Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKUNTANSI BIAYA KELOMPOK 6

BIAYA BAHAN

DISUSUN OLEH :

RIZKY REZA NURSANDI

NIM : 992022010

DEWI RIZKA RAMADANI

NIM : 992022017

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

JURUSAN AKUNTANSI

PRODI AKUNTANSI PERPAJAKAN

TAHUN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... 2

BAB I .................................................................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN .............................................................................................................................................. 3

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................................ 3

B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................................... 3

C. TUJUAN ................................................................................................................................................. 3

BAB II ................................................................................................................................................................. 4

PEMBAHASAN................................................................................................................................................. 4

A. SISTEM PENGELOLAAN BAHAN ................................................................................................... 4

B. SISTEM PEROLEHAN (PEMBELIAN) BAHAN............................................................................. 5

C. BIAYA PEROLEHAN BAHAN ........................................................................................................... 7

D. SISTEM PEMAKAIAN BAHAN......................................................................................................... 7

E. BIAYA PEMAKAIAN BAHAN ............................................................................................................ 8

F. SISTEM PENCATATAN BAHAN ....................................................................................................... 9

G. METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BAHAN ........................................................................ 10

H. PERBANDINGAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BAHAN ...................................... 11

BAB III ............................................................................................................................................................. 13

PENUTUP ........................................................................................................................................................ 13
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akuntansi biaya merupakan mata pelajaran yang sangat penting dalam pengelolaan
keuangan suatu perusahaan. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan bahan baku sangatlah
strategis karena merupakan bagian penting dari produk. Kelancaran proses produksi sangat
bergantung pada ketersediaan bahan baku, artinya keterlambatan pasokan bahan baku akan
menghambat produksi. Begitu pula sebaliknya, persediaan bahan baku yang melimpah akan
menyebabkan pemborosan modal kerja karena biaya-biaya sudah termasuk dalam bahan baku.
Oleh karena itu, dunia usaha perlu merencanakan dan mengendalikan material dengan baik.
Pada tahap pengadaan bahan baku akan dibahas lebih mendalam faktor-faktor penting harga
bahan baku yang dibeli, sedangkan pada tahap pemanfaatan bahan baku akan dibahas lebih
mendalam tentang cara-cara penentuan harga dasar bahan baku akan dibahas digunakan dalam
proses produksi.

Oleh karena itu, makalah ini akan menjelaskan pentingnya memahami akuntansi biaya,
khususnya dalam konteks biaya material. Biaya bahan baku merupakan salah satu komponen
utama biaya produksi suatu barang atau jasa. Menurut akuntansi biaya, biaya bahan baku
mencakup semua biaya yang berkaitan dengan pembelian dan penggunaan bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi. Biaya bahan baku ini mencakup berbagai jenis bahan seperti
bahan baku, bahan baku, bahan sekunder atau bahan primer, tergantung pada jenis industri dan
proses produksi yang digunakan.

B. RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan Sistem Pengolahan Bahan, Sistem Perolehan (Pembelian)
Bahan, Biaya Perolehan Bahan, Sistem Pemakaian Bahan, Biaya Pemakaian Bahan, Sistem
Pencatatan Bahan, Dan Metode Penilaian Persedian Bahan?

C. TUJUAN
Mengetahui apa itu Sistem Pengolahan Bahan, Sistem Perolehan (Pembelian) Bahan,
Biaya Perolehan Bahan, Sistem Pemakaian Bahan, Biaya Pemakaian Bahan, Sistem Pencatatan
Bahan, Dan Metode Penilaian Persedian Bahan.
BAB II

PEMBAHASAN
A. SISTEM PENGELOLAAN BAHAN
Sistem akuntansi untuk bahan dalam perusahaan manufaktur cukup bervariasi tergantung dari
ukuran dan jenis industri setiap perusahaan, meskipun pada umumnya aktivitas tersebut dimulai
dari perolehan (pembelian) sampai penggunaan bahan. Akuntansi atas perolehan sampai
penggunaan bahan, baik secara manual maupun terkomputerisasi dinilai penting dalam upaya
menghitung biaya bahan atas pesanan atau terhadap departemen yang mengelola persediaan bahan
dengan sistem persediaan perpetual. Dalam setiap tahapan dibutuhkan sejumlah dokumen untuk
pencatatannya dan informasi kemana dan kepada siapa (departemen) dokumen tersebut akan
didistribusikan, Berikut langkah-langkah dalam prosedur pengelolaan bahan yang pada umumnya
dimulai dari perolehan sampai penggunaan bahan tersebut.

1. Bagian Rute Produksi dan Perencanaan Produksi


Dalam setiap jenis produk yang dihasilkan, diperlukan urutan proses produksi dan penyusunan
rencana utama dari proses produkat tersebut, tentu saja beserta rincian kebutuhan bahannya.
Daftar kebutuhan bahan meliputi jumlah bahan, jenis bahan, dan kapan bahan tersebut
diperlukan dalam proses produksi.
2. Bukti Permintaan dan Pesanan Pembelian Bahan
Konfirmasi kepada Departemen Pembelian terkait jenis dan jumlah bahan yang dibutuhkan.
Selain itu. Departemen Pembelian juga melakukan permintaan pembelian (purchases
requisition) kepada pemasok atas kebutuhan bahan perusahaan yang kemudian ditindaklanjuti
dengan order pembelian (purchases order).
3. Laporan Penerimaan Bahan
Laporan penerimaan dan pemeriksaan bahan dibuat untuk mengetahui jumlah pembelian bahan
dan pengujian atas kualitas bahan itu sendiri. Proses pengujian kualitas bahan termasuk di
antaranya menghitung, menimbang, atau mengukur bahan yang diterima. Sementara proses
pemeriksaan bahan meliputi pemeriksaan terhadap tanda tangan dan otorisasi bukti penerimaan
bahan, Terakhir, melakukan pengesahan (approval) terhadap faktur pembelian yang
diterima dari pemasok.
4. Bakti Permintaan Bahan
Departemen Gudang bertanggung jawab terhadap pengelolaan bahan, yang mana tugas
pokoknya adalah menerima dan mengeluarkan bahan. Departemen Gudang dalam melakukan
pengeluaran atas jumlah dan jenis bahan tertentu, dilakukan atas permintaan departemen
tertentu (Departemen Produksi) pada waktu tertentu.
5. Kartu Persediaan Bahan
Tugas pokok dari Departemen Akuntansi adalah mencatat penerimaan dan pengeluaran setiap
jenis bahan. Departemen Akuntansi juga menentukan sistem pencatatan yang sesuai terhadap
jenis dan karakteristik bahan tersebut. Selain itu, Departemen Akuntansi juga melakukan
pencatatan dengan kartu persediaan bahan yang pada gilirannya berfungsi sebagai buku
pembantu persediaan bahan.

B. SISTEM PEROLEHAN (PEMBELIAN) BAHAN


Penggunaan sistem perolehan (pembelian) bahan menjamin bahwa bahan yang dibeli sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditetapkan, harga yang kompetitif, dan kebutuhan produksi
perusahaan. Departemen-departemen yang umumnya terlibat dalam sistem perolehan bahan
adalah Departemen Gudang, Departemen Pembelian, Departemen Penerimaan Bahan, dan
Departemen Akuntansi. Dalam sistem perolehan (pembelian) bahan, prosedur-prosedur yang
dilakukan adalah prosedur permintaan pembelian bahan, prosedur order pembelian bahan,
prosedur penerimaan bahan, prosedur pencatatan bahan di gudang, dan prosedur pencatatan utang
atas pembelian bahan. Dokumen sumber yang menjadi pendukung penting dalam tahapan ini
adalah surat permintaan pembelian bahan, surat order pembelian bahan, laporan penerimaan
bahan, dan faktur pembelian bahan. Berikut uraian penjelasan dari setiap prosedur dalam sistem
perolehan (pembelian) bahan tersebut.

• Prosedur Permintaan Pembelian Bahan

Departemen Gudang selalu melakukan pengecekan terhadap persediaan bahan. Apabila


bahan telah mencapai persediaan minimum, yakni pada tingkat pemesanan kembali (reorder
point), maka Departemen Gudang membuat surat permintaan pembelian (purchase requisition)
yang ditujukan kepada Departemen Pembelian untuk melakukan pembelian bahan. Surat
permintaan pembelian ini dibuat rangkap dua, yang mana lembar pertama (asli) diberikan
kepada Departemen Pembelian, sementara lembar kedua (salinan) sebagai arsip di Departemen
Gudang.
• Prosedur Order Pembelian Bahan

Apabila bahan telah mencapai persediaan minimum, yakni pada tingkat pemesanan kembali
(reorder point), maka Departemen Gudang membuat surat permintaan pembelian (purchase
requisition) yang ditujukan kepada Departemen Pembelian untuk melakukan pembelian bahan.
Untuk pemilihan pemasok, Departemen Pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran
harga (purchase price quotation) kepada para pemasok yang berisi informasi terkait harga dan
syarat- syarat pembelian lainnya. Selanjutnya setelah pemasok terpilih, Departemen Pembelian
membuat surat order pembelian (purchase order) yang dikirimkan kepada pemasok (Tampilan
8. 2). Surat order pembelian dibuat rangkap lima, yang mana lembar pertama (asli) diberikan
kepada pemasok sebagai bukti pemesanan bahan, lembar kedua diberikan kepada Departemen
Akuntansi, lembar ketiga diberikan kepada Bagian Pemegang Kartu Persediaan Bahan, lembar
keempat diberikan kepada Bagian Penerimaan Bahan, dan lembar kelima sebagai arsip di
Departemen Pembelian.

• Prosedur Penerimaan Bahan

Pemasok mengirimkan bahan ke perusahaan sesuai surat order pembelian yang diterimanya.
Departemen Penerimaan Bahan akan mencocokkan spesifikasi bahan yang diterima dengan
salinan (tembusan) surat order pembelian. Apabila bahan yang diterima telah sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan, maka Departemen Penerimaan Bahan akan membuat laporan
penerimaan bahan. Laporan penerimaan bahan (Tampilan 8.3) dibuat rangkap lima, yang mana
lembar pertama (asli) diberikan kepada Departemen Pembelian sebagai laporan bahwa bahan
yang dibeli telah sesuai dengan surat order pembelian, lembar kedua diberikan kepada
Departemen Akuntansi, lembar ketiga diberikan kepada Bagian Pemegang Kartu Persediaan
Bahan, lembar keempat diberikan kepada Departemen Gudang, dan lembar kelima sebagai
arsip di Departemen Penerimaan Bahan.

• Prosedur Pencatatan Bahan di Gudang

Departemen Penerimaan Bahan menyerahkan bahan ke Departemen Gudang untuk disimpan.


Umumnya, Departemen Penerimaan Bahan merupakan bagian dari Departemen Gudang,
Departemen Gudang mencatat bahan tersebut ke dalam kartu gudang (stock card) sesuai jumlah
bahan yang diterimanya (Tampilan 8.4). Kartu gudang berfungsi sebagai kartu pencatatan atas
mutasi masing-masing jenis bahan. Hal ini berarti kartu gudang berisi jumlah bahan yang
disimpan di gudang dan tidak memiliki keterkaitan dengan harga dari bahan tersebut. Selain
itu, Departemen Gudang juga mencatat bahan dalam kartu persediaan bahan (inventory tag)
yang ditempelkan pada tempat penyimpanan masing-masing jenis bahan tersebut.

• Prosedur Pencatatan Utang atas Pembelian Bahan

Departemen Akuntansi memeriksa kesesuaian antara dokumen utama dan dokumen


pendukung yang terkait, seperti faktur pembelian bahan, salinan (tembusan) surat order
pembelian bahan, dan salinan (tembusan) laporan penerimaan bahan, yang pada gilirannya
menjadi dasar dari ayat jurnal pembelian bahan. Dokumen seperti salinan (tembusan) surat
order pembelian bahan, dan salinan (tembusan) laporan penerimaan bahan juga menjadi dasar
pencatatan di kartu persediaan bahan sesuai jumlah unit dan nilai rupiah bahan tersebut di
kolom pemasukan (pembelian).

C. BIAYA PEROLEHAN BAHAN


Bahan adalah unsur utama dari suatu produk setelah diolah melalui proses produksi. Pada prinsip-
prinsip akuntansi yang berterima umum, biaya bahan tidak hanya harga beli (harga faktur) saja, tetapi
termasuk juga biaya-biaya yang terkait dengan perolehan bahan tersebut sampai akhirnya siap
digunakan dalam proses produksi. Biaya-biaya tersebut, antara lain biaya pemesanan, biaya bongkar
muat, biaya pengangkutan, biaya asuransi, biaya penyimpanan, dan biaya-biaya lain, sementara
potongan (diskon) dan retur pembelian merupakan pengurang dari biaya perolehan bahan. Unsur-
unsur yang terdapat dalam biaya bahan secara riil sangat beragam, hal ini yang membuat aktivitas
penentuan biaya bahan yang dibeli (diperoleh) memerlukan sejumlah penyesuaian. Penyesuaian ini
dikarenakan dalam alokasi biaya sering kali memerlukan waktu dan biaya yang cukup besar apalagi
jika dibandingkan dengan manfaat dari alokasi biaya tersebut terhadap ketelitian penentuan biaya
bahan itu sendiri. Oleh karena itu, apabila alokasi pada biaya bahan sulit dilakukan (tidak praktis),
umumnya biaya bahan diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik.

D. SISTEM PEMAKAIAN BAHAN


Sistem pemakaian bahan menjamin bahwa bahan yang digunakan telah sesuai dengan jumlah
unit yang dibutuhkan untuk proses produksi dan telah sesuai pula dengan standar kualitas bahan yang
ditetapkan. Departemen yang terlibat dalam sistem pemakaian bahan adalah Departemen Produksi,
Departemen Gudang, dan Departemen Akuntansi. Prosedur pemakaian bahan terdiri dari prosedur
permintaan bahan, prosedur pengeluaran bahan, dan prosedur pencatatan pemakaian bahan. Sementara
dokumen sumber dan dokumen pendukung yang dibutuhkan dalam prosedur ini adalah bukti
permintaan bahan dan bukti pengeluaran bahan.

• Prosedur Permintaan Bahan


Tugas utama Departemen Produksi adalah memproses bahan menjadi produk jadi. Oleh karena
itu, dalam rangka memenuhi kebutuhan produksi. Departemen Produksi mengisi bukti
permintaan bahan (material requisition) secara rinci kepada Departemen Gudang. Bukti
permintaan bahan tersebut digunakan Departemen Gudang sebagai dasar pengeluaran bahan.
Bukti permintaan bahan dibuat rangkap empat, yang mana lembar pertama (asli) untuk
Departemen Gudang, lembar kedua untuk Departemen Akuntansi, lembar ketiga untuk Bagian
Pemegang Kartu Persediaan Bahan, dan lembar keempat sebagai arsip di Departemen
Produksi.
• Prosedur Pengeluaran Bahan
Berdasarkan bukti permintaan bahan, Departemen Gudang mengeluarkan bahan sesuai
spesifikasi dan jumlah unit yang diminta oleh Departemen Produksi. Bukti permintaan bahan
tersebut menjadi dasar Departemen Gudang untuk mencatat pemakaian (pengeluaran) bahan
dalam kartu gudang, sekaligus pencatatan dalam kartu persediaan bahan.
• Prosedur Pencatatan Pemakaian Bahan
Bukti permintaan bahan dari Departemen Produksi yang telah diotorisasi oleh Departemen
Gudang terkait spesifikasi dan jumlah unit bahan yang diminta, serta telah dilengkapi dengan
harga per unit bahan oleh Departemen Akuntansi merupakan sumber utama yang menjadi dasar
dari ayat jurnal pengeluaran bahan di Departemen Akuntansi. Selain itu, bukti permintaan
bahan yang diterima oleh Bagian Pemegang Kartu Persediaan Bahan juga digunakan sebagai
dasar pencatatan dalam kartu persediaan bahan di kolom pengeluaran (pemakaian).

E. BIAYA PEMAKAIAN BAHAN


Frekuensi perolehan (pembelian) bahan dalam satu periode akuntansi dapat dilakukan beberapa
kali dan mungkin dengan nilai biaya perolehan yang berbeda. Oleh karena itu, persediaan bahan yang
disimpan di gudang dimungkinkan memiliki biaya yang cukup beragam dan fluktuatif, meskipun jenis
bahan yang digunakan sama. Hal ini tentu saja menimbulkan permasalahan terkait penentuan biaya
bahan yang digunakan dalam proses produksi, Maksud dari penentuan biaya bahan yang digunakan
adalah untuk menentukan besarnya biaya bahan tersebut secara adil dan teliti. Selain itu penentuan
biaya bahan yang digunakan mendorong adanya aktivitas pengendalian biaya atas bahan tersebut.
Berikut beberapa metode untuk menentukan besarnya biaya bahan yang digunakan dalam
proses produksi:

1. Metode Identifikasi Khusus.


2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama.
3. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama.
4. Metode Rata-Rata Sederhana.
5. Metode Rata-Rata Bergerak.

Uraian dari masing-masing metode tersebut akan dibahas secara terinci pada bagian berikutnya, yaitu
pada pembahasan terkait metode penilaian persediaan bahan.

F. SISTEM PENCATATAN BAHAN


Dokumen-dokumen yang diterima Departemen Akuntansi berasal dari beberapa departemen
yang terkait dengan aktivitas perolehan dan pemakaian bahan. Dokumen-dokumen ini nantinya akan
menjadi dasar pencatatan ke dalam ayat jurnal. Dalam melakukan pencatatan atas persediaan bahan,
perusahaan dapat memilih salah satu dari sistem akuntansi persediaan yang ada, yaitu sistem fisik
(periodik) dan sistem perpetual (kontinu).

• Sistem Fisik (Periodik)

Metode ini umumnya digunakan oleh perusahaan yang relatif masih kecil, yang mana pihak
manajemen dapat mengawasi secara langsung saat menentukan kapan dan berapa jumlah unit bahan
yang akan dibeli, serta memberikan pengawasan terhadap pemakaian bahan tersebut dalam proses
produksi. Metode ini juga tidak mengikuti perubahan mutasi persediaan dalam melakukan pencatatan.
Jumlah unit bahan di akhir periode dapat diketahui saat dilakukan stock opname.

• Sistem Perpetual (Kontinu)

Metode ini umumnya digunakan oleh perusahaan-perusahaan berskala besar, yang mana
manajemen tidak dapat melakukan pengawasan secara langsung atas persediaan bahan, tetapi
menggunakan sistem pengendalian bahan yang memadai melalui kartu persediaan bahan. Kartu
persediaan bahan baku dapat digunakan sebagai alat pengendalian persediaan bahan karena memuat
mutasi bahan yang dimiliki perusahaan secara terus-menerus (berkelanjutan). Transaksi pembelian
bahan dicatat dengan mendebit akun Persediaan Bahan, sementara aktivitas penggunaan bahan dicatat
dengan mengkredit akun Persediaan Bahan. Hal ini berarti baik bahan yang dibeli (diperoleh)
perusahaan maupun bahan yang digunakan perusahaan merupakan penambah dan pengurang saldo
persediaan bahan yang dimiliki perusahaan.

G. METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BAHAN


Aktivitas pembelian (perolehan) dan pemakaian bahan pasti selalu menyertai aktivitas produksi
yang dilakukan perusahaan. Frekuensi perolehan (pembelian) bahan dalam satu periode akuntansi
dapat dilakukan beberapa kali dan mungkin dengan nilai biaya perolehan yang berbeda. Oleh karena
itu, persediaan bahan yang disimpan di gudang dimungkinkan memiliki biaya yang cukup beragam
dan fluktuatif, meskipun jenis bahan yang digunakan sama. Hal ini akan menimbulkan permasalahan
terkait pembebanan biaya bahan yang digunakan pada proses produksi Berikut beberapa metode untuk
menentukan besarnya biaya bahan yang digunakan dalam proses produksi :

1) Metode Identifikasi Khusus (Special Identification Method)

Berbeda dengan metode-metode lainnya, metode ini merupakan metode penilaian persediaan
bahan menggunakan biaya dan jumlah unit bahan yang sesungguhnya (aktual). Metode identifikasi
khusus merupakan cara yang paling ideal karena bahan yang dibeli (diperoleh) perusahaan diberi label
identitas terkait biaya bahan per unit beserta jumlahnya, sehingga setiap pemakaian bahan untuk proses
produksi dapat langsung diketahui besarnya biaya bahan yang digunakan. Aliran biaya bahan yang
digunakan disesuaikan dengan aliran fisik bahan yang aktual. Untuk mengetahui besarnya biaya
persediaan bahan di akhir periode, manajemen cukup melihat label identitas yang terdapat di fisik
bahan yang dimaksud. Metode ini digunakan untuk bahan yang nilainya relative

2) Metode Rata-Rata (Average Method)

Metode ini berasumsi bahwa bahan fisik yang digunakan dalam proses produksi diambil dari
Gudang secara acak. Oleh karena itu, besarnya biaya bahan per unit yang digunakan dalam proses
produksi ditentukan dari gabungan (kombinasi) seluruh biaya bahan yang berasal dari saldo awal
persediaan bahan dan pembelian bahan. Dengan demikian, untuk menentukan biaya bahan per unit
didasarkan pada rata-rata biaya bahan dari total biaya bahan yang ada di gudang, Metode rata-rata yang
sering kali digunakan adalah metode biaya rata-rata tertimbang untuk sistem fisik dan metode rata-rata
bergerak untuk sistem perpetual. Cara perhitungan metode rata-rata adalah dengan membagi antara
total biaya bahan yang dibeli (diperoleh), termasuk saldo awal persediaan bahan dengan jumlah unit
bahan yang ada di gudang. Metode ini dimaksudkan untuk menentukan aliran biaya bahan tanpa harus
sesuai dengan aliran fisik bahannya karena aliran fisik bahan mempertimbangkan kondisi fisik bahan
tersebut. Metode rata-rata ini dapat diterapkan pada perusahaan yang menggunakan sistem fisik
maupun sistem perpetual.

3) Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)

Metode ini berasumsi bahwa bahan yang dibeli (diperoleh) pertama kali merupakan bahan yang
pertama kali digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian, nilai persediaan bahan di akhir
periode diasumsikan berasal dari nilai bahan yang dibeli (diperoleh) terakhir kali. Metode ini
dimaksudkan untuk menentukan aliran biaya bahan tanpa harus diikuti dengan aliran fisik bahannya.
Hal ini karena aliran fisik bahan perlu mempertimbangkan kondisi fisik bahan harus segera digunakan.
Metode ini dapat diterapkan pada perusahaan yang menggunakan sistem fisik maupun sistem
perpetual.

4) Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)

Metode ini berasumsi bahwa bahan yang dibeli (diperoleh) terakhir kali merupakan bahan yang
pertama kali digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian, nilai persediaan bahan di akhir
periode diasumsikan berasal dari nilai bahan yang dibeli (diperoleh) pertama kali. Alasan dari
penggunaan metode ini adalah bahwa biaya yang paling terakhirlah yang paling mendekati harga pasar,
sehingga merupakan biaya yang paling tepat untuk dikaitkan dengan pendapatan dalam upaya
menentukan besarnya laba. Metode ini dimaksudkan untuk menentukan aliran biaya bahan tanpa harus
diikuti dengan aliran fisik bahannya. Hal ini karena aliran fisik bahan mempertimbangkan kondisi fisik
bahan baku yang harus segera digunakan. Metode ini dapat diterapkan pada perusahaan

H. PERBANDINGAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BAHAN


Metode penilaian persedian bahan sangat penting bagi perusahaan karena akan mempengaruhi
besarnya nilai persediaan bahan yang disajikan di laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan
(neraca). Dalam perekonomian, kenaikan harga-harga bahan menjadi pertanda dari kenaikan tingkat
inflasi. Metode MPKP dalam penyajian laporan laba rugi menghasilkan tingkat biaya yang terendah,
sementara metode MTKP akan menghasilkan tingkat biaya yang paling tinggi dan metode rata-rata
menghasilkan tingkat biaya yang besarnya berada di antara metode MPKP dan MTKP. Namun
sebaliknya, jika harga-harga cenderung mengalami penurunan, maka metode MPKP akan
menghasilkan tingkat biaya yang tinggi dan metode MTKP menghasilkan tingkat biaya yang rendah,
sementara metode rata-rata masih tetap berada di antara metode MPKP dan MTKP.
Metode penilaian persediaan bahan ditentukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai karena
setiap metode memiliki konsekuansi yang berbeda. Untuk kepentingan pihak internal, umumnya
perusahaan memilih menggunakan metode rata-rata karena lebih memperhatikan sifat kehati-hatian.
Sementara untuk kepentingan pihak eksternal, terutama para pemegang saham (investor), perusahaan
cenderung memilih metode MPKP karena akan menunjukkan tingginya tingkat laba sebagai alat
pengukuran kinerja dan pertanggungjawaban manajemen. Namun di sisi lain, metode MPKP memiliki
konsekuensi terhadap tingginya tingkat pajak penghasilan badan yang harus dibayarkan perusahaan.
Di Indonesia sendiri hanya memberikan pilihan metode penilaian persedian bahan pada metode MPKP
dan metode rata-rata. Hal ini mengisyaratkan bahwa metode MTKP tidak boleh digunakan karena akan
menghasilkan tingkat pajak penghasilan badan yang lebih rendah.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Sistem akuntansi untuk bahan dalam perusahaan manufaktur cukup bervariasi tergantung dari
ukuran dan jenis industri setiap perusahaan, meskipun pada umumnya aktivitas tersebut dimulai
dari perolehan (pembelian) sampai penggunaan bahan. Akuntansi atas perolehan sampai
penggunaan bahan, baik secara manual maupun terkomputerisasi dinilai penting dalam upaya
menghitung biaya bahan atas pesanan atau terhadap departemen yang mengelola persediaan bahan
dengan sistem persediaan perpetual. Dalam setiap tahapan dibutuhkan sejumlah dokumen untuk
pencatatannya dan informasi kemana dan kepada siapa (departemen) dokumen tersebut akan
didistribusikan, Berikut langkah-langkah dalam prosedur pengelolaan bahan yang pada umumnya
dimulai dari perolehan sampai penggunaan bahan tersebut (Agus Purwaji, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwaji, W. S. (2016). Akuntansi Biaya Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai