Anda di halaman 1dari 9

RESUME

PENGENDALIAN BAHAN BAKU


(Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Biaya)

Disusun oleh :

KELOMPOK 9

Ramli 105731114419 2019


Nurfatima 105731115619 2019
Putri Wulandari 105731114319 2019
Arfani Syafna Nur - 2017

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
2020
PENGENDALIAN BAHAN BAKU

1. Konsep biaya bahan baku


Bahan baku adalah seluruh bahan yang digunakan untuk memproduksi suatu produk.
Contoh sederhana dari bahan baku adalah kayu dan paku untuk membuat kursi.
Berdasarkan pengertian bahan baku tersebut, maka bisa dengan mudah diartikan bahwa
biaya bahan baku (raw material cost) sendiri adalah biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan bahan baku hingga siap digunakan, termasuk untuk biaya angkut,
penyimpanan, dan operasional. Biaya bahan baku ini umumnya menjadi komponen biaya
terbesar dalam pembuatan produk jadi. 
Dalam industri manufaktur, bahan baku diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau
pengelolaan sendiri. Bahan yang digunakan untuk proses produksi itu sendiri
diklasifikasikan menjadi bahan baku langsung dan bahan pembantu atau tidak langsung.
Oleh karenanya, biaya bahan baku juga terbagi dua yaitu biaya bahan baku langsung dan
biaya bahan baku tidak langsung.
Biaya bahan baku langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk semua bahan
yang membentuk bagian integral atau bahan yang pemakaiannya cukup signifikan dari
barang jadi. Sedangkan biaya bahan baku tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan
untuk bahan baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk namun
pemakaiannya relatif kecil. Karena itulah, bahan baku ini sulit untuk diukur jika
menggunakan skala per unit produk.
2. Biaya pengadaan bahan baku dan jurnal
Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan
baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal,
impor, atau dari pengolahan sendiri.
Dalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah
harga beli bahan baku saja tetapi juga mengeluarkan:
 Biaya-biaya pembelian
 Biaya pergudangan, dan
 Biaya-biaya perolehan lain.
Timbul masalah berkaitan dengan komponen biaya apa saja yang diperhitungkan
sebagai harga pokok bahan baku yang dibeli.
 Komponen Biaya yang Membentuk Harga Pokok Bahan Baku
Sebelum dibahas unsur-unsur biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang
dibeli, berikut ini diuraikan sistem pembelian lokal bahan baku.
Pengetahuan mengenai sistem pembelian ini penting untuk dipelajari agar dapat
diperoleh gambaran unsur-unsur biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang
dibeli.
a. Sistem Pembelian
Transaksi pembelian lokal bahan baku melibatkan bagian-bagian produksi, gudang,
pembelian, penerimaan barang, dan akuntansi.
Dokumen sumber dan dokumen pendukung yang dibuat dalam transaksi pembelian
lokal bahan bahan baku adalah:
1. Surat Permintaan Pembelian
2. Surat Order Pembelian
3. Laporan Penerimaan Barang
4. Faktur dari Penjual
Sistem pembelian bahan baku lokal terdiri dari:
1. Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku
Prosedur standar permintaan pembelian bahan baku dimulai jika persediaan
bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah tingkat minimum
pemesanan kembali (reorder point).
Bagian Gudang kemudian membuat surat permintaan pembelian (purchase
requisition) untuk dikirimkan ke Bagian Pembelian. Dan berikut ini contoh surat
permintaan pembelian:
2. Prosedur Order Pembelian
Prosedur standar order pembelian dimulai dari Bagian Pembelian yang
melaksanakan pembelian atas dasar surat permintaan pembelian dari Bagian
Gudang.
Untuk pemilihan pemasok, bagian pembelian mengirimkan surat permintaan
penawaran harga (purchase price quotation) kepada para pemasok.
Dalam surat permintaan penawaran harga berisi permintaan informasi harga
dan syarat-syarat pembelian dari masing-masing pemasok tersebut.
Setelah pemasok yang dianggap baik dipilih, Bagian Pembelian kemudian
membuat surat order pembelian untuk dikirimkan kepada pemasok yang dipilih.
Dan berikut ini contoh surat order pembelian:

3. Prosedur Penerimaan Bahan Baku


Prosedur penerimaan bahan baku dilakukan ketika Pemasok mengirimkan
bahan baku kepada perusahaan sesuai dengan surat order pembelian yang
diterimanya.
Bagian Penerimaan yang bertugas menerima barang, mencocokkan kualitas,
kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku yang diterima dari pemasok dengan
tembusan surat order pembelian.
Bila bahan baku yang diterima telah sesuai dengan surat order pembelian,
Bagian Penerimaan membuat laporan penerimaan barang untuk dikirimkan
kepada Bagian Akuntansi. Dan berikut ini contoh Laporan Penerimaan Barang:

4. Prosedur Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Bagian Gudang


Prosedur standar pencatatan penerimaan bahan baku di Bagian Gudang
dilakukan setelah Bagian Penerimaan menyerahkan bahan baku yang diterima
dari pemasok kepada Bagian Gudang.
Bagian Gudang menyimpan bahan baku tersebut dan mencatat jumlah bahan
baku yang diterima dalam kartu gudang (stock card) pada kolom barang masuk.
Kartu ini digunakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat mutasi tiap-tiap
jenis barang gudang.Kartu gudang hanya berisi informasi kuantitas tiap-tiap jenis
barang yang disimpan di gudang dan tidak berisi informasi mengenai harganya.
Catatan dalam kartu gudang ini diawasi dengan catatan yang diselenggarakan
oleh Bagian Akuntansi yang berupa kartu persediaan (sebagai rekening pembantu
persediaan).
Bagian gudang di samping mencatat mutasi barang gudang dalam kartu
gudang, juga mencatat barang dalam kartu barang yang ditempelkan atau
digantungkan pada tempat penyimpanan masing-masing barang.
Perbedaan kartu gudang, kartu barang dan kartu persediaan dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
a) Contoh Kartu Gudang
b) Contoh Kartu Barang

c) Contoh Kartu Persediaan

5. Prosedur Pencatatan Utang karena Pembelian Bahan Baku


Prosedur ini dimulai ketika Bagian Pembelian menerima faktur pembelian
dari pemasok. Bagian Pembelian memberikan tanda tangan di atas faktur
pembelian, sebagai tanda persetujuan bahwa faktur dapat dibayar. Karena
pemasok telah memenuhi syarat-syarat pembelian yang ditentukan oleh
perusahaan.
Faktur pembelian yang telah ditandatangani oleh Bagian Pembelian tersebut
diserahkan kepada Bagian Akuntansi. Dalam transaksi pembelian bahan baku,
Bagian Akuntansi memeriksa ketelitian perhitungan dalam faktur pembelian. Dan
mencocokannya dengan informasi dalam tembusan surat order pembelian yang
diterima dari Bagian Pembelian. Dan laporan penerimaan barang yang diterima
dari Bagian Penerimaan. Faktur pembelian yang dilampiri dengan tembusan surat
order pembelian dan laporan penerimaan barang dicatat oleh Bagian Akuntansi
dalam jurnal pembelian. Setelah dicatat dalam jurnal pembelian, faktur pembelian
beserta dokumen pendukungnya tersebut dicatat dalam kartu persediaan. Sebagai
rekening pembantu persediaan bahan baku pada kolom masuk.
Faktur pembelian dan dokumen pendukungnya kemudian dicatat dalam kartu
utang (sebagai rekening pembantu utang), untuk mencatat timbulnya utang
kepada pemasok yang bersangkutan.
b. Biaya yang diperhitunkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli
Menurut prinsip akuntansi yang lazim semua biaya yang terjadi untuk memperoleh
bahan baku. Dan untuk menempatkannya dalam keadaan siap untuk diolah adalah
unsur harga pokok bahan baku yang dibeli. Oleh karena itu, harga pokok bahan baku
yang hanya berupa harga yang tercantum dalam faktur pembelian saja.
 Harga pokok bahan baku terdiri dari :
1. Harga beli (harga yang tercantum dalam faktur pembelian)
2. Ditambah dengan biaya-biaya pembelian
3. Dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam
keadaan siap untuk diolah.
Harga beli dan biaya angkutan adalah unsur yang mudah diperhitungkan sebagai
harga pokok bahan baku.
 Sedangkan biaya-biaya :
1. pesan (order cost),
2. biaya penerimaan,
3. pembongkaran,
4. pemeriksaan,
5. asuransi,
6. pergudangan, dan
7. biaya akuntansi bahan baku
adalah unsur-unsur biaya yang sulit diperhitungkan pada harga pokok bahan baku
yang dibeli. Di dalam praktik, pada umumnya harga pokok bahan baku hanya dicatat
sebesar harga beli menurut faktur dan pemasok.
Hal ini dilakukan karena pembagian biaya pembelian pada masing-masing jenis
bahan baku dalam faktur seringkali memerlukan biaya akuntansi yang mungkin lebih
besar. Bila dibandingkan dengan manfaat ketelitian perhitungan harga pokok yang
diperoleh.
Sebagai akibatnya, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku
dan untuk menjadikan bahan baku dalam keadaan siap untuk diolah, pada umumnya
diperhitungkan sebagai unsur biaya overhead pabrik.
3. Economic Order Quantity (EOQ), Titik Pemesanan Kembali, dan Safety Stock
a. Economic Order Quantity (EOQ)
Rumusnya:
EOQ =  (2 x D x P) : (C)
keterangan:
EOQ = jumlah pembelian optimal yang ekonomis
P = biaya pemesanan per pesanan
D = pemakaian bahan periode waktu
C = biaya penyimpanan per unit per tahun
b. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
ROP sangat memperhatikan dalam hal persediaan tersisa di gudang baru kemudian
dilakukan pemesanan kembali.
Rumus menghitung Reorder point:
Reorder point = (LD xAU) + SS
Keterangan:
LD = lead time (waktu tunggu)
AU = rata – rata pemakaian selama satuan waktu tunggu
SS = Safety stock
c. Safety Stock (Persediaan Bahan Pengaman)
Berikut faktor yang mempengaruhi besar kecilnya safety stock bahan baku yaitu:
1. Keterlambatan dalam penyerahan bahan baku 
2. Pembelian bahan baku dalam skala kecil maupun besar setiap saat
3. Kemudahan dalam menduga bahan baku yang diperlukan
4. Adanya keterkaitan biaya penyimpanan dengan biaya ekstra kekurangan persediaan
Rumus menghitung safety stock:
persediaan bahan pengaman = (pemakaian maks – pemakaian rata-rata) x lead
time

Anda mungkin juga menyukai