Anda di halaman 1dari 18

BAB III

METODE HARGA POKOK PESANAN

3.1 Metode Pengumpulan Harga Pokok

Metode pengumpulan harga pokok produksi sangat dipengaruhi oleh cara pengerjaan produk.
Secara umum ada dua cara pengerjaan produk, yaitu: 1) produk dikerjakan atas dasar pesanan
dan metode pengumpulan biayanya dinamakan metode harga pokok pesanan (job order
costing), dan 2) produk dikerjakan untuk mengisi gudang/produksi masa, dan metode
pengumpulan harga pokoknya disebut metode harga pokok proses (process costing).
Perbedaan pengumpulan harga pokok produksi ini tidak lepas dari kedua sistem pencatatan
biaya seperti dijelaskan dalam BAB II. Baik perusahaan yang bekerja berdasarkan pesanan
maupun berdasarkan proses, keduanya menggunakan biaya standar atau biaya yang
sesungguhnya dalam menghitung harga pokok produksi. Tidak ada keharusan bahwa
perusahaan yang bekerja berdasarkan pesanan harus menggunakan biaya standar atau biaya
yang sesungguhnya. Demikian juga halnya dengan produk yang dikerjakan secara proses
(mengisi gudang/produksi masa).

3.2 Karakteristik Perusahaan yang Bekerja Berdasarkan Pesanan Perusahaan yang


berproduksi berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan
pesanan atau keinginan dan selera pembeli. Karena pesanan datang dari luar perusahaan, maka
produk yang dipesan sangat tergantung pada selera konsumen. Dengan demikian, karakteristik
perusahaan yang bekerja berdasarkan pesanan adalah:

1. Proses pengolahan produk berjalan secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai
dikerjakan, proses produksi dihentikan dan mulai dengan pesanan berikutnya.
2. Produk dikerjakan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan, dengan
demikian antara pesanan yang satu dengan yang lainnya mempunyai variasi dan spesifikasi
yang berbeda-beda.
3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk mengisi gudang walaupun
sebelum barang dikirim ke pembeli disimpan terlebih dahulu di gudang.
4. Jika tidak ada pesanan, perusahaan tidak melakukan produksi.

1
Dengan memperhatikan karakteristik perusahaan tersebut, maka perusahaan yang bekerja
berdasarkan pesanan antara lain perusahaan karoseri mobil, tukang jahit, meubel,
developer/real estate, pesawat terbang.

3.3 Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)


Dalam menghitung harga pokok produksi produk yang dipesan, harga pokok masing-masing
produk yang dipesan oleh pelanggan atau harga pokok masing-masing kelompok barang yang
akan ditempatkan sebagai persediaan, dicatat ke dalam kartu harga pokok pesanan (job order
cost sheet), atau lebih dikenal dengan nama cost sheet. Kartu harga pokok ini merupkan catatan
penunjang (subsidiary records), sedangkan sebagai pengendalinya/buku besarnya adalah
perkiraan barang dalam proses (work in process account). Walaupun berbagai macam
pekerjaan atau pesanan dimasukkan ke dalam pabrik secara bersamaan, hal ini tidak akan
membingungkan karena masingmasing pekerjaan dibuatkan cost sheet, yang berguna untuk
menampung biaya bahan baku, upah langsung, dan biaya overhead pabrik yang dibebankan ke
produk yang dipesan.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya unsur harga pokok produksi job order costing terdiri atas:

1. bahan baku,
2. upah langsung dan
3. biaya overhead pabrik. Berikut ini dijelaskan proses akuntansi masing-masing unsur
biaya tersebut.

3.3.1 Akuntansi Biaya Bahan Baku


Dalam perusahaan manufaktur, bahan baku dan bahan pembantu
(supplies), seringkali dicatat dalam satu rekening pengendali yaitu rekening persediaan bahan
baku, walaupun pada umumnya bahan pembantu dicatat sebagai biaya overhead pabrik. Bahan
baku sebagai salah satu bagian dari persediaan, seringkali ditangani secara khusus oleh
perusahaan, karena umumnya investasi dalam bahan baku/persediaan cukup besar. Di samping
investasi cukup besar, bahan baku juga sering menjadi objek penggelapan oleh karyawan. Untuk
menghindari terjadinya kerugian dalam persediaan, perlu dilakukan pengamanan secara
administrasi dan secara fisik. Pengamanan secara administrasi dilakukan dengan cara berikut:

1. Setiap pembelian harus menggunakan surat pesanan pembelian (purchase order) yang
dibuat oleh bagian pembelian.
2. Setiap pembelian harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwewenang

2
3. Pada saat pesanan datang harus dicocokkan dengan pesanan pembelian untuk
membuktikan bahwa barang yang datang memang benar dipesan dan spesifikasinya cocok
dan setiap barang yang datang dibuatkan Laporan Penerimaan Barang (Receiving Report ).
4. Dipisahkan antara petugas yang melakukan pembelian dengan yang menerima barang untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
5. Barang yang datang dicatat dalam kartu persediaan yang ada di gudang dan buku
persediaan yang ada di bagian akuntansi.
6. Setiap bagian atau departemen yang meminta barang ke gudang dibuatkan bon permintaan
bahan (material requisition) dan dicatat di kartu persediaan dan tembusan dikirim ke bagian
akuntansi untuk dicatat di buku biaya sesuai dengan masing- masing departemen.
7. Penilaian atas persediaan dapat menggunakan harga perolehan (cost price) atau harga pasar
yang mana yang lebih rendah.
8. Untuk pencatatan atas persediaan, dapat digunakan metode berikut:
• “Masuk Pertama Keluar Pertama” (PMKP) atau lebih dikenal dengan First in First
Out” (FIFO)

• “Masuk Pertama Keluar Terakhir” (MPKT) atau lebih dikenal dengan “First in Last

Out”

• Metode Rata-rata baik rata-rata tertimbang maupun rata-rata bergerak


9. Setiap akhir periode kartu persediaan direkapitulasi untuk mengetahui jumlah barang yang
keluar dari gudang dan departemen yang mengambil masing-masing persediaan dan
dicicikkan dengan rekapitulasi yang dibuat bagian akuntansi
10. Saldo persediaan menurut kartu dicocokkan dengan hasil inventory taking (stock opname)
dan jika terjadi perbedaan dicari sebab-sebabnya.

Pengamanan secara fisik dilakukan dengan cara berikut:


1. Lokasi persediaan diatur sedemikian rupa sehingga mudah untuk diawasi.
2. Persediaan yang mudah terbakar dan mudah rusak lokasinya diatur dengan rapi.
3. Karyawan yang boleh keluar masuk gudang dibatasi.
4. Dilakukan pemeriksaan persediaan secara fisik setiap akhir periode, untuk mengetahui
besarnya nilai persediaan yang masih ada, selanjutnya dibandingkan dengan catatan
menurut kartu persediaan.
Dengan dilakukannya pengamanan secara administrasi dan secara fisik diharapkan kecurian dan
kehilangan atas persediaan bisa berkurang. Untuk dapat meningkatkan pengamanan
administrasi dan fisik terhadap bahan baku, harus disusun sistem dan prosedur pembelian

3
bahan baku. Job discription bagian-bagian yang terlibat dalam prosedur pembelian bahan baku
sebagai berikut:

a. Bagian gudang membuat laporan status persediaan yang berisi saldo masing-masing
persediaan yang selanjutnya diserahkan ke seksi pembelian. Kadang-kadang seksi hutang
juga diberi satu lembar. Laporan ini berfungsi sebagai permintaan pembelian yang ditujukan
kepada ke seksi pembelian, untuk membeli barang-barang yang jumlahnya sudah mendekati
jumlah minimum.
b. Atas dasar laporan situasi persediaan, seksi pembelian membuat order pembelian rangkap
5.
Lembar 1 dan 2 untuk penjual. Lembar 2 oleh penjual akan dikembalikan ke seksi pembelian
sebagai pemberitahuan bahwa barang yang diorder tersebut sudah dikirim.

Lembar ke 3 untuk seksi hutang .


Lembar ke 4 untuk seksi penerimaan barang.
Lembar ke 5 diarsipkan oleh seksi pembelian diurut secara alfabet sesuai dengan nama
penjual.

c. Barang diterima oleh seksi penerimaan. Sesudah dihitung dan dicocokkan dengan surat jalan
dan pesanan pembelian, selanjutnya dibuatkan laporan penerimaan Barang (LPB) rangkap 4
dan didistribusikan sebagai berikut:
Lembar 1 untuk penjual
Lembar 2 untuk seksi hutang
Lembar 3 untuk seksi gudang dan diserahkan bersama dengan barang. Lembar 4 diarsipkan
di seksi penerimaan dan diurut sesuai dengan nomornya. Laporan penerimaan barang ini
oleh seksi penerimaan barang dimasukan ke berkas transaksi pembelian dengan
menggunakan terminal yang ada di seksi penerimaan.

d. File transaksi pembelian diproses dengan menggunakan program - up date master file
persediaan dan buku besar. Hasilnya adalah master file persediaan yang sudah di – up date,
berkas buku besar yang sudah di-up date, kontrol total dan status persediaan.
e. Faktur dari penjual diterima oleh seksi pembelian. Setelah diperiksa kebenarannya yaitu
dibandingkan dengan order pembelian dan laporan penerimaan barang, seksi pembelian
menyetujui faktur ini untuk dibayar dan menyerahkan ke seksi hutang.
f. Seksi hutang memeriksa kebenaran faktur, membandingkan dengan order pembelian dan
laporan penerimaan barang , kemudian membuat voucher rangkap 3.
Lembar 1 dan 2 untuk seksi pengeluaran uang.

4
Lembar 3 diarsipkan diseksi hutang urut nomor.
g. Seksi hutang memasukan data hutang ke file transaksi hutang lewat terminal yang ada di
seksi hutang.
h. File transaksi hutang dibuat mutakhir dengan program up date master file hutang dan buku
besar. Hasilnya adalah master file hutang yang sudah di up date, master file buku besar yang
sudah di - up date, daftar jumlah untuk kontrol, dan daftar hutang. Daftar hutang ini akan
diserahkan ke seksi hutang untuk digunakan sebagai referensi dalam membuat voucher.
i. Berdasarkan arsip voucher yang ada, selanjutnya seksi pengeluaran uang akan menulis cek
untuk membayar hutang yang sudah jatuh tempo. Cek dan lembar kedua voucher
diserahkan kepada orang yang dibayar. Tanggal, jumlah dan data pengeluaran kas lainnya
dimasukan ke file transaksi kas ke luar lewat terminal yang ada di seksi pengeluaran uang.
Voucher lembar pertama kemudian diarsipkan urut tanggal pembayaran.
j. File transaksi kas keluar diproses dengan program up-date master file hutang dan buku
besar. Hasilnya adalah master file hutang yang sudah di - up date , file buku besar yang
sudah di - up date, daftar jumlah untuk pengawasan dan daftar kas keluar. Daftar kas keluar
ini akan diserahkan ke seksi pengeluaran uang.
Ada dua transaksi yang mempengaruhi pencatatan persediaan bahan baku yaitu pertama
pembelian bahan baku, dan kedua pengeluaran bahan baku yang digunakan di pabrik.

3.3.2 Pencatatan Pembelian dan Penerimaan Bahan Baku


Seperti halnya dengan teknik akuntansi secara umum, teknik pencatatan persediaan
bahan baku untuk akuntansi biaya dilakukan dengan cara yang sama. Proses pencatatan bahan
baku dilakukan setelah bagian akuntansi menerima Laporan Penerimaan Barang (LPB), Faktur
pembelian dan pesanan pembelian. Setelah ketiga dokumen tersebut cocok selanjutnya dicatat
dalam jurnal pembelian jika pembelian dilakukan secara kredit atau dalam jurnal pengeluaran
kas jika pembelian dilakukan secara tunai. Ada dua metode pencatatan pembelian bahan baku,
yaitu metode fisikal dan metode perfetual/metode buku.

Jurnal untuk pencatat pembelian bahan baku dan pencatatan PPN masukan, jika digunakan
metode buku/perfetual adalah sebagai berikut : Persediaan Bahan
Baku ........................................Rp 25.000

PPN ..............….....................................................Rp 2.500


Hutang Dagang/kas......................................................Rp 27.500 Jika yang digunakan metode
fisik maka jurnalnya adalah:

5
Pembelian Bahan Baku ........................................Rp 25.000

PPN ..............….....................................................Rp 2.500


Hutang Dagang./kas...................................................Rp 27.500
Penjelasan: oleh karena perusahaan manufaktur harus menjadi PKP (Pengusaha Kena Pajak)
maka perusahaan tersebut wajib memungut PPN dan dipungut PPN. Pada contoh tersebut,
bahan baku dibeli dari Pengusaha Kena Pajak (PKP), sehingga pada saat pembelian/perolehan
Barang Kena Pajak wajib dipungut PPN dan penjual akan menerbitkan faktur pajak. PPN yang
dipungut saat perolehan/pembelian disebut PPN masukan. PPN masukan ini tidak menambah
harga beli bahan baku, karena PPN tersebut menjadi uang muka pajak dan pada setiap akhir
bulan dikompensasi dengan PPN keluaran. Dengan demikian harga pokok bahan baku tetap Rp
25.000 walaupun hutang yang terjadi atau kas keluar sebesar Rp 27.500,00 karena Rp 2.500,00
merupakan uang muka Pajak Pertambahan Nilai.

3.3.3 Pengeluaran Bahan Baku untuk Produksi


Pada saat proses produksi dimulai, segera disiapkan bon permintaan bahan (materials
requisitions) oleh kepala bagian produksi. Dalam Bon Permintaan Bahan tersebut tidak hanya
diminta bahan baku langsung, tetapi termasuk juga bahan baku tak langsung. Bon permintaan
bahan tersebut berisi informasi tentang:

- nomor pesanan yang dikerjakan,


- jenis bahan baku/bahan penolong,
- spesifikasi dan kuantitas material yang diminta, - departemen yang meminta.
Satu tembusan dari bon permintaan barang tersebut dikirim ke gudang untuk minta dikeluarkan
bahan yang dimaksud. Oleh bagian gudang bon permintaan bahan tersebut selanjutnya dicatat
dalam kartu persediaan. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku untuk produksi oleh
bagian akuntansi adalah:

Barang dalam proses - bahan baku..........................Rp 31.000


Biaya Overhead pabrik ..................…........... Rp. 6.000 Bahan
Baku..................................................................Rp 37.000 Penjelasan:

Bahan baku yang dikeluarkan untuk produksi adalah sebanyak Rp 37.000,- sebanyak Rp. 31.000
digunakan sebagai bahan baku langsung dan sisanya Rp6.000 sebagai bahan baku tidak
langsung yang dibebankan sebagai biaya overhead pabrik. Pada saat perolehan/pembelian
bahan baku, jumlah yang dibeli hanya sebesar Rp 25.000 padahal jumlah yang dikeluarkan Rp
37.000, hal ini berarti masih ada sisa persediaan bahan baku sebelum proses pembelian terjadi.

6
Contoh Bon Permintaan Bahan dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1. Bon Permintaan Bahan

BON PERMINTAAN BAHAN No:

Dikirim ke : ............................. Tanggal :


Diminta oleh : .............................. Disetujui oleh :
Dibebankan ke : .............................

Kode Bahan Kuantitas Nama Bahan Kwt. Di Harga per Total


diminta keluarkan unit Harga

Diserahkan oleh Diterima oleh:


Nama : Nama:
Tanggal: Tanggal

Dari Bon Permintaan Bahan tersebut akan diketahui departemen yang meminta, siapa yang
meminta, dibebankan ke pekerjaan nomor berapa, nilai bahan yang diminta, jenis bahan dll.

3.4 Akuntansi Gaji dan Upah


Pengertian gaji dan upah secara prinsip menunjukkan dua hal yang berbeda. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari sifat pembayarannya. Gaji merupakan pembayaran kepada karyawan
yang berdasarkan lamanya karyawan tersebut bekerja, ada gaji yang dibayar setiap minggu dan
bulanan, dan biasanya karyawan yang menerima gaji statusnya tetap. Sedangkan upah diartikan
sebagai pembayaran kepada para pekerja yang didasarkan pada jam kerja atau dasar unit yang
diproduksi. Semakin lama jam kerja karyawan atau semakin banyak unit yang diproduksi, upah
yang dibayarkan juga semakin banyak.

Dalam perhitungan gaji dan upah ada dua aktivitas yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Pengumpulan data gaji dan upah, perhitungan gaji bersih, perhitungan Pajak Penghasilan
karyawan (PPh psl. 21) dan pembayaran gaji dan upah.
2. Distribusi dan alokasi biaya gaji dan upah ke masing-masing pekerjaan, departemen dan
klasifikasi biaya yang lainnya.

7
Untuk mencatat jam kerja karyawan biasanya digunakan media time clocks registers(pencatat
jam kerja) dan kartu jam kerja untuk masing-masing karyawan. Kartu tersebut dimasukkan ke
time clock saat karyawan datang dan saat meninggalkan pabrik. Berdasarkan kartu tersebut
akan diketahui total jam kerja seorang karyawan. Untuk mengetahui besarnya upah, maka total
jam kerja karyawan dikalikan dengan upah per jam. Berikut ini adalah jurnal untuk mencatat
biaya gaji dan upah serta perhitungan Pajak Penghasilan karyawan.

Saat diperhitungkan
Biaya Gaji dan upah .......................................Rp 50.000
Gaji dan upah yang harus dibayar ..........................Rp 45.000
Hutang PPh. Psl 21................................................Rp 5.000
Saat dibayarkan
Gaji dan upah yang harus dibayar....................... Rp 45.000
Hutang PPh psl. 21............................................. Rp 5.000
Kas............................................................... Rp 50.000 Mengumpulkan upah tak
langsung ke biaya overhed pabrik.
Biaya overhead pabrik............................................... Rp 4.500
Gaji dan upah tak langsung................................. Rp 4.500 Saat didistribusikan
Barang dalam proses - upah langsung Rp 40.500
Barang dalam proses - BOP Rp 4.500
Gaji dan upah langsung Rp 40.500
Biaya overhead Pabrik Rp 4.500

Penjelasan
Dari total gaji dan upah yang dibayarkan sebanyak Rp 50.000 dapat dibagi menjadi dua yaitu gaji
dan upah langsung Rp 45.000,00 dan gaji dan upah tak langsung sebanyak Rp 5.000,00
sedangkan pajak penghasilan yang dipotong adalah sebesar Rp 5.000,00 (10 % x Rp. 50.000).
Biaya upah tak langsung dikelompokkan ke dalam biaya overhead pabrik. Sebagai wajib pajak
yang mempunyai NPWP, maka perusahaan manufactur seperti contoh di atas wajib memotong
pajak atas gaji karyawannya terutama bagi karyawan yang penghasilannya melebihi Penghasilan
Tidak Kena Pajak yang ditanggung oleh karyawan yang bersangkutan. Pajak yang dipotong
kepada karyawan disebut PPh. Pasal 21. Pajak tersebut selanjutnya disetor ke Kas Negara. Pada
contoh perhitungan pajak tersebut, penulis tidak memperhatikan cara menghitung pajak yang
benar, karena penulis semata-mata ingin menunjukkan bagaimana cara pencatatan upah

8
langsung, upah tak langsung dan PPh Pasal 21. Mengingat perushaan bertindak sebagai wajib
pungut maka PPh pasal 21 yang dipungut selanjutnya disetor ke kantor pajak dan jumlah
tersebut tidak mempengaruhi harga pokok produksi.

Pada contoh perhitungan gaji dan upah di atas, diasumsikan bahwa Pajak Penghasilan Pasal 21
ditanggung oleh karyawan, akan tetapi seringkali karyawan tidak mau dipotong gajinya. Dalam
kasus seperti ini maka Pajak Penghasilan Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan. Dengan asumsi
bahwa Pajak Penghasilan Pasal 21 ditanggung perusahaan, maka jurnalnya sebagai berikut:

Saat diperhitungkan
Biaya gaji dan upah Rp 50.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 21 Rp 5.000,00
Gaji dan upah yang harus dibayar Rp 50.000,00
Hutang PPh pasal 21 Rp 5.000,00

Saat dibayarkan

Gaji dan upah yang harus dibayar Rp 50.000,00


Hutang PPh Pasal 21 Rp 5.000,00
Kas Rp 55.000,00

Pengumpulan upah tak langsung dan Pajak Penghasilan Pasal 21 ke biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik Rp 10.000,00


Gaji dan upah tak langsung Rp 5.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 21 Rp 5.000,00
Saat didistribusikan

Barang dalam proses – upah langsung Rp 45.000,00


Barang dalam proses – BOP Rp 10.000,00
Gaji dan upah langsung Rp 45.000,00
Biaya overhead pabrik Rp 10.000,00
Penjelasan:
Total gaji dan upah yang dibarakan sebanyak Rp 50.000,00 dapat dibagi menjadi dua, yaitu gaji
dan upah langsung Rp 45.000,00 dan gaji dan upah tidak langsung sebanyak Rp 5.000,00,
sedangkan pajak penghasilan yang ditanggung perusahaan sebesar Rp 5.000,00 (10% x
Rp.5.000,00). Secara keseluruhan perusahaan akhirnya mengeluarkan biaya gaji sebesar Rp
55.000,00 (gaji pokok dan tunjangan pajak penghasilan karyawan). Biaya upah tak langsung dan

9
Pajak Penghasilan karyawan dikelompokkan ke dalam biaya overhead pabrik. Dengan demikian
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang ditanggung perusahaan akan menambah harga pokok produksi.

3.5 Akuntansi Biaya Overhead Pabrik


Perhitungan biaya bahan baku dan biaya upah langsung yang dibebankan ke suatu produk tidak
terlalu sulit dibandingkan dengan pembebanan biaya overhead pabrik. Hal ini disebabkan oleh
karena bahan baku dapat diketahui melalui bon pengeluaran barang (material requisition),
sedangkan upah langsung dapat diketahui melalui kartu jam kerja. Sebagai contoh pembuatan
sebuah almari dari kayu. Biaya bahan baku (kayu) dapat diketahui dengan mudah melalui bon
permintaan kayu, yang dikeluarkan oleh bagian produksi ke gudang bahan baku. Sedangkan
upah langsung dapat diketahui melalui jam kerja yang dihabiskan untuk mengerjakan almari
tersebut. Tidak demikian halnya dengan biaya overhead pabrik. Berapa besanya biaya plamir,
cat, politur, paku, amplas, penyusutan peralatan pabrik, biaya listrik dan lainnya yang harus
dibebankan ke almari tersebut.

Beberapa biaya overhead pabrik baru bisa diketahui pada akhir periode, yang waktunya cukup
lama setelah produk tersebut diselesaikan. Oleh sebab itu sulit untuk membebankan biaya
overhead pabrik berdasarkan biaya yang sesungguhnya. Untuk tidak mengabaikan masalah
pengendalian, dan untuk mempercepat perhitungan harga pokok produksi, biasanya
pembebanan biaya overhead pabrik dihitung dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik
yang ditetapkan dimuka (predetermined overhead rate), dan biaya ini masih merupakan
perkiraan.

Tarif biaya overhead pabrik diperoleh dengan cara membagi anggaran biaya overhead pabrik
berdasarkan kapasitas tertentu, dibagi dengan dasar pembebanan yang digunakan. Dasar
pembebanan yang digunakan antara lain: produk yang dihasilkan, biaya bahan baku langsung,
upah buruh langsung, jam kerja karyawan langsung dan jam kerja mesin. Pemilihan dasar
pembebanan ini bukan suatu hal yang mudah. Hal ini tergantung pada keterkaitan biaya
overhead pabrik tersebut dengan aktivitas yang dibiayai. Jika terjadinya biaya overhead pabrik
tersebut lebih banyak disebabkan oleh pemakaian bahan baku, maka dasar pembebanannya
menggunakan biaya bahan baku langsung. Sedangkan jika terjadinya biaya overhead pabrik
tersebut lebih banyak disebabkan oleh biaya tenaga kerja langsung, maka sebagai dasar
pembebanannya digunakan jam kerja langsung.

Berikut ini adalah contoh perhitungan tarif biaya overhead pabrik. Estimasi biaya overhead
dalam kapasits normal pada satu periode tertentu (selama tahun 2014) adalah Rp16.500,00,
sedangkan kapasitas normalnya 7.500 jam tenaga kerja langsung, sehingga tarif biaya overhead
10
adalah: Rp. 2,20 (16.500,00 : 7.500,00) per jam tenaga kerja langsung selama tahun 2014. Jika
suatu pesanan dikerjakan selama 6.000 jam kerja langsung, maka biaya overhead pabrik yang
dibebankan pada pesanan tersebut adalah: 6.000 x Rp. 2,20 = Rp. 13.200,00.

Jurnal yang dibuat untuk membebankan biaya overhead pabrik adalah:


Barang dalam proses -- BOP Rp. 13.200,00
BOP yang dibebankan Rp. 13.200,00.

Pada akhir periode akuntansi, BOP yang dibebankan ditutup ke rekening BOP Kontrol dengan
jurnal:

BOP yang dibebankan Rp. 13.200,00


BOP Kontrol Rp. 13.200,00

BOP kontrol adalah rekening yang digunakan untuk menampung biaya-biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya. Oleh karena rekening ini didebet dengan BOP yang sesungguhnya dan
dikredit dengan BOP yang dibebankan. Kemungkinan besar BOP yang sesungguhnya berbeda
dengan BOP yang dibebankan, maka akan terjadi selisih pada rekening BOP kontrol. Jika BOP
yang dibebankan lebih besar dari BOP Kontrol akan terjadi selisih menguntungkan (favorabel
variance) dan jika BOP yang dibebankan lebih kecil dari BOP Kontrol, maka akan terjadi selisih
merugikan (unfavorabel variance). Pada contoh perhitungan sebelumnya diasumsikan total
biaya overhead yang sesungguhnya hanya terdiri dari biaya bahan tak langsung, biaya upah tak
langsung, masing-masing jumlahnya adalah: Rp.6.000,00, Rp 4.500,00 totalnya Rp. 10.500,00.
Biaya ovehead pabrik yang dibebankan adalah sejumlah Rp. 13.200,00. Oleh karena BOP yang
sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dibebankan, maka terjadi selisih menguntungkan
sebesar Rp 2.700,00 (13.200 - 10.500). Selisih tersebut selanjutnya dibebankan sebagai:
mengurangi harga pokok produksi atau mengurangi harga pokok penjualan.

Berdasarkan jurnal-jurnal yang telah dibahas sebelumnya, maka total biaya produksi untuk
pesanan yang dikerjakan adalah sebagai berikut.

Bahan baku Rp31.000,00


Upah langsung Rp40.500,00
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp13.200,00
Jumlah biaya produksi Rp84.700,00

11
Jika diasumsikan bahwa tidak ada persediaan barang dalam proses akhir maka jurnal yang
dibuat untuk mencatat harga pokok produk jadi adalah sebagai berikut.

Persediaan produk jadi Rp84.700,00


Barang dalam proses -- bahan baku Rp31.000,00
Barang dalam proses -- upah langsung Rp40.500,00
Barang dalam proses -- BOP Rp13.200,00

3.6 Kartu Harga Pokok Pesanan (Job Cost Sheet)


Seperti disebutkan sebelumnya, dalam perhitungan harga pokok yang berdasarkan pesanan,
setiap pesanan yang dikerjakan dibuatkan satu kartu harga pokok pesanan. Kartu harga pokok
pesanan ini merupakan kartu pembantu untuk setiap pesanan, sedangkan sebagai
pengendalinya digunakan rekening pekerjaan dalam proses. Walaupun dikerjakan banyak
pesanan, masing-masing pesanan dibuatkan satu kartu pesanan yang digunakan untuk
menampung biaya bahan baku, upah langsung dan biaya overhead pabrik yang dibebankan
pada masing-masing pesanan.

Bentuk dari kartu harga pokok pesanan dapat dilihat pada Gambar 3.2. Setiap perusahaan
merancang kartu harga pokok pesanannya sesuai dengan pada informasi yang diperlukan dalam
setiap pesanan. Secara umum informasi yang terdapat dalam kartu pesanan adalah:

1. nomor pekerjaan,
2. nama pelanggan,
3. penjelasan produk yang dipesanan,
4. kuantitas,
5. tanggal mulai diproduksi dan
6. tanggal penyelesaian.
Gambar 3.3: Kartu Harga Pokok Pesanan
PT. Indogerang Pesanan No: 2270
Jl. Mujair Raya, Denpasar Tanggal dipesan: 6-11-2014
Nama pemesan : PT. Udang Perkasa Tanggal dimulai: 10-11-2014
Nama produk : Buffet seri 125 Tanggal selesai : 06-01-2015
Sfesifikasi : 15 X 6 X 8 X 10
Kuantitas : 20 buah
Bahan baku langsung
Tanggal No. Permint. Jumlah(Rp) Total(Rp)
05-12-2014 346 20.000
20-12-2014 350 11.000
31.000

12
Upah Langsung

Tanggal Jam Biaya(Rp) Total(Rp


15-12-2014 2.000 15.000
30-12-2014 2.500 15.500
05-01-2015 1.500 10.000
6.000 40.500

Biaya Overhead Pabrik


Tanggal Tarif pembebanan Biaya
05-01-2015 Rp. 2.2 per jam kerja Rp.13.200,00 Rp. 13.200,00
langsung

Bahan Baku Rp 31.000 Harga Jual Rp 125.000


Upah Langsung Rp 40.500 Biaya produksi ( Rp 84.700)
BOP Rp 13.200 Biaya pemasaran (Rp 7.500)
dibebankan Biaya Biaya adm.
Produksi Rp 84.700 Laba (Rp 2.500)

Rp 30.300

Berdasarkan kartu harga pokok pesanan pada Gambar 3.3 dapat dilihat dengan jelas besarnya
biaya bahan baku, upah langsung dan biaya overhead pabrik yang dibebankan ke masing-masing
pesanan. Untuk biaya overhead pabrik seperti dijelaskan sebelumnya digunakan taksiran dalam
pembebananya, karena banyak biaya yang digolongkan sebagai biaya overhead pabrik yang
belum diketahui jumlahnya saat pesanan tersebut selesai. Jika menunggu perhitungan biaya
selesai, kemungkinan penyerahan pesanan kepada pelanggan akan terlambat.

Rangkuman
Ada dua dasar pengerjaan suatu produk, yaitu produk yang dikerjakan berdasarkan proses yang
dikerjakan berdasarkan pesanan, sedangkan metode penentuan harga pokoknya masing-masing
disebut metode harga pokok proses dan metode harga pokok pesanan. Karakteristik perusahaan
yang bekerja berdasarkan pesanan antaral lain: (1) proses pengolahan produk terjadi secara
terputus-putus, (2) produk dikerjakan sesuai dengan keinginan pemesan, (3) produk dikerjakan
untuk memenuhi pesanan.

Proses akuntansi dalam metode harga pokok pesanan urut-urutan kegiatannya adalah akuntansi
bahan baku, akuntansi upah langsung dan tak langsung dan akuntansi biaya overhead pabrik.
Akuntansi biaya overhead pabrik dimulai dari: pengumpulan biaya overhead pabrik (BOP),
pengelompokkan BOP, pembebanan BOP.

13
Soal-Soal
1. Jelaskan karakteristik perusahaan yang bekerja berdasarkan pesanan.
2. Jelaskan karakteristik metode harga pokok pesanan.
3. Pada saat perusahaan membeli bahan baku, biasanya langsung dipotong PPN, bagaimana
perlakuan PPN tersebut?
4. Jika PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan, bagaimana perlakuan terhadap PPh Pasal 21
tersebut?
5. PT Budi Harapan Kita menghitung harga pokok produksinya berdasarkan metode harga
pokok pesanan. Data biaya untuk tahun 2014 adalah sebagai berikut: persediaan awal bahan
baku Rp 6.500.000,00, pembelian bahan baku Rp 45.000.000,00 pembayaran PPN Rp
4.500.000,00 persediaan akhir Rp 5.500.000,00. Barang dalam proses awal Rp 3.675.000,00.
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya Rp 35.000.000,00. Biaya overhead pabrik yang
dibebankan dimuka adalah sebesar 35% dari pemakaian bahan baku. Upah langsung Rp
15.000.000,00 PPh pasal 21 yang dipotong perusahaan Rp 3.200.000,00, persediaan akhir
barang dalam proses Rp
5.500.000,00.
Pertanyaan:
1. Hitung harga pokok produksi untuk tahun 2014
2. Buat jurnal yang diperlukan untuk mencatat
- pemakaian bahan baku
- pemakaian upah langsung, upah tak langsung dan Pajak penghasilan
- pembebanan biaya overhead pabrik.

Kasus
PT Morgan Jaya sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi bagian tertentu kendaraan
bermotor, memiliki dua departemen dalam memproduksi produknya, yaitu departemen
produksi dan departemen perakitan. Biaya overhead pabrik dari masing-masinag departemen
dibebankan ke produk jadi berdasarkan jam kerja langsung (JKL). Nilai persediaan awal barang
dalam proses dan ringkasan bahan baku langsung dan upah buruh langsung untuk bulan Januari
2014 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Biaya overhead pabrik yang direncanakan dalam satu
tahun dapat dilihat pada Tabel 2. Selama bulan Januari 2014 seluruh pekerjaan telah
diselesaikan kecuali pekerjaan nomor X765.

14
Tabel 1: Ringkasan Barang dalam Proses, Bahan Baku, Upah langsung dan BOP

Persediaan Awal Barang dalam Proses (Rp)

No. Pekerjaan Bahan baku Upah langsung BOP dibebankn Total

X751 2.000.000 3.050.000 6.200.000 11.250.000


X761 3.000.000 4.755.000 9.500.000 17.255.000
Total 5.000.000 8.805.000 15.700.000 29.505.000

Ringkasan Pemakaian Bahan Baku


MR No. Pekerjaan Kuantitas (Unit) Harga per unit Total(Rp)
(Rp)
MR1008 X762 100 3.500 350.000
MR1009 X763 120 4.200 504.000
MR1010 X763 60 4.200 252.000
MR1011 X764 85 5.000 425.000
MR1012 X764 70 1.000 70.000
MR1014 X765 160 4.000 640.000
MR1013 X762 30 3.500 105.000
MR = Material Requisition

Ringkasan Data Upah Langsung – Departemen Pabrikasi


PR Pekerjaan Jam Ongkos per Total
jam
PR75 X751 8 7.000 56.000
PR76 X762 45 7.000 315.000
PR77 X763 70 7.000 490.000
PR78 X764 45 7.000 315.000
PR79 X765 20 7.000 140.000
PR80 X762 10 7.000 70.000
PR = Perintah Kerja

Ringkasan Data Upah Langsung – Departemen Asembling


PR Pekerjaan Jam Ongkos per Total
jam
PR96 X751 10 5.000 50.000
PR97 X761 15 5.000 75.000
PR98 X762 30 5.000 150.000
PR99 X763 45 5.000 225.000
PR100 X764 25 5.000 125.000
PR101 X765 15 5.000 75.000

Tabel 2 Anggaran BOP Tahunan

15
Departemen

Keterangan Pabrikasi(Rp) Asembling(Rp)

Supervisi 18.000.000 15.000.000

Upah tak langsung 7.500.000 5.000.000

Penyusutan 20.000.000 6.000.000

BOP lainnya 4.000.000 2.000.000

Total 49.500.000 28.000.000

Aktivitas direncanakan (JKL) 2.500 JKL 1.600 JKL

Tarif BOP ditetapkan di depan Rp 19.800/JKL Rp 17.500/JKL

Catatan produksi dan pengiriman barang jadi, tampak pada tabel berikut :

Pekerjaan yang diselesaikan

Diproduksi (unit) Dikirim (unit)

X751 200 80

X761 150 150

X762 100 60

X763 160 160

X764 150 70

Pertanyaan:

16
1. Saudara diminta untuk menghitung harga pokok produksi dari masingmasing pekerjaan
dengan cara membuat Kartu Harga Pokok Pesanan
(seperti contoh terlampir).
2. Buatkan tabel yang menunjukkan: harga pokok persediaan akhir barang dalam proses, harga
pokok persediaan akhir barang jadi dan harga pokok penjualan.

17
Nama Pelanggan: …………………… Nomor Pekerjaan:…………………
Tanggal dipesan :…………………….. Jenis Produk :…………………
Tanggal dikerjakan:………………… Unit dipesan :…………..
Tanggal selesai :………………….

Bahan Baku langsung


Tanggal Departemen No. Material Requisition Jumlah

Upah Langsung
Tanggal Departemen Keterangan Jumlah

Biaya Overhead Pabrik Dibebankan


Tanggal Departemen Dasar tarif Jum lah
pembebanan
BOP

Total biaya produksi:………………


Unit yang diproduksi:………………
Harga pokok per unit:………………

18

Anda mungkin juga menyukai