Anda di halaman 1dari 15

Penerapan Just In Time System pada PT.

Primarindo Asia Infrastructure

Penerapan Just In Time pada PT. Primarindo Asia Infrastructure baru mulai dilakukan pada awal
tahun 1998 yang dikelompokkan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu Just In Time Purchasing, Just In Time
Production dan Just In Time Transportation and Delivery. Dimana ketiga bagian ini akan dibahas satu per
satu sebagai berikut :

1.Just In Time Purchasing

Fungsi pembelian pada PT. Primarindo Asia Infrastructure pada dasarnya dibagi ke dalam 2 (dua)
kelompok, yaitu pembelian dari dalam negeri / lokal dan pembelian dari luar negeri / impor.
Prosedur kedua kelompok pembelian ini pada dasarnya sama, hanya terdapat sedikit perbedaan
pada pembelian secara impor. Informasi yang diperlukan oleh bagian pembelian ini diperoleh

dari bagian produksi, terutama mengenai jumlah bahan baku yang dibutuhkan, jenis serta waktu yang
diperlukan. Untuk itu perlu dipertimbangkan mengenai tingkat persediaan yang ada serta letak geografis
supplier (pemasok) yang ada, baik di dalam maupun di luar negeri.

Berikut ini akan dibahas mengenai cara pembelian secara garis besarnya :
a. Berdasarkan pesanan (order) dan rencana produksi bagian yang membutuhkan bahan baku
dalam hal ini adalah bagian gudang bahan baku.
b. Setelah itu bagian gudang mengajukan permohonan pembelian 2 (dua) rangkap, yaitu
untuk bagian pembelian dan arsip. Bagian pembelian membuat Purchase Order (PO) sebanyak
4 (empat) rangkap, rangkap pertama untuk supplier, kedua untuk bagian penerimaan,
ketiga untuk gudang, dan keempat untuk akuntansi. Keempat Purchase Order ini diparaf
oleh direksi.
c. Apabila telah disetujui, bagian pembelian menghubungi supplier untuk pemesanan
bahan baku, negosiasi harga, dan pengiriman bahan bakunya.
d. Apabila telah dicapai kesepakatan, dibuat Surat Jalan (SJ) dari supplier ke bagian penerimaan
(Receiving).
e. Setelah barang diterima, bagian receiving memeriksa barang tersebut, apakah sudah sesuai
dengan pesanan yang diminta baik jenisnya maupun jumlahnya.
f. Apabila semuanya telah cocok, bagian receiving membuat Laporan Penerimaan Barang
(LPB) rangkap 4 (empat). Rangkap pertama untuk bagian pembelian, rangkap kedua untuk
bagian gudang, rangkap ketiga untuk bagian akuntansi, dan rangkap keempat untuk arsip.

Untuk bahan baku impor secara garis besarnya sama, hanya berbeda pada waktu
pemesanannya. Biasanya untuk bahan baku impor pemesanan dilakukan 1 (satu) sampai 2 (dua) bulan
sebelum rencana produksi yang dimiliki pemasok serta frekuensi pelayaran yang digunakan untuk
mengirimkan bahan baku pesanan PT. Primarindo Asia Infrastructure.

Selain itu diperlukan pembukaan L/C oleh bank serta dokumen-dokumen yang diperlukan,
yaitu Invoice, Packing List, Bill of Leading, dan Pemberitahuan Impor Barang. Di bawah ini adalah
contoh pemesanan bahan baku dari supplier luar negeri untuk sepatu merk FILA.

Tabel 4.1. Pemesanan Bahan Baku dan Produksi Sepatu Merk FILA

Sumber : PT. Primarindo Asia Infrastructure


Dari hasil pengamatan, maka penulis berpendapat bahwa proses pembelian bahan baku pada
PT. Primarindo Asia Infrastructure belum diterapkan dengan baik, karena masih ada bagian yang
terlewatkan, yaitu bagian pemasaran yang seharusnya menampung pesanan pelanggan dan
selanjutnya diteruskan ke bagian gudang untuk diproses permohonan pembelian bahan
bakunya. Berikut adalah bagan alir proses pembelian bahan baku berdasarkan hasil pengamatan
penulis secara garis besar :

Gambar 4.2. Proses Pembelian Bahan Baku Setelah Diolah

Sumber : Data yang telah diolah

Berdasarkan tabel 4.1., maka penulis berpendapat bahwa ada beberapa hal yang telah dijalankan
oleh PT. Primarindo Asia Infrastructure, tetapi belum sesuai dengan karakteristik Just In Time
Purchasing, sebagai berikut :

a.Pengiriman bahan baku masih dilakukan oleh pemasok yang kebanyakan berasal dari luar negeri.

b.Waktu pengiriman barang yang dipesan masih terbilang lama, yaitu sekitar 1 – 3 bulan.

Tetapi disamping ketidaksesuaian di atas, ada beberapa hal yang telah dijalankan oleh PT.
Primarindo Asia Infrastructure yang sesuai dengan karakteristik Just In Time Purchasing, yaitu :

a.Jumlah bahan baku yang dikirim sudah sesuai dengan yang tertera dalam pesanan pembelian
sehingga pemasok harus dapat memenuhi persyaratan tersebut dan tidak ada toleransi apabila terjadi
kekurangan atau kelebihannya.
b.Berkaitan dengan mutu, PT. Primarindo Asia Infrastructure telah melakukan spesifikasi produk.
Artinya PT. Primarindo Asia Infrastructure telah mengikuti standar kualitas yang telah ditetapkan.

Jadi, dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, maka penulis berpendapat bahwa
penerapan JIT Purchasing yang ada pada PT. Primarindo Asia Infrastructure belum berjalan
dengan baik sesuai dengan akuntansi manajemen dan teori yang ada. Oleh karena itu, PT.
Primarindo Asia Infrastructure masih memerlukan peningkatan-peningkatan, seperti mengurangi
jumlah pemasok (supplier) yang berasal dari luar negeri.

2. Just In Time Production

Dalam proses produksi yang dijalankan PT. Primarindo Asia Infrastructure, terdapat 4 (empat)
departemen, yaitu : cutting(pemotongan), sewing (penjahitan), assembling(perakitan), dan packing
(pengepakan). Jadwal produksi dibuat dengan memperhatikan jadwal pengiriman dan penerimaan baha

n baku

dari supplier ke gudang bahan baku. Jadwal ini dibe

rikan kepada

masing-masing departemen, agar masing-masing depart

emen

dapat menyusun jadwal produksinya.

Secara garis besar proses produksi yang dijalankan

PT.

Primarindo Asia Infrastructure, sebagai berikut :

a.

Bahan baku yang sudah ada dan siap diproses dikirim

dari

gudang bahan baku ke departemen cutting untuk pemot

ongan

bahan-bahan sepatu sesuai dengan pola dan disain se

patu

yang direncanakan.
b.

Setelah itu potongan-potongan tersebut dikumpulkan

sekaligus diperiksa mutu bahan maupun hasil-hasil p

otongan

yang telah distandarisasi.

40

c.

Hasil potongan tadi oleh departemen cutting dikelom

pokkan

sesuai nomor (ukuran) sepatu, lalu dikirim ke depar

temen

sewing.

d.

Potongan-potongan tadi dijahit sesuai dengan pola y

ang telah

ditentukan.

e.

Setelah dijahit, diperiksa pula mutu dan peletakan

komponenya. Hasil jahit yang baik, diproses lanjut

hingga

menjadi bagian atas (

upper

) sepatu.

f.

Setelah upper jadi, dikelompokkan menurut ukurannya


lalu

dikirim ke departemen assembling.

g.

Di departemen assembling,

upper

last

sepatu, dan midsole /

outsole diberi latek dan dipanaskan agar latek ters

ebut cepat

kering.

h.

Kemudian upper tadi dipasangkan pada

rubber

/ last sepatu.

i.

Selanjutnya dilakukan penarikan dengan mesin hingga

berbentuk sepatu dan dipanaskan kembali.

j.

Setelah itu dilakukan pengeleman antara

upper

yang telah

terbentuk dengan last sepatu dan outsolenya. Pada t

ahap ini

pula diadakan pengendalian mutu untuk menjamin hasi


l

39

38

k.

Apabila pengelemannya sudah kering, dilakukan prose

pengepresan agar perekatan sempurna dan kuat.

l.

Kemudian proses pendinginan dilakukan untuk memben

tuk

muka sepatu agar sesuai dengan last sepatunya.

m.

Lalu dilakukan pembersihan akhir.

n.

Apabila pekerjaan tersebut telah selesai, sepatu di

kirim ke

departemen packing untuk dikemas.

o.

Setelah pengemasan, sepatu tadi dikirim ke gudang b

arang

jadi dan siap untuk diekspor.

Pada awal berproduksinya PT. Primarindo Asia

Infrastructure masih menggunakan sistem manufaktur

yang

tradisional, yang dikenal dengan sistem dorong (pus


h system).

Kegiatan produksi dilakukan berdasarkan :

a.

Hasil peramalan pemasaran agar dapat menentukan bah

an

baku dan suku cadang yang diperlukan untuk proses

produksi. Resiko yang dihadapi adalah apabila ramal

an

pemasaran tersebut meleset, karena tidak ada seoran

gpun

yang dapat meramal secara tepat mengenai apa yang a

kan

terjadi di masa yang akan datang.

b.

Lay out / tata letak pabrik juga disesuaikan dengan

proses

produksi yang akan dilakukan. Bahan baku masuk ke p

abrik

42

melalui bagian penerimaan dan kemudian disimpan di

gudang bahan baku sebelum diproses.

Seiring dengan berjalannya waktu, PT. Primarindo As

ia

Infrastructure juga berusaha untuk menekan biaya op

erasionalnya.
Kemudian push system ditinggalkan, diganti dengan s

istem tarik

(pull system). Kegiatan produksi tidak didasarkan l

agi dari

peramalan pasar, namun berdasarkan pesanan yang dat

ang dari

pembeli / buyer untuk dipasarkan ke luar negeri.

Terutama pada awal tahun 1997 - 1998 dimana krisis

moneter sangat memukul sektor perekonomian Indonesi

khususnya sektor manufaktur, PT. Primarindo Asia In

frastructure

mencoba untuk bertahan. Pada tahun 2008, PT. Primar

indo Asia

Infrastructure melakukan efisiensi ke dalam tubuh p

erusahaan

(intern), yaitu mencoba menerapkan sistem

Just In Time

untuk

proses produksinya. PT. Primarindo Asia Infrastruct

ure

berproduksi pada saat dan sebesar kuantitas yang di

perlukan saja.

Proses produksi dipicu oleh permintaan pesanan, seh

ingga suatu
proses produksi hanya akan berjalan apabila dipicu

oleh proses

selanjutnya.

Sistem produksi

Just In Time

pada PT. Primarindo Asia

Infrastructure, sebagai berikut :

43

a.

Pada sistem tarik (

pull system

), tiap-tiap stasiun kerja di

departemen produksi hanya memproduksi sesuai dengan

jumlah yang diminta oleh stasiun berikutnya. Dengan

demikian jumlah persediaan yang ada di gudang dapat

diminimumkan.

Berbeda dengan sistem dorong (

push system

) yang

sebelumnya pernah dijalankan PT. Primarindo Asia

Infrastructure.

b.

Dalam

push system

, pada saat satu stasiun kerja


menyelesaikan pekerjaannya, part yang telah selesai

diteruskan ke stasiun kerja berikutnya tanpa

memperhitungkan apakah stasiun tersebut telah siap

bekerja

atau belum. Hal ini menimbulkan waktu tunggu dan

penumpukan persediaan.

Pada saat

push system

, jumlah persediaan yang dipasok dari

supplier keseluruhannya langsung dikirim dalam tiga

kali

pengiriman. Namun disini terjadi penumpukan persedi

aan karena

bahan baku yang datang tidak langsung diproses kare

na harus

menunggu persediaan yang sebelumnya. Hal ini mengak

ibatkan

pemborosan waktu dan biaya inspeksi serta perawatan

persediaan

selama di gudang.

44

Penerapan

pull system

, sebagai berikut :

a.
Jumlah persediaan yang dipasok sesuai dengan jumlah

yang

dibutuhkan pada jadwal produksi yang dibuat oleh

departemen produksi. Sehingga pengiriman bahan baku

dilakukan sepuluh kali pengiriman dengan lot yang k

ecil

small lot size

). Disini tidak terjadi penumpukan persediaan

karena bahan baku yang datang langsung diproses tan

pa

harus menunggu. Pengiriman dalam jumlah yang kecil

small

lot size

) dan sesuai dengan jadwal produksi dimaksudkan

untuk meningkatkan efisiensi waktu dan biaya sepert

efisiensi terhadap biaya inspeksi dan biaya perawat

an bahan

baku di gudang. Disamping itu juga untuk lebih

meningkatkan pengendalian atas mutu bahan baku yang

dikirim sehingga siap diproses.

b.

Lay out / tata letak pabrik pun diubah sedemikian r


upa

sehingga tiap departemen letaknya berdekatan satu s

ama

lain. Pada saat ini tata letak pabrik berdasarkan p

roduk untuk

merk tertentu yaitu Reebok dan FILA. Kedua merk sep

atu ini

memiliki departemen produksi yang sama, hanya berbe

da

pada desain dan jenis bahan baku yang digunakan.

Apabila dalam proses tersebut salah satu departemen

mengalami kerusakan mesin, maka proses produksi sec

ara

45

keseluruhan dihentikan. Hal ini dilakukan agar tida

k terjadi

penumpukan salah satu departemen dan mencegah kerus

akan yang

lebih jauh lagi.

Dengan

lay out

pabrik yang mengarah pada produk dan

berbentuk sel tersebut, PT. Primarindo Asia Infrast

ructure mampu

meningkatkan efisiensi terhadap waktu dan biaya, te


rlebih lagi

setelah penerapan sistem

JIT Production

Di bawah ini penulis akan mencoba menganalisa penga

ruh

penerapan sistem JIT terhadap efisiensi waktu dan b

iaya.

a.

Efisiensi Terhadap Waktu

Sebelum diterapkannya sistem

JIT

, proses produksi PT.

Primarindo Asia Infrastructure harus melalui bebera

pa tahap

waktu, yaitu waktu inspeksi, waktu tunggu, waktu

pergerakan barang, dan waktu simpan.

Adapun total waktu mulai dari awal proses produksi

sampai

selesai dan dikirim kepada pelanggan disebut

Throughput

Time

. Di bawah ini merupakan Tabel

Throughput Time

yang
terjadi pada PT. Primarindo Asia Infrastructure seb

elum

diterapkan sistem

JIT

46

Anda mungkin juga menyukai