BIAYA BAHAN
DISUSUN OLEH :
NIM : 992022010
NIM : 992022017
JURUSAN AKUNTANSI
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................................................. 3
C. TUJUAN ................................................................................................................................................. 3
BAB II ................................................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN................................................................................................................................................. 4
PENUTUP ........................................................................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akuntansi biaya merupakan mata pelajaran yang sangat penting dalam pengelolaan
keuangan suatu perusahaan. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan bahan baku sangatlah
strategis karena merupakan bagian penting dari produk. Kelancaran proses produksi sangat
bergantung pada ketersediaan bahan baku, artinya keterlambatan pasokan bahan baku akan
menghambat produksi. Begitu pula sebaliknya, persediaan bahan baku yang melimpah akan
menyebabkan pemborosan modal kerja karena biaya-biaya sudah termasuk dalam bahan baku.
Oleh karena itu, dunia usaha perlu merencanakan dan mengendalikan material dengan baik.
Pada tahap pengadaan bahan baku akan dibahas lebih mendalam faktor-faktor penting harga
bahan baku yang dibeli, sedangkan pada tahap pemanfaatan bahan baku akan dibahas lebih
mendalam tentang cara-cara penentuan harga dasar bahan baku akan dibahas digunakan dalam
proses produksi.
Oleh karena itu, makalah ini akan menjelaskan pentingnya memahami akuntansi biaya,
khususnya dalam konteks biaya material. Biaya bahan baku merupakan salah satu komponen
utama biaya produksi suatu barang atau jasa. Menurut akuntansi biaya, biaya bahan baku
mencakup semua biaya yang berkaitan dengan pembelian dan penggunaan bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi. Biaya bahan baku ini mencakup berbagai jenis bahan seperti
bahan baku, bahan baku, bahan sekunder atau bahan primer, tergantung pada jenis industri dan
proses produksi yang digunakan.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan Sistem Pengolahan Bahan, Sistem Perolehan (Pembelian)
Bahan, Biaya Perolehan Bahan, Sistem Pemakaian Bahan, Biaya Pemakaian Bahan, Sistem
Pencatatan Bahan, Dan Metode Penilaian Persedian Bahan?
C. TUJUAN
Mengetahui apa itu Sistem Pengolahan Bahan, Sistem Perolehan (Pembelian) Bahan,
Biaya Perolehan Bahan, Sistem Pemakaian Bahan, Biaya Pemakaian Bahan, Sistem Pencatatan
Bahan, Dan Metode Penilaian Persedian Bahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM PENGELOLAAN BAHAN
Sistem akuntansi untuk bahan dalam perusahaan manufaktur cukup bervariasi tergantung dari
ukuran dan jenis industri setiap perusahaan, meskipun pada umumnya aktivitas tersebut dimulai
dari perolehan (pembelian) sampai penggunaan bahan. Akuntansi atas perolehan sampai
penggunaan bahan, baik secara manual maupun terkomputerisasi dinilai penting dalam upaya
menghitung biaya bahan atas pesanan atau terhadap departemen yang mengelola persediaan bahan
dengan sistem persediaan perpetual. Dalam setiap tahapan dibutuhkan sejumlah dokumen untuk
pencatatannya dan informasi kemana dan kepada siapa (departemen) dokumen tersebut akan
didistribusikan, Berikut langkah-langkah dalam prosedur pengelolaan bahan yang pada umumnya
dimulai dari perolehan sampai penggunaan bahan tersebut.
Apabila bahan telah mencapai persediaan minimum, yakni pada tingkat pemesanan kembali
(reorder point), maka Departemen Gudang membuat surat permintaan pembelian (purchase
requisition) yang ditujukan kepada Departemen Pembelian untuk melakukan pembelian bahan.
Untuk pemilihan pemasok, Departemen Pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran
harga (purchase price quotation) kepada para pemasok yang berisi informasi terkait harga dan
syarat- syarat pembelian lainnya. Selanjutnya setelah pemasok terpilih, Departemen Pembelian
membuat surat order pembelian (purchase order) yang dikirimkan kepada pemasok (Tampilan
8. 2). Surat order pembelian dibuat rangkap lima, yang mana lembar pertama (asli) diberikan
kepada pemasok sebagai bukti pemesanan bahan, lembar kedua diberikan kepada Departemen
Akuntansi, lembar ketiga diberikan kepada Bagian Pemegang Kartu Persediaan Bahan, lembar
keempat diberikan kepada Bagian Penerimaan Bahan, dan lembar kelima sebagai arsip di
Departemen Pembelian.
Pemasok mengirimkan bahan ke perusahaan sesuai surat order pembelian yang diterimanya.
Departemen Penerimaan Bahan akan mencocokkan spesifikasi bahan yang diterima dengan
salinan (tembusan) surat order pembelian. Apabila bahan yang diterima telah sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan, maka Departemen Penerimaan Bahan akan membuat laporan
penerimaan bahan. Laporan penerimaan bahan (Tampilan 8.3) dibuat rangkap lima, yang mana
lembar pertama (asli) diberikan kepada Departemen Pembelian sebagai laporan bahwa bahan
yang dibeli telah sesuai dengan surat order pembelian, lembar kedua diberikan kepada
Departemen Akuntansi, lembar ketiga diberikan kepada Bagian Pemegang Kartu Persediaan
Bahan, lembar keempat diberikan kepada Departemen Gudang, dan lembar kelima sebagai
arsip di Departemen Penerimaan Bahan.
Uraian dari masing-masing metode tersebut akan dibahas secara terinci pada bagian berikutnya, yaitu
pada pembahasan terkait metode penilaian persediaan bahan.
Metode ini umumnya digunakan oleh perusahaan yang relatif masih kecil, yang mana pihak
manajemen dapat mengawasi secara langsung saat menentukan kapan dan berapa jumlah unit bahan
yang akan dibeli, serta memberikan pengawasan terhadap pemakaian bahan tersebut dalam proses
produksi. Metode ini juga tidak mengikuti perubahan mutasi persediaan dalam melakukan pencatatan.
Jumlah unit bahan di akhir periode dapat diketahui saat dilakukan stock opname.
Metode ini umumnya digunakan oleh perusahaan-perusahaan berskala besar, yang mana
manajemen tidak dapat melakukan pengawasan secara langsung atas persediaan bahan, tetapi
menggunakan sistem pengendalian bahan yang memadai melalui kartu persediaan bahan. Kartu
persediaan bahan baku dapat digunakan sebagai alat pengendalian persediaan bahan karena memuat
mutasi bahan yang dimiliki perusahaan secara terus-menerus (berkelanjutan). Transaksi pembelian
bahan dicatat dengan mendebit akun Persediaan Bahan, sementara aktivitas penggunaan bahan dicatat
dengan mengkredit akun Persediaan Bahan. Hal ini berarti baik bahan yang dibeli (diperoleh)
perusahaan maupun bahan yang digunakan perusahaan merupakan penambah dan pengurang saldo
persediaan bahan yang dimiliki perusahaan.
Berbeda dengan metode-metode lainnya, metode ini merupakan metode penilaian persediaan
bahan menggunakan biaya dan jumlah unit bahan yang sesungguhnya (aktual). Metode identifikasi
khusus merupakan cara yang paling ideal karena bahan yang dibeli (diperoleh) perusahaan diberi label
identitas terkait biaya bahan per unit beserta jumlahnya, sehingga setiap pemakaian bahan untuk proses
produksi dapat langsung diketahui besarnya biaya bahan yang digunakan. Aliran biaya bahan yang
digunakan disesuaikan dengan aliran fisik bahan yang aktual. Untuk mengetahui besarnya biaya
persediaan bahan di akhir periode, manajemen cukup melihat label identitas yang terdapat di fisik
bahan yang dimaksud. Metode ini digunakan untuk bahan yang nilainya relative
Metode ini berasumsi bahwa bahan fisik yang digunakan dalam proses produksi diambil dari
Gudang secara acak. Oleh karena itu, besarnya biaya bahan per unit yang digunakan dalam proses
produksi ditentukan dari gabungan (kombinasi) seluruh biaya bahan yang berasal dari saldo awal
persediaan bahan dan pembelian bahan. Dengan demikian, untuk menentukan biaya bahan per unit
didasarkan pada rata-rata biaya bahan dari total biaya bahan yang ada di gudang, Metode rata-rata yang
sering kali digunakan adalah metode biaya rata-rata tertimbang untuk sistem fisik dan metode rata-rata
bergerak untuk sistem perpetual. Cara perhitungan metode rata-rata adalah dengan membagi antara
total biaya bahan yang dibeli (diperoleh), termasuk saldo awal persediaan bahan dengan jumlah unit
bahan yang ada di gudang. Metode ini dimaksudkan untuk menentukan aliran biaya bahan tanpa harus
sesuai dengan aliran fisik bahannya karena aliran fisik bahan mempertimbangkan kondisi fisik bahan
tersebut. Metode rata-rata ini dapat diterapkan pada perusahaan yang menggunakan sistem fisik
maupun sistem perpetual.
Metode ini berasumsi bahwa bahan yang dibeli (diperoleh) pertama kali merupakan bahan yang
pertama kali digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian, nilai persediaan bahan di akhir
periode diasumsikan berasal dari nilai bahan yang dibeli (diperoleh) terakhir kali. Metode ini
dimaksudkan untuk menentukan aliran biaya bahan tanpa harus diikuti dengan aliran fisik bahannya.
Hal ini karena aliran fisik bahan perlu mempertimbangkan kondisi fisik bahan harus segera digunakan.
Metode ini dapat diterapkan pada perusahaan yang menggunakan sistem fisik maupun sistem
perpetual.
Metode ini berasumsi bahwa bahan yang dibeli (diperoleh) terakhir kali merupakan bahan yang
pertama kali digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian, nilai persediaan bahan di akhir
periode diasumsikan berasal dari nilai bahan yang dibeli (diperoleh) pertama kali. Alasan dari
penggunaan metode ini adalah bahwa biaya yang paling terakhirlah yang paling mendekati harga pasar,
sehingga merupakan biaya yang paling tepat untuk dikaitkan dengan pendapatan dalam upaya
menentukan besarnya laba. Metode ini dimaksudkan untuk menentukan aliran biaya bahan tanpa harus
diikuti dengan aliran fisik bahannya. Hal ini karena aliran fisik bahan mempertimbangkan kondisi fisik
bahan baku yang harus segera digunakan. Metode ini dapat diterapkan pada perusahaan
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem akuntansi untuk bahan dalam perusahaan manufaktur cukup bervariasi tergantung dari
ukuran dan jenis industri setiap perusahaan, meskipun pada umumnya aktivitas tersebut dimulai
dari perolehan (pembelian) sampai penggunaan bahan. Akuntansi atas perolehan sampai
penggunaan bahan, baik secara manual maupun terkomputerisasi dinilai penting dalam upaya
menghitung biaya bahan atas pesanan atau terhadap departemen yang mengelola persediaan bahan
dengan sistem persediaan perpetual. Dalam setiap tahapan dibutuhkan sejumlah dokumen untuk
pencatatannya dan informasi kemana dan kepada siapa (departemen) dokumen tersebut akan
didistribusikan, Berikut langkah-langkah dalam prosedur pengelolaan bahan yang pada umumnya
dimulai dari perolehan sampai penggunaan bahan tersebut (Agus Purwaji, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Agus Purwaji, W. S. (2016). Akuntansi Biaya Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.