B. ANALISIS KASUS
Dari kasus korupsi e-ktp yang dilakukan oleh berbagai pihak menurut saya sangat
merugikan rakyat Indonesia dan juga tidak hanya masyarakat yang dirugikan tetapi Negara
juga karena kerugian yang mencapai 2 triliun yang disebabkan oleh oknum-oknum yang
melakukan korupsi mereka hanya memikirkan diri mereka dan tidak pernah menyadari
bahwa perilaku mereka itu sudah banyak membuat sengsara rakyat dan negeri ini, tidak
hanya itu juga karena adanya kasus korupsi tersebut proses pembuatan e-ktp terhamabat
sehingga kita harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkannya e-ktp.
Akibat korupsi e-ktp ternyata berdamapak juga pada perekonomian Negara seperti
meningkatnya kemiskinan, pengangguran dan juga kesenjangan sosial karena dana
pemerintah yang harusnya untuk rakyat justru masuk ke kantong para pejabat dan orang -
orang yang tidak bertanggung jawab yang hanya mementingkan diri mereka. Dan tidak
hanya itu akibat korupsi e-ktp masyarakat sering mengalami kesulitan dalam menggunakan
hak pilihnya ketika pemilihan dikarenakan salah satu syarat dalam pemilihan itu adalah harus
memiliki e-ktp sebagai mana telah diatur oleh UUD Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada.
Dari kasus ini beberapa prinsip dasar akuntansi yang dilanggar adalah sebagai berikut:
a. Tanggung jawab profesi
Sebagai pejabat Negara yang telah dipercayai oleh masyarakat dan Negara mereka tidak
menunjukan tanggung jawab mereka dan tidak mejalankan tugas mereka secara professional,
hal ini dibuktikan dengan melakukan penggelapan uang dana e-ktp. Dalam kasus ini jelas
bahwa tanggung jawab itu hilang, mereka tidak memakai nurani dan moral hingga timbul
korupsi.
b. Kepentingan public
Kepentingan utama profesi di pemerintahan adalah bagaimana rakyat merasa puas
dengan kinerja yang mereka buat, bukan sebaliknya hanya membuat sengsara rakyat dan
hanya mementingkan diri sendiri.
c. Integritas
Dalam Integritas mengharuskan seseorang untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa
dikalahkan oleh keuntungan pribadi, tetapi dalam kasus ini sudah sangat jelas bahwa
mereka tidak memiliki integritas dalam melakukan perannya sebagai pejabat negara karena
menggelapkan dana e-ktp sampai triliun milik rakyat dan negara hal ini menunjukan bahwa
mereka bertindak tidak jujur hanya untuk memuaskan kepentingan pribadi tanpa
memikirkan kepentingan orang banyak.
d. Objektifitas
Para pejabat yang melakukan korupsi tidak memelihara objektifitas dalam melakukan
perannya sebagai pengabdi negara.
e. Perilaku professional
Dalam prinsip perilaku profesional, para pejabat negara mereka tidak berperilaku
konsisten. Padahal mereka telah menjadi kepercayaan rakyat dan negara dalam menjalanan
tugas mereka sebagai pengabdi negara Seharusnya mereka menjaga kepercayaan yang
diberikan dengan tidak melakukan penggelapan dana e-ktp yang merugikan rakyat dan
negara.
C. PENYELESAIAN KASUS
Kasus ini merupakan sebuah tamparan keras bagi Kementerian Dalam Negeri dan
pemerintahan pada umumnya, rakyat dapat menilai bahwa proses penganggaran masih sangat
rentan dipolitisasi dan dikorupsi. Dua hal utama yang mungkin dapat menjadi solusi
menghilangkan praktik ini adalah dengan keterbukaan dan perbaikan pembahasan anggaran
yang lebih teliti.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, “Pertama keterbukaan, akuntabilitas,
(kedua) perbaikan di dalam kemampuan kita untuk menciptakan kepastian dari sisi yang
disebut unit cost,” menurutnya Keterbukaan dan perbaikan pembahasan anggaran yang lebih
teliti diyakini bisa mencegah terulangnya kasus korupsi anggaran seperti dalam kasus KTP
elektronik, yang diduga merugikan negara sekitar Rp2,3 triliun.
Pertama adalah keterbukaan, akuntabilitas, lalu perbaikan didalam kemampuan
pemerintah untuk menciptakan kepastian dari sisi yang disebut unit cost. Unit Cost atau biaya
satuan mengacu pada biaya yang dihitung dengan cara membagi biaya keseluruhan dengan
jumlah atau kualitas output. Dengan begitu resiko terjadinya potensi mark up dapat
diminimalisasi.
Namun tidak hanya itu diperlukannya pengawasan dalam hal menjalankan proses
penganggaran. Pengawasan ini utamanya dilakukan oleh lembaga hukum, KPK adalah ujung
tombak pemberantasan korupsi di Indonesia, namun belakangan ini karena tidak karuannya
UU yang mengatur awal berdirnya KPK, lembaga ini telah dilemahkan oleh berbagai pihak.
Pengawasan yang kedua adalah langsung oleh masyarkat utamanya oleh mahasiswa,
penganggaran perlu di publikasi dan dipelajari oleh masyarakat, dari mana dan untuk
keperluan apa saja anggaran itu digunakan.
Namun hal yang paling dasar adalah mengubah hati dan pikiran kita sebagai rakyat Indonesia
untuk lebih peduli dan tidak hanya mementingkan keuntungan pribadi, karena Allah swt.
punya alasan menempatkan kita dalam satu planet. Allah swt, ingin kita punya jiwa sosial
yang tinggi, yang sadar bahwa hidup kita hanya sementara dan menjadi bermanfaat bagi
sesama manusia adalah satu-satunya hal yang harus kita tuju selain kesempurnaan ibadah kita
kepada Allah swt, secara pribadi.
Untuk itu hukum atau Undang Undang yang ada harus lebih tegas dalam menyikapi
kasus korupsi karena masih kurang para koruptor yang meerjalela diluar sana karena Hukum
dan UU di negara kita msih lemah. Buktinya sampai saat ini masih banyak pejabat pejabat
Negara yang melakukan tindakan menjijikan seperti itu, mengambil uang dan hak rakyat
padahal mereka sudah mendapatkan gaji dan fasilitas yang sangat memadai tetapi karena
keegoisan meraka dan hanya mementingka diri mereka mereka melakukan korupsi sesuka
hati mereka. Seharusnya pemerintah membuat Undang Undang baru yang menyatakan
“Setiap Pejabat yang melakukan tindakan Korupsi maka akan dihukum Mati “. Mungkin
dengan seperti itu para pejabat yang ingin melakukan korupsi akan berfikir berulang kali
sebelum melakukan korupsi.