FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI AKUNTANSI 2020 PENGENDALIAN BAHAN BAKU
1. Konsep biaya bahan baku
Bahan baku adalah seluruh bahan yang digunakan untuk memproduksi suatu produk. Contoh sederhana dari bahan baku adalah kayu dan paku untuk membuat kursi. Berdasarkan pengertian bahan baku tersebut, maka bisa dengan mudah diartikan bahwa biaya bahan baku (raw material cost) sendiri adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan bahan baku hingga siap digunakan, termasuk untuk biaya angkut, penyimpanan, dan operasional. Biaya bahan baku ini umumnya menjadi komponen biaya terbesar dalam pembuatan produk jadi. Dalam industri manufaktur, bahan baku diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau pengelolaan sendiri. Bahan yang digunakan untuk proses produksi itu sendiri diklasifikasikan menjadi bahan baku langsung dan bahan pembantu atau tidak langsung. Oleh karenanya, biaya bahan baku juga terbagi dua yaitu biaya bahan baku langsung dan biaya bahan baku tidak langsung. Biaya bahan baku langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk semua bahan yang membentuk bagian integral atau bahan yang pemakaiannya cukup signifikan dari barang jadi. Sedangkan biaya bahan baku tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk namun pemakaiannya relatif kecil. Karena itulah, bahan baku ini sulit untuk diukur jika menggunakan skala per unit produk. 2. Biaya pengadaan bahan baku dan jurnal Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari pengolahan sendiri. Dalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga beli bahan baku saja tetapi juga mengeluarkan: Biaya-biaya pembelian Biaya pergudangan, dan Biaya-biaya perolehan lain. Timbul masalah berkaitan dengan komponen biaya apa saja yang diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku yang dibeli. Komponen Biaya yang Membentuk Harga Pokok Bahan Baku Sebelum dibahas unsur-unsur biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli, berikut ini diuraikan sistem pembelian lokal bahan baku. Pengetahuan mengenai sistem pembelian ini penting untuk dipelajari agar dapat diperoleh gambaran unsur-unsur biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli. a. Sistem Pembelian Transaksi pembelian lokal bahan baku melibatkan bagian-bagian produksi, gudang, pembelian, penerimaan barang, dan akuntansi. Dokumen sumber dan dokumen pendukung yang dibuat dalam transaksi pembelian lokal bahan bahan baku adalah: 1. Surat Permintaan Pembelian 2. Surat Order Pembelian 3. Laporan Penerimaan Barang 4. Faktur dari Penjual Sistem pembelian bahan baku lokal terdiri dari: 1. Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku Prosedur standar permintaan pembelian bahan baku dimulai jika persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah tingkat minimum pemesanan kembali (reorder point). Bagian Gudang kemudian membuat surat permintaan pembelian (purchase requisition) untuk dikirimkan ke Bagian Pembelian. Dan berikut ini contoh surat permintaan pembelian: 2. Prosedur Order Pembelian Prosedur standar order pembelian dimulai dari Bagian Pembelian yang melaksanakan pembelian atas dasar surat permintaan pembelian dari Bagian Gudang. Untuk pemilihan pemasok, bagian pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga (purchase price quotation) kepada para pemasok. Dalam surat permintaan penawaran harga berisi permintaan informasi harga dan syarat-syarat pembelian dari masing-masing pemasok tersebut. Setelah pemasok yang dianggap baik dipilih, Bagian Pembelian kemudian membuat surat order pembelian untuk dikirimkan kepada pemasok yang dipilih. Dan berikut ini contoh surat order pembelian:
3. Prosedur Penerimaan Bahan Baku
Prosedur penerimaan bahan baku dilakukan ketika Pemasok mengirimkan bahan baku kepada perusahaan sesuai dengan surat order pembelian yang diterimanya. Bagian Penerimaan yang bertugas menerima barang, mencocokkan kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku yang diterima dari pemasok dengan tembusan surat order pembelian. Bila bahan baku yang diterima telah sesuai dengan surat order pembelian, Bagian Penerimaan membuat laporan penerimaan barang untuk dikirimkan kepada Bagian Akuntansi. Dan berikut ini contoh Laporan Penerimaan Barang:
4. Prosedur Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Bagian Gudang
Prosedur standar pencatatan penerimaan bahan baku di Bagian Gudang dilakukan setelah Bagian Penerimaan menyerahkan bahan baku yang diterima dari pemasok kepada Bagian Gudang. Bagian Gudang menyimpan bahan baku tersebut dan mencatat jumlah bahan baku yang diterima dalam kartu gudang (stock card) pada kolom barang masuk. Kartu ini digunakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat mutasi tiap-tiap jenis barang gudang.Kartu gudang hanya berisi informasi kuantitas tiap-tiap jenis barang yang disimpan di gudang dan tidak berisi informasi mengenai harganya. Catatan dalam kartu gudang ini diawasi dengan catatan yang diselenggarakan oleh Bagian Akuntansi yang berupa kartu persediaan (sebagai rekening pembantu persediaan). Bagian gudang di samping mencatat mutasi barang gudang dalam kartu gudang, juga mencatat barang dalam kartu barang yang ditempelkan atau digantungkan pada tempat penyimpanan masing-masing barang. Perbedaan kartu gudang, kartu barang dan kartu persediaan dapat dilihat pada gambar berikut ini: a) Contoh Kartu Gudang b) Contoh Kartu Barang
c) Contoh Kartu Persediaan
5. Prosedur Pencatatan Utang karena Pembelian Bahan Baku
Prosedur ini dimulai ketika Bagian Pembelian menerima faktur pembelian dari pemasok. Bagian Pembelian memberikan tanda tangan di atas faktur pembelian, sebagai tanda persetujuan bahwa faktur dapat dibayar. Karena pemasok telah memenuhi syarat-syarat pembelian yang ditentukan oleh perusahaan. Faktur pembelian yang telah ditandatangani oleh Bagian Pembelian tersebut diserahkan kepada Bagian Akuntansi. Dalam transaksi pembelian bahan baku, Bagian Akuntansi memeriksa ketelitian perhitungan dalam faktur pembelian. Dan mencocokannya dengan informasi dalam tembusan surat order pembelian yang diterima dari Bagian Pembelian. Dan laporan penerimaan barang yang diterima dari Bagian Penerimaan. Faktur pembelian yang dilampiri dengan tembusan surat order pembelian dan laporan penerimaan barang dicatat oleh Bagian Akuntansi dalam jurnal pembelian. Setelah dicatat dalam jurnal pembelian, faktur pembelian beserta dokumen pendukungnya tersebut dicatat dalam kartu persediaan. Sebagai rekening pembantu persediaan bahan baku pada kolom masuk. Faktur pembelian dan dokumen pendukungnya kemudian dicatat dalam kartu utang (sebagai rekening pembantu utang), untuk mencatat timbulnya utang kepada pemasok yang bersangkutan. b. Biaya yang diperhitunkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli Menurut prinsip akuntansi yang lazim semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku. Dan untuk menempatkannya dalam keadaan siap untuk diolah adalah unsur harga pokok bahan baku yang dibeli. Oleh karena itu, harga pokok bahan baku yang hanya berupa harga yang tercantum dalam faktur pembelian saja. Harga pokok bahan baku terdiri dari : 1. Harga beli (harga yang tercantum dalam faktur pembelian) 2. Ditambah dengan biaya-biaya pembelian 3. Dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk diolah. Harga beli dan biaya angkutan adalah unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku. Sedangkan biaya-biaya : 1. pesan (order cost), 2. biaya penerimaan, 3. pembongkaran, 4. pemeriksaan, 5. asuransi, 6. pergudangan, dan 7. biaya akuntansi bahan baku adalah unsur-unsur biaya yang sulit diperhitungkan pada harga pokok bahan baku yang dibeli. Di dalam praktik, pada umumnya harga pokok bahan baku hanya dicatat sebesar harga beli menurut faktur dan pemasok. Hal ini dilakukan karena pembagian biaya pembelian pada masing-masing jenis bahan baku dalam faktur seringkali memerlukan biaya akuntansi yang mungkin lebih besar. Bila dibandingkan dengan manfaat ketelitian perhitungan harga pokok yang diperoleh. Sebagai akibatnya, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku dan untuk menjadikan bahan baku dalam keadaan siap untuk diolah, pada umumnya diperhitungkan sebagai unsur biaya overhead pabrik. 3. Economic Order Quantity (EOQ), Titik Pemesanan Kembali, dan Safety Stock a. Economic Order Quantity (EOQ) Rumusnya: EOQ = (2 x D x P) : (C) keterangan: EOQ = jumlah pembelian optimal yang ekonomis P = biaya pemesanan per pesanan D = pemakaian bahan periode waktu C = biaya penyimpanan per unit per tahun b. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) ROP sangat memperhatikan dalam hal persediaan tersisa di gudang baru kemudian dilakukan pemesanan kembali. Rumus menghitung Reorder point: Reorder point = (LD xAU) + SS Keterangan: LD = lead time (waktu tunggu) AU = rata – rata pemakaian selama satuan waktu tunggu SS = Safety stock c. Safety Stock (Persediaan Bahan Pengaman) Berikut faktor yang mempengaruhi besar kecilnya safety stock bahan baku yaitu: 1. Keterlambatan dalam penyerahan bahan baku 2. Pembelian bahan baku dalam skala kecil maupun besar setiap saat 3. Kemudahan dalam menduga bahan baku yang diperlukan 4. Adanya keterkaitan biaya penyimpanan dengan biaya ekstra kekurangan persediaan Rumus menghitung safety stock: persediaan bahan pengaman = (pemakaian maks – pemakaian rata-rata) x lead time