Anda di halaman 1dari 6

Dua Pejabat FK Unsri Tersangka

Sriwijaya Post - Selasa, 5 Januari 2010 08:58 WIB

PALEMBANG, SRIPO — Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sumsel resmi menetapkan


dua tersangka dalam kasus dugaan korupsi penyelewengan dana Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) di Program Pascasarjana Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas
Kedoktersan Unsri.
“Berkas perkara atas kedua tersangka telah masuk dalam pra penuntutan.
Diperkirakan paling lambat 15 Januari mendatang, kami sudah melimpahkan berkas
perkara ke PN Palembang,” kata Asisten Tindak Pidana Khusus (Aspidsus) Kejati
Sumsel, M Roskenadi SH di ruang kerjanya, Senin (4/1).
Roskenadi yang sangat mewanti-wanti inisial dan identitas kedua tersangka
dirahasiakan dengan alasan untuk memperlancar proses penyidikan. Ia juga
menambahkan tidak dilakukan penahanan terhadap dua tersangka ini. Namun ketika
ditanya alasannya, Roskenadi mengatakan no comment.
“Tolong inisial tersangka jangan dituliskan dulu mengingat berkas ini belum
rampung seluruhnya nanti akan mengganggu proses penyidikan kami,” katanya. Menurut
dia, penyerahan tersangka dan barang bukti akan segera dilakukan kepada Jaksa Penuntut
Umum (JPU) sembari mempersipkan surat dakwaan.
Meskipun Roskenadi menyatakan dua tersangka kasus dugaan korupsi ini masih
rahasia, namun kalau ditelisik dari awal kasus ini mencuat, yang secara intensif diperiksa
adalah Dekan FK Unsri Prof Dr Zarkasih Anwar dan Ketua PPDS Unsri Prof Dr Hatta
Ansyori. Mereka dianggap bertanggungjawab dalam pengelolaan uang sumbangan
pembinaan PPDS Unsri tersebut.
Pada kesempatan ini, Roskenadi juga menjelaskan, jumlah kerugian keuangan
negara yang tidak disetorkan dalam kasus ini sebagai PNBP berkisar lebih dari 2,5 miliar
berdasarkan perhitungan audit Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Beberapa hari yang lalu, Roskenadi pun sudah menjelaskan bahwa pihaknya
sudah melakukan pemanggilan terhadap kedua tersangka dalam kasus PPDS FK Unsri
ini. Surat pemanggilan terhadap keduanya disampaikan minggu ketiga Desember 2009
namun pada saat itu Roskenadi masih merahasiakan inisial para tersangka ini. Untuk
kelengkapan berkas, tim penyidik Kejati Sumsel sudah melakukan pemanggilan para
saksi termasuk para petinggi di Rektorat Unsri.
Kesannya Molor Penetapan tersangka kasus dugaan korupsi di lingkungan
Fakultas Kedokteran ini kesannya dimolorkan dari target sebelumnya. Awal Desember
2009, Roskenadi pernah berjanji bahwa paling lambat akhir Desember 2009 kasus ini
akan segera dilimpahkan ke Pengadilan.
Namun karena pihak BPKP Sumsel selaku badan yang berwenang mengaudit dan
menetapkan kerugian negara belum memenuhi panggilan padahal tim penyidik sudah
mengajukan surat pemanggilan terhadap saksi ahli dari BPKP Sumsel maka Roskenadi
berkilah belum bisa merampungkan pada Desember 2009 lalu.
Sedangkan pemeriksaan terhadap saksi ahli dari Direktorat Pendidikan Tinggi
(Dikti) dan Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan (Depkeu) RI, tidak jadi
dilaksanakan. Karena, pihak Dikti dan Depkeu tidak memberikan jawaban kesiapan
mengirim saksi ahli untuk diperiksa. Sebelumnya, Kejati telah menyampaikan surat ke
Jampidsus Kejagung RI guna mempertanyakan perkembangan permintaan memeriksa
saksi ahli dari Depkeu dan Dikti.
Indikasi untuk kasus PPDS ini, PNPB-nya diperkirakan lebih besar dari aliran
PNPB program reguler dan nonregular FK Unsri yang telah disetorkan pada rektorat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, uang sumbangan pembinaan dan Program
Pascasarjana Dokter Spesialis (PPDS) masuk dalam rekening PPDS atas nama Dekan FK
Unsri Zarkasih Anwar dan Hatta Ansyori yang merupakan Ketua PPDS Unsri. Sesuai
dengan Surat Keputusan (SK) Rektor tentang penetapan uang sumbangan pembinaan
pendidikan (SPP) dengan SK No. 1710/PT.11.1.1/C.6F/2006 tanggal 11 Mei yang
ditandatangani Rektor Unsri saat itu Prof Dr Ir Zainal Ridho Djafar, uang SPP untuk
Reguler Rp 740 ribu dan Non Reguler Rp 5,5 juta.
Secara terpisah, Zarkasih Anwar yang coba dihubungi via ponselnya, Senin (4/1)
malam beberapa kali namun tidak berhasil. Pesan mesin ponselnya mengatakan nomor
yan dituju tidak dapat dihubungi. “Maaf, nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi,”
demikian ponsel Zarkasih yang terakhir dihubungi Sripo pukul 21.16. (saf)
Dekan FK Unsri Resmi Tersangka
Selasa, 5 Januari 2010 - 10:56 wib

PALEMBANG - Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unsri Prof dr Zarkasih Anwar


SpA dan Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) FK Unsri dr Hatta Ansyori
resmi ditetapkan Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sumsel sebagai tersangka.
Keduanya diduga terlibat kasus korupsi dana penerimaan negara bukan pajak
(PNBP) pada PPDS FK Unsri senilai Rp2,5 miliar. Asisten Tindak Pidana Khusus
(Aspidsus) Kejati Sumsel Roskanedi mengungkapkan, penetapan keduanya sebagai
tersangka setelah sebelumnya tim penyidik Kejati Sumsel memeriksa sejumlah saksi
terkait kasus ini. Para saksi yang telah di-periksa lanjut Roskanedi yakni puluhan pejabat
di lingkungan Fakultas Kedokteran Unsri dan pejabat Rektorat Unsri. Saat ini menurut
dia, kasus tersebut sudah mendekati tahap penuntutan.

”Untuk berkasnya sudah masuk tahap pra penuntutan. Hingga hari ini kami masih
merampungkan dakwaaan terhadap dua tersangka kuat kasus dengan kerugian negara
Rp2,5 miliar ini,” ujarnya di Palembang kemarin.

Roskanedi menyatakan, proses penyusunan dakwaan tengah dirampungkan.


Berkas-berkas berdasarkan hasil penyidikan juga sudah masuk ke meja jaksa penuntut
umum untuk diteliti. ”Barang bukti dan tersangka akan diserahkan ke Jaksa Penuntut
Umum (JPU). Di mana kalau sudah P21 berarti sudah siap dilimpahkan. Mudah-mudahan
dalam waktu dekat segera ada pelimpahan,” tandasnya.

Awalnya Roskanedi enggan menyebutkan siapa saja yang menjadi tersangka


dalam perkara itu, dengan alasan masih menunggu tahap dua yang akan dilangsungkan
pada Januari 2010. ”Nanti saja saya sebut nama tersangka, tapi mereka memang pejabat
di FK Unsri,” ujarnya. Terkait belum ditahannya kedua tersangka, menurut Roskanedi hal
itu dilakukan karena pihaknya masih memerhitungkan sampai batas tahap dua dalam
pelimpahan berkas dan tersangka. ”Untuk kasus satu ini kami masih mempelajari situasi
dan posisi kedua tersangka. Juga terkait pembacaan situasi yang berkembang di tingkatan
mahasiswa Unsri takut timbul gejolak,” tukasnya.
Dalam kasus dugaan korupsi di tubuh FK Unsri ini menurut Roskanedi, pihaknya
telah menyita barang bukti. Hal tersebut berdasarkan surat ajuan penyitaan yang
ditujukan ke Pengadilan Negeri Klas I A Palembang.
”Ya sudah beberapa kali kami menyita dokumen, dan barang bukti sudah lengkap.
Kalau penyitaan yang terakhir kami lakukan hanya untuk dokumen tambahan saja,”
tukasnya.
Kajati Sumsel Ibnu Haryadi saat ditemui kemarin masih enggan berkomentar. Dia
menyatakan, kasus ini akan dijabarkan lebih lanjut oleh Aspidsus. ”Untuk kasus-kasus
tersebut saya persilakan kepada Aspidsus yang tahu lebih detail,”ujarnya kemarin.
Kepala Investigasi BPKP Sumsel Sueb Cahyadi mengatakan, pihaknya sudah
melakukan ekspos hasil audit kerugian negara kasus FK ke Kejati Sumsel. Sedangkan
saksi ahli yang diperiksa dari BPKP Sumsel yakni Seadji Hartana. ”Kami sudah ekspose,
kerugian negaranya Rp2,5 miliar. BPKP secara resmi sudah serahkan hasil audit ke
Kejati. Selain itu, saksi ahli dari BPKP pun sudah di BAP, dan tugas kami untuk
sementara dalam audit kerugian negara selesai,” tandasnya.
Dia menambahkan, pihaknya mendorong cepat tuntasnya audit kerugian negara
agar kasus tersebut terus berjalan. ”Sehingga Kejati bisa lanjut ke tahap selanjutnya
sesuai dengan kewenangan kejati, dan kami pun dukung upaya pemberantasan korupsi,”
tandasnya.
Sementara itu, Dekan FK Unsri Prof dr Zarkasih Anwar SpA hingga kemarin
tidak dapat dihubungi. Diketahui, kasus ini mencuat setelah Kejati Sumsel melakukan
penyelidikan hingga penyidikan perihal dana PNBP Fakultas Kedokteran Unsri periode
2006-2008 yang diduga tak disetorkan ke kas negara.
Sementara berdasarkan Undang- Undang No 20/1997 tentang PNBP menjelaskan,
PNBP merupakan seluruh penerimaan pemerintah pusat yang asalnya bukan dari
penerimaan perpajakan. Seperti Perguruan Tinggi Negeri pun memiliki kewajiban
membayar atau menyetorkan menurut perundang-undangan berlaku. Dalam kasus ini
puluhan pejabat Unsri telah diperiksa sebagai saksi di antaranya Pembantu Rektor II
Unsri Kencana Dewi, Kepala Biro Keuangan dan Administrasi Rektorat Unsri Indra
Darmawan, dan Kabag Keuangan Rektorat Unsri Mulkan, Dekan FK Unsri dan
jajarannya.

www.Okezone.com
Kejati Sumsel Terus Usut Korupsi di FK Unsri
By Republika Newsroom
Selasa, 21 Juli 2009 pukul 19:49:00

PALEMBANG --- Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sumatera Selatan (Sumsel) terus


melakukan pengusutkan kasus indikasi korupsi yang terjadi di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya (FK Unsri). Setelah memeriksa Dekan FK Unsri, Zarkasih Anwar,
jaksa memanggil dan memeriksa 22 saksi dari pegawai Program Pendidikan Dokter
Spesialis (PPDS). “Hari ini kami memanggil 22 orang saksi dari pegawai PPDS FK
Unsri, termasuk dekannya untuk dimintai keterangan dugaan penyelewengan penerimaan
negara bukan pajak (PNBP) yang terjadi di fakultas tersebut,” Momock Bambang
Sumarseno, Asisten Pidana Khusus (Aspidsus) Kejati Sumsel, Selasa (21/7).
Aspidsus Kejati menjelaskan, Unsri dalam penerimaan mahasiswa baru FK
melakukan penarikan mencapai ratusan juta rupiah kepada setiap mahasiswa. Jumlah
tersebut belum termasuk penarikan terhadap mahasiswa dari luar negeri (Malaysia) yang
jumlahnya diperkirakan lebih besar dibandingkan dengan mahasiswa dari Indonesia.
Indikasi korupsi FK Unsri berupa penyelewengan dana PNBP disinyalir telah
berlangsung sejak tahun 2006-2008.
Sebelumnya, akhir Juni 2008, Kejati Sumsel telah memeriksa Dekan FK Unsri
Zarkasih Anwar yang diperiksa selama 3,5 jam di ruang bagian intelijen lantai dua kantor
Kejati di Jl. Ade Irma Suryani, Palembang. Dekan FK Unsri diperiksa terkait indikasi
dugaan korupsi dana PNBP yang tidak disetorkan ke kas negara.
Dalam kasus dugaan korupsi di FK Unsri tersebut Kejati Sumsel telah meningkat
status kasusnya dari penyelidikan ke penyidikan pada 7 Juli 2009. Peningkatan
penyidikan tersebut dilakukan, setelah tim menemukan bukti penguat dari beberapa
keterangan dan data-data yang dihimpun saat penyelidikan berlangsung. Untuk
sementara, penyelidikan baru dilakukan untuk tahun anggaran 2006-2008.
Selain menangani kasus dugaan korupsi di Fakultas Kedokteran Unsri, Kejati
Sumsel juga menangani kasus dugaan korupsi di Fakultas Pertanian (FP) Unsri dan telah
menetapkan Dekan Fakultas Pertanian Imron Zahri sebagai tersangka pada akhir Juni
2009. Kasus korupsi di FP Unsri tersebut menyangkut penyalahgunaan hasil pengelolaan
kebun percobaan Unsri di Desa Gelumbang Kabupaten Muara Enim yang masuk dalam
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). oed/bur
Kejati Sumsel Geledah FK Unsri
Jumat, 14 Agustus 2009 02:17 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | Dibaca 641 kali
Palembang (ANTARA News) - Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sumatra Selatan
(Sumsel) yang membentuk tim untuk mengungkap indikasi korupsi di Fakultas
Kedokteran (FK) Universitas Sriwijaya (Unsri), telah melakukan penggeledahan di FK
tersebut.
Momock Bambang S, Koordinator Satuan Khusus Tipikor Kejaksaan Agung
(Kejagung) didampingi Aspidsus Kejati Sumsel M Roskanedi mengatakan di Palembang,
Kamis, penggeledahan yang dilakukan untuk mendapatkan berkas data-data serta arsip
yang diperlukan dalam menggali indikasi korupsi tersebut.
Menurut dia, pihak dekanat FK Unsri cenderung menghalang-halangi pihaknya
dalam memproses kasus dugaan penyelewengan penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
di fakultas itu.

"Berkali-kali kami tanyakan berkas data-data yang kita perlukan selalu dikatakan
ada, namun ketika diperintahkan untuk membawanya ke hadapan kami, data-data tersebut
berubah menjadi tidak ada," kata dia pula.

Ia menilai, sikap di lingkungan FK Unsri itu kurang kooperatif karena tidak


memberikan berkas data-data yang dibutuhkan dengan alasan ada larangan oleh atasan
lebih tinggi.

Karena sikap yang demikian, ujar dia pula, maka pihak kejati melakukan
penggeledahan secara langsung di FK tersebut untuk mendapatkan berkas data-data
maupun arsip yang dibutuhkan.

Dikhawatirkan pihak terkait akan menghilangkan maupun memanipulasi data,


sehingga tidak ditemukan data-data yang bersinggungan dengan penyelewengan uang
milik negara itu.

Menurut Momock, dengan melakukan penggeledahan ini pihaknya merasa sangat


terbantu.

"Kami langsung menyita berkas data-data maupun arsip yang kami temukan
dalam penggeledahan ini," kata dia lagi.

Penggeledahan selama lima jam tersebut dilakukan tujuh anggota tim, mulai
pukul 12.00 WIB, dan menurut dia, masih akan dilakukan bila dirasakan perlu.

Guna mengungkap indikasi korupsi di FK Unsri itu, Kejati Sumsel juga


menyatakan dalam tiga atau empat hari lagi berencana kembali akan memeriksa pegawai
di FK tersebut.(*)

Anda mungkin juga menyukai