Anda di halaman 1dari 14

Nama : Audriel Vanessa

Student ID : 12017002596

Tugas Pengauditan I
“20 Kasus Pelanggaran Audit di Indonesia dan Luar Negeri”

1. Kasus PT Muzatek Jaya 2004


Menkeu Sri Mulyani telah membekukan ijin AP (Akuntan Publik) Drs Petrus M. Winata dari KAP Drs.
Mitra Winata dan Rekan selama 2 tahun yang terhitung sejak 15 Marit 2007, Kepala Biro Hubungan
Masyaraket Dep. Keuangan, Samsuar Said saat siaran pers pada Selasa (27/3), menerangkan sanksi
pembekuan dilakukan karena AP tersebut melakukan suatu pelanggaran atas SPAP (Standar Profesional
Akuntan Publik).
Pelanggaran tersebut berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan audit terhadap Laporan Keuangan PT.
Muzatek Jaya pada tahun buku 31 December 2004 yang dijalankan oleh Petrus. Dan selain itu Petrus juga
melakukan pelanggaran terhadap pembatasan dalam penugasan audit yaitu Petrus malaksanakan audit
umum terhadap Lap. keuangan PT. Muzatek Jaya dan PT. Luhur Arta Kencana serta kepada Apartement
Nuansa Hijau mulai tahun buku 2001. hingga tahun 2004.

2. Kasus PT KAI 2006


Komisaris PTKAI (Kereta Api Indonesia) mengungkapkan bahwa ada manipulasi laporan keuangan
dalam PT KAI yang seharusnya perusahaan mengalami kerugian tetapi dilaporkan mendapatkan
keuntungan.
“Saya mengetahui ada sejumlah pos-pos yang seharusnya dilaporkan sebagai beban bagi perusahaan tapi
malah dinyatakan sebagai aset perusahaan, Jadi disini ada trik-trik akuntansi,” kata Hekinus Manao, salah
satu Komisaris PT. KAI di Jakarta, Rabu.
Dia menyatakan, hingga saat ini dirinya tidak mau untuk menandatangani laporan keuangan tersebut
karena adanya ketidak-benaran dalam laporan keuangan itu
“Saya tahu bahwa laporan yang sudah diperiksa akuntan publik, tidak wajar karena sedikit banyak saya
mengerti ilmu akuntansi yang semestinya rugi tapi dibuat laba,” lanjutnya.
Karena tidak ada tanda-tangan dari satu komisaris PT KAI, maka RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
PT Kereta Api harus dipending yang seharusnya dilakukan pada awal Juli 2006.

3. Kasus Kredit Macet BRI Cabang Jambi 2010


Kredit Macet Hingga Rp. 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat.
Seorang akuntan publik yang menyusun laporan keuangan Raden Motor yang bertujuan mendapatkan
hutang atau pinjaman modal senilai Rp. 52 miliar dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Jambi pada
tahun 2009 diduga terlibat dalam kasus korupsi kredit macet. Terungkapnya hal ini setelah Kejati Provinsi
Jambi mengungkap kasus tersebut pada kredit macet yang digunakan untuk pengembangan bisnis dibidang
otomotif tersebut. Fitri Susanti, yang merupakan kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI
Cabang Jambi yang terlibat kasus tersebut, Selasa [18/5/2010] menyatakan, setelah klien-nya diperiksa
dan dicocokkan keterangannya dengan para saksi-saksi, terungkap adaa dugaan keterlibatan dari Biasa
Sitepu yang adalah sebagai akuntan publik pada kasus ini.
Hasil pemeriksaan yang kemudian dikonfrontir keterangan tersangka dengan para saksi Biasa Sitepu,
terungkap ada terjadi kesalahan dalam pelaporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam pengajuan
pinjaman modal ke BRI Cabang Jambi.
Ada 4 aktivitas data pada laporan keuangan tersebut yang tidak disajikan dalam laporan oleh akuntan
publik sehingga terjadi kesalahan dalam proses kreditnya dan ditemukan dugaan korupsi-nya.
“Ada 4 aktivitas laporan keuangan Raden Motor yang tidak dimasukan kedalam laporan keuangan yang
diajukan ke Bank BRI, hingga menjadi sebuah temuan serta kejanggalan dari pihak kejaksaan untuk
mengungkap kasus kredit macet ini.” tegas Fitr. Keterangan serta fakta tsb. terungkap setelah tersangka
Effendi Syam, diperiksa dan dibandingkan keterangannya dengan keterangan saksi Biasa Sitepu yang
berperan sebagai akuntan publik dalam kasus ini di Kejati Jambi. Seharusmya data-data laporan keuangan
Raden Motor yang diajukan harus lengkap, tetapi didalam laporan keuangan yang diberikan oleh tersangka
Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data-data yang diduga tidak disajikan dengan
seharusnya dan tidak lengkap oleh akuntan publik.
Tersangka Effendi Syam berharap penyidik di Kejati Jambi bisa melaksanakan pemeriksaan dan
mengungkap kasus secara adil dan menetapkan pihak pihak yang juga terlibat dalam kasus tersebut,
sehingga semuanya terungkap. Sementara itu, penyidik Kejaksaan masih belum mau berkomentar lebih
banyak atas temuan tersebut.
Kasus kredit macet itu terungkap, setelah pihak kejaksaan menerima laporan tentang adanya penyalah-
gunaan kredit yang diajukan oleh tersangka Zein Muhamad sebagai pemilik Raden Motor. Sementara ini
pihak Kejati Jambi masih menetapkan 2 tersangka, yaitu Zein Muhamad sebagai pemilik Raden Motor
yang mengajukan kredit dan Effedi Syam dari pihak BRI cabang jambi sebagai pejabat yang menilai
pengajuan sebuah kredit.

4. Mulyana W Kusuma – Anggota KPU 2004


Kasus anggota KPU ini terjadi pada tahun 2004, Mulyana W Kusuma yan menjadi seorang anggota KPU
(Komisi Pemilihan Umum) diduga telah menyuap anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang ketika
itu melaksanakan audit keuangan terhadap pengadaan logistik pemilu. Logistik pemili tersebut berupa
kotak suara, amplop suara, surat suara, tinta, serta tekhnologi informasi. Setelah pemeriksaan
dilaksanakan, BPK meminta untuk dilakukan suatu penyempurnaan laporan. Setelah penyempurnaan
laporan dilakukan, BPK menyatakan bahwa laporan yang dihasilkan lebih baik dari laporan sebelumnya,
kecuali mengenai laporan teknologi informasi. Maka disepakati laporan akan dilakukan periksaan kembali
satu bulan setelahnya.
Setelah satu bulan terlewati ternyata laporannya tak kunjung selesai dan akhirnya diberikan tambahan
waktu. Di saat penambahan waktu ini terdengar kabar mengenai penangkapan Mulyana W Kusuma. Dia
ditangkap karena tuduhan akan melakukan tindakan penyuapan kepada salah satu anggota tim auditor dari
BPK, yaitu Salman Khairiansyah. Tim KPK bekerja sama dengan pihak auditor BPK dalam penangkapan
tersebut. Menurut Khoiriansyah, dia bersama Komisi Pemberantas Korupsi mencoba merangkap usaha
penyuapan yang dilakukan oleh Mulyana menggunakan perekam gambar pada 2 kali pertemuan.
Penangkapan Mulyana ini akhirnya menimbulkan pro-kontra. Ada pihak yang memberikan pendapat
Salman turut berjasa dalam mengungkap kasus ini, tetapi lain pihak memberikan pendapat Salman tak
sewajarnya melakukan tindakan tersebut karena hal yang dilakukan itu melanggar kode etik.

5. Kasus Malinda Dee – Citibank


Malinda Memalsukan Tandatangan Nasabah
Malinda Dee, 47 tahun, Terdakwa atas kasus pembobolan dana Citybank, terbukti diketahui memindahkan
beberapa dana nasabah dengan memalsukan tandatangan nasabah didalam formulir transfer. Kejadian ini
terungkap didalam dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam sidang perdana di PN Jakarta Selatan,
Selasa [8/11/2011]. “Sebagian tandatangan yang tertera pada blangko formulir transfer adalah tanda-
tangan nasabah.” ujar Tatang Sutarma, Jaksa Penuntut Umum.
Malinda berhasil memalsukan tandatangan Rohli bin Pateni. Pemalsuan dilakukan hingga 6 kali pada
formulir transfer Citibank nomor AM 93712 yang bernilai 150.000 dollar AS pada tanggal 31 Agustus
2010. Pemalsuan tanda tangan dilakukan juga di formulir nomor AN 106244 yang dikirim ke PT.
Eksklusif Jaya Perkasa sebesar Rp. 99 juta. Dalam transaksi transfer ini, Malinda dee menulis
“Pembayaran Bapak Rohli untuk pembayaran interior”, pada kolom pesan.
Pemalsuan tanda tangan yang lain pada formulir nomor AN 86515 tanggal 23 Desember 2010 dengan
penerima PT. Abadi Agung Utama. “Penerima Bank Artha Graha senilai Rp. 50 juta dan pada kolom pesan
tertulis DP pembelian unit 3 lantei 33 combin unit.” baca jaksa penuntut umum. Juga dengan menggunakan
nama serta tanda-tangan palsu Rohli, Malinda Dee mengirim uang sebesar Rp. 250 juta pada formulir AN
86514 kepada PT. Samudera Asia Nasional tanggal 27 December 2010 dan AN 61489 sebesar nilai yang
sama pada tanggal 26 January 2011. Pun pemalsuan dalam formulir AN 134280 pengiriman kepada Rocky
Deany C. Umbas senilai Rp. 50 juta tanggal 28 January 2011 pembayaran pemasangan CCTV, milik Rohli.
Adapun tanda-tangan palsu beratas nama korban N. Susetyo Sutadji dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu
dalam formulir Citibank No AJ 79026, AM 122339, AM 122330, AM 122340, dan juga AN 110601.
Malinda mengirim uang senilai Rp. 2 miliar kepada PT. Sarwahita Global Management, Rp. 361 juta
kepada PT. Yafriro International, Rp. 700 juta kepada Leonard Tambunan. Dan 2 transaksi yang lain
sebesar Rp. 500 juta dan Rp 150 juta dikirimkan kepada Vigor AW. Yoshuara secara berurutan.
“Hal ini telah sesuai dengan keterangan saksi Rohli dan N. Susetyo Sutadji dan saksi Surjati T. Budiman
serta telah sesuai BAP (Berita Acara Pemeriksaan) Labaratoris Kriminalistis Bareskrim Polri.” jelasnya.
Pengiriman uang serta pemalsuan tanda-tangan ini tidak di sadari oleh ke-2 nasabah tersebut.

6. Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya


Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut sembilan
Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997.
Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan
temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah
ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank-bank
yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah
sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S
& S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi.
Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles
laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW
dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan
mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam penulisan
laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran
yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga
Keuangan tidak melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan
laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena
kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar
audit sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan
bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan
ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,”
tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada
Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan
etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

7. Laporan Keuangan Ganda Bank Lippo Tahun 2002


Kasus ini merupakan kasus dimana Bank Lippo melakukan pelaporan laporan keuangan ganda pada tahun
2002. Kasus Lippo bermula dari adanya tiga versi laporan keuangan yang ditemukan oleh Bapepam untuk
periode 30 September 2002, yang masing-masing berbeda. Berikut laporan keuangan tersebut :

Laporan pertama, yang diberikan kepada publik atau diiklankan melalui media massa pada 28 November
2002.
Laporan kedua, yang diberikan kepada BEJ pada 27 Desember 2002.
Laporan ketiga, yang disampaikan akuntan publik, dalam hal ini kantor akuntan publik Prasetio, Sarwoko
dan Sandjaja dengan auditor Ruchjat Kosasih dan disampaikan kepada manajemen Bank Lippo pada 6
Januari 2003.
Dari ketiga versi laporan keuangan tersebut yang benar-benar telah diaudit dan mencantumkan ”opini
wajar tanpa pengecualian” adalah laporan yang disampaikan pada 6 Januari 2003. Dimana dalam laporan
itu disampaikan adanya penurunan AYDA (agunan yang diambil alih) sebesar Rp 1,42 triliun, total aktiva
Rp 22,8 triliun, rugi bersih sebesar Rp 1,273 triliun dan CAR sebesar 4,23 %. Untuk laporan keuangan
yang diiklankan pada 28 November 2002 ternyata terdapat kelalaian manajemen dengan mencantumkan
kata audit. Padahal laporan tersebut belum diaudit, dimana angka yang tercatat pada saat diiklankan adalah
AYDA sebesar Rp 2,933 triliun, aktiva sebesar Rp 24,185 triliun, laba bersih tercatat Rp 98,77 miliar, dan
CAR 24,77 %.

8. Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi: KPK Periksa Wawan atas Kasus Korupsi Alat
Kesehatan
TEMPO.CO, Jakarta – Chaeri Wardana alias Wawan, adik Gubernur Banten nonaktif Atut Chosiyah,
untuk pertama kalinya diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, Jumat, 4 Juli 2014,
sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan alat kesehatan Tangerang Selatan.
Menurut juru bicara KPK, Johan Budi Sapto Prabowo, sebelumnya periksaan Wawan tidak masuk dalam
agenda pemeriksaan hari Jumat. “Ada tambahan pemeriksaan atas nama TCW, diperiksa sebagai tersangka
kasus pengadaan alat kesehatan Tangerang Selatan,” kata Johan.
Wawan masuk ke gedung KPK sekitar pukul 14.00 dan keluar pukul 18.30 WIB. Suami Wali Kota
Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany ini saat ditanya wartawan setelah diperiksa tak mengucap sepatah
kata pun.
Penasihat hukum Wawan, Maqdir Ismail, menuturkan kliennya diperiksa atas kasus proyek pengadaan
barang senilai sekitar Rp 20 miliar itu. “Dia juga diminta konfirmasinya terkait dengan dokumen proyek
itu,” ujarnya.
Menurut dia, Wawan hanya tahu proses sesudah lelang. “Proses pengadaan barangnya, ia tidak tahu,” kata
Maqdir. Dia menuturkan yang paling tahu soal pengadaan barangnya adalah Kepala Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan Dadang M. Epid. Pada pertengahan Juni lalu, Dadang telah ditetapkan sebagai
tersangka oleh Kejaksaan Agung. (Baca juga: Atut dan Wawan Jadi Tersangka Korupsi Alkes Banten).
Wawan sudah divonis 5 tahun penjara atas kasus suap penanganan sengketa pemilu kepala daerah Lebak
dan Banten di Mahkamah Konstitusi. Dia juga diduga terlibat kasus korupsi pengadaan alat kesehatan
Tangerang Selatan dan Banten. Juga kasus pencucian uang. Tiga kasus ini masih dalam proses penyidikan.

9. Kasus Bapepam-LK menjatuhkan sanksi pada perusahaan sekuritas dan lembaga profesi
penunjang (2007)
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah menjatuhkan sanksi sebesar
Rp5,964 miliar kepada perusahaan sekuritas dan lembaga profesi penunjang. Denda terbesar dikenakan
pada kasus PT Agis Tbk yang menyeret sekitar 15 perusahaan sekuritas dengan total denda Rp5,3 triliun.
Buntut kasus Agis juga berujung pada pencabutan izin usaha Republic Securities dan izin perorangan atas
nama Benny Ekayana Sutanto. Kepala Biro Lembaga Transaksi dan Lembaga Efek Bapepam-LK Arif
Baharudin mengatakan, dalam transaksi perdagangan saham, kasus Agis memang paling menonjol pada
tahun ini. Sementara untuk perusahaan sekuritas yang dikenakan sanksi disebabkan kurang
memperhatikan aturan yang ada. “Agis memang paling menonjol dan semoga tidak ada kasus yang lebih
besar lagi,” kata dia, seperti dikutip di Jakarta, Jumat (23/11/2007).Arif mengingatkan, agar anggota bursa
selalu dapat mengikuti peraturan yang ada, menyusul dipublikasikannya berbagai peraturan baru yang
telah diterbitkan Bapepam-LK. Otoritas pasar modal itu juga telah menyosialisasikan peraturan-peraturan
yang dinilai berkaitan langsung anggota bursa. Selain itu, Bapepam-LK telah menjatuhkan denda kepada
lembaga profesi penunjang yang terdiri atas 13 penilai dan tiga perusahaan penilai karena melanggar
peraturan VIII.C.1 yaitu Pendaftaran Penilai yang Melakukan Kegiatan Pasar Modal. Adapun 14 akuntan
publik melanggar peraturan VIII.A.1, yaitu Pendaftaran Akuntan yang Melakukan Kegiatan di Pasar
Modal. Otoritas pasar modal juga membekukan izin usaha enam akuntan publik dan memberikan
peringatan tertulis kepada 13 akuntan publik. Kepala Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan Bapepam-
LK Anis Baridwan mengatakan, peringatan tertulis kepada akuntan publik diberikan karena tidak
mengikuti pendidikan profesi lanjutan (PPL) selama dua tahun berturut- turut. Otoritas pasar modal itu
kini mendorong agar para akuntan publik terus mengikuti PPL. “Kita sudah mewanti-wanti kepada
akuntan publik untuk ikut PPL. Jadi, tahun ini diharapkan tidak ada yang diberikan sanksi lagi,” ujarnya.
Subbagian Penetapan Sanksi dan Transaksi dan Lembaga Efek Biro Perundang-undangan dan Bantuan
Hukum Bapepam- LK mencatat sebanyak 67 perusahaan sekuritas dijatuhi sanksi dengan total Rp5,817
miliar. Angka itu terdiri atas 52 perusahaan sekuritas yang terlambat menyerahkan laporan kegiatan
penjamin emisi efek sebesar Rp517,6 juta dan Rp5,3 miliar berasal dari pelanggaran dalam kasus Agis.

10. Incar sekda Inhu, jaksa desak BPK audit kerugian Negara
Merdeka.com – Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Rengat, Provinsi Riau, Teuku Rahman meminta agar
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Riau memberikan hasil audit yang diminta penyidik Kejari
Rengat atas kerugian negara dalam kasus dugaan korupsi dana APBD Inhu tahun 2011 dan 2012 sebesar
Rp 2,8 Miliar.
Pasalnya, sudah berbulan-bulan permintaan audit yang diajukan Kejari Rengat tidak dilayani dengan baik
oleh BPK RI Perwakilan Riau tanpa alasan yang jelas. Desakan ini disampaikan Teuku Rahman mengingat
masa jabatan Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintahan Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Erisman yang
diincar Jaksa bakal berakhir akhir bulan Desember tahun 2014 ini.
“Sekda Inhu selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dalam kasus dugaan korupsi APBD Inhu Rp 2,8
miliar. Kami mendesak BPK agar segera menyampaikan hasil audit kerugian negara dalam kasus dugaan
korupsi tersebut sebelum masa jabatannya berakhir karena pensiun,” ujar Kajari Rengat Teuku Rahman,
Jum’at (12/12).

11. Kasus ZZZZ Best Company


ZZZZ Best Company (dibaca “zee best” company) berlokasi di San Fernando Valley, di California
Selatan. Mulai beroperasi di musim gugur 1982 sebagai pembersih karpet kecil-kecilan yang beroperasi
dari rumah ke rumah. Pendirinya, Barry Minkow, anak 16 tahun yang ekstrovert. Ia memulai usahanya di
garasi orang tuanya. Di bawah Barry Minkow, ZZZZ Best Company berkembang sangat pesat, baik dalam
pendapatan maupun laba. Dalam kurun waktu tiga tahun dari 1984-1987, laba perusahaan melonjak dari
$200.000 menjadi lebih dari $5 juta (untuk pendapatan sebesar $50 juta). Berbeda dari kebanyakan
manipulasi keuangan, skandal ZZZZ Best Company dilakukan di bawah pengawasan ketat berbagai pihak,
seperti badan pengawas pasar modal (Securities and Exchange Commission), sebuah firma hukum besar
di pantai Barat Amerika yang bertindak sebagaigeneral counsel ZZZZ Best Company, firma jual-beli
sekuritas ternama diWall Street, dan sebuah kantor akuntan publik internasional yang besar. Mereka
semua gagal mengendus permainan berani anak muda Barry Minkow. Berkat kekukuhan seorang ibu
rumah tangga yang ditipu ratusan dollar oleh ZZZZ Best Company, kecurangan Barry Minkow terungkap.
Barry Minkow menjalani 25 tahun hukuman penjaranya. Ia diadili dan didakwa dengan 57 dakwaan
melakukan kecurangan sekuritas (securities fraud). Barry Minkow diekspos sebagai pembual yang menipu
teman sendiri dan pasar modal/Wall Street sebanyak jutaan dollar. Jaksa Federal memperkirakan, kerugian
investor dan kreditur sekurang0kurangnya $100 juta akibat ulah Barry Minkow. ZZZZ Best Company
tidak lain adalah suatu Ponzi scheme. Laba bersih yang dilaporkan ZZZZ Best Company tidak pernah ada,
dan kontrak-kontrak restorasi yang maha besar hanyalah tipuan. Seorang jurnalis melaporkan : Barry
Minkow tidak membangun perusahaan, ia menciptakan hologram (baying-bayang) dari suatu korporasi.
Dalam bulan Juli 1987, hanya tiga bulan sesudah ZZZZ Best Company mencapai kapitalisasi pasar sebesar
$220 juta, lelang asetnya hanya menghasilkan $62 ribu.

Analisis: Kasus zzzz Best Company sudah banyak melakukan kecurangan diantaranya manipulasi
keuangan, mulai ari praktik check kiting, pemalsuan kartu kredit, sampai dengan adanya sandiwara
pencurian untuk mendapatkan klain asuransi. Selain itu kecurangan sekuritas, penipuan sebanyak jutaan
dollar. Serta membuat perusahaan yang hanya bayang-bayang, dan menyuap Tom Padgett sebagai
penaksir besarnya kerugian untuk membayar klaim asuransi agar meyakinkan perusahaan asuransi lainya.
Berdasarkan ringkasan kasus diatas dan sederet kecurangan yang dilakukan perusahaan zzzz Best
Company Inc, ada beberapa penyebab yang mendorong terjadinya kecurangan tersebut yaitu adanya unsur
kepentingan dan unsur keterpaksaan, dimana dengan industri kecil yang banyak mengalami kesulitan,
terutama dalam pendanaan, selain pendanaan, keluhan dari pelanggan, persaingan yang sangat ketat dan
vendor yang sangat menuntut. Bank-bank juga enggan memberi pinjaman. Karena adanya masalah-
masalah ini akhirnya Barry Mnkow Pendiri perusahaan temotivasi untuk melakukan kecurangan demi
kepentingan sendiri dan keberlangsungan perusahaan sehingga bisa mencapai go public.

12. Kasus Lehman Brothers


Lehman Brothers merupakan Bank penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terbesar di USA, dimana
menjamin hampir separuh dari total KPR di USA. KPR di USA disebut dengan Mortgage.
Mortgage berasal dari bahasa Prancis yang berarti “matinya sebuah ikrar”. Dalam Mortgage, konsumen
mendapat kredit lalu memiliki rumah. Rumah tersebut masih milik pihak pemberi kredit, namun rumah
boleh ditempati oleh konsumen selama cicilan belum lunas. Karena rumah itu bukan milik konsumen,
maka jika terjadi kredit macet rumah otomatis tidak dapat ditempati lagi. Konsumen yang tidak dapat
membayar cicilan, maka ikrarnya dianggap mati (perjanjian dibatalkan). Sehingga konsumen harus
meninggalkan rumah tsb. Pada awalnya mortgage ini berjalan lancar di USA, karena nasabah yang dituju
adalah nasabah-nasabah yang prima (prime mortgage) dan harga properti mengalami kenaikan terus-
menerus. Masalah muncul ketika demand terhadap mortgage ini rendah (tidak laku), sehingga harga pasar
properti cenderung mengalami stagnansi bahkan melemah. Sehingga menjadi masalah besar. Lehman
Brothers sebagai pihak penyalur KPR untuk mengatasi masalah ini, justru memberikan kredit kepada
nasabah yang kurang layak (sub-prime), dengan harapan mortgage laku di jual dan harga properti akan
mengalami kenaikan kembali. Nasabah yang sebelumnya mengalami kredit macet dapat memiliki
kembali mortgage baru. Banyak pula mortgage yang diberikan dengan persyaratan rendah, hanya dengan
5% uang muka, bahkan tanpa uang muka. Adapula mortgage yang hanya mensyaratkan pembayaran
bunga tanpa mewajibkan nasabah pembayaran pokok cicilan. Nasabah yang tidak potensial ini
disebut Sub-Prime. Di USA, negara yang memiliki industri keuangan maju, pada umumnya kredit-
kredit mortgage tersebut yang diberikan perbankan, kemudian oleh bank dikumpulkan dan jika jumlahnya
mencukupi dapat dilakukan sekuritasasi. Sekuritas tersebut dapat diterbitkan di pasar modal. Proses ini
disebut dengan proses mentransformasi mortgage menjadi surat berharga. Dengan kata lain surat berharga
tersebut dijamin oleh mortgage, atau dikenal dengan istilah Mortgage Back Securities (MBS). Singkat
cerita, penjualan mortgage menjadi sangat laku, dan nilai MBS pun terus meningkat di pasar sekuritas.
Namun, karena nasabah yang memiliki mortgage mayoritas bermasalah (sub-prime), tidak mampu
melunasi cicilan, sehingga pihak Lehman Brothers pun kesulitan untuk melunasi kewajiban sekuritas yang
telah di terbitkan di pasar modal. Sehingga, Lehman Brothers melakukan rekayasa keuangan untuk
membayar kewajiban dan memanipulasi pihak pemegang saham di pasar sekuritas. Lehman
Brothers diduga menjadikan pinjaman (loans) sebagai penjualan (sales). Skandal Lehman Brothers ini
mencuatkan praktik “manipulasi standar akuntansi (window dressing). Window dressing sejatinya adalah
tindakan pidana, namun sulit untuk dibuktikan di pengadilan karena menyangkut interpretasi
dan judgement yang berlaku secara akuntansi. Window dressing adalah upaya mempercantik kondisi
keuangan secara artificialagar kondisi perusahaan terlihat lebih kuat. Window dressing yang dilakukan
adalah transaksi “repo”. Lehman Brothers melakukan transaksi Repo untuk mencari dana, agar dapat
menutupi kewajiban kepada para pemegang saham di pasar sekuritas mortgage. Repo adalah pinjaman
yang dijamin dengan agunan, biasanya berupa surat-surat berharga (securities). Dalam istiah ekonomi,
transaksi Repo disebut “collateralized borrowing”. Lazimnya di Indonesia dikenal dengan istilah gadai.
Dalam hal ini, Lehman Brothers melakukan gadai surat-surat berharga atau gadai saham, yaitu
sekuritas mortgage.
Di USA, pada umumnya transaksi Repo dibedakan menjadi 2 jenis:
a. Classic Repo
b. Sell and Buy Back

Transaksi Repo ini merupakan “Accounting Gimmick” yang digunakan oleh Lehman Brothers untuk
mengurangi jumlah kewajibannya di Balance Sheet. Classic Repo adalah pinjaman berupa
dana (cash) yang dijamin dengan agunan. Pihak yang meminjam dana (buyer or borrower) akan mencatat
pinjaman di sisi Hutang (liabilities) sebagai lawan dari penerimaan Kas. Sehingga perusahaan memiliki
kewajiban untuk melunasinya.mSell and Buy Back Repo adalah pinjaman yang diperoleh dengan
mengikutsertakan agunan (surat berharga). Sehingga, seolah-olah surat berharga ikut berpindah tangan.
Dengan demikian, penerimaan Kas dari pinjaman akan diikuti dengan penyerahan aset. Namun, transaksi
ini mengharuskan aset tersebut dibeli kembali oleh peminjam dana. Jadi, transaksi Sell and Buy Back
Repo ini seperti menjual sementara surat berharga untuk kemudian dibeli kembali. Pada saat itu, Lehman
Brothers menggunakan transaki repo metode Sell and Buy Back. Namun, kewajiban Lehman
Brothers untuk membeli kembali surat berharga tersebut tidak diungkapkan sebagaimana mestinya yang
tercantum pada SFAS (Statement of Financial Accounting Standards) 140 yang berlaku di USA sejak
tahun 2001. Pada saat itu, Lehman Brothers berdalih bahwa transaksi repo yang terjadi dilakukan dengan
pihak terkait di Inggris, yang konon memiliki sistem hukum dan standar akuntansi yang berbeda dengan
USA. Menurut argumen pihak Lehman Brothers, transaksi repo semacam ini di Inggris merupakan
penjualan outright atau dengan kata lain (true sales). Sehingga pihak Lehman Brothers memanfaatkan
situasi perbedaan hukum dan standar akuntansi di Inggris dan USA. Peristiwa perbedaan ini
disebut Regulatory Arbitrage. Dengan dalih seperti itu, maka transaksi repo yang dilakukan dapat
memperbaiki kondisi laporan posisi keuangan Lehman Brothers menjadi lebih sehat.
Transaksi repo dianggap sebagai true sales sehingga penerimaan kas, tanpa menimbulkan hutang baru.
Sehingga ratio hutang terhadap modal (leverage ratio)menjadi lebih baik. Oleh karena itu, Lehman
Brothers menjadi lebih likuid. Padahal saat itu, likuiditas bank-bank di USA tengah menjadi sorotan.
Namun akhirnya semua rekayasa keuangan yang dilakukan Lehman Brothers terungkap dan tidak
bertahan. Ernst&Young sebagai KAP Lehman Brothers pun dianggap tidak memenuhi standar sebagai
auditor dan melakukan mal praktek. 15 September 2008, Lehman Brothers dinyatakan bangkrut dengan
total nilai aset sebesar $639 Milyar dan hutang sebesar $619 Milyar. Kebangkrutan ini adalah
kebangkrutan terbesar yang pernah terjadi di dunia, mengalahkan kebangkrutan WorldCom dan Enron.
Kebangkrutan Lehman Brothers yang merupakan multi national company dan memiliki sekitar 25.000
pekerja di seluruh dunia memicu krisis global 2008. Fraud yang dilakukan Lehman Brothers membuat
para investor mengalami krisis kepercayaan terhadap pasar modal USA, sehingga mereka menarik modal
dari entitas-entitas di USA. Di bulan Oktober tercatat rekor penurunan index Dow Jones terbesar dalam
waktu sebulan di dunia. USA sebagai negara Super-Power yang memiliki pengaruh besar di seluruh
dunia, akhirnya menyebarkan virus krisis keuangan ke seluruh dunia, terutama negara-negara maju. Krisis
kepercayaan para investor membuat entitas-entitas di USA mengalami kesulitan modal, sehingga
produktivitasnya menurun. Hingga akhirnya, laju pertumbuhan ekonomi dunia tidak bergerak dan
sebagian belahan dunia mengalami resesi. Krisis Keuangan Global di sejumlah negara maju, menjadi
berkah bagi negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Aliran dana luar negeri masuk begitu deras
ke Indonesia di tahun 2008 - 2010, hingga rupiah sempat menguat sekitar Rp. 9.500. Para investor asal
USA memindahkan investasi mereka ke negara-negara berkembang yang potensial.

Analisis: Dalam laporan tersebut tidak disebutkan secara langsung adanya “kecurangan”,namun lebih
terhadap penggunaan istilah “kelalaian kotor” yang belum tentu merupakan kejahatan. Namun memang
bila dianalisis, Lehman telah secara sengaja memanipulasiakuntansi mereka dengan tujuan untuk menipu
investor, lembaga pemeringkat, dan juga pihak regulator . Hal ini berimbas terhadap adanya
kebangkrutan terbesar dalam sejarahAmerika Serikat.Jaksa Agung New York, Andrew Cuomo telah
melayangkan tuduhan terhadap salah satu firma audit “Big Four” yaitu Ernst & Young (EY). Tuduhan
tersebut terkait denganadanya penipuan sipil atas “perannya” dalam bangkrutnya EY. Dalam siaran pers
dari kantor Kejaksaaan Agung, dinyatakan bahwa E&Y telah “membantu” Lehman Brothers dalam
kecurangan akuntansi yang melibatkan penghapusan sekian puluh miliar fixedincome securities dari
neraca perusahaan tersebut sebagai upaya menipu public terkaitdengan kondisi likuiditas Lehman
yang sesungguhnya.Firma audit E&Y dalam hal ini telah mengaudit Lehman Brothers dari tahun
2001hingga tahun kebangkrutan perusahaan tersebut (2008). Selama masa tersebut, E&Ydilaporkan
memperoleh lebih dari $150 juta pendapatan audit dari Lehman Brothers.Adapun tuduhan tersebut berarti,
pihak Jaksa Agung menyatakan perlunya E&Y untukbertanggung jawab karena telah menutupi kondisi
keuangan perusahaan Lehmantersebut.Firma audit E&Y dalam pembelaannya menyatakan bahwa,
transaksi yang dimaksudtelah dicatat dan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP),
dan olehkarena itu opini audit yang bersih dapat dibenarkan. Pengacara E&Y kemungkinan
akanberpendapat bahwa ketika transaksi Repo 105 terjadi, firma tersebut tidak diwajibkanberdasarkan
peraturan akuntansi untuk mengungkapkannya. Auditor berpendapatbahwa mereka tidak melakukan
kesalahan, dan jatuhnya Lehman bukanlah kesalahan mereka. Mereka mengatakan bahwa laporan
keuangan menunjukkan bahwa LehmanBrothers memiliki tingkat leverage yang tinggi dan beroperasi
dalam industri yang sangattidak stabil dan berisiko.Fakta terkait transaksi Repo 105 tidaklah sesederhana
pernyataan tersebut. Hal inidibuktikan dimana Lehman dalam kaitan terhadap transaksi Repo 105
tersebut,perusahaan menggunakan firma hukum melalui afiliasi Inggris karena tidak ada firmahukum di
Amerika Serikat yang akan memberikan pendapat hukum mengenai perlakuanakuntansi yang Lehman
gunakan. Sebuah firma hukum Inggris menyetujui perlakuanakuntansi Lehman berdasarkan hukum
Inggris.Melalui analisis lanjutan, berdasarkan hasil pemeriksaan (report ) tersebut didapatibahwa, E&Y
tidak melakukan audit terhadap transaksi Repo 105. Temuan lebih buruk punterungkap dimana E&Y
menyatakan kepada pemeriksa bahwa mereka bahkan tidakmelihat apakah volume dan nilai transaksi
Repo 105 tersebut bersifat material bagi neracadan rasio leverage bersih dari Lehman. Auditor E&Y
dalam hal ini mengklaim bahwamereka hanya menyetujui perlakuan akuntansi yang diterapkan pada
transaksi tersebut,namun tidak melakukan pemeriksaan terhadap transaksi itu sendiri (dampaknya
terhadaplaporan keuangan, dan alasan mengapa Lehman menggunakan transaksi tersebut). Melalui
analisis ini jelas ditunjukkan adanya “Gimmick Akuntansi”, dimana berdasarkan laporan pemeriksaan,
argument terkuat mengapa Lehman Brothersmenggunakan transaksi Repo 105 adalah karena adanya
tujuan dan niat untukmemanipulasi neraca. Secara internal, karyawan Lehman menyatakan bahwa
transaksitersebut sebagai cara untuk mengelola neraca. E&Y juga dinyatakan belum melakukantindakan
audit yang cukup karena hanya menelusuri perlakuan akuntansi secara teoritisdan legal namun tidak
memeriksa transaksi Repo 105 serta bagaimana tingkatanmaterialitasnya bagi laporan keuangan Lehman
Brothers. Dalam hal ini tentu auditorharuslah memiliki bukti audit yang cukup dan kompeten dalam
rangka mendukungpendapat audit mereka, tetapi hal tersebut tidaklah dilakukan E&Y saat melakukan
auditterhadap Lehman Brothers.

13. Kasus Olympus


Tokyo - Olympus, produsen kamera asal Jepang mengaku telah menyembunyikan kerugian investasi di
perusahaan sekuritas selama puluhan tahun atau sejak era 1980-an. Selama ini, Olympus menutupi
kerugiannya dengan menyelewengkan dana akuisisi.
Pengumuman ini merupakan buntut dari tuntutan mantan CEO Olympus Michael Woodford yang dipecat
pada 14 Oktober silam. Woodford meminta perusahaan yang berumur 92 tahun ini menjelaskan transaksi
mencurigakan sebesar US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 11 triliun.
Presiden Direktur Olympus Shuichi Takayama menuding Tsuyoshi Kikukawa, yang mundur dari jabatan
Presiden dan Komisaris Olympus pada 26 Oktober lalu, sebagai pihak yang bertanggung jawab. Sementara
Wakil Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor internal Hideo Yamada bertanggung jawab sebagai
pihak yang menutup-nutupi. Keduanya menyatakan siap jika dituntut hukuman pidana. "Saya benar-benar
tidak mengetahui kebenaran tentang semua ini," kata Takayama, yang mengaku tidak mengetahui kasus
ini sejak jabatan Presiden Direktur diserahkan oleh Kikukawa kepadanya, dalam jumpa pers bersama
sekitar 200 wartawan, dikutip dari Reuters, Selasa (8/11/2011).
Pihak Olympus menemukan sejumlah dana mencurigakan terkait akuisisi produsen peralatan medis asal
Inggris, Gyrus, pada tahun 2008 lalu senilai US$ 2,2 miliar (Rp 18,7 triliun), yang juga melibatkan biaya
penasihat US 687 juta (Rp 5,83 triliun) dan pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal US$ 773
juta (Rp 6,57 triliun).
Dana-dana tersebut ternyata digunakan untuk menutupi kerugian investasi di masa lalu tersebut. Hal itu
terlihat sangat gamblang ketika dalam beberapa bulan kemudian, pembayaran kepada tiga perusahaan
investasi lokal itu dihapus dari buku. Kasus ini dipastikan akan menyeret Olympus, beserta para direksi
dan akuntannya kena tuntutan pidana untuk pasal manipulasi laporan keuangan dari para pemegang
sahamnya. Banyak analis yang kini mempertanyakan masa depan perusahaan yang dibentuk pada 1919
sebagai produsen mikroskop itu. "Ini sangat serius. Olympus sudah mengaku mengisi data palsu (di
laporan keuangan) untuk menutupi kerugian selama 20 tahun. Semua pihak yang terlibat selama 20 tahun
harus ikut bertanggung jawab," kata Ryosuke Okazaki, Kepala Investasi ITC Investment Partners."Ada
kemungkinan terburuk saham Olympus bisa dikeluarkan dari bursa. Masa depan perusahaan ini menjadi
sangat suram," jelas Okazaki. Pengumuman yang mengejutkan ini juga membuat saham Olympus jatuh
29% ke posisi terendahnya dalam 16 tahun terakhir. Perusahaan ini sudah kehilangan 70% nilai pasarnya,
setara Rp 5,1 triliun, sejak ditinggal Woodford, yang terus mempertanyakan investasi bodong
tersebut.Pihak Olympus mengaku masih akan menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut sebelum
menyatakan apakah ada pihak lain yang ikut terlibat. Mori sudah dipecat pada hari yang sama, sementara
auditor internal sudah meminta pengunduran diri. Kasus yang menimpa Olympus ini langsung menjadi
perhatian media lokal karena merupakan skandal penipuan perusahaan terbesar di Jepang sejak
serangkaian skandal broker di era 1990-an, salah satunya adalah broker terbesar keempat di Jepang,
Yamaichi Securities pada 1997. Olympus mengaku menyelewengkan sejumlah dana akuisisi tersebut
dengan disalurkan ke banyak perusahaan investasi supaya tidak mudah terdekteksi. Praktik yang lazim
dilakukan perusahaan-perusahaan Jepang setelah krisis ekonomi Jepang tahun 1990 lalu. Nippon Life
Insurance, salah satu pemegang saham terbesar di Olympus, mendesak produsen kamera itu lebih
transparan dalam membeberkan kasus tersebut.

Analisis: Skandal manipulasi yang dilakukan oleh manajemen Olympus, membuat Olympus hampir
dihapuskan dari Tokyo Stock Exchange, Olympus telah mendapat ancaman akan dihapuskan dari
STE, jika mereka tidak memberikan penjelasan tertulis atas kondisi perusahaan.Laporan
pertanggungjawaban Olympus yang tertuang dalam Report for 144th Term akhirnya menjelaskan
kondisi Olympus yang sebenarnya kepada pihak yang berkepentingan pada April 2012. Pada laporan
keuangan yang telah diaduit tersebut, terjadi penurunan nilai aset dari ¥966 miliar menjadi tersisa hanya
¥605 miliar, sebagai akibat kerugian investasi yang tidak dilaporkan oleh Olympus. Report for 144th
Terms seperti pengakuan dosa Olympus terhadap khalayak ramai akan penipuan besar yang telah mereka
lakukan, memecat 7 jajaran direksi, dan menata ulang manajemen perusahaan dengan memasukkan
orang-orang baru untuk mengisi BoD Olympus. Nilai perusahaan juga turun drastis yaitu hampir
75% dari nilai sebelumnya sebagai dampak penurunan kepercayaan investor terhadap manajemen
Olympus, akhirnya Olympus harus menjual sahamnya kepada Sony agar tidak gulung tikar. Sony kini
menjadi pemilik Olympus atas kepemilikan saham sebesar 51%.

14. Kasus Enron


Enron adalah perusahaan yang dibentuk oleh Kenneth Lay pada tahun 1985 yang merupakan
hasilpeleburan antara Houston Natural Gas dan InterNorth. Keruntuhan Enron akibat praktik
akuntansiyang tidak sehat menyebabkan saham Enron yang sebelumnya bernilai US$ 90 per lembar
padapertengahan tahun 2000 turun drastis menjadi kurang dari US$1 pada akhir bulan November
2001.Enron dengan bekerja sama dengan Arthur Andersen yang sebelum skandal Enron terjadimerupakan
salah satu dari lima persekutuan audit dan akuntansi terbesar di dunia memanfaatkankelemahan dalam
akuntansi dengan menyembunyikan milyaran dollar hutang dan melakukanmarkup yang membuat perusahaan
terlihat menguntungkan. Transaksi-transaksi off-Balance Sheettidak di-disclose secara nyata pada catatan atas
laporan keuangan. Enron mengakui pendapatanketika suatu proyek atau kerjasama dimulai tanpa mengakui
kerugian ketika proyek atau kerjasamatersebut gagal atau dibatalkan. Alih-alih mencatat kerugian, Enron
mencatat biaya pembatalanproyek tersebut sebagai aset dengan rasionalisasi bahwa tidak ada pernyataan resmi bahwa
proyektersebut telah dibatalkan. Hutang-hutang Enron dalam rangka membiayai kontrak-kontrak yang
adadisembunyikan pada banyak SPE (Special Purpose Entity) yang dibuat oleh Enron
sebelumnyasehingga kantor pusat terlihat tidak memiliki banyak hutang. Kantor Akuntan Publik
Andersendiminta untuk memusnahkan dokumen dokumen dan bukti lain yang dapat
membuktikanketidakbenaran laporan keuanga. Hasilnya, pendapatan menjadi overstated dan kewajiban
menjadiunderstated. Tujuannya agar laporan keuangan dan kinerja Enron terlihat baik di mata publik
dannilai saham terus meningkat. Dengan kata lain, Enron tidak melakukan pelaporan secara
menyeluruhpada laporan keuangannya sehingga publik khususnya investor memperoleh laporan yang
misleading atau tidak benar.Publik mempertanyakan kerugian yang disembunyikan pada Laporan
Keuangan Triwulanan yang dikeluarkan Enron pada Bulan Oktober 2001. Pada eksekutif-eksekutif Enron
media satu persatumulai mempertanyakan banyak kebijakan dan transaksi yang dilakukan oleh Enron, dan
kepercayaanpublik makin menurun sehingga saham pun jatuh. Enron pun akhirnya dinyatakan bangkrut
padaDesember 2001, sementara Arthur Andersen yang dinyatakan bersalah pada pengadilan federalyang
kemudian dinyatakan boleh beroperasi kembali oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat, telahrusak nama
baiknya dan akhirnya ditutup.

Analisis: Kedua perusahaan tersebut telah melanggar kode etik, dimana seharunya kode etik dijadikan
pedoman dalam menjalankan tugas-tugasnya. Kecurangan yang dilakukan biasanya disebabkan oleh tiga
hal, yaitu opportunity, pressure dan rationalization. Untuk mencegahnya jelas dengan cara meningkatkan
moral dan etika. Makadari itu seharusnya memilih SDM bukan hanya dilihat dari kemampuannya, tapi
juga kepribadiannya. KAP Anderson melanggar kode etik dan menghancurkan kepercayaan para
pemegang saham serta keperayaan publik. KAP tersebut telah melanggar prinsip integritas karena telah
memanipulasi laporan keuangan serta menghancurkan dokumen pendukung. KAP seharusnya menjunjung
tinggi independensi dan sikap professional. Dimana KAP memberikan informasi yang sejujur-jujurnya
serta seadil-adilnya mengenai keadaan perusahaan kepada pemegang saham. Karena informasi yang
diberikan akan menjadi bahan pertimbangan bagi pemegang saham dalam mengambil keputusan apakah
lebih baik menjual atau mempertahankan sahamnya. Manipulasi ini jelas membuat para pemegang saham
mengambil keputusan yang salah dan mengalami kebangkrutan karena harga saham yang anjlok ketika
kasus ini mencuat. KAP yang baik tidak akan melanggar prinsip standar teknis, namun KAP Anderson
bekerja diluar standar teknis yang telah ditetapkan. Selain pemegang saham, karyawan dari KAP ini pun
menerima dampak negative dimana tidak dipercaya untuk bekerja diperusahaan lain setelahnya. Tidak
berbeda dengan KAP Anderson, Enron jelas melakukan pelanggaran kode etik juga. Perusahaan ini
melakukan kecurangan demi keuntungannya sendiri, meskipun pada akhirnya kebangkrutan tidak dapat
dihindarkan. Karyawan Enron pun turut merasakan kerugian, hal ini disebabkan karena dana pensiun
mereka diinvestasikan sebagai saham Enron. Dimana harga saham Enron turun drastis ketika kecurangan
terungkap.

15. Kasus American Remodelling


Ketika American Remodelling ( AMRE ) menjadi perusahaan go public pada tahun 1987,
manajemen puncak perusahaan tersebut memberikan proyeksi pendapatan dan laba yang optimistis
kepada para analis keuangan yang mengawasi perusahaan tersebut. Saat akhir kuartal pertama dalam tahun
fiskal perusahaan sebagai perusahaan publik yakni tanggal 31 Juli 1987, laba bersih perusahaan yang
diproyeksikan sebelumnya tidak dapat mereka capai. Salah satu eksekutif dan pemegang saham besar di
AMRE, Robert Levin takut akan harga saham AMRE akan anjlok jika perusahaan gagal mencapai
penerimaaan yang didapat untuk kuartal pertama tahun fiskal 1988. Levin, yang merupakan seorang
CPA (Certified Public Accountant ), menjabat sebagai pejabat keuangan utama perusahaan tersebut dan
memegang posisi sebagai Wakil Direktur Eksekutif. Untuk meningkatkan laba bersih AMRE untuk
kuartal pertama tahun 1988, Levin memerintahkan pejabat akuntansi utama perusahaan, Dennie D. Brown,
untuk menggelembungkan (overstated ) angka indikator yang belum ditetapkan di dalam bank data
AMRE. Selanjutnya, Brown memerintahkan Walter W. Richardson, Wakil Direktur bidangdata
processing untuk memasukan jumlah indikator fiktif tersebut ke dalam Lead Bank. Salah satu indikator
yang direkayasa untuk menggelembungkan laba adalah menurunkan biaya periklanan. Hal ini
menyebabkan jumlah biaya iklan yang tidak sesuai untuk kuartal pertama tahun 1988 menjadi
ditangguhkan dan tidak dibebankan. Penipuan akuntansi ini memungkinkan AMRE untuk menaikkan laba
sebelum pajak pada kuartal tahun tersebut sebanyak US$1.000.000,00 atau hampir sebesar 50% dari nilai
yang semestinya. Hal ini terus dilakukan oleh AMRE pada kuartal kedua, ketiga dan keempat. Pada dua
kuartal terakhir, Levin memutuskan untuk memperluas lingkup penipuan akuntansi yang dilakukan. Selain
menaikkan indikator, Levin memerintahkan bawahan-bawahannya untuk menggelembungkan
(oversatate) persediaan akhir untuk kuartal ketiga dan keempat tahun fiskal 1988. Richardson
memenuhi perintah tersebut dengan memasukan catatan persediaan fiktif dalam komputer AMRE dan
kemudian menyiapkan lembar penghitungan persediaan palsu untuk kemudian diserahkan ke KAP. Price
Waterhouse selaku auditor perusahaan. Levin juga memerintahkan staf-staf akuntansi AMRE untuk
menggelembungkan pendapatan perusahaan untuk kuartal ketiga dan keempat tahun fiskal 1988. AMRE
melaporkan laba sebelum pajak sebesar US$12.200.000,00 dalam laporan keuangan tahun fiskal 1988.
Saat itu, AMRE menggunakan metode akuntansi percentage of completion untuk mengakui pendapatan
pada proyek-proyek instalasi rumah yang belum rampung pada akhir suatu periode akuntansi. Untuk
menggelembungkan pendapatan pada akhir tahun fiskal 1988, mereka secara sebunyi-sembunyi meng-
overstate persentase penyelesaian proyek-proyek yang sebenarnya belum selesai dan bahkan belum
dimulai pengerjaannya. Sebelum AMRE melaporkan formulir 10-K (laporan keuangan untuk pasar modal)
untuk tahun fiskal 1988 kepada SEC, Levin bertemu dengan direktur utama sekaligus ketua dewan direksi
AMRE, Steven D. Bedowitz. Dalam pertemuan ini Levin mengakui perbuatannya. Ia memberikan
penjelasan- penjelasan yang dapat diterima Bedowitz atas kecurangan yang telah dilakukannya. Levin
mengingatkan bagaimana ia bertemu Bedowitz di tahun 1981, beberapa tahun sebelum ia menerima posisi
eksekutif di dalam AMRE. Levin dan Bedowitz sangat mirip satu sama lain dalam hal energi, ambisi dan
mimpi sehingga kemitraan mereka terjadi. Akhirnya Bedowitz sebagai pimpinan perusahaan menyetujui
dan maklum atas manipulasi tersebut.
Analisis: American Remodelling ( AMRE ) melakukan penipuan untuk meningkatkan laba bersih dengan
cara menurunkan biaya periklanan. Penipuan yang dilakukan AMRE, Levin, dan Richardson adalah
penipuan sangat besar, seharusnya hal ini tidak terjadi, dan seharusnya pihak yang terlibat dalam kasus
penipuan tersebut di hukum seberat-beratnya dan harus mengganti kerugian yang terjadi, agar tidak terjadi
kasus-kasus seperti itu lagi.

16. Kasus Frank Dorance


Frank Dorrance, seorang manajer audit senior untuk Bright and Lorren,CPA baru saja diinformasikan
bahwa perusahaan berencana untuk mempromosikannya menjadi rekanan pada 1 atau 2 tahun ke depan
bila ia terus memperlihatkan tingkat mutu yang tinggi sama seperti masa sebelumnya. Baru saja Frank
ditugaskan untuk mengaudit Machine International sebuah perusahaan grosir besar yang mengirimkan
barang keseluruh dunia yang merupakan klien Bright and Lorren yang bergengsi. Selama audit, Frank
menentukan bahwa Machine International menggunakan metode pengenalan pendapatan yang disebut
“tagih dan tahan” yang baru saja dipertanyakan oleh SEC. Setelah banyak melakukan riset, Frank
menyimpulkan bahwa metode pengenalan pendapatan tidaklah tepat untuk Machine International. Ia
membahas hal ini dengan rekanan penugasan yang menyimpulkan bahwa metode akuntansi itu telah
digunakan selama lebih dari 10 tahun oleh klien dan ternyata tepat. Frank berkeras bahwa metode tersebut
tepat pada tahun sebelumnya tetapi peraturan SEC membuatnya tidak tepat tahun ini. Frank menyadari
tanggung jawab rekan itu untuk membuat keputusan akhir, tetapi ia merasa cukup yakin untuk menyatakan
bahwa ia merencanakan untuk mengikuti persyaratan SAS 22 (AU 311) dan menyertakan sebuah
pernyataan dalam kertas kerja bahwa ia tidak setuju dengan keputusan rekannya. Rekan itu
memberitahukan Frank bahwa ia tidak akan mengizinkan pernyataan demikian karena potensi implikasi
hukum. Namun, ia mau menulis sebuah surat kepada Frank yang menyatakan bahwa ia mengambil
tanggung jawab penuh untuk keputusan akhir bila timbul suatu permasalahan hukum. Ia menutup dengan
mengatakan, “Frank, rekan harus bertindak seperti rekan. Bukan seperti meriam lepas yang berusaha untuk
membuat hidup menjadi sulit bagi rekan mereka. Anda masih harus bertumbuh sebelum saya merasa
nyaman dengan anda sebagai rekan.”Terdapat fakta-fakta yang relevan. Dalam kasus ini, fakta-fakta
tersebut adalah : Metode pengenalan pendapatan yang digunakan Machine International merupakan
metode yang dipertanyakan oleh pihak SEC. Setelah melakukan riset, Frank menemukan bahwa metode
tersebut tidak sesuai bagi Machine Internatioal. Frank mengetahui bahwa metode tersebut memang tepat
pada tahun sebelumnya tetapi peraturan SEC membuatnya tidak tepat tahun ini. Frank merencanakan
untuk mengikuti persyaratan SAS 22 (AU 311) dan menyertakan sebuah pernyataan dalam kertas kerja
bahwa ia tidak setuju dengan keputusan rekannya. Rekannya meminta Frank agar sependapat dengan
dirinya untuk menyetujui penggunaan metode tersebut karena metode tersebut telah digunakan selama
bertahun-tahun dan diyakini ketepatannya. Rekannya menawarkan surat pernyataan bahwa bila terjadi
suatu permasalahan hukum, maka ia mengambil tanggung jawab penuh akan hal tersebut.
Mengidentifikasi isu-isu etika berdasarkan fakta-fakta tersebut. Isu etika dari dilema tersebut adalah
apakah merupakan hal yang etis bagi Frank untuk mengeluarkan pernyataan bahwa ia tidak setuju dengan
keputusan rekannya mengingat rekan merupakan orang yang membuat keputusan akhir serta berada di
atas kedudukannya saat ini sebagai manajer senior.

Analisis: Semua keputusan sepenuhnya berada di tangan Frank, tentunya ia harus mempertimbangkan
secara matang akan dilema yang diadapinya saat ini. Secara ekstrim, jika ia tetap menjunjung akan SPAP
dan PSAK maka ia akan tetap menuliskan ketidak setujuannya akan keputusan rekannya dalam menangani
kasus tersebut mengingat metode akuntansi yang digunakan klien tidaklah sesuai dengan aturan yang
diberikan SEC. Namun jika ia menyetujui pendapat rekannya maka kemungkinan ia akan memperoleh
kedudukannya sebagai rekan yang akan ia peroleh 1 atau 2 tahun ke depan serta adanya pandangan bahwa
ia telah menunjukkan sikap menghargai dan menghormati keputusan rekannya. Sementara di satu pilihan
lainnya Frank dapat memilih untuk tidak melakukan kegiatan penugasan tersebut melihat adanya risiko
yang cukup besar pada hasil auditnya nanti.

17. Kasus Phar Mor Inc


Phar Mor Inc, termasuk perusahaan terbesar di Amerika Serikat yang dinyatakan bangkrut pada bulan
Agustus 1992. Sejarah mencatat kasus Phar Mor Inc. sebagai kasus fraud yang me-legenda dikalangan
auditor keuangan. Eksekutif di Phar Mor dengan sengaja melakukan fraud untuk mendapatkan keuntungan
financial yang masuk ke saku pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan. Phar Mor Inc,
termasuk perusahaan retail terbesar di Amerika Serikat. Pada masa kejayaannya, Phar Mor mempunyai
300 outlet besar di hampir seluruh negara bagian dan memperkerjakan 23,000 orang karyawan. Produk
yang dijual bervariasi, mulai dari obat-obatan, furniture, electronik, pakaian olah raga hingga videotape.
Dalam melakukan fraud, top manajemen Phar Mor membuat 2 laporan ganda. Satu laporan inventory,
sedangkan laporan lain adalah laporan bulanan keuangan (monthly financial report). Satu set laporan
inventory berisi laporan inventory yang benar (true report), sedangkan satu set laporan lainnya berisi
informasi tentang inventory yang di adjustment dan ditujukan untuk auditor use only. Demikian juga
dengan laporan bulanan keuangan, laporan keuangan yang benar - berisi tentang kerugian yang diderita
oleh perusahaan, ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif. Laporan lainnya adalah laporan yang telah
dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaan mendapat keuntungan yang berlimpah. Dalam
mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja merekrut staf dari Kantor
Akuntan Publik (KAP) Cooper & Lybrand. Staf-staf tersebut yang kemudian dipromosikan menjadi Vice
President bidang financial dan kontroler, yang dikemudian hari ternyata terbukti turut terlibat aktif dalam
fraud tersebut. Dalam kasus Phar Mor, salah satu syarat agar internal audit bisa berfungsi, yaitu fungsi
control environment telah diberangus. Control environment sangat ditentukan oleh attituted dari
manajemen. Idealnya, manajemen harus mendukung penuh aktivitas internal audit dan mendeklarasikan
dukungan itu kesemua jajaran operasional perusahaan. Top manajemen Phar Mor, tidak menunjukkan
attitude yang baik. Manajemen kemudian malah merekrut staf auditor dari KAP Cooper & Librand untuk
turut dimainkan dalam fraud. Langkah ini bukan tanpa perencanaan matang. Staf mantan auditor
kemudian dipromosikan menduduki jabatan penting, tetapi dengan imbalan harus membuat laporan-
laporan keuangan ganda.

Analisis:
Dalam kasus ini dapat dilihat terdapat kecurangan yang ingin menguntungkan atau memperkaya diri.
Dengan cara membuat laporan ganda. Ini dapat diakibatkan kurang efektifnya control yang dapat
membuka peluang terjadinya froud. Maka perlu adanya perbaikan di pihak internal.

18. Kasus Xerox Corporation


Xerox Corporation merupakan perusahaan berskala besar yang bergerak pada bidang pemrosesan
dokumen secara global dan pasar jasa keuangan. Xerox pernah menjadi raja fotokopi tetapi perusahaan ini
melakukan kesalahan fatal dengan fraud revenueyang mencapai US$ 2 milyar. Xerox Corporation
melakukan berbagai kesalahan pencatatan accounting dalam keuangan mereka, dan untuk pertama kalinya
ketika masalah ini muncul ke permukaan, Xerox Corp telah didenda karena telah secara disengaja
melakukan pencatatan keuangan bisnis perusahaan dan pembuatan laporan keuangan perusahaan secara
tidak benar, tidak sesuai dengan standar Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), dan
kemudian setelah kejadian tersebut, ditemukan juga selisih keuntungan “siluman” yang mencapai US$ 2
miliar selama beroperasi tahun 1997 hingga 2001 oleh Securities And Exchange Commision. Fraud Xerox
Corp sebuah skandal yang multidimensional, karena fraud accounting besar – besaran dan tidak dapat
langsung terungkap seluruhnya, melainkan secara bertahap satu demi satu.Setelah pelanggaran pertama
terhadap GAAP, terungkap pelanggaran lain terhadap GAAP yang menaikkan pengakuan pendapatan
perusahaan secara berlipat melebihi US$ 3 miliar daripada nilai yang sebenarnya, dan pada akhirnya
menaikkan pendapatan sebelum kena pajak senilai lebih dari US$ 1,5 miliar. Hal ini dikarenakan
perusahaan Xerox Corp bertujuan memenuhi standar pasar saham Wall Street sehingga menyamarkan
kinerja operasi perusahaan yang sebenarnya dari para investor. Xerox Corp berjanji untuk melakukan
penyusunan ulang laporan keuangan perusahaan, merestrukturisasi bagian kontrol keuangan perusahaan,
serta mengurus permasalahan dan administrasi hukum yang berhubungan dengan hal ini, dan juga
membayar denda penalti sebesar US$ 10 juta. Walaupun begitu, Xerox Corp tidak pernah mengakui
ataupun menyangkal bahwa mereka telah melakukan kesalahan dan fraud dalam menyusun laporan
keuangan perusahaan dan informasi keuangan perusahaan untuk para investor ataupun pihak lainnya.Tak
lama berselang, Xerox Corp akhirnya mengakui telah mencatat profit dan penjualan melebihi nilai
sebenarnya. Lalu, laporan dari Wall Street atas kebocoran pencatatan keuangan Xerox Corp menyebutkan
bahwa saham perusahaan di pasaran tidak anjlok secara drastis. Pada hari yang sama, setelah sempat
terguncang mencapai 25% harga saham, saham Xerox Corp ditutup pada $ 6,97 dari pembukaan sebesar
$ 8.00, atau turun $ 1,03. Xerox Corp kemudian membentuk tim manajemen baru untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada, termasuk penyusunan ulang keuangan perusahaan serta laporannya.

Analisis: Berita mengenai fraud accounting Xerox Corp telah menjadi salah satu skandal audit terbesar di
dunia. Xerox Corp yang beberapa tahun belakangan ini mulai bersusah payah karena tidak adanya
permintaan pasar dan juga kerasnya persaingan di Benua Asia. Untuk itu, diperlukan penerapan strategi
kualitas Xerox melalui LTQ (Leadership Through Quality).
LTQ (Leadership Through Quality) adalah proses bisnis yang terpadu. Komponen dalam LTQ, antara
lain:
 Keterlibatan karyawan
 Tolak ukur kompetitif
 Proses peningkatan kualitas
Oleh karena itu, budaya LTQ Xerox yang baru membutuhkan keterlibatan dan sikap proaktif dari grup
keuangan. Dengan hal ini, manajer-manajer lini dapat membuat keputusan yang lebih jelas.

19. Kasus Waste Management Inc


Perusahaan yang bergerak dalam industri pembuangan limbah dan perusahaan jasa lingkungan.
Perusahaan tersebut melakukan rekayasa laporan keuangan dalam hitungan miliaran dollar, kasus yang
sama juga terjadi di Indonesia yaitu PT Great River International Tbk. Sebagai reaksi atas kasus-kasus
tersebut Bapepam dan BEI juga mewajibkan penerapan Good Corporate Governance (GCG)bagi
perusahaan-perusahaan yang telah menjual sahamnya di Bursa efek.
Fenomena yang terpapar menunjukkan bahwa laporan keuangan telah gagal untuk memenuhi kebutuhan
informasi pengguna laporan keuangan. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta
yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan sehingga laba yang diharapkan dapat memberikan
informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang tidak
menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna
laporan. Kualitas laba khususnya dan kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi
mereka yang menggunakan laporan keuangan karena untuk tujuan kontrak pengambilan keputusan
investasi (Schipper dan Vincent, 2003).

SEJARAH SINGKAT WMI


Waste management, Inc (WMI) didirikan oleh dua sepupu Dean Buntrock dan Wayne Huizenga pada
tahun 1968, perusahaan yang bermarkas di City Tower Pertama di Houston, Texas. Perusahaan bergerak
dalam industri pembuangan limbah dan perusahaan jasa lingkungan di AS. Waste menjadi perusahaan
manajemen limbah terbesar di AS. Namun, Wayne Huizenga meninggalkan WMI pada tahun 1984 untuk
mendirikan kerajaan blockbuster.
Bisnis inti dari Waste Management untuk manajemen sampah di Amerika Utara terdiri dari proses-proses
penting sebagai berikut, yaitu mengumpulkan (collection), memindahkan (transfer) & membuang
(disposal).
Dalam pemilikan Buntrock sebagai CEO, perusahaan tersebut ‘go public’ pada tahun 1971, dan kemudian
berkembang selama tahun 1970an dan 1980an melalui beberapa tambahan atau akusisi dari perusahaan
angkutan sampah lokal dan pengurus-pengurus landfill. Bahkan pada suatu saat perusahaan mampu
melakukan hampir dari 200 akusisi selama setahun. Dari 1971 sampai dengan 1991, perusahaan
menikmati rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 36% per tahun dan pertumbuhan laba bersih sebesar
36% per tahun.
KASUSNYA
o Pada 1991, Waste Management menjadi bisnis pembersih sampah terbesar di dunia, dengan
pendapatan lebih dari $7.5 milyar. Meskipun terjadi resesi, Buntrock dan eksekutif lainnya di Waste
Management menetapkan tujuan/sasaran pertumbuhan yang agresif.
o Pada tahun 1993, auditor mendokumentasikan salah saji lain sebesar $128 juta yang akan mengurangi
pendapatan dari operasi yang dilanjutkan sebesar 12 persen. Meskipun demikian, Andersen
menyimpulkan bahwa salah saji tersebut tidak material untuk mengharuskan pengungkapan.
o Pada tahun 1997 ketika CEO baru perusahaan, Ronald T. Lemay,berhenti setelah tiga bulan menjabat.
o SEC mulai memeriksa buku WMI pada bulan November 1997, ketika perusahaan mengumumkan
bahwa perubahan dalam metode akuntansi akan berakibat pada hilangnya $1.2 milyar dan mengurangi
laba ditahan yang dilaporkan sebesar $1 miliar yang tercatat selama lima tahun sebelumnya.
o Pada tahun 1998, WMI menyajikan kembali laporan keuangan perode 1992-1997.
o Dalam penyajian kembali, melalui tiga kuartal pertama, perusahaan mengakui secara material telah
menggelembungkan laba sebelum pajak sekitar $1.7 milyar dan mengecilkan elemen tertentu dari
beban pajaknya sebesar $190juta. WMI mengakui bahwa secara keseluruhan perusahaan telah
menggelembungkan laba bersih setelah pajak sebesar lebih dari $1 miliar.
o SEC menuduh Dean Buntrock, pendiri perusahaan, dan 5 pejabat top lainnya melakukan penipuan ini.
Tuduhan tersebut menduga bahwa manajemen telah berulang kali merubah penilaian biaya depresiasi
untuk mengurangi jumlah biaya dan telah melakukan praktik akuntansi yang tidak layak berhubungan
dengan kebijakan-kebijakan kapitalisasi, juga merencanakan pengurangan biaya-biaya.
o SEC juga menuduh Arthur Andersen, sebagai auditor Waste Management, yang diduga keras
mengetahui atau secara sembarangan mengeluarkan laporan audit yang secara material salah dan
menyesatkan untuk periode 1993 sampai dengan 1996.
o WMI secara curang memanipulasi hasil keuangan perusahaan untuk memenuhi target laba yang telah
ditentukan dengan secara tidak tepat menghilangkan dan menunda beban periode berjalan untuk
melakukan banyak praktik akuntansi yang tidak benar untuk mencapai tujuan ini. Mereka melakukan
banyak praktik akuntansi yang tidak benar untuk mencapai tujuan mereka. Diantaranya adalah:
a) Menghindari beban penyusutan truk sampah mereka dengan menetapkan nilai sisa yang tidak
mendukung dan meningkat sisanya, serta memperpanjang masa manfaat.
b) Menetapkan nilai sisa dengan sewenang-wenang pada aset lain yang sebelumnya tidak memiliki
nilai sisa.
c) Gagal untuk mencatat beban penurunan nilai dari tempat pembungan sampah karena mereka telah
dipenuhi dengan sampah.
d) Menolak untuk mencatat beban yang diperlukan untuk menghapus biaya akibat ketidaksuksesan dan
pengabaian proyek pengembangan tempat pembungan sampahnya.
e) Membentuk cadangan lingkungan yang meningkat sehubungan dengan akuisisi sehingga kelebihan
cadangan dapat digunakan untuk menghindari pencatatan beban usaha yang tidak terkait.
f) Mengkapitalisasi berbagai biaya secara tidak benar.

Analisis : Pada aturan akuntansi yang transparan, independensi, dan pengawasan terhadap manajemen
puncak dan para auditor. Setelah ini tercapai maka akan lebih mudah untuk memecahkan masalah
penegakan hukum.Kecurangan Akuntansi akan selalu menyertai kita selama ada pengusaha yang tidak
bermoral dan tidak jujur atau tidak kompeten dalam mengemban tugasnya.

20. Skandal Akuntansi Worldcom


Estimasi kerugian: USD107 miliar dalam asset
WorldCom, perusahaan telepon saluran jarak jauh nomor dua terbesar asal Amerika Sreikat (AS),
mengajukan kebangkrutan pada 2002 setelah aset para jajaran eksekutif mereka terungkap. Adapun
kenaikan kekayaan tersebut berasal dari aset perusahaan yang mencapai USD11 miliar melalui permainan
cerdik keuangan yang dilakukan para eksekutif perusahaan.
Puluhan ribu pekerja kehilangan pekerjaan akibat skandal tersebut. Bernard Ebbers, mantan CEO
WorldCom, dijatuhi hukuman 25 tahun penjara pada 2005.

Anda mungkin juga menyukai