Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Penyusun makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan di dukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
menucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampung makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan yang relevan pada makalah- makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
ط ِع ُمونَأ َ ْهلِي ُك ْمأَوْ ِكس َْوتُهُ ْم ْ ُط َعا ُم َع َش َر ِة َم َسا ِكينَ ِم ْنأَوْ َس ِط َمات ْ ِ الَيُ َؤا ِخ ُذ ُك ُماللّهُبِاللَّ ْغ ِوفِيأ َ ْي َمانِ ُك ْم َولَـ ِكنيُ َؤا ِخ ُذ ُكمبِ َما َعقَّدتُّ ُماألَ ْي َمانَفَ َكفَّا َرتُهُإ
واأَ ْي َمانَ ُك ْم َك َذلِ َكيُبَيِّنُاللّهُلَ ُك ْم
ْ ُصيَا ُمثَالَثَ ِةأَيَّا ٍم َذلِ َك َكفَّا َرةُأَ ْي َمانِ ُك ْمإ ِ َذا َحلَ ْفتُ ْم َواحْ فَظ
ِ َأَوْ تَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍةفَ َمنلَّ ْميَ ِج ْدف
َآيَاتِ ِهلَ َعلَّ ُك ْمتَ ْش ُكرُون
"Tidak sedikitpun bagian orang yang membunuh dari harta warisan (yang terbunuh)”.
(HR. Nasa’i dan Daraquthi dari Amrin bin Suaib dari ayahnya dan dari anaknya)
Hadist tersebut menunjukkan bahwa membunuh sebagai penghalang untuk
mendapatkan warisan.
Dari sini kita bisa melihat bahwa ada perbedaan antara ‘aqidah dan syari’ah (hukum
syara’). ‘Aqidah adalah pembenaran secara pasti terhadap sesuatu sesuai dengan fakta
dan dalil yang qath’iy (pasti benar) ; dimana sesuatu tersebut merupakan persoalan
asasi atau cabang dari persoalan asasi. Sedangkan hukum syara’ adalah seruan asy-
syari’ yang berkaitan dengan permasalahan aktivitas hamba dan cukup baginya dalil-
dalil dhanniy (Relatif benar).
C. Sumber-Sumber Aqidah
Dua sumber pengambilan dalil penting jika ditelaah melalui tulisan para ulama dalam
menjelaskan aqidah.
a. Dalil asas dan inti yang mencakup Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’ para ulama.
b. Dalil penyempurnaan yang mencakup akal sehat manusia dan fitrah kehidupan yang
telah diberikan oleh ALLAH SWT.
1. Al-Qur’an sebagai sumber aqidah
Firman ALLAH SWT yang diwahyukan kepada Rasulullah melalui perantara
malaikat Jibril. Di dalamnya ALLAH telah menjelaskan segala sesuatu yang telah
dibutuhkan oleh hamba-Nya sebagai bekal kehidupan di dunia dan di akhirat. Ia
merupakan petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk, pedoman hidup bagi
orang-orang yang beriman, dan obat bagi jiwa-jiwa yang terluka. Sebagaimana Firman
ALLAH dalam QS.Al-An’am:115.
ْ َوتَ َّم ت
ت َ ِّ َرب ص ْدقًا
ُ َكلِ َم ك ِ َۚو َع ْداًل اَل ُمبَ ِّد َل ۚلِ َكلِ َماتِ ِه َوهُ َو ْال َعلِي ُمال َّس ِمي ُع
Artinya: “dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan benar dan adil.
Tidak ada yang dapat mengubah Firman-Nya. Dan Dia Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui”.
“dan tidaklah yang diucapkan-Nya itu (Al-Qur’an) menurut keinginan-Nya. Tidak lain
(Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.”
Rasulullah saw bersabda,”tulislah demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidak
keluar dari-Nya kecuali kebenaran sambil menunjuk lidahnya” (HR. Abu dawud).
Yang menjadi persoalan adalah banyaknya hadits lemah yang beredar ditengah
umat dianggap “mutiara” yang bukan berasal dari Rasulullah saw dinisbahakan kepada
beliau. Hal ini tidak lepas dari usaha penyimpangan yang dilakukan oleh musuh-musuh
ALLAH untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit. Akan tetapi, maha suci ALLAH
yang telah menjaga kemurnian As-Sunnah hingga akhir zaman melalui para ulama ahli
ilmu.
Selain melakukan penjagaan terhadap ahli sunnah, ALLAH telah menjadikan As-
Sunnah sebagai sumber hukum.dalam Agama. Kekuatan As-Sunnah dalam menetapkan
syari’at termasuk perkara aqidah ditegaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an, diantaranya
firman ALLAH dalam QS.An-nisa:59. Yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah pada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (As-
Sunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih
utama bagimu dan lebih baik akibatnya.”
Firman Allah di atas menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain bagi seorang
muslim untuk mengambil sumber-sumber hukum aqidah dari As-Sunnah dengan
pemahaman ulama. Ibnu Qayyim juga pernah berkata “Allah memerintahkan untuk
mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya dengan mengulangi kata kerja (taatilah)yang
menandakan bahwa menaati Rasul wajib secara independen tanpa harus mencocokkan
terlebih dahulu dengan Al-Qur’an, jika beliau memerintahkan sesuatu. Hal ini
dikarenakan tidak akan pernah ada pertentangan antara Qur’an dan Sunnah.
3. Ijma’ para Ulama
Sumber aqidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid Umat Muhammad saw
setelah beliau wafat, tentang urusan pada suatu masa. Mereka bukanlah orang yang
sekedar tahu tentang ilmu tetap juga memahami dan mengamalkan ilmu. Berkaitan
dengan ijma’, Allah swt berfirman dalam QS.An-Nisa:115. Yang artinya :
“dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya,
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan dia dalam
kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan masukkan ia kedalam Neraka
Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.”
“dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang biasa kamu
seru, kecuali Dia. Tapi ketika Dia menyelamatkan kamu kedaratan, kamu berpaling
dari-Nya. Dan manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur).”
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada
Allah dengan sedekat-dekatnya"... (QS. 39:3).
7. Munafiq
Munafiq merupakan apabila berjanji mengingkari, apabila berkasta dusta, dan
apabila dipercaya mengkhianati.
Nabi saw bersabda :
“Buatkanlah jaminan enam hal kepadaku tentang dirimu, maka aku akan menjamin
kamu masuk surga, (yaitu) : Jujurlah bila kamu berkata, tepatilah bila kamu berjanji,
tunaikanlah bila kamu dipercaya, peliharalah kemaluanmu, pejamkanlah matamu, dan
jagalah kedua tanganmu”
Dari dalil diatas terlihat bahwa orang yang bisa melakukan enam hal diatas akan
dijamin masuk surga. Sedangkan orang munafik adalah orang yang mengabaikan tiga
dari enam hal diatas sehingga orang yang munafik jaminannya adalah kebalikan dari
surga yaitu neraka.
Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Al-Yaman ra., bahwasannya ia berkata : “Ada
seseorang pada masa Rasulullah saw. yang mengucapkan satu perkataan lantas ia
menjadi orang munafiq, dan kini saya mendengar perkataan itu diucapkan seseorang
sepuluh kali dalam satu hari”.
Pernyataan diatas memberikan penjelasan bahwa apabila seseorang itu suka
berdusta, maka ia adalah orang munafik. Oleh karena itu, setiap muslim wajib untuk
menjaga dirinya dari tanda-tanda orang munafik, karena apabila seseorang terbiasa
untuk berdusta, maka ia akan ditulis disisi Allah sebagai orang munafik, dan ia akan
dibebani dosa dirinya dan dosa orang-orang yang meniru perbuatannya.
8. Bid’ah
Jika di tinjau dari sudut pandang bahasa, bid’ah adalah diambil dari kata bida’ yaitu
al ikhtira‘ mengadakan sesuatu tanpa adanya contoh sebelumnya. Seperti yang
termaktub dalam Kitab Shahih Muslim bi Syarah Imam Nawawi dijelaskan sebagai
berikut:
هي كل شيء عمل على غير مثال سابق: قال أهل اللغة.والمراد غالب البدع
Artinya: “Dan yang dimaksud bid’ah, berkata ahli bahasa, dia ialah segala sesuatu
amalan tanpa contoh yang terlebih dahulu”
http://makalahaaqidahakhlak.blogspot.com/2017/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
https://mimtulungagung-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/mimtulungagung.wordpress.com/2008/11/09/perbedaan-antara-
aqidah-dan-syariah/amp/
http://cgeduntuksemua.blogspot.com/2012/04/bab-i-pendahuluan-aqidah-adalah-
bentuk.html?m=1