BIAYA BAHAN
Disusun Oleh
Kelas A
Kelompok 3:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan
kasih-Nya dan sayangnya memberikan pengetahuan, kemampuan, kesempatan kepada kami,
sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Akuntansi Biaya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Biaya Bahan bagi para pembaca dan juga bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wahyu Febri Eka Susanti,
S.E.,M.Si.,Ak.,CA selaku dosen mata kuliah Akuntansi Biaya yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, wawasan,
pengetahuan dan inspirasi untuk pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Latar belakang makalah ini didasarkan pada Persediaan bahan yang merupakan
bagian utama dari suatu produk pada perusahaan manufaktur. Kelancaran proses
produksi sangat tergantung dari ketersediaan bahan, yang berarti keterlambatan
penyediaan bahan akan menghambat proses produksi, begitu juga sebaliknya
persediaan bahan yang melimpah akan menyebabkan terjadinya pemborosan modal
kerja karena ada biaya yang tertanam dalam bahan tersebut. Oleh karena itu,
perusahaan membutuhkan perencanaan dan pengendalian bahan yang baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, kami menentukan beberapa
rumusan masalah terkait dengan penelitian ini, diantaranya:
1. Bagaimana sistem pengelolaan bahan?
2. Bagaimana sistem perolehan (Pembelian) bahan?
3. Bagaimana biaya perolehan bahan?
4. Bagaimana sistem pemakaian bahan?
5. Bagaimana biaya pemakaian bahan?
6. Bagaimana sistem pencatatan bahan?
7. Apa saja metode penilaian persediaan bahan?
8. Bagaimana perbandingan metode penilaian persediaan bahan?
C. TUJUAN
Tujuan dari penuliasan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui tentang sistem pengelolaan bahan
2. Untuk mengetahui tentang sistem perolehan (Pembelian) bahan
3. Untuk mengetahui tentang biaya perolehan bahan
4. Untuk mengetahui tentang sistem pemakaian bahan
5. Untuk mengetahui tentang biaya pemakaian bahan
6. Untuk mengetahui tentang sistem pencatatan bahan
7. Untuk mengetahui tentang metode penilaian persediaan bahan
8. Untuk mengetahui tentang perbandingan metode penilaian persediaan bahan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
5. Kartu Persediaan Bahan
Tugas pokok dari Departemen Akuntansi adalah mencatat penerimaan dan
pengeluaran setiap jenis bahan. Departemen Akuntansi juga menentukan sistem
pencatatan yang sesuai terhadap jenis dan karakteristik bahan tersebut. Selain
itu, Departemen Akuntansi juga melakukan pencatatan dengan kartu persediaan
bahan yang pada gilirannya berfungsi sebagai buku pembantu persediaan bahan.
5
3. Prosedur pencatatan pemakaian bahan
Bukti permintaan bahan dari Departemen produksi yang telah diotorisasi oleh
Departemen gudang terkait jumlah unit dan spesifikasi bahan yang telah diminta, serta
telah dilengkapi dengan harga per unit oleh departemen akuntansi merupakan sumber
utama yang menjadi dasar untuk ayat jurnal pengeluaran bahan departemen akuntansi.
Selain itu bukti permintaan bahan yang diterima oleh bagian pemegang kartu
persediaan bahan juga digunakan sebagai dasar pencatatan dalam kartu persediaan
bahan di kolom pengeluaran (pemakaian) .
2) Pemakaian Bahan
Pemakaian bahan untuk proses produksi dalam sistem fisik (periodik) tidak
dilakukan pencatatan ke dalam ayat jurnal. Besarnya nilai bahan yang digunakan
dalam proses produksi ditentukan dengan cara mengurangkan antara nilai
persediaan bahan yang siap digunakan dalam proses produksi (persediaan awal
ditambah Pembelian bahan selama satu periode) dengan nilai bahan yang tersisa di
Persediaan akhir.
3) Bahan Pada Akhir Periode Akuntansi
Pada akhir periode akuntansi perusahaan melakukan stock opname untuk
menentukan besarnya nilai persediaan bahan di akhir periode, untuk selanjutnya
menghitung biaya bahan yang digunakan selama satu periode akuntansi.
Berdasarkan ilustrasi dari PT Duta Wisesa diketahui persediaan akhir bahan
7
sebanyak 15 sak. Berikut perhitungan matematis terkait jumlah fisik bahan yang
digunakan:
Langkah selanjutnya adalah menentukan besarnya biaya bahan per unit (sak).
Dalam kasus ini, perusahaan menggunakan metode Masuk Pertama Keluar Pertama
(MPKP) untuk menilai besarnya persediaan bahan yang dimiliki. Hal ini berarti
bahwa biaya bahan per unit (sak) di akhir periode diperoleh dari harga Pembelian
bahan pada transaksi pembelian yang terakhir, yaitu sebesar Rp 48.000 per sak
(transaksi tanggal 28 April 2010).
Berikut perhitungan matematis terkait besarnya biaya persediaan bahan di akhir
periode dan biaya pemakaian bahan selama satu periode akuntansi tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, biaya bahan yang digunakan dalam proses
produksi senilai Rp 4.595.000 tidak dapat diketahui secara langsung sebelum nilai
persediaan bahan di akhir periode diketahui. Nilai persediaan bahan di akhir periode
sebesar Rp 720.000 diperoleh dengan mengalikan jumlah fisik bahan (15 sak) dan
biaya bahan per unit dari transaksi pembelian yang terakhir (Rp 48.000). Biaya
bahan per unit dapat ditentukan menggunakan salah satu metode, yaitu metode rata-
rata tertimbang, metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP), dan metode
Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP).
Berikut ayat jurnal yang dibuat departemen akuntansi untuk melakukan
penyesuaian terkait penggunaan bahan dan persediaan bahan di akhir periode
akuntansi.
8
2. Sistem perpetual (kontinu)
Metode ini umumnya digunakan oleh perusahaan berskala besar, yang mana manajemen
tidak dapat melakukan pengawasan secara langsung atas persediaan bahan, tetapi
menggunakan sistem pengendalian bahan yang memadai melalui kartu persediaan
bahan. Kartu persediaan bahan baku dapat digunakan sebagai alat pengendalian karena
memuat mutasi bahan yang dimiliki perusahaan secara berkelanjutan titik transaksi
pembelian bahan dicatat dengan mendebit akun persediaan bahan, sementara aktivitas
penggunaan bahan dicatat dengan mengkredit akun persediaan bahan titik hal ini berarti
baik bahan yang dibeli perusahaan maupun bahan yang digunakan perusahaan
merupakan penambah dan pengurang saldo persediaan bahan yang dimiliki perusahaan.
Berikut ilustrasi terkait pencatatan atas perolehan dan pemakaian bahan menggunakan
metode perpetual dari PT Prisma kasutama sebagai perusahaan yang memproduksi
sepatu kulit untuk orang dewasa (pria dan wanita). Bahan utama dari produk ini adalah
kulit sapi. pada awal periode, perusahaan memiliki saldo persediaan bahan sebanyak
500 kg seharga Rp 9.500 per kg-nya. Perusahaan melakukan dua kali Pembelian bahan
selama bulan Maret 2010, yaitu pada (1) tanggal 4 Maret 2010 sebanyak 6.000 kg
seharga Rp 10.000 per kg nya, dan (2) tanggal 21 Maret 2010 sebanyak 4.000 kg seharga
Rp 11.000/kgnya. Selama bulan Maret 2010 terdapat 3 kali permintaan bahan ke
Departemen gudang untuk proses produksi, yaitu pada:(1) tanggal 8 Maret 2010
sebanyak 3.000 kg,(2) tanggal 15 Maret 2010 sebanyak 3.000 kg, dan (3) tanggal 28
Maret 2010 sebanyak 3.000 kg. Perusahaan menggunakan metode rata-rata bergerak
untuk menilai besarnya persediaan bahan yang dimiliki. Berikut beberapa langkah
pencatatan persediaan bahan tersebut.
1) Pembelian bahan
Berikut ayat jurnal yang dibuat departemen akuntansi untuk mencatat salah satu
transaksi pembelian bahan kulit sapi, yakni transaksi pada tanggal 4 Maret 2010
sebesar Rp60.000.000 (Rp10.000 × 6.000 kg).
9
2) Pemakaian Bahan
Setiap pemakaian bahan untuk proses produksi dalam metode perpetual dilakukan
pencatatan ke dalam ayat jurnal dan kemudian dicatat ke dalam buku pembantu
persediaan bahan. Berikut ayat jurnal yang dibuat departemen akuntansi untuk
mencatat salah satu transaksi pemakaian bahan (dari permintaan bahan ke
Departemen gudang), yakni transaksi pada tanggal 8 Maret 2010. Biaya bahan per
unit sebesar Rp 9.962 (pembulatan) dihitung dari {(500kg×Rp 9.500)+(6.000 kg ×
Rp 10.000)}/6.500 kg.
10
Berikut ilustrasi terkait penggunaan metode-metode tersebut dari PT AMARTA
UTAMA sebagai perusahaan yang memproduksi Cylinder Head untuk kendaraan
bermotor.
Bahan utama dari produk ini adalah aluminium ingot. Berikut informasi terkait
aktivitas pembelian dan pemakaian bahan selama bulan April 20170.
11
Berikut besarnya biaya bahan yang digunakan dan biaya persediaan bahan di akhir
periode
12
a. Sistem Fisik
Berikut perhitungan biaya persediaan bahan menggunakan metode rata-rata
tertimbang.
13
3. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Metode ini berasumsi bahwa bahan yang dibeli (diperoleh) pertama kali merupakan
bahan yang pertama kali digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian, nilai
persediaan bahan di akhir periode diasumsikan berasal dari nilai bahan yang dibeli
(diperoleh) terakhir kali. Metode ini dimaksudkan untuk menentukan aliran biaya
bahan tanpa harus diikuti dengan aliran fisik bahannya. Hal ini karena aliran fisik
bahan perlu mempertimbangkan kondisi fisik bahan yang harus segera digunakan.
Metode ini dapat diterapkan pada perusahaan yang menggunakan sistem fisik maupun
sistem perpetual. Berdasarkan ilustrasi dari PT AMARTA UTAMA, berikut biaya
bahan yang digunakan dan nilai persediaan bahan di akhir periode.
a. Sistem Fisik
Berikut perhitungan nilai persediaan bahan berdasarkan sistem fisik dan
menggunakan metode MPKP:
14
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, nilai persediaan bahan di akhir periode
sebesar Rp83.250 dan biaya bahan yang digunakan selama bulan April 2010
sebesar Rp562.500 (Rp100.000 + Rp52.500 + Rp78.750 + Rp110.000 + Rp82.500
+ Rp138.750).
15
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, nilai persediaan bahan di akhir periode
sebesar Rp75.000 dan biaya bahan yang digunakan selama bulan April 2010 sebesar
Rp570.750.
b. Sistem Perpetual
Berikut perhitungan nilai persediaan bahan berdasarkan sistem perpetual dan
menggunakan metode MTKP.
16
masih tetap berada di antara metode MPKP dan MTKP. Metode penilaian persediaan bahan
ditentukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai karena setiap metode memiliki
konsekuensi yang berbeda. Untuk kepentingan pihak internal, umumnya perusahaan
memilih menggunakan metode rata-rata karena lebih memperhatikan sifat kehati-hatian.
Sementara untuk kepentingan pihak eksternal terutama para pemegang saham (investor),
perusahaan cenderung memilih metode MPKP karena akan menunjukkan tingginya tingkat
laba sebagai alat pengukuran kinerja dan pertanggungjawaban manajemen. Namun di sisi
lain metode MPKP memiliki konsekuensi terhadap tingginya tingkat pajak penghasilan
badan yang harus dibayarkan perusahaan. Undang-undang perpajakan di Indonesia hanya
memberikan pilihan metode penilaian persediaan bahan pada metode MPKP dan metode
rata-rata. Hal ini mengisyaratkan bahwa metode MTKP tidak boleh digunakan karena akan
menghasilkan tingkat pajak penghasilan badan yang lebih rendah.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bagi perusahaan manufaktur persediaan bahan merupakan suatu hal yang sifatnya
sangat strategis karena merupakan bagian utama dari suatu produk. Kelancaran proses
produksi sangat tergantung dari ketersediaan bahan ini berarti keterlambatan penyediaan
bahan akan menghambat proses produksi begitu juga sebaliknya persediaan bahan yang
melimpah akan menyebabkan terjadinya pemborosan modal kerja karena ada biaya yang
tertanam dalam bahan tersebut. Oleh karena itu perusahaan membutuhkan perencanaan dan
pengendalian bahan yang baik
Sistem akuntansi untuk bahan dalam perusahaan manufaktur cukup bervariasi
tergantung dari ukuran dan jenis industri Setiap perusahaan meskipun pada umumnya
aktivitas tersebut dimulai dari perolehan (pembelian) sampai penggunaan bahan. Akuntansi
atas perolehan sampai penggunaan bahan baik secara manual maupun terkomputerisasi
dinilai penting dalam upaya menghitung biaya bahan atas pesanan atau terhadap
departemen yang mengelola persediaan bahan dengan sistem persediaan perpetual.
B. SARAN
Berdasarkan pembahasan diatas, kami merekomendasikan beberapa saran yang
dapat menunjang terciptanya pemahaman yang sempurna. Seperti menambahkan
referensi yang lebih banyak dan terpercaya untuk mendukung argumen yang telah
disampaikan dalam makalah ini. Memperluas cakupan pembahasan dengan
menambahkan topik-topik terkait manajemen persediaan dan pengendalian kualitas
agar makalah menjadi lebih komprehensif dan informatif.
18