan memberikan pesan kuat bagi pejabat publik lain
supaya tak melakukan praktik korupsi di tengah pandemi Covid-19.
Dalam perkara tersebut, Juliari terbukti menerima uang suap terkait pengadaan bansos Covid-
19 sekitar Rp 32,482 miliar. Juliari dijatuhi hukuman oleh Hakim Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Jakarta pidana penjara 12 tahun plus denda Rp 500 juta pada 23 Agustus 2021. Hakim
juga mewajibkan Juliari membayar uang pengganti sejumlah Rp 14,5 miliar. Selain itu, hakim
mencabut hak politik Juliari untuk dipilih dalam jabatan publik selama empat tahun setelah
selesai menjalani pidana pokok.
Saat membacakan putusan, hakim menyebut hukuman yang diterima Juliari diringankan.
Alasannya, terdakwa mendapat cercaan, hinaan dan vonis masyarakat. Padahal, menurut hakim
anggota majelis hakim Yusuf Pranowo, saat itu Juliari masih menjalani proses hukum yang
belum tentu bersalah dan belum ada hukuman tetap.
Peneliti ICW Kurnia Ramadhana menilai alasan meringankan hukuman Juliari dalam putusan
oleh majelis hakim terlalu mengada-ada. Menurutnya, hujatan yang diberikan masyarakat
adalah wajar. Ekspresi semacam itu merupakan hal yang wajar mengingat dampak yang terjadi
akibat praktik korupsi eks Kemensos itu. Kurnia mengatakan, praktik suap menyuap itu
dilakukan secara sadar Juliari tersebut di tengah kondisi kesehatan dan ekonomi masyarakat
yang ambruk akibat pandemi Covid-19.
"Cercaan, makian, dan hinaan kepada Juliari tidak sebanding dengan penderitaan yang
dirasakan masyarakat karena kesulitan mendapatkan bansos akibat ulah mantan Menteri Sosial
dan kroni-kroninya," ujar Kurnia.
KPK telah menyetorkan uang pengganti dari terpidana kasus korupsi bansos Covid-19, Juliari
Batubara, sejumlah Rp 14,5 miliar ke kas negara.Mantan Menteri Sosial tersebut disebut telah
lunas membayar uang pengganti seperti putusan pengadilan. Pelaksana Tugas (Plt.) Juru Bicara
KPK Ali Fikri di Jakarta, Senin, 1 Agustus 2022 mengatakan Juliari melunasi uang pengganti
sebesar Rp 14,5 miliar secara bertahap dengan tiga kali pembayaran. (*)
SUMBER: TEMPO
PERTANYAAN:
1. Bagaimana perasaan Anda sebagai rakyat melihat kasus tersebut? Silahkan bandingkan
banyaknya masyarakat yang kesusahan pada saat Covid-19 dengan para pejabat yang justru
mengkorupsi dana bantuan bagi korban covid...?
2. Apakah hukuman yang diberikan kepada para tersangka, khususnya Menteri Sosial, sudah
setimpal atau kurang maksimal?
3. Apa saran Anda buat penyelenggara negara mulai dari tingkat daerah kabupaten/kota,
provinsi hingga pusat?
4. Apa saran Anda buat para penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksanaan hingga KPK?
5. Pelajaran apa yang bisa diambil oleh Anda sebagai mahasiswa dari kasus korupsi bansos
tersebut yang bisa diterapkan pada kehidupan di kampus, keluarga dan masyarakat?

Anda mungkin juga menyukai