Anda di halaman 1dari 11

Berkembang, kasus korupsi di RSJD Solo

Pengusutan kasus dugaan korupsi dana kompensasi untuk keluarga miskin (Gakin) di Rumah
Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Solo terus berkembang.
Selain dana Rp 2,2 miliar yang diduga diselewengkan di tahun 2006, kerugian negara akibat
kasus serupa juga disinyalir terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Saat ini, aparat kejaksaan tengah
menunggu hasil audit dari tim Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk
memastikan hal itu.
Informasi yang dihimpun Espos, Selasa (30/1), menyebutkan, saat ini Kejari tengah mengusut
kemungkinan penyelewengan dana di tahun 2002, 2003 dan 2004. Berdasarkan informasi, di
tahun tersebut sebenarnya pihak rumah sakit juga menerima dana Program Kompensasi
Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM) dalam jumlah besar namun tidak
diperuntukkan bagi pengobatan warga miskin.
Kejari sekarang ini sedang mengusut itu. Jadi kasusnya tidak hanya penyelewengan di tahun
2006, tapi juga tahun-tahun sebelumnya, ujar sebuah sumber Espos. Sementara itu, baik Kajari
Solo maupun Kasi Pidana Khusus Erry Pudyanto Marwantono SH hingga berita ini diturunkan
belum bisa dimintai konfirmasi mengenai kepastian informasi tersebut.
Namun, Kajari Solo Momock Bambang Samiarso SH kepada Espos beberapa waktu lalu sempat
mengatakan, perihal adanya dugaan penyelewengan dana selain dana Rp 2,2 miliar tahun 2006
juga dipelajari jajarannya. Ketika itu Momock menyatakan, jika pada tahun 2006 dana
diselewengkan oleh Direktur RSJD Siti Nuraini Arief, maka besar dugaan kasus serupa juga
terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Tugas kami sekarang mempelajari itu, katanya.
Jika dugaan itu benar, maka nama mantan Direktur RSJD Solo dr Sugiyarto MKes bisa saja turut
terjerat. Pasalnya, pada tahun-tahun tersebut ia masih menjabat dan baru digantikan Siti Nuraini
Arief pada tahun 2004 lalu. Sedangkan tentang kasus penyelewengan dana Rp 2,2 miliar tahun
2006 yang ditangani Kejari, saat diperiksa penyidik beberapa waktu lalu Sugiyarto mengakui,
dirinya turut menerima bagian uang kendati sudah tidak lagi menjabat.
Sebagaimana diketahui, tim Kejari kini sedang mengusut kasus dugaan korupsi dana kompensasi
pengobatan untuk Gakin di RSJD Solo. Dana sebesar Rp 2,2 miliar yang merupakan kucuran
pemerintah pusat untuk program pengobatan warga miskin, diduga kuat dialihstatuskan menjadi
dana pendapatan rumah sakit. Sebagian dana disetorkan ke Pemprov Jateng sedangkan sebagian
lainnya dibagi untuk karyawan rumah sakit setempat. Kasus tersebut mencuat setelah ada
ketidakpuasan dari sebagian karyawan.

Selasa, 05 Desember 2006

SALA

Dua Wakil Direktur RSJ Diperiksa

Kasus Korupsi Jasa Pelayanan

SOLO -Kejaksaan Negeri Surakarta memeriksa dua Wakil Direktur Rumah Sakit Jiwa
Daerah (RSJD) Surakarta, kemarin. Mereka adalah Wakil Direktur Keuangan dan
Administrasi dokter Dwi Priyo Hartono SpKj serta Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medik
dokter Sigit.
''Keduanya kami periksa sebagai saksi dalam perkara korupsi di RSJD,'' kata Kepala
Kejaksaan Negeri Surakarta Momock Bambang S SH. Pemeriksaan itu, ujar dia, sebagai
tindak lanjut setelah kejaksaan menetapkan Direktur Utama dokter Siti Nuraini sebagai
tersangka dalam perkara korupsi uang jasa pelayanan bagi karyawan senilai Rp 731.240.933.
Pemeriksaan dilakukan setelah pihaknya melakukan gelar perkara tersebut di Kejaksaan
Tinggi Jateng Semarang. ''Untuk sementara kami baru menetapkan satu tersangka, yaitu
Direktur Utama dokter Siti Nuraini Arief SpKj. Tak tertutup kemungkinan ada tersangka lain
karena korupsi merupakan perbuatan yang dilakukan bersama-sama,'' tuturnya.
Ketika ditanya soal hasil pemeriksaan, Momock menjawab pemeriksaan masih berlangsung
dan belum usai. Kedua saksi diperiksa oleh dua jaksa anggota Tim Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Timtastipikor) kejaksaan.
Pengganti Defisit
Perkara itu perkembang ketika dalam pemeriksaan beberapa saksi menyebutkan kasus itu
berawal dari permintaan dana pengganti defisit yang diajukan RSJD kepada Departemen
Kesehatan.
Disebutkan 2002-2004 rumah sakit itu defisit Rp 2.243.670.977 untuk pelaksanaan Program
Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM) Bidang Kesehatan.
Atas laporan yang dikirim pada 2005 itu Departemen Kesehatan pada 4 Januari 2006
mengeluarkan keputusan yang menyebutkan RSJD mendapat dana Rp 2.334.505.334.
''Ada kelebihan dana sekitar Rp 90 juta yang diterima RSJD dari Departemen Kesehatan dan

akhirnya dikembalikan,'' tambah Momock.


Dana pengganti defisit itu, menurut dia, selanjutnya oleh RSJD dianggap sebagai pendapatan
yang disetorkan kepada kas daerah Pemprov Jateng.
Dari setoran pendapatan itu pihak rumah sakit mendapat pengembalian Rp 731.240.933
sebagai uang jasa pelayanan.
Pada 16 Mei 2006 Siti Nuraini memerintah tim PKPS BBM antara lain Kusdiah, Handayani,
dan Nur Rosyid menyisihkan dana Rp 495.820.495 untuk ditransfer ke Bank BRI. Sisanya
Rp 235.420.438 dibagikan kepada seluruh karyawan sebagai jasa pelayanan.
''Kami mengetahui kalau dana pengganti defisit menjadi dana pendapatan rumah sakit setelah
memeriksa saksi-saksi dari rumah sakit serta pejabat Pemprov Jateng,'' jelasnya.
Momock berharap perkara itu bisa dituntaskan akhir tahun ini.(sri-27)

http://www.suaramerdeka.com/harian/0612/05/slo03.htm

Teganya koruptor, BBM untuk rumah sakit jiwa juga


dimaling
Reporter : Ramadhian Fadillah | Jumat, 15 November 2013 04:30

Ilustrasi penjara. shutterstock.com

Cara Irit Pererat Pertemanan dengan Jalan-JalanMerdeka.com - Kejari Negeri Surakarta


mengeksekusi Adi Buntaran, terpidana kasus korupsi Program Kompensasi Pengurangan
Subsidi Bahan Bakar Minyak Bidang Kesehatan (PKPS BBM Bidkes) untuk Rumah Sakit Jiwa
Daerah (RSJD) Surakarta 2002-2004.
Adi Buntaran setelah menjalani sidang pengajuan kembali (PK) di Pengadilan Negeri (PN)
Surakarta, langsung dijemput oleh jaksa penuntut umum untuk dibawa ke Rumah Tahanan Kelas
I Solo, untuk menjalani hukuman. Dia divonis penjara selama empat tahun dan dengan Rp200
juta sesuai putusan Mahkamah Agung (MA).
Menurut Kasi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Surakarta, Erfan S, di Solo, pihaknya melakukan
eksekusi terhadap terpidana korupsi tersebut setelah usai sidang PK di PN, Kamis siang.
Terpidana ini, akan menjalani sidang PK lagi di PN Surakarta.
Jaksa melakukan eksekusi terhadap terpidana tersebut, karena sidang PK sudah tidak
mempengaruhi putusan MA. Terpidana yang diketahui selaku penyedia proyek menilai putusan
MA masih perlu dikaji lagi.
Terpidana saat eksekusi oleh empat petugas Kejari, didampingi seorang istrinya yang telah
membawakan tas koper menuju ke Rutan Kelas I A Surakarta.
Surat putusan MA terhadap Adi Buntaran bernomor : 2508 K/Pid.Sus/2011 membatalkan
Putusan PT Semarang Nomor : 57/Pid Sus/2011/PT.Smg, tertangal 25 Juli 2011, dan menguatkan

putusan PN Solo Nomor: 46/Pid.Sus/2010/PN Ska tertanggal 06 Desember 2010.


"Eksekusi dilakukan setelah Kejari melayangkan surat panggilan yang kedua kepada Adi
Buntaran, pada Kamis (24/10), tetapi dia tidak memenuhi panggilan," kata Erfan seperti dikutip
antara.
Sementara kasus tersebut terjadi pada pertengahan 2009, Adi Buntaran bersama tiga terdakwa
lainnya yakni Hedrina Anaatje Kuhuwael, Ratman Astuti dan Naman SH diduga kuat telah
melakukan tindak pidana korupsi yang mengakibatkan kerugian negara sekitar Rp 1,5 milliar.
Anaatje dan Ratman Astuti yang diketahui sebagai Ketua Tim pengelola PKPS BBM untuk
RSJD Surakarta, telah divonis oleh MA selama dua tahun dan denda Rp 50 juta.
https://www.merdeka.com/peristiwa/teganya-koruptor-bbm-untuk-rumah-sakit-jiwa-jugadimaling.html

detikNews / Berita / Detail Berita

Kamis 24 May 2007, 18:24 WIB

Direktur RSJ Surakarta Ditahan dalam Kasus Korupsi


- detikNews
Solo - Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta dr Siti Nur Aini akhirnya
ditahan oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Surakarta. Siti ditahan karena dugaan korupsi
Rp 782 juta dana Progam Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS BBM) Tahun
2006. Siti Nur Aini ditahan oleh Kejari Surakarta, Kamis (24\/5\/2007) sore. Siti
langsung dieksekusi dan dimasukkan di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Surakarta
sabagai tahanan titipkan Kejaksaan. Proses penahanan terhadap Siti diawali dengan
dengan pemeriksaan selama hampir dua jam. Sebenarnya, Siti dipanggil untuk
diperiksa pukul 09.00 WIB. Namun dengan alasan mendampingi tim inspeksi
Depkes, Siti dengan didampingi pengacaranya, Hadi Sasono, baru datang siang
hari. Setelah diperiksa, dia langsung disodori surat penangkapan dan
penahanan. \\\"Kami terpaksa menahan tersangka untuk kelancaran penyidikan
serta kelancaran pengumpulan barang bukti. Sejak penyidikan dimulai, kami
kesulitan mendapatkan barang bukti utama yakni dokumen klaim defisit dari RSJD.
Padahal, dokumen itu sangat kami perlukan penyidikan,\\\" papar Kajari Surakarta,
Momock Bambang S. Momock menambahkan, selama penyidikan ini, penyidiknya
hanya berhasil menemukan dokumen-dokumen pendukung saja. Bukan dokumen
utama pengajuan defisit PKPS BBM yang diajukan oleh RSJD Surakarta. Menurut
pihak RSJD, lanjut Momock, dokumen klaim defisit itu telah dicari, namun hingga
saat ini belum ditemukan. \\\"Padahal itu dokumen sangat penting. Agak janggal
kalau mereka mengatakan tidak ditemukan. Hal itu membuat kami beranggapan
ada indikasi upaya penghilangan barang bukti. Kami berharap dengan penahanan
ini barang bukti yang kami cari akan segera kami temukan,\\\" lanjut dia. Siti akan
ditahan selama 20 hari ke depan itu untuk mempermudah proses penyidikan serta
memperlancar pengumpulan barang bukti dari RSJD Surakarta. Namun, lanjut
Momock, jika diperlukan, penahanan atas diri Siti Nur Aini tersebut dapat
diperpanjang hingga 120 hari ke depan. Siti Nur Aini sebelumnya ditetapkan
sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dana Progam Kompensasi Pengurangan

Subsidi BBM (PKPS BBM) sebesar Rp 782 juta di RSJD Surakarta. Dari dana Rp 2,2
miliar, dana yang diduga diselewengkan sebesar Rp 782 juta. Selain Siti yang
ditetapkan sebagai tersangka utama, Kejari Surakarta juga telah menetapkan tiga
tersangka lainnya yaitu dr Dwi Priyo Hartono (Wadir Bidang Administrasi dan
Keuangan), dr Rukma Astuti (Ketua Tim Pengelola Dana PKPS BBM) dan dr Hendrina
(Ketua Tim Verifikasi Dana PKPS BBM). Dari pemeriksaan, diketahui Dwi Priyo
Hartono yang saat itu menjabat Plh Direktur RSJD Surakarta berperan dalam
pengajuan data defisit. Defisit yang diajukan terjadi pada November - Desember
2002, Januari 2003 - Desember 2004 dan September - Desember 2004. Belakangan
diketahui defisit yang dilaporkan itu tidak pernah terjadi. Rukma Astuti selaku Ketua
Tim Pengelola Dana PKPS BBM dan dr Hendrina selaku Ketua Tim Verifikasi Dana
PKPS BBM berperan dalam penandatanganan data defisit itu. Sedangkan Siti Nur
Aini memiliki dua peran, yaitu menyetorkan pengajuan dana PKPS BBM ke pos
pendapatan Pemprov dan perlengkapan data defisit. Momock mengatakan tidak
tertutup kemungkinan tiga tersangka lainnya dijebloskan juga ke tahanan jika tidak
kooperatif. \\\"Tergantung dari hasil penyidikan. Kalau mereka membantu dan
bekerja sama dengan penyidik, mungkin tidak akan kami tahan. Tapi kalau
menyulitkan, ya terpaksa akan kami tahan,\\\" ujar Momock. Siti terlihat tegar ketika
mengetahui dirinya ditahan, bahkan mengaku siap menjalaninya. Menjelang
memasuki mobil yang akan membawanya ke Rutan, Siti mengatakan berulangulang, \\\"Insya Allah, Allah akan bersama saya. Saya siap menjalani ini.\\\"
(mbr/asy)

http://news.detik.com/berita/784812/direktur-rsj-surakarta-ditahan-dalam-kasus-korupsi

Jumat, 25 November 2016


Terdakwa Korupsi RS Jiwa Surakarta Dituntut Penjara 2 Tahun
- Kompas Tekno
Jumat, 10 Oktober 2008 | 21:02 WIB
Direktur RSJD Surakarta Dituntut 2 Tahun 6 Bulan

SOLO, JUMAT - Wakil Direktur Umum dan Keuangan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dr
Dwi Priyo Hartono dituntut dua tahun penjara dalam kasus dugaan korupsi dana Program
Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM ) Bidang Kesehatan tahun
2004, Jumat (10/10). Jaksa Penuntut Umum dalam surat tuntutan yang dibacakan Jaksa
Syafruddin juga menuntut Dwi segera ditahan dan membayar denda Rp50 juta.

Terdakwa juga dituntut membayar uang pengganti Rp673.101.293 yang dibayar tanggung
renteng oleh tiga terdakwa lainnya, yakni dr Siti Nuraini Arief, SpKJ, dr Hendrina A Kuhuwael,
SpKJ, dan dr Rukma Astuti. Dalam sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Y Sugiwidarto,
jaksa membebaskan Dwi dari dakwaan primEr karena unsur melawan hukum tidak terbukti.
Namun Dwi dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan subsider.
Dua pekan lalu jaksa melayangkan tuntutan kepada terdakwa dr Siti Nuraini Arief, SpKJ dengan
pidana penjara 2,5 tahun dan denda Rp 50 juta. Kasus ini bermula saat RSJD mengajukan
permohonan dana PKPS BBM sebesar Rp2,334 miliar meski tidak mengalami defisit keuangan.
Permohonan ini disetujui Departemen Kesehatan.
Dana PKPS BBM yang diperoleh RSJD Surakarta lantas disetor ke kas daerah Provinsi Jateng
sebagai pendapatan sehingga mendapat pengembalian dana 30 persen atau senilai Rp731 juta.
Dari jumlah itu, sebanyak Rp673 juta dibagikan ke seluruh pegawai sebagai uang jasa.
http://tekno.kompas.com/read/2008/10/10/21024549/terdakwa.korupsi.rs.jiwa.surak
arta.dituntut.penjara.2.tahun
HUKUM

Wadirut RSJD Solo, Dwi Priyo Hartono Dituntut Dua Tahun


Penjara
Oleh : Yanto Rifky | 25-Okt-2008, 01:05:10 WIB
Kabarindonesia - Perkara tindak pidana korupsi berjamaah ternyata sudah menjalar di institusi
rumah sakit di Solo. Setelah Wakil Direktur RSJD Solo, Dwi Priyo Hartono, terdakwa kasus dugaan
korupsi PKPS BBM di RSJD Solo dituntut 2 tahun penjara dan denda Rp 50 juta, dalam
persidangan yang digelar Pengadilan Negeri Solo, Jum'at kemarin.
Tuntutan tersebut lebih rendah enam bulan dari tuntutan terdakwa utama mantan Direktur RSJD
Solo, Situi Nuraini yang dituntut 2 tahun 6 bulan penjara.
Selain dari pada otu, terdakwa Dwi Priyo Hartono bersama 3 orang lainnya Siti Nuraini Arif, dr.
Herdina, dr. Rukma Astuti juga dituntut untuk mengganti kerugian Negara Rp 673.101.293
"Terdakwa Dwi Priyo terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi
berjamaah dengan ke tiga rekannya satu kanyor," ucap JPU Syafruddin SH di persidangan yang
dipimpin hakim ketua Y. Sugiwidodo SH.
Setelah dakwaan dan tuntutan dibacakan, terdakwa Dwi Priyo Hartono menyatakan akan
mengajukan pembelaan/pledoi dalam persidangan mendatang.

Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
www.kabarindonesia.com

Kabar Indonesia
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=14&dn=20081024215221

Sabtu, 26 November 2016


Direktur RSJD Surakarta Dituntut 2 Tahun 6 Bulan
Rabu, 24 September 2008 | 17:57 WIB

SOLO, RABU - Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dr Siti Nuraini Arief SpKj,
dituntut penjara dua tahun enam bulan oleh jaksa penuntut umum. Walau tidak terbukti dalam
dakwaan primer, Siti yang menjadi terdakwa perkara dugaan korupsi dana Program Kompensasi
Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM) Bidang Kesehatan tahun 2004, dinilai
bersalah sebagaimana dakwaan subsider.
Demikian tuntutan JPU yang dibacakan jaksa Syafruddin dalam persidangan di Pengadilan
Negeri Solo, Rabu (24/9). Sidang yang dipimpin majelis hakim yang diketuai Yohanes
Sugiwidarto dan anggota majelis hakim Dwi Sudaryono dan Lasito, dihadiri terdakwa Siti
Nuraini yang didampingi tim penasihat hukum Mugono dan Hadi Sasono .
Walau dibebaskan dari dakwaan primer, JPU menuntut Siti Nuraini dua tahun enam bulan,
karena ia dinilai terbukti melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dalam dakwaan
subsidair. Menurut jaksa, Siti Nuraini sebagai Direktur RSJD Surakarta berperan dalam
penyalahgunaan dana PKPS BBM.

Perbuatan tindak pidana ini berawal ketika RSJD mengajukan permohonan dana PKPS BBM
Bidang Kesehatan 2004 sebesar Rp 2,334 miliar, padahal tidak mengalami defisit. Permohonan
disetujui Depkes dan turun dana Rp 2,243 miliar. Kelebihan dana dikembalikan ke kas negara.
Sedangkan dana Rp 2,334 miliar, disetor ke Kas Daerah Provinsi Jateng sebagai pendapatan
RSJD Surakarta.
Karena disetor sebagai pendapatan, RSJD menerima pengembalian dari Kas Daerah Provinsi
Jateng sebesar 30 persen atau Rp 673,101 juta. Dari dana tersebut, terdakwa memerintahkan agar
disisihkan Rp 495 juta, kemudian dibagikan ke seluruh pegawai.
Menanggapi tuntutan tersebut, penasihat hukum terdakwa Hadi Sasono menyatakan kecewa,
karena seharusnya ketika dakwaan primer tidak terbukti, kliennya terbebas dari dakwaan
subsidair.
Soal tuntutan, Siti Nuraini tidak berkomentar banyak. "Saya yakin majelis hakim mengadili
perkara ini dengan adil," ujarnya.
http://news.kompas.com/read/2008/09/24/17573093/direktur.rsjd.surakarta.dituntut.2.tahun.6.bul
an

Sabtu, 26 November 2016


Terdakwa Korupsi RS Jiwa Surakarta Dituntut Penjara 2 Tahun
Jumat, 10 Oktober 2008 | 21:02 WIB

SOLO, JUMAT - Wakil Direktur Umum dan Keuangan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dr
Dwi Priyo Hartono dituntut dua tahun penjara dalam kasus dugaan korupsi dana Program
Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM ) Bidang Kesehatan tahun
2004, Jumat (10/10). Jaksa Penuntut Umum dalam surat tuntutan yang dibacakan Jaksa
Syafruddin juga menuntut Dwi segera ditahan dan membayar denda Rp50 juta.
Terdakwa juga dituntut membayar uang pengganti Rp673.101.293 yang dibayar tanggung
renteng oleh tiga terdakwa lainnya, yakni dr Siti Nuraini Arief, SpKJ, dr Hendrina A Kuhuwael,
SpKJ, dan dr Rukma Astuti. Dalam sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Y Sugiwidarto,

jaksa membebaskan Dwi dari dakwaan primEr karena unsur melawan hukum tidak terbukti.
Namun Dwi dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan subsider.
Dua pekan lalu jaksa melayangkan tuntutan kepada terdakwa dr Siti Nuraini Arief, SpKJ dengan
pidana penjara 2,5 tahun dan denda Rp 50 juta. Kasus ini bermula saat RSJD mengajukan
permohonan dana PKPS BBM sebesar Rp2,334 miliar meski tidak mengalami defisit keuangan.
Permohonan ini disetujui Departemen Kesehatan.
Dana PKPS BBM yang diperoleh RSJD Surakarta lantas disetor ke kas daerah Provinsi Jateng
sebagai pendapatan sehingga mendapat pengembalian dana 30 persen atau senilai Rp731 juta.
Dari jumlah itu, sebanyak Rp673 juta dibagikan ke seluruh pegawai sebagai uang jasa.
http://nasional.kompas.com/read/2008/10/10/21024549/terdakwa.korupsi.rs.jiwa.surakarta.ditunt
ut.penjara.2.tahun

Anda mungkin juga menyukai