Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI BIAYA

AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU

KELOMPOK 1 :

WARAS WICAKSONO 1704520060

KHOIRUNNISA 1704520006

RALYN DEONATUS PARHUSIP 1704519018

DOSEN PENGAMPU :
Diah Armeliza, S.E., M.Ak.

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI 2020


Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah-SWT yang Maha-Pengasih lagi Maha-


Panyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta-alam. Sehingga makalah
Akuntansi Biaya yang kami buat ini dapat selesai tanpa halangan yang berarti
Makalah ini kami beri judul “Akuntansi Biaya Bahan Baku”.
Makalah ini kami buat dan susun dengan usaha maksimal juga atas bantuan
dari berbagai pihak yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya
untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karenanya kami sampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah ikut serta dalam
menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari itu semua kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah yang kami buat. Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain
yang tidak kami sadari. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan
saran sebagai sarana perbaikan makalah yang lebih baik.
Dan semoga makalah tentang “Akuntansi Biaya Bahan Baku” ini dapat
memberikan manfaat bagi pembacanya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya atas perhatiannya.

Jakarta, September 2021


DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar......................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
A. Pengetian Bahan baku................................................................................6
B. Penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi. . .10
C. Metode pencatatan biaya bahan baku.......................................................10
D. Masalah-Masalah Khusus yang berhubungan dengan bahan baku..........13
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….………..15
BAB I

A Latar Belakang
Biaya adalah hal yang tidak asing lagi saat kita dengar. Biaya adalah
sesuatu yang kita keluarkan untuk memperoleh sesuatu. Perusahaan manufaktur
adalah perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. yang dalam
prosesnya atau dalam pengolahannya melibatkan berbagai macam biaya seperti :
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan lain lain.

B Rumusan Masalah
1. Apa itu biaya?

2. Apa itu biaya bahan baku?

3. Bagaimana sistem pembelian bahan baku?

4. Bagaimana prosedur penerimaan bahan baku?

C Tujuan Penulisan
1. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai biaya
bahan baku.
2. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai biaya.
3. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai sistem
pembelian bahan baku.
4. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai
prosedur penerimaan bahan baku.
BAB II

A. Pengetian Bahan baku


1. Sofjan Assauri
Bahan baku adalah seluruh bahan baku yang mencakup seluruh bahan
yang digunakan dalam suatu perusahaan pabrik, kecuali beberapa bahan yang
secara fisik akan digabungkan ke dalam produk yang diperoleh perusahaan
tersebut.

2. Hanggana
Hanggana berpendapat bahwa bahan baku adalah suatu bahan yang
digunakan untuk membuat barang jadi. Dalam suatu perusahaan bahan baku
dan bahan bahan penolong memiliki arti yang sangat penting, karena menjadi
modal terjadinya suatu proses produksi hingga hasil produksi.
Nah, berdasarkan pendapat ahli diatas, maka bisa kita simpulkan
bahwa bahan baku adalah bahan utama yang sangat diperlukan untuk
membuat suatu proses barang dari hasil produksi. Meskipun bahan utama ini
harus bisa diproses terlebih dahulu melalui suatu proses yang bisa dijadikan
sebagai suatu produk yang jadi.
Pada dasarnya, bahan baku adalah seluruh bahan yang diperlukan dan
digunakan untuk bisa membuat atau memproduksi suatu produk. Contoh
sederhana dari bahan baku ini adalah kayu dan juga paku yang dibuat untuk
memproduksi kursi. Berdasarkan pengertian dari bahan baku ini, maka bisa
kita simpulkan bahwa biaya bahan baku adalah suatu biaya yang dikeluarkan
agar bisa memperoleh bahan baku yang siap untuk digunakan, yang
didalamnya mencakup biaya angkut, penyimpanan, dan juga operasional di
dalamnya. Sebelum dibahas unsur-unsur biaya yang membentuk harga pokok
bahan baku yang dibeli, berikut ini diuraikan sistem pembelian lokal bahan
baku.
Sistem pembelian sistem pembelian lokal bahan baku terdiri
dari prosedur permintaan pembelian, prosedur order pembelan, prosedur
penerimaan barang, prosedur pencatatan penerimaan barang di gudang, dan
prosedur pencatatan utang.
1. Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku
Jika persediaan bahan baku yang ada digudang sudah mencapai jumlah
tingkat minimum pemesanan kembali (reorder point), Bagian gudang
kemudian membuat surat permintaan pembelian (purchase requisition) yang
kemudian dikirimkan ke bagian pembelian.
2. Prosedur Penerimaan Bahan Baku
Pemasok mengirimkan bahan baku kepada perusahaan sesuai dengan
surat order pembelian yang diterimanya. Bagian Penerimaan yang bertugas
menerima barang, mencocokan kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi
bahan baku yang diterima dari pemasok dengan tembusan surat order
pembelian. Apabila bahan baku yang diterima telah sesuai dengan surat order
pembelian, Bagian Penerimaan membuat laporan penerimaan barang untuk
dikirimkan kepada Bagian Akuntansi.
3. Prosedur Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Bagian Gudang
Bagian Penerimaan menyerahkan bahan baku yang diterima dari
pemasok kepada Bagian Gudang. Bagian Gudang menyimpan bahan baku
tersebut dan mencatat jumlah bahan baku yang diterima dalam kartu gudang
(stock card). Kartu Gudang di gunakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat
mutasi tiap-tiap jenis barang gudang. Kart gudang hanya berisi informasi
kuantitas tiap-tiap jenis barang yang disimpan di gudang dan tidak berisi
informasi mengenai harganya. Catatan kartu guang diawasi bagian akuntansi
yang berupa kartu persediaan.
4. Prosedur Pencatatan Utang Yang Timbul dari Pembelian Bahan baku
Bagian pembelian menerima faktur pembelian dari pemasok. Bagian
pembelian memberikan tanda tangan diatas faktur pembelian, sebagai tanda
persetujuan bahwa faktur dapat dibayar karena pemasok telah memenuhi
syarat-syarat pembelian yang ditentukan oleh perusahaan. Faktur pembelian
yang telah ditandatangani oleh Bagian Pembelian tersebut diserahkan kepada
Bagian Akuntansi. Dalam transaksi pembelian bahan baku, bagian akuntansi
memeriksa ketelitian perhitungan dalam faktur pembelian dan mencocokannya
dengan informasi dalam tembusan surat order pembelian yang diterima dari
Bagian Pembelian dan laporan penerimaan barang yang diterima dari bagian
penerimaan. Faktur pembelian beserta surat order pembelian dan laporan
penerimaan barang dicatat oleh bagian akuntansi dlm jurnal pembelian yang
kemudian di catat dalam Kartu Persediaan .

B Komponen biaya yang membentuk harga pokok bahan baku


1. Sistem Pembelian
Transaksi pembelian lokal bahan baku melibatkan bagian-bagian produksi,
gudang, pembelian, penerimaan barang, dan akuntansi. Adapun dokumen sumber
dan dokumen pendukung yang dibuat dalam transaksi pembelian lokal bahan
bahan baku adalah :

1) Surat permintaan Pembelian


2) Surat Order Pembelian
3) Laporan Penerimaan Barang
4) Faktur dari Penjual
5) Sistem pembelian bahan baku lokal terdiri dari:
6) Prosedur permintaan pembelian
7) Prosedur order pembelian
8) Prosedur penerimaan barang
9) Prosedur pencatatan penerimaan barang di gudang
10) Prosedur pencatatan utang
2. Biaya yang diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli
Menurut prinsip akuntansi yang lazim semua biaya yang terjadi untuk
memperoleh bahan baku. Dan untuk menempatkannya dalam keadaan siap
untuk diolah adalah unsur harga pokok bahan baku yang dibeli. Oleh karena
itu, harga pokok bahan baku yang hanya berupa harga yang tercantum dalam
faktur pembelian saja.
Harga pokok bahan baku terdiri dari :
1) Harga beli (harga yang tercantum dalam faktur pembelian). Ditambah
dengan biaya-biaya pembelian Dan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk
diolah.
2) Harga beli dan biaya angkutan adalah unsur yang mudah
diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku.
3) Sedangkan biaya-biaya:
1. pesan (order cost)
2. biaya penerimaan,
3. pembongkaran,
4. pemeriksaan,
5. asuransi,
6. pergudangan, dan biaya akuntansi bahan baku
adalah unsur-unsur biaya yang sulit diperhitungkan pada harga pokok
bahan baku yang dibeli. Di dalam praktik, pada umumnya harga pokok bahan
baku hanya dicatat sebesar harga beli menurut faktur dan pemasok. Hal ini
dilakukan karena pembagian biaya pembelian pada masing-masing jenis
bahan baku dalam faktur seringkali memerlukan biaya akuntansi yang
mungkin lebih besar. Bila dibandingkan dengan manfaat ketelitian
perhitungan harga pokok yang diperoleh.

C. Biaya Unit Organisasi Yang Terkait dalam Perolehan Bahan


Baku
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa harga pokok bahan baku terdiri
dari harga faktur ditambah biaya-biaya pembelian. Dan biaya-biaya untuk
menyiapkan bahan baku dalam keadaan siap untuk diolah. Dalam pembelian
bahan baku, unit organisasi yang terkait adalah:
1. Bagian Pembelian
2. Bagian Penerimaan
3. Bagian Gudang
4. Bagian Akuntansi Persediaan
Oleh karena itu, bila biaya pembelian akan diperhitungkan sebagai harga
pokok bahan baku

D. Komponen Biaya yang Diperhitungkan dalam Harga Pokok


Bahan Baku yang Diimpor
Bila bahan baku diimpor, unsur harga pokoknya akan berbeda dengan
bila bahan baku tersebut dibeli dari dalam negeri. Dalam perdagangan luar
negeri, harga barang yang disetujui bersama antara pembeli dan penjual akan
mempengaruhi biaya-biaya yang menjadi tanggungan pembeli.
Bahan baku dapat diimpor dengan syarat : harga free along side (FAS),
free on board (FOB), cost and freight (C & F) atau cost, Insurance and
freight (C,I & F). Harga pokok bahan baku yang diimpor terdiri dari:
Harga FOB = Rp xx
Angkutan Laut = Rp xx 
Harga C & F = Rp xx
Harga Asuransi = Rp xx
Harga C.I & F = Rp xx
Biaya-biaya bank = Rp xx
Bea masuk & biaya pabean lainnya = Rp xx
Pajak Penjualan Impor = Rp xx
Biaya Gudang = Rp xx
Biaya expedisi muatan kapal laut (EMKL) = Rp xx
Biaya transportasi lokal = Rp xx

D Penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam


produksi
Karena dalam satu periode akuntansi seringkali terjadi fluktuasi harga,
maka harga beli bahan baku juga berbeda dari pembeli yang satu dengan
pembeli yang lain.Oleh karena itu persediaan bahan baku yang ada di gudang,
mempunyai harga pokok per satuan yang berbeda-beda, meskipun jenisnya
sama.
Hal ini menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok bahan
baku yang dipakai dalam produksi. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan
berbagai macam metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai
dalam produksi.

E Metode pencatatan biaya bahan baku


Metode-metode itu di antaranya adalah:
1. Metode identifikasi khusus
2. Metode Masuk Pertama keluar pertama
3. Metode masuk terakhir keluar pertama
4. Metode Rata-rata Bergerak
5. Metode Biaya Standar
6. Metode rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan.

A. Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method)


Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus
diberi tanda pada harga pokok persediaan berapa bahan baku tersebut dibeli.
Setiap pembelian bahan baku yang harga per satuannya berbeda dengan
harga per satuan bahan baku yang sudah ada di gudang, harus dipisahkan
penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa bahan baku tersebut
dibeli. Sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui harga pokok
per satuannya secara tepat.

B. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In, First Out Method)
Metode masuk pertama, keluar pertama (metode MPKP) adalah metode
untuk menentukan biaya bahan baku. Dengan anggapan bahwa harga pokok
per satuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang, digunakan untuk
menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Perlu ditekankan
bahwa untuk menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran biaya tidak
harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi

C. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last-in, First-out Method)


Metode masuk terakhir, keluar pertama (metode MTKP) adalah cara
menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi. Dengan
anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir masuk
dalam persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan
baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.

D: Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average Method)


Metode rata-rata bergerak adalah cara untuk menentukan harga pokok
bahan baku dengan menghitung harga pokok rata-rata persediaan bahan
baku yang ada di gudang.
Caranya adalah dengan membagi total harga pokok dengan jumlah
satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok satuannya
berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada di gudang, harus
dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan yang baru. 

E Metode Biaya Standar


Pengertian metode biaya standar adalah metode penentuan harga pokok
bahan baku dengan cara mencatat bahan baku yang dibeli dalam kartu
persediaan sebesar harga standar (standard price).Yaitu harga taksiran yang
mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan
datang. Harga standar adalah harga yang diperkirakan untuk anggaran
tertentu. Pada saat dipakai, bahan baku dibebankan pada produk di harga
standar tersebut.
1: Untuk mencatat bahan baku yang dibeli sebesar harga standar:
[Debit] Persediaan Bahan Baku (Kuantitas x harga standar per satuan) Rp
xxx
[Kredit] Selisih Harga Rp xxx
2: Untuk mencatat harga sesungguhnya bahan baku yang dibeli:
[Debit] Selisih Harga Rp xxx
[Kredit] Utang Dagang Rp xxx 
Selisih harga standar dengan harga sesungguhnya tampak dalam
rekening Selisih Harga. Setiap akhir bulan saldo rekening Selisih Harga
dibiarkan tetap terbuka, dan disajikan dalam Laporan Keuangan bulanan.
Pemakaian bahan baku dalam produksi dicatat sebesar hasil kali kuantitas
bahan baku sesungguhnya yang dipakai dengan harga standarnya dan
dijurnal sebagai berikut:
[Debit] Bahan Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp xxx
[Kredit] Persediaan Bahan Baku Rp xxx

F. Metode Rata-rata Harga Pokok Bahan Baku pada Akhir Bulan.


Dalam metode ini pada tiap akhir bulan dilakukan penghitungan harga
pokok rata-rata per satuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada di
Gudang.

F Masalah-Masalah Khusus yang berhubungan dengan bahan baku


Dalam bagian ini diuraikan akuntansi biaya bahan baku, jika dalam
proses produksi terjadi sisa bahan (scrap materials), produk cacat (defective
goods), dan produk rusak (spoiled goods).

1. Sisa bahan (scrap materials)


Bahan yang mengalami kerusakan di dalam proses pengerjaannya
disebut sisa bahan. Perlakuan terhadap sisa bahan tergantung dari harga jual
sisa bahan itu sendiri. Jika harga jual sisa bahan rendah, biasanya tidak
dilakukan pencatatan jumlah dan harganya sampai saat penjualannya. Tetapi
jika harga jual sisa bahan tinggi, perlu dicatat jumlah dan harga jual sisa
bahan tersebut dalam kartu persediaan pada saat sisa bahan diserahkan oleh
bagian produksi ke bagian gudang. Jika di dalam proses produksi terdapat sisa
bahan, masalah yang timbul adalah bagaimana memperlakukan hasil
penjualan sisa bahan tersebut. hasil penjualan sisa bahan dapat diperlukan
sebagai :
a. Pengurangan biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang
menghasilkan sisa bahan tersebut.
b. Pengurangan terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
c. Penghasilan di luar usaha (other income)

2. Produk Cacat (Defective Goods)


Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standard mutu yang
telah ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi
menjadi produk jadi yang baik. Masalah yang timbul dalam produk cacat
adalah bagaimana memperlakukan biaya tambah untuk pengerjaan kembali
(rework costs) produk cacat tersebut. jika produk cacat bukan merupakan hal
yang biasa terjadi dalam proses produksi, tetapi karena karakteristik
pengerjaan pesanan tertentu, maka biaya pengerjaan kembali produk cacat
dapat di bebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang
bersangkutan.

3. Produk Rusak (Spoiled Goods)


Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standard mutu yang
telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat di perbaiki menjadi produk
yang baik. Produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan,
biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Perlakuan terhadap produk
rusak adalah tergantung dari sifat dan sebab terjadinya :
a. Jika produk rusak terjadi karena sulitnya pengerjaan pesanan tertentu atau
faktor luar biasa yang lain, maka harga pokok produk rusak dibebankan
sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang
bersangkutan. Jika produk rusak tersebut masih laku dijual, maka hasil
penjualannya diperlakukan sebagai pengurangan biaya produksi pesanan
yang menghasilkan produk rusak tersebut.
b. Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses
pengolahan produk, maka kerugian yang timbul sebagai akibat terjadinya
produk rusak dibebankan kepada produksi secara keseluruhan, dengan cara
memperhitungkan kerugian tersebut di dalam tarif biaya overhead pabrik.

BAB III

Kesimpulan
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk
menempatkanya dalam keadaan siap untuk diolah, merupakan unsur harga pokok
bahan baku yg dibeli. Oleh karena itu, harga pokok bahan baku tidak hanya
berupa harga yang tercantum dalam faktur pembelian saja.
Sering kali dalam pembelian bahan baku, perusahaan membayar biaya
angkutan untuk berbagai macam bahan baku yang dibeli. Hal ini menimbulkan
masalah mengenai pengalokasian biaya angkutan tersebut kepada masing” jenis
bahan baku yang diangkut.Model yang paling tepat harus dipilih dalam
melakukan peramalan.

DAFTAR PUSTAKA

1. William, K.Charter. 2005. Akuntansi biaya. Jakarta: Salemba Empat.


2. Dhanydhand. 2013. Materi Akuntansi biaya, Bab biaya bahan baku.
3. Rupa2artikel. 2020. Masalah – Masalah Khusus yang berhubungan
dengan bahan baku.
4. Accurate.id. 2021. Biaya bahan baku.

Anda mungkin juga menyukai