Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BIAYA BAHAN

Disajikan sebagai tugas mata kuliah


Akuntansi Biaya
(Dosen Pengampu: Wahyu Febri Eka Susanti, S.E.,M.Si.,Ak.,CA)

Disusun Oleh
Kelas A
Kelompok 3:

1. Abiyyu Handoko Putra Azhar 223010303061


2. Ahmad Yupani 223020303181
3. Aminin 223010303016
4. Angga Putra Ramadhan 223010303044

5. Aprilia Anjelita 223020303085


6. Aril 223030303272

7. Danang Rizky Firmansyah 223020303184

8. Divi Suryaningsih 223010303036

9. Dwi Lira Anugrahni 223020303178

10. Dwika Seprenti 223020303138

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan
kasih-Nya dan sayangnya memberikan pengetahuan, kemampuan, kesempatan kepada kami,
sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Akuntansi Biaya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Biaya Bahan bagi para pembaca dan juga bagi kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wahyu Febri Eka Susanti,
S.E.,M.Si.,Ak.,CA selaku dosen mata kuliah Akuntansi Biaya yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, wawasan,
pengetahuan dan inspirasi untuk pembaca.

Palangka Raya, 10 November 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii


DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A LATAR BELAKANG ..................................................................................... .1
B RUMUSAN MASALAH ................................................................................ .1
C TUJUAN ......................................................................................................... .1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A SISTEM PENGELOLAANN BAHAN .......................................................... .2
B SISTEM PEROLEHAN (PEMBELIAN) BAHAN ........................................ .3
C BIAYA PEROLEHAN BAHAN ..................................................................... .5
D SISTEM PEMAKAIAN BAHAN .................................................................. .5
E BIAYA PEMAKAIAN BAHAN ..................................................................... .6
F SISTEM PENCATATAN BAHAN .................................................................. .6
G METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BAHAN ....................................... .10
H PERBANDINGAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN ..................... .16
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18
A KESIMPULAN ............................................................................................. .18
B SARAN ......................................................................................................... .18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Latar belakang makalah ini didasarkan pada Persediaan bahan yang merupakan
bagian utama dari suatu produk pada perusahaan manufaktur. Kelancaran proses
produksi sangat tergantung dari ketersediaan bahan, yang berarti keterlambatan
penyediaan bahan akan menghambat proses produksi, begitu juga sebaliknya
persediaan bahan yang melimpah akan menyebabkan terjadinya pemborosan modal
kerja karena ada biaya yang tertanam dalam bahan tersebut. Oleh karena itu,
perusahaan membutuhkan perencanaan dan pengendalian bahan yang baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, kami menentukan beberapa
rumusan masalah terkait dengan penelitian ini, diantaranya:
1. Bagaimana sistem pengelolaan bahan?
2. Bagaimana sistem perolehan (Pembelian) bahan?
3. Bagaimana biaya perolehan bahan?
4. Bagaimana sistem pemakaian bahan?
5. Bagaimana biaya pemakaian bahan?
6. Bagaimana sistem pencatatan bahan?
7. Apa saja metode penilaian persediaan bahan?
8. Bagaimana perbandingan metode penilaian persediaan bahan?
C. TUJUAN
Tujuan dari penuliasan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui tentang sistem pengelolaan bahan
2. Untuk mengetahui tentang sistem perolehan (Pembelian) bahan
3. Untuk mengetahui tentang biaya perolehan bahan
4. Untuk mengetahui tentang sistem pemakaian bahan
5. Untuk mengetahui tentang biaya pemakaian bahan
6. Untuk mengetahui tentang sistem pencatatan bahan
7. Untuk mengetahui tentang metode penilaian persediaan bahan
8. Untuk mengetahui tentang perbandingan metode penilaian persediaan bahan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. SISTEM PENGELOLAAN BAHAN


Dalam setiap tahapan dibutuhkan sejumlah dokumen untuk pencatatannya dan
informasi kemana dan kepada siapa (departemen) dokumen tersebut akan
didistribusikan. Berikut langkah-langkah dalam prosedur pengelolaan bahan yang
pada umumnya dimulai dari perolehan sampai penggunaan bahan tersebut.
1. Bagian Rute Produksi dan Perencanaan
Produksi Dalam setiap jenis produk yang dihasilkan, diperlukan urutan proses
produksi dan penyusunan rencana utama dari proses produksi tersebut, tentu saja
beserta rincian kebutuhan bahannya. Daftar kebutuhan bahan meliputi jumlah
bahan, jenis bahan, dan kapan bahan tersebut diperlukan dalam proses produksi.
2. Bukti Permintaan dan Pesanan
Pembelian Bahan Konfirmasi kepada Departemen Pembelian terkait jenis dan
jumlah bahan yang dibutuhkan. Selain itu, Departemen Pembelian juga
melakukan permintaan pembelian (purchases requisitions) kepada pemasok atas
kebutuhan bahan perusahaan yang kemudian ditindaklanjuti dengan order
pembelian (purchases order).
3. Laporan Penerimaan
Bahan dan pemeriksaan bahan dibuat Laporan penerimaan untuk mengetahui
jumlah pembelian bahan dan pengujian atas kualitas bahan itu sendiri. Proses
pengujian kualitas bahan termasuk di antaranya menghitung, menimbang, atau
mengukur bahan yang diterima.
4. Bukti Permintaan Bahan
Departemen Gudang bertanggung jawab terhadap pengelolaan bahan, yang
mana tugas pokoknya adalah menerima dan mengeluarkan bahan. Departemen
Gudang dalam melakukan pengeluaran atas jumlah dan jenis bahan tertentu,
dilakukan atas permintaan departemen tertentu (Departemen Produksi) pada
waktu tertentu.

2
5. Kartu Persediaan Bahan
Tugas pokok dari Departemen Akuntansi adalah mencatat penerimaan dan
pengeluaran setiap jenis bahan. Departemen Akuntansi juga menentukan sistem
pencatatan yang sesuai terhadap jenis dan karakteristik bahan tersebut. Selain
itu, Departemen Akuntansi juga melakukan pencatatan dengan kartu persediaan
bahan yang pada gilirannya berfungsi sebagai buku pembantu persediaan bahan.

B. SISTEM PEROLEHAN (PEMBELIAN) BAHAN


Penggunaan sistem perolehan (pembelian) bahan menjamin bahwa bahan yang
dibeli sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan, harga yang kompetitif,
dan kebutuhan produksi perusahaan. Departemen-departemen yang umumnya
terlibat dalam sistem perolehan bahan adalah Departemen Gudang, Departemen
Pembelian, Departemen Penerimaan Bahan, dan Departemen Akuntansi. Dalam
sistem perolehan (pembelian) bahan, prosedur-prosedur yang dilakukan adalah
prosedur permintaan pembelian bahan, prosedur order pembelian bahan, prosedur
penerimaan bahan, prosedur pencatatan bahan di gudang, dan prosedur pencatatan
utang atas pembelian bahan. Dokumen sumber yang menjadi pendukung penting
dalam tahapan ini adalah surat permintaan pembelian bahan, surat order pembelian
bahan, laporan penerimaan bahan, dan faktur pembelian bahan. Berikut uraian
penjelasan dari setiap prosedur dalam sistem perolehan (pembelian) bahan tersebut.
1. Prosedur Permintaan Pembelian Bahan
Departemen Gudang selalu melakukan pengecekan terhadap persediaan bahan.
Apabila bahan telah mencapai persediaan minimum, yakni pada tingkat
pemesanan kembali (reorder point). maka Departemen Gudang membuat surat
permintaan pembelian (purchase requisition) yang ditujukan kepada Departemen
Pembelian untuk melakukan pembelian bahan. Surat permintaan pembelian ini
dibuat rangkap dua, yang mana lembar pertama (asli) diberikan kepada
Departemen Pembelian, sementara lembar kedua (salinan) sebagai arsip di
Departemen Gudang.
2. Prosedur Order Pembelian Bahan
Apabila bahan telah mencapai persediaan minimum, yakni pada tingkat
pemesanan kembali (reorder point), maka Departemen Gudang membuat surat
permintaan pembelian (purchase requisition) yang ditujukan kepada Departemen
Pembelian untuk melakukan pembelian bahan Untuk pemilihan pemasok,
3
Departemen Pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga
(purchase price quotation) kepada para pemasok yang berisi informasi terkait
harga dan syarat- syarat pembelian lainnya. Selanjutnya setelah pemasok terpilih,
Departemen Pembelian membuat surat order pembelian (purchase order) yang
dikirimkan kepada pemasok. Surat order pembelian dibuat rangkap lima, yang
mana lembar pertama (asli) diberikan kepada pemasok sebagai bukti pemesanan
bahan, lembar kedua diberikan kepada Departemen Akuntansi, lembar ketiga
diberikan kepada Bagian Pemegang Kartu Persediaan Bahan, lembar keempat
diberikan kepada Bagian Penerimaan Bahan, dan lembar kelima sebagai arsip di
Departemen Pembelian.
3. Prosedur Penerimaan Bahan
Pemasok mengirimkan bahan ke perusahaan sesuai surat order pembelian yang
diterimanya. Departemen Penerimaan Bahan akan mencocokkan spesifikasi
bahan yang diterima dengan salinan (embusan) surat order pembelian. Apabila
bahan yang diterima telah sesuai dengan spesifikasi neg diinginkan, maka
Departemen Penerimaan Bahan akan membuat laporan penerimaan bahan.
Laporan penerimaan bahan dibuat rangkap lima, yang mana lembar pertama
(asli) Oberikan kepada Departemen Pembelian sebagai laporan bahwa bahan
yang dibeli telah sesuai dengan surat order pembelian, lembar kedua diberikan
kepada Departemen Akuntansi, lembar ketiga diberikan kepada Bagian
Pemegang Kartu Persediaan Bahan, lembar keempat diberikan kepada
Departemen Gudang, dan lembar kelima sebagai arsip di Departemen
Penerimaan Bahan.
4. Prosedur Pencatatan Bahan di Gudang
Departemen Penerimaan Bahan menyerahkan bahan ke Departemen Gudang
untuk disimpan. Umumnya, Departemen Penerimaan Bahan merupakan bagian
dari Departemen Gudang. Departemen Gudang mencatat bahan tersebut ke
dalam kartu gudang (stock card) sesuai jumlah bahan yang diterimanya. Kartu
gudang berfungsi sebagai kartu pencatatan atas mutasi masing-masing jenis
bahan. Hal ini berarti kartu gudang berisi jumlah bahan yang disimpan di gudang
dan tidak memiliki keterkaitan dengan harga dari bahan tersebut. Selain itu,
Departemen Gudang juga mencatat bahan dalam kartu persediaan bahan
(inventory tag) yang ditempelkan pada tempat penyimpanan masing-masing
jenis bahan tersebut.
4
5. Prosedur Pencatatan Utang atas Pembelian Bahan
Departemen Akuntansi memeriksa kesesuaian antara dokumen utama dan
dokumen pendukung yang terkait, seperti faktur pembelian bahan, salinan
(tembusan) surat order pembelian bahan, dan salinan (tembusan) laporan
penerimaan bahan, yang pada gilirannya menjadi dasar dari ayat jurnal
pembelian bahan. Dokumen seperti salinan (tembusan) surat order pembelian
bahan, dan salinan (tembusan) laporan penerimaan bahan juga menjadi dasar
pencatatan di kartu persediaan bahan sesuai jumlah unit dan nilai rupiah bahan
tersebut di kolom pemasukan (pembelian).

C. BIAYA PEROLEHAN BAHAN


Bahan adalah unsur utama dari suatu produk setelah diolah melalui proses
produksi. Pada prinsip- prinsip akuntansi yang berterima umum, biaya bahan tidak
hanya harga beli (harga faktur) saja, tetapi termasuk juga biaya-biaya yang terkait
dengan perolehan bahan tersebut sampai akhirnya siap digunakan dalam proses
produksi.

D. SISTEM PEMAKAIAN BAHAN


Sistem pemakaian bahan menjamin bahwa bahan yang digunakan telah sesuai dengan
jumlah unit yang dibutuhkan untuk proses produksi dan telah sesuai pula dengan standar
kualitas bahan yang diterapkan. Departemen yang terlibat dalam sistem pemakaian bahan
adalah departemen produksi, Departemen gudang, dan departemen akuntansi. Berikut
adalah prosedur pemakaian bahan yaitu:
1. Prosedur permintaan bahan
Tugas utama Departemen produksi adalah memproses bahan menjadi produk jadi. Oleh
karena itu, untuk memenuhi kebutuhan produksi, Departemen produksi mengisi bukti
permintaan bahan secara terperinci kepada Departemen gudang. Bukti itu akan
digunakan Departemen gudang untuk tahap dasar pengeluaran bahan.
2. Prosedur pengeluaran bahan
Berdasarkan bukti permintaan bahan, Departemen gudang mengeluarkan bahan sesuai
spesifikasi dan jumlah unit yang diminta oleh Departemen produksi. Bukti permintaan
tersebut menjadi dasar Departemen gudang untuk mencatat pengeluaran bahan dalam
kartu gudang, sekaligus pencatatan dalam kartu persediaan bahan.

5
3. Prosedur pencatatan pemakaian bahan
Bukti permintaan bahan dari Departemen produksi yang telah diotorisasi oleh
Departemen gudang terkait jumlah unit dan spesifikasi bahan yang telah diminta, serta
telah dilengkapi dengan harga per unit oleh departemen akuntansi merupakan sumber
utama yang menjadi dasar untuk ayat jurnal pengeluaran bahan departemen akuntansi.
Selain itu bukti permintaan bahan yang diterima oleh bagian pemegang kartu
persediaan bahan juga digunakan sebagai dasar pencatatan dalam kartu persediaan
bahan di kolom pengeluaran (pemakaian) .

E. BIAYA PEMAKAIAN BAHAN


Frekuensi Pembelian bahan dalam satu periode akuntansi dapat dilakukan beberapa kali
dan mungkin dengan nilai biaya perolehan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, mungkin
persediaan bahan yang disimpan di gudang memiliki biaya yang cukup beragam meski
jenis bahan yang digunakan sama. Hal inilah yang menyebabkan masalah dalam penentuan
biaya bahan. Tujuan dari penentuan biaya bahan yang digunakan adalah untuk menentukan
besarnya biaya bahan tersebut. Penentuan biaya bahan juga digunakan untuk mendorong
adanya aktivitas pengendalian biaya atas bahan tersebut. Ada beberapa metode yang
menentukan besarnya biaya bahan yang digunakan dalam proses produksi, yaitu
1. Metode identifikasi khusus
2. Metode masuk pertama keluar pertama
3. Metode masuk terakhir keluar pertama
4. Metode rata-rata sederhana
5. Metode rata-rata bergerak.

F. SISTEM PENCATATAN BAHAN


Dokumen yang diterima departemen akuntansi berasal dari beberapa departemen yang
terkait dengan aktivitas perolehan dan pemakaian bahan titik dokumen ini nantinya akan
menjadi dasar pencatatan ke dalam ayat jurnal. Dalam melakukan pencatatan atas
persediaan bahan, perusahaan bisa memilih salah satu dari sistem akuntansi persediaan
yaitu
1. Sistem fisik (periodik)
Metode ini umumnya digunakan oleh perusahaan yang relatif masih kecil, yang mana
pihak manajemen dapat mengawasi secara langsung saat menentukan kapan dan berapa
6
jumlah unit bahan yang akan dibeli, serta memberikan pengawasan terhadap pemakaian
bahan tersebut dalam proses produksi.
Berikut ilustrasi terkait pencatatan atas perolehan dan pemakaian bahan menggunakan
metode fisik (periodik) dari PT Duta Wisesa sebagai perusahaan yang memproduksi
ubin dengan berbagai jenis dan ukuran . Bahan pembuatan ubin adalah semen putih,
semen abu-abu, batu teraso, tepung batu, dan pasir. Berikut sebagian data terkait bahan
semen putih titik saldo awal semen putih adalah 20 seharga Rp50.000 per sak. Total
pembelian semen putih pada bulan April 2010 adalah 90 sak senilai Rp4.315.000, yang
terdiri dari pembelian pada:(1) tanggal 7 April 2010 sebesar Rp1.470.000 (30 sak @Rp
49.000);(2) Tanggal 16 April 2010 sebesar Rp1.645.000(35 sak @47.000); (3) tanggal
28 April 2010 sebesar Rp1.200.000 (25 sak @48.000). Dari stock opname yang
dilakukan perusahaan pada akhir periode diketahui persediaan semen putih tersisa 15
sak. Perusahaan menggunakan metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) untuk
menilai besarnya persediaan bahan yang dimiliki. Berikut beberapa langkah pencatatan
atas persediaan bahan tersebut.
1) Pembelian Bahan
Berikut ayat jurnal yang dibuat departemen akuntansi untuk mencatat salah satu
transaksi pembelian bahan semen putih, yakni transaksi pada tanggal 28 April 2010
sebesar Rp1.200.000 (48.000 × 25 sak).

2) Pemakaian Bahan
Pemakaian bahan untuk proses produksi dalam sistem fisik (periodik) tidak
dilakukan pencatatan ke dalam ayat jurnal. Besarnya nilai bahan yang digunakan
dalam proses produksi ditentukan dengan cara mengurangkan antara nilai
persediaan bahan yang siap digunakan dalam proses produksi (persediaan awal
ditambah Pembelian bahan selama satu periode) dengan nilai bahan yang tersisa di
Persediaan akhir.
3) Bahan Pada Akhir Periode Akuntansi
Pada akhir periode akuntansi perusahaan melakukan stock opname untuk
menentukan besarnya nilai persediaan bahan di akhir periode, untuk selanjutnya
menghitung biaya bahan yang digunakan selama satu periode akuntansi.
Berdasarkan ilustrasi dari PT Duta Wisesa diketahui persediaan akhir bahan

7
sebanyak 15 sak. Berikut perhitungan matematis terkait jumlah fisik bahan yang
digunakan:

Langkah selanjutnya adalah menentukan besarnya biaya bahan per unit (sak).
Dalam kasus ini, perusahaan menggunakan metode Masuk Pertama Keluar Pertama
(MPKP) untuk menilai besarnya persediaan bahan yang dimiliki. Hal ini berarti
bahwa biaya bahan per unit (sak) di akhir periode diperoleh dari harga Pembelian
bahan pada transaksi pembelian yang terakhir, yaitu sebesar Rp 48.000 per sak
(transaksi tanggal 28 April 2010).
Berikut perhitungan matematis terkait besarnya biaya persediaan bahan di akhir
periode dan biaya pemakaian bahan selama satu periode akuntansi tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, biaya bahan yang digunakan dalam proses
produksi senilai Rp 4.595.000 tidak dapat diketahui secara langsung sebelum nilai
persediaan bahan di akhir periode diketahui. Nilai persediaan bahan di akhir periode
sebesar Rp 720.000 diperoleh dengan mengalikan jumlah fisik bahan (15 sak) dan
biaya bahan per unit dari transaksi pembelian yang terakhir (Rp 48.000). Biaya
bahan per unit dapat ditentukan menggunakan salah satu metode, yaitu metode rata-
rata tertimbang, metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP), dan metode
Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP).
Berikut ayat jurnal yang dibuat departemen akuntansi untuk melakukan
penyesuaian terkait penggunaan bahan dan persediaan bahan di akhir periode
akuntansi.

8
2. Sistem perpetual (kontinu)
Metode ini umumnya digunakan oleh perusahaan berskala besar, yang mana manajemen
tidak dapat melakukan pengawasan secara langsung atas persediaan bahan, tetapi
menggunakan sistem pengendalian bahan yang memadai melalui kartu persediaan
bahan. Kartu persediaan bahan baku dapat digunakan sebagai alat pengendalian karena
memuat mutasi bahan yang dimiliki perusahaan secara berkelanjutan titik transaksi
pembelian bahan dicatat dengan mendebit akun persediaan bahan, sementara aktivitas
penggunaan bahan dicatat dengan mengkredit akun persediaan bahan titik hal ini berarti
baik bahan yang dibeli perusahaan maupun bahan yang digunakan perusahaan
merupakan penambah dan pengurang saldo persediaan bahan yang dimiliki perusahaan.
Berikut ilustrasi terkait pencatatan atas perolehan dan pemakaian bahan menggunakan
metode perpetual dari PT Prisma kasutama sebagai perusahaan yang memproduksi
sepatu kulit untuk orang dewasa (pria dan wanita). Bahan utama dari produk ini adalah
kulit sapi. pada awal periode, perusahaan memiliki saldo persediaan bahan sebanyak
500 kg seharga Rp 9.500 per kg-nya. Perusahaan melakukan dua kali Pembelian bahan
selama bulan Maret 2010, yaitu pada (1) tanggal 4 Maret 2010 sebanyak 6.000 kg
seharga Rp 10.000 per kg nya, dan (2) tanggal 21 Maret 2010 sebanyak 4.000 kg seharga
Rp 11.000/kgnya. Selama bulan Maret 2010 terdapat 3 kali permintaan bahan ke
Departemen gudang untuk proses produksi, yaitu pada:(1) tanggal 8 Maret 2010
sebanyak 3.000 kg,(2) tanggal 15 Maret 2010 sebanyak 3.000 kg, dan (3) tanggal 28
Maret 2010 sebanyak 3.000 kg. Perusahaan menggunakan metode rata-rata bergerak
untuk menilai besarnya persediaan bahan yang dimiliki. Berikut beberapa langkah
pencatatan persediaan bahan tersebut.
1) Pembelian bahan
Berikut ayat jurnal yang dibuat departemen akuntansi untuk mencatat salah satu
transaksi pembelian bahan kulit sapi, yakni transaksi pada tanggal 4 Maret 2010
sebesar Rp60.000.000 (Rp10.000 × 6.000 kg).

9
2) Pemakaian Bahan
Setiap pemakaian bahan untuk proses produksi dalam metode perpetual dilakukan
pencatatan ke dalam ayat jurnal dan kemudian dicatat ke dalam buku pembantu
persediaan bahan. Berikut ayat jurnal yang dibuat departemen akuntansi untuk
mencatat salah satu transaksi pemakaian bahan (dari permintaan bahan ke
Departemen gudang), yakni transaksi pada tanggal 8 Maret 2010. Biaya bahan per
unit sebesar Rp 9.962 (pembulatan) dihitung dari {(500kg×Rp 9.500)+(6.000 kg ×
Rp 10.000)}/6.500 kg.

3) Bahan Pada Akhir Periode Akuntansi


Pada akhir periode akuntansi, perusahaan melakukan perhitungan fisik persediaan
bahan (stock opname) yang ditujukan untuk melakukan pengendalian bahan dengan
membandingkan antara jumlah unit bahan berdasarkan perhitungan fisik dengan
jumlah unit bahan yang tercatat dalam kartu persediaan bahan.

G. METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BAHAN


Aktivitas pembelian (perolehan) dan pemakaian bahan plastik selalu menyertai
aktivitas produksi yang dilakukan perusahaan. Frekuensi perolehan (pembelian) bahan
dalam satu periode akuntansi dapat dilakukan beberapa kali dan mungkin dengan nilai
biaya perolehan yang berbeda. Oleh karena itu persediaan bahan yang disimpan di gudang
dimungkinkan memiliki biaya yang cukup beragam dan fluktuatif, meskipun jenis bahan
yang digunakan sama. Berikut beberapa metode untuk menentukan besarnya biaya bahan
yang digunakan dalam proses produksi.
1. Metode Identifikasi Kasus (Special Identification Method)
2. Metode Rata-Rata (Average Method)
3. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
4. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)

10
Berikut ilustrasi terkait penggunaan metode-metode tersebut dari PT AMARTA
UTAMA sebagai perusahaan yang memproduksi Cylinder Head untuk kendaraan
bermotor.
Bahan utama dari produk ini adalah aluminium ingot. Berikut informasi terkait
aktivitas pembelian dan pemakaian bahan selama bulan April 20170.

1. Metode Identifikasi Khusus (Special Identification Method)


Metode identifikasi kasus merupakan metode penilaian persediaan bahan
menggunakan biaya dan jumlah unit bahan yang sesungguhnya (aktual). Metode
identifikasi khusus merupakan cara yang paling ideal karena bahan yang dibeli
(diperoleh) perusahaan diberi label identitas terkait biaya bahan per unit beserta
jumlahnya, sehingga setiap pemakaian bahan untuk proses produksi dapat langsung
diketahui besarnya biaya bahan yang digunakan. Aliran biaya bahan yang digunakan
disesuaikan dengan aliran fisik bahan yang aktual. Untuk mengetahui besarnya biaya
persediaan bahan di akhir periode, manajemen cukup melihat label identitas yang
terdapat di fisik bahan yang dimaksud. Metode ini digunakan untuk bahan yang
nilainya relatif mahal dan jumlahnya relatif sedikit. Berdasarkan ilustrasi dari PT
AMARTA UTAMA, berikut tambahan informasi untuk pemakaian bahan selama bulan
April 2010.

11
Berikut besarnya biaya bahan yang digunakan dan biaya persediaan bahan di akhir
periode

Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai persediaan bahan di akhir periode sebesar


Rp83.000 dan biaya bahan yang digunakan selama bulan April 2010 sebesar
Rp562.750.

2. Metode Rata-Rata (Average Method)


Metode ini berasumsi bahwa bahan fisik yang digunakan dalam proses produksi
diambil dari gudang secara acak. Oleh karena itu, besarnya biaya bahan per unit yang
digunakan dalam proses produksi ditentukan dari gabungan (kombinasi) seluruh biaya
bahan yang berasal dari saldo awal persediaan bahan yang dan pembelian bahan.
Dengan demikian, untuk menentukan biaya bahan per unit didasarkan pada rata-rata
biaya bahan dari total biaya bahan yang ada di gudang. Metode rata-rata yang
seringkali digunakan adalah metode biaya rata-rata tertimbang untuk sistem fisik dan
metode rata-rata bergerak untuk sistem perpetual. Cara perhitungan metode rata-rata
adalah dengan membagi antara total biaya bahan yang dibeli (diperoleh), termasuk
saldo awal persediaan bahan dengan jumlah unit bahan yang ada di gudang. Metode
ini dimaksudkan untuk menentukan aliran biaya bahan tanpa harus sesuai dengan
aliran fisik bahannya karena aliran fisik bahan mempertimbangkan kondisi fisik bahan
tersebut. Metode rata-rata dapat diterapkan pada perusahaan yang menggunakan
sistem fisik maupun sistem perpetual. Berdasarkan ilustrasi dari PT AMARTA
UTAMA, berikut biaya bahan yang digunakan dan nilai persediaan bahan di akhir
periode.

12
a. Sistem Fisik
Berikut perhitungan biaya persediaan bahan menggunakan metode rata-rata
tertimbang.

Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai persediaan bahan di akhir periode sebesar


Rp80.719,50 dan biaya bahan yang digunakan selama bulan April 2010
Rp565.030,50.
b. Sistem Perpetual
Berikut perhitungan biaya persediaan bahan menggunakan metode rata-rata
bergerak.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, nilai persediaan bahan di akhir periode


sebesar Rp82.050 dan biaya bahan yang digunakan selama bulan April 2010
sebesar Rp563.700 (Rp159.000 +Rp185.500 + Rp219.200).

13
3. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Metode ini berasumsi bahwa bahan yang dibeli (diperoleh) pertama kali merupakan
bahan yang pertama kali digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian, nilai
persediaan bahan di akhir periode diasumsikan berasal dari nilai bahan yang dibeli
(diperoleh) terakhir kali. Metode ini dimaksudkan untuk menentukan aliran biaya
bahan tanpa harus diikuti dengan aliran fisik bahannya. Hal ini karena aliran fisik
bahan perlu mempertimbangkan kondisi fisik bahan yang harus segera digunakan.
Metode ini dapat diterapkan pada perusahaan yang menggunakan sistem fisik maupun
sistem perpetual. Berdasarkan ilustrasi dari PT AMARTA UTAMA, berikut biaya
bahan yang digunakan dan nilai persediaan bahan di akhir periode.
a. Sistem Fisik
Berikut perhitungan nilai persediaan bahan berdasarkan sistem fisik dan
menggunakan metode MPKP:

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, nilai persediaan bahan di akhir periode


sebesar Rp83.250 dan biaya bahan yang digunakan selama bulan April 2010
sebesar Rp562.500.
b. Sistem Perpetual
Berikut perhitungan nilai persediaan bahan berdasarkan sistem perpetual dan
menggunakan metode MPKP.

14
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, nilai persediaan bahan di akhir periode
sebesar Rp83.250 dan biaya bahan yang digunakan selama bulan April 2010
sebesar Rp562.500 (Rp100.000 + Rp52.500 + Rp78.750 + Rp110.000 + Rp82.500
+ Rp138.750).

4. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)


Metode ini berasumsi bahwa bahan yang dibeli (diperoleh) terakhir kali merupakan
bahan yang pertama kali digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian tanda
komanda persediaan bahan di akhir periode diasumsikan berasal dari nilai bahan yang
dibeli (diperoleh) pertama kali. Alasan dari penggunaan metode ini adalah bahwa biaya
yang paling terakhirlah yang paling mendekati harga pasar, sehingga merupakan biaya
yang paling tepat untuk dikaitkan dengan pendapatan dalam upaya menentukan
besarnya laba. Metode ini dimaksudkan untuk menentukan aliran biaya bahan tanpa
harus diikuti dengan aliran fisik bahannya. Hal ini karena aliran fisik bahan
mempertimbangkan kondisi fisik bahan baku yang harus segera digunakan. Metode ini
dapat diterapkan pada perusahaan yang menggunakan sistem fisik maupun sistem
perpetual. Berdasarkan ilustrasi dari PT AMARTA UTAMA, berikut biaya bahan yang
digunakan dan nilai persediaan bahan di akhir periode.
a. Sistem Fisik
Sistem perhitungan nilai persediaan bahan berdasarkan sistem fisik dan
menggunakan metode MTKP.

15
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, nilai persediaan bahan di akhir periode
sebesar Rp75.000 dan biaya bahan yang digunakan selama bulan April 2010 sebesar
Rp570.750.
b. Sistem Perpetual
Berikut perhitungan nilai persediaan bahan berdasarkan sistem perpetual dan
menggunakan metode MTKP.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, nilai persediaan bahan diatur periode


Rp75.000 dan biaya bahan yang digunakan selama bulan April 2010 sebesar
Rp570.750 (Rp165.000 + Rp27.500 + Rp131.250 + Rp25.000 + Rp222.000).

H. PERBANDINGAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BAHAN


Metode penilaian persediaan bahan sangat penting bagi perusahaan karena akan
mempengaruhi besarnya nilai persediaan bahan yang disajikan di laporan laba rugi dan
laporan posisi keuangan (neraca). Metode MPKP dalam penyajian laporan laba rugi
menghasilkan tingkat biaya yang paling tinggi dan metode rata-rata menghasilkan tingkat
biaya yang terendah, sementara metode MTKP akan menghasilkan tingkat biaya yang
paling tinggi dan metode rata-rata menghasilkan tingkat biaya yang besarnya berada di
antara metode MPKP dan MTKP. Namun sebaliknya, jika harga-harga cenderung
mengalami penurunan, maka metode MPKP akan menghasilkan tingkat biaya yang tinggi
dan metode MTKP menghasilkan tingkat biaya yang rendah, sementara metode rata-rata

16
masih tetap berada di antara metode MPKP dan MTKP. Metode penilaian persediaan bahan
ditentukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai karena setiap metode memiliki
konsekuensi yang berbeda. Untuk kepentingan pihak internal, umumnya perusahaan
memilih menggunakan metode rata-rata karena lebih memperhatikan sifat kehati-hatian.
Sementara untuk kepentingan pihak eksternal terutama para pemegang saham (investor),
perusahaan cenderung memilih metode MPKP karena akan menunjukkan tingginya tingkat
laba sebagai alat pengukuran kinerja dan pertanggungjawaban manajemen. Namun di sisi
lain metode MPKP memiliki konsekuensi terhadap tingginya tingkat pajak penghasilan
badan yang harus dibayarkan perusahaan. Undang-undang perpajakan di Indonesia hanya
memberikan pilihan metode penilaian persediaan bahan pada metode MPKP dan metode
rata-rata. Hal ini mengisyaratkan bahwa metode MTKP tidak boleh digunakan karena akan
menghasilkan tingkat pajak penghasilan badan yang lebih rendah.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bagi perusahaan manufaktur persediaan bahan merupakan suatu hal yang sifatnya
sangat strategis karena merupakan bagian utama dari suatu produk. Kelancaran proses
produksi sangat tergantung dari ketersediaan bahan ini berarti keterlambatan penyediaan
bahan akan menghambat proses produksi begitu juga sebaliknya persediaan bahan yang
melimpah akan menyebabkan terjadinya pemborosan modal kerja karena ada biaya yang
tertanam dalam bahan tersebut. Oleh karena itu perusahaan membutuhkan perencanaan dan
pengendalian bahan yang baik
Sistem akuntansi untuk bahan dalam perusahaan manufaktur cukup bervariasi
tergantung dari ukuran dan jenis industri Setiap perusahaan meskipun pada umumnya
aktivitas tersebut dimulai dari perolehan (pembelian) sampai penggunaan bahan. Akuntansi
atas perolehan sampai penggunaan bahan baik secara manual maupun terkomputerisasi
dinilai penting dalam upaya menghitung biaya bahan atas pesanan atau terhadap
departemen yang mengelola persediaan bahan dengan sistem persediaan perpetual.

B. SARAN
Berdasarkan pembahasan diatas, kami merekomendasikan beberapa saran yang
dapat menunjang terciptanya pemahaman yang sempurna. Seperti menambahkan
referensi yang lebih banyak dan terpercaya untuk mendukung argumen yang telah
disampaikan dalam makalah ini. Memperluas cakupan pembahasan dengan
menambahkan topik-topik terkait manajemen persediaan dan pengendalian kualitas
agar makalah menjadi lebih komprehensif dan informatif.

18

Anda mungkin juga menyukai