NAMA KELOMPOK :
Korupsi ternyata dilakukan oleh orang yang berpendidikan tinggi. Rasanya sungguh
tidak pantas, seseorang yang berpendidikan melakukan hal yang seharusnya tidak boleh
dilakukan. Korupsi tidak boleh dilakukan karena akan menimbulkan kerugian bagi pihak
lain, dan hanya memberikan keuntungan kepada pihak yang korupsi atau biasa disebut
dengan koruptor. Faktanya korupsi dilakukan oleh orang yang mempunyai kekuasaan.
Misalnya dalam pemerintahan, mereka menyalahgunakan kekuasaan hanya untuk
kepentingan pribadi. Bisa dilihat dari kasus korupsi kotawaringin yang menjerat Supian
Hadi, yang merupakan Bupati Kotawaringin Timur.
Penyebab terjadinya korupsi kota waringin timur ini karena keserakahan yang di
lakukan elit-elit politi Kotawaringin Timur periode 2010-2015. Dengan bukti korupsi di
lakukan Supian terjadi karena ada ceruk untuk meraup keuntungan dari kekayaan sumber
daya alam di daerahnya. Namun sumber daya alam yang kaya kerap berbanding terbalik
dengan kondisi ekonomi masyarakat yang hidup miskin.
Syarief menerangkan, korupsi diduga berawal saat Supian Hadi terpilh sebagai
Bupati Kotawaringin Timur periode 2010-2015. Kerugian tersebut dihitung berdasarkan
penilaian ahli penambangan. Sedangkan kerugian negara yang telah dihitung KPK
mencapai Rp2,5 triliun. KPK telah menetapkan Supian sebagai tersangka dalam kasus
dugaan tindak pidana korupsi pemberian izin usaha penambangan terhadap 3 perusahaan
di lingkungan Kabupaten Kotawaringin Timur pada 2010-2012.
Timbal baliknya, dia diduga telah menerima mobil mewah dan sejumlah uang
dari hasil pemberian Izin Usaha Penambangan (IUP) kepada PT Fajar Mentaya
Abadi (FMA), PT Billy Indonesia (BI) dan PT Aries Iron Mining (AIM). Bahkan,
dua perusahaan bisa diberikan izin oleh Supian Hadi kendati tidak mengikuti proses
lelang Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP). Supian Hadi lantas diduga
menerima mobil Toyota Land Cruiser, Hummer H3 dan uang sebesar Rp500 juta.
2. Korupsi Otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat
keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders information)
tentang berbagai kebijakan publik yang seharusnya
Terlepas dari jumlah kerugian negara, Supian kembali menambah panjang kepala
daerah yang menjadi pesakitan di KPK. Padahal dia tengah menjalani periode keduanya
sebagai orang nomor satu di Kabupaten Kotawaringin Timur. Periode pertamanya, yakni
2010-2015, pada periode pertama, setelah dilantik Supian langsung mengangkat teman-
teman dekatnya yang juga menjadi bagian dari tim suksesnya sebagai Direktur dan
Direktur Utama PT Fajar Mentaya Abadi. Kolega Supian itu mendapat masing-masing
mendapat jatah saham perusahaan sebesar 5 persen. Perusahaan yang diduduki koleganya
itu kemudian diberikan IUP seluas 1.671 hektar. Hal itu tertuang dalam SK IUP yang
diterbitkan Supian pada Maret 2011. Izin itu keluar dari Supian meski dirinya mengetahui
bahwa PT Fajar Mentaya Abadi belum memiliki sejumlah dokumen perizinan, di
antaranya Izin lingkungan atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Alhasil pada November 2011, PT Fajar Mentaya Abadi dapat melakukan kegiatan operasi
produksi bauksit dan melakukan ekspor ke China.
Pada April 2013 Supian turut menerbitkan keputusan izin tentang izin lingkungan
kegiatan usaha pertambangan bijih bauksit dan keputusan tentang kelayakan lingkungan
rencana kegiatan pertambangan bijih bauksit oleh PT Billy Indonesia. Berdasarkan izin
tersebut PT Billy Indonesia melakukan ekspor bauksit. KPK pun membongkar
permasalahan tersebut. KPK pun menetapkan Supian sebagai tersangka karena diduga
menerima suap dan gratifikasi atas perizinan proyek tambang yang dia keluarkan. Atas
izin-izin yang dikeluarkan untuk tiga perusahaan berbeda itu, KPK juga menduga telah
terjadi kerugian negara mencapai Rp5,8 triliun dan US$711 ribu. Atas perbuatannya
tersebut, Supian dijerat dengan Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 3 dalam Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor Junto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Supian Hadi selama periode 2010-2015 telah merugikan keuangan negara dalam
pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) kepada PT FMA (PT. Fajar Mentaya Abadi),
PT Bl (PT. Billy Indonesia), dan PT AIM (PT. Aries Iron Mining) di Kabupaten
Kotawaringin Timur periode 2010 2015. Izin tersebut dia berikan padahal ketiga
perusahaan belum memiliki dokumen pendukung, seperti dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan. Syarif menjelaskan, Supian saat diangkat menjadi Bupati
Kotawaringin Timur periode 2010-2015, langsung mengangkat teman-teman dekatnya
yang merupakan tim suksesnya sebagai petinggi di perusahaan-perusahaan
tersebut."Diduga terjadi kerugian keuangan negara sekurang-kurangnya Rp 5,8 triliun dan
USD 711 ribu yang dihitung dari hasil produksi pertambangan bauksit, kerusakan
lingkungan dan kerugian kehutanan akibat produksi dan kegiatan pertambangan yang
dilakukan PT FMA, PT BI, dan PT AIM," kata Syarif.
Selain merugikan negara hingga trilinan rupiah, Supian Hadi juga diduga telah
menerima sejumlah pemberian dari izin tersebut, yakni mobil Toyota Land Cruiser senilai
Rp 710 juta, mobil Hummer H3 seharga Rp 1,35 miliar dan uang sebesar Rp 500 juta yang
diduga diterima meIalui pihak lain.KPK menyatakan penetapan tersangka terhadap Supian
adalah hasil penyelidikan dengan motede case building. Metode tersebut berbeda dari
operasi tangkap tangan yang kerap dilakukan KPK sebelum menetapkan seseorang
menjadi tersangka.
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu pidana mati dapat dijatuhkan.
Dengan tindak pidana yang diberikan tersebut yang dirasa kurang sepadan dengan
tindakannya koruptor ini mungkin bisa diberikan hukuman maksimal seuai pasal 2 ayat 1
atau pasal 3 UU Nomor 31/1999, memiskinkan koruptor dengan menyita seluruh harta
kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana korupsi dengan cara pembuktian terbalik
sesuai dengan pasal 77 UU No. 8 tahun 2010 tentang tindak pidana pencucian uang,
membangun tempat tahanan koruptor area rekreasi umum yang dapat ditonton oleh
masyarakat, menjatuhkan hukuman mati kepada koruptor, dan mencabut hak polituk
koruptor dan memberikan tanda khusus dalam KTP maupun kartu identitas koruptor yang
berlaku seumur hidup agar pelaku korupsi bisa jera terhadap perbuatannya serta tidak
adanya lagi para koruptor baru bermunculan.
Laode M Syarif, Wakil Ketua KPK mengatakan, penanganan perkara ini cukup
lama, potensi kerugian negara pun sangat besar. “Kami sudah menyelesaikan penyelidikan
dengan mengumpulkan bukti permulaan cukup dan meningkatkan perkara ini jadi
penyidikan. Menetapkan Bupati Kotawaringin Timur SH sebagai tersangka,”
Supian Hadi, katanya, adalah Bupati Kotawaringin Timur, pada periode 2010-2015
diduga menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau suatu korporasi dengan
meyalahgunakan kewenangan. Supian disangkakan melanggar Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3
UU Nomor 31/1999, sebagaimana diubah jadi UU 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP. KPK prihatin atas kondisi ini.
Kekayaan alam negeri yang melimpah, katanya, dikuasai hanya sekelompok pengusaha.
Dari kajian sumber daya alam KPK menemukan sejumlah persoalan terkait tumpang
tindih wilayah, potensi kerugian keuangan negara dari praktek bisnis tak beretika, dan
melanggar aturan, seperti menunggak pajak, tak bayar royalti, dan tidak jalankan jaminan
reklamasi pasca tambang.