Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengajukan uji materiil UU Pengadilan Anak ke MK.
Senin, 25 Januari 2010, 15:59 Ita Lismawati F. Malau, Fadila Fikriani Armadita
VIVAnews - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Hadi Suseno menilai proses pengadilan anak sarat dengan kekerasan. Hal ini dia katakan dalam sidang uji materiil Undang-Undang 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak di Mahkamah Konstitusi (MK), Senin 25 Januari 2010. "Selain itu ada diskriminasi oleh karena itu kami ajukan uji materi," kata Hadi, saat membacakan permohonan dihadapan majelis hakim konstitusi. Hadi kemudian mencontohkan salah satu yang menjadi korban pengadilan anak adalah 10 terdakwa judi di Tangerang Banten dimana usia para terdakwa tak lebih dari 12 tahun. "Ada pula kasus Raju, di Langkat beberapa waktu lalu," kata dia. Menurut hadi, dua kasus itu bukti nyata peradilan anak di Indonesia. "Seharusnya ada kreativitas dari pemerintah untuk membuat lembaga baru yang mendidik anak yang melakukan tindak pidana," ujar dia. Menurut Hadi, tindakan memidanakan anak dapat bisa berakibat panjang. "Terutama pada masa depannya," jelas Hadi. Namun, Ketua Majelis Hakim, M Arsyad Sanusi menilai pengadilan anak yang ada sekarang ini sudah menghormati hak anak. "Hakim nggak boleh pakai toga dan orangtua bisa mendmpingi," kata dia.
BEKASI - Hingga saat ini kasus pembunuhan yang dilakukan bocah 8 tahun berinisial YI masih dalam penyidikan pihak Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Bekasi Kota, didampingi oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kota Bekasi. Kapolres Polresta Bekasi Kota, Kombes Pol Priyo Widiyanto mengatakan, untuk menerapkan kasus ini pihaknya melakukan sistem Peradilan Anak sesuai yang tercantum dalam pasal peradilan anak ayat 4 UU No 3 tahun 2007 tentang anak yang dapat diajukan ke sidang peradilan sekurang-kurangnya berumur 8 tahun dan atau belum berumur 18 tahun. "Kita masih belum bisa pastikan, karena masih merundingkan perkara ini dan juga masih menyelidiki tersangka sesuai pasal Peradilan Anak," kata Kapolres, Jumat (26/4/2013). Namun diakuinya, sampai saat ini pihaknya ingin memastikan umur tersangka untuk menentukan hukuman bagi anak tersebut. "Bisa jadi kalau anak ini memang masih berusia 8 tahun bisa kami serahkan kembali ke orangtuanya atau juga akan diserahkan ke Dinas Sosial di daerah Bambu Apus untuk dibina," terangnya. Namun, kata Kapolres, tersangka juga kemungkinan akan terancam pasal 80 ayat 3 UU RI No 23, Tahun 2002 tentang perlindungan anak. "Selama menjalani pemeriksaan. Tersangka sementara dikirim ke Panti Sosial Bambu Apus, Jakarta Timur," katanya. Sementara itu, Ketua KPAI Kota Bekasi, Ahmad Syahroni, mengaku sudah mendampingi tersangka sejak dimulai pemeriksaan terhadap tersangka. "Kami hanya mendampingi sampai kasusnya selesai. Kami juga akan memediasi," jelasnya di Polresta Bekasi Kota. Seperti diketahui, Nur Afiz Kurniawan (6) ditemukan tewas mengambang di sebuah danau buatan perumahan Summarecon, Bekasi, Kamis, 25 April kemarin oleh warga. Hasil identifikasi petugas Kepolisian, korban meninggal secara tidak wajar. Setelah diselidiki, ternyata bocah kelas 1 SD itu tewas karena ditenggelamkan temannya YI (8) pada Rabu, 24 April sekira pukul 16.00. Motifnya, gara-gara tersangka menagih utang Rp1.000 namun tidak dikasih oleh korban. YI oleh polisi diamankan di kawasan pasar Kranji, Bekasi setelah tidak pulang usai melakukan aksinya.
Sebagai informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan MA melakukan kerja sama untuk mendidik Hakim Ad Hoc Pengadilan Perikanan sejak 2006. Majelis hakim yang menangani perkara tindak pidana perikanan terdiri dari tiga orang, satu dari kalangan hakim karir, dan dua hakim ad hoc perikanan.
JAKARTA - Guna menjaga independensi dalam kasus hukum pajak, pengadilan pajak seharusnya diperkuat kedudukannya menjadi setingkat eselon I di bawah langsung Kementerian Keuangan dan terpisah dengan Direktorat Jenderal Pajak. Ketua Pengadilan Pajak Saroyo Atmosudarmo mengatakan saat ini pengadilan pajak bercampur dengan instansi Direktorat Jenderal Pajak sehingga ada peluang terjadinya kasus-kasus penyelewengan. Oleh karena itu, mekanismenya perlu diperbaiki untuk menjaga otoritas dan independensi dan menghindari banyaknya campur tangan dari pihak lain. "Untuk itu, pemisahan memang sudah seharusnya bisa terealisasikan sebagaimana banyak negara lain. Seharusnya terpisah untuk menjaga otoritas dan independensi," kata Saroyo, di Jakarta pada akhir pekan lalu. Di Prancis, paparnya, Pengadilan Pajak dan Dirjen Pajaknya terpisah dan sama-sama selevel yaitu eselon I di bawah Kementrian Keuangan. Menurutnya, ada dua alternatif dalam pembentukan otoritas dan indenpendensi pengadilan pajak, selain pengadilan pajak dibentuk setingkat eselon I dibawah langsung Kementrian Keuangan, alternatif lainnya yang bisa dilakukan dengan meningkatkan kesekretariatan. Dengan demikian, pengadilan pajak bisa langsung melobi Kementrian Dalam Negeri ketika mengurus sengketa pajak daerah. "Kementrian Dalam Negeri lebih berhubungan dengan pengadilan pajak jadi lebih independen, kalau eselon I bisa juga mengajukan ke Mahkamah Agung karena levelnya sama dengan Direktur Jenderal Pajak,"katanya. Masih Wacana Dia mengungkapkan, pemisahan dari pengadilan pajak masih sebatas wacana, sehingga butuh banyak dukungan dari berbagai pihak untuk bisa mewujudkannya. Sementara itu, Wakil Sekretaris Pengadilan Pajak Wonarto Suhendra mengatakan sejak pengadilan pajak berdiri kasus sengketa pajak bertambah yang mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kasus pajak ke ranah hukum semakin besar. Pada tahun 2002 berkas perkara yang harus diselesaikan sebanyak 2.120 berkas, sedangkan jumlah putusan sebanyak 1.288 berkas dan sisa berkas menjadi 832 berkas. Dan, pada 2009 pengadilan pajak menangani 14.473 berkas yang berasal dari kumulatif tahun-tahun sebelumnya dengan 4.650 berkas berhasil diselesaikan dan menyisakan 9.823 berkas. Peningkatan itu didorong oleh ketidaksepahaman antara aparat pajak dengan wajib pajak dalam memahami pelaksanaan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan. Apalagi sistem perpajakan yang dianut yaitu penilaian sendiri atau self assessment. "Pembenahan jumlah majelis hakim yang telah dilakukan beberapa kali, belum cukup menolong penyelesaian apabila tidak disertai pembenahan sistem, sarana, prasarana dan anggaran pada lingkungan pengadilan pajak," ujar Winarto.fia/E-9
Laporan Wartawan Tribunnews, Edwin Firdaus TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA Pengadilan Niaga merupakan tempat yang paling tepat bagi pemohon Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) bagi pihak-pihak yang bersengketa mengenai utang piutang. Demikian dikatakan Direktur Konsorsium Untuk Transparansi Informasi Publik (KUTIP), Hans Suta Widya pada wartawan, di Jakarta, Minggu (25/11/2012). Hans menjelaskan, Pengadilan Niaga berwenang menangani perkara-perkara kepailitan dan PKPU, serta hal-hal yang berkaitan dengannya termasuk kasus-kasus actio pauliana dan prosedur renvoi tanpa memperhatikan apakah pembuktiannya sederhana atau tidak. "Menurut Undang-Undang No.37/2004 tentang Kepailitan dan PKPU, persyaratan Permohonan PKPU relatif mudah. Prosesnya juga cukup singkat yakni 20 hari kerja," ujarnya. Lebih jauh Hans berharap para penegak hukum berhati-hati untuk menolak permohonan PKPU yang dimohonkan dalam Pengadilan Niaga. Hans mencontohkan seperti kasus PT Diamond Maritime (Pemohon), yang mengajukan permohonan penundaan kewajiban PKPU terhadap PT Tirtajaya Segara (Termohon). Kasus itu sendiri, berawal ketika Termohon yang diwakili oleh Anto Perwata, selaku Direktur PT. Tirtajaya Segara, menandatangani Kontrak Penyediaan, Pengoperasian, dan Pemeliharaan FSO Tanker dengan Pemohon untuk proyek Kangean Block daerah Sepanjang, Madura. Saat itu Termohon gagal memenuhi pelunasan pembayaran sewa kapal (charter hire) di bulan November 2011 dan Desember 201 dengan total tagihan sebesar USD 989,266.66 dan IDR 779.710.250,-. Menurut Undang-Undang No.37/2004 tentang Kepailitan dan PKPU, persyaratan permohonan PKPU relatif mudah seperti yang terkandung dalam Undang-Undang 37/2004 tentang Kepailitan dan PKPU, Pasal 222 ayat (3), yaitu adanya utang yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih. Mengikuti persidangan perkara nomor 57/PKPU/2012/PN.Niaga.Jkt.Ps bahwa Kepailitan dan PKPU rupanya masih efektif dan sangat diminati sebagai pilihan alternatif penyelesaian sengketa utang.
Oleh karena itu, kata dia, tidak ada pilihan lain untuk memberi pelajaran kepada oknum dosen Unram itu selain melaporkan hal itu ke polisi dan menggugat secara perdata di Pengadilan Niaga di Surabaya karena belum ada di NTB. Dari laporan polisinya di Polda NTB, oknum dosen Unram itu dapat dijerat pasal 131 Undangundang Nomor 14 Tahun 2001 tentang HAKI junto pasal 362 KUHP tentang penjiplakan/pemalsuan. Sementara itu, Wakil Direktur (Wadir) Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polda NTB, AKBP Triyono Basuki Pujono, mengatakan, pihaknya masih mengumpulkan data dan keterangan terkait pengaduan kasus penjiplakan teknologi itu. "Sedang diperiksa, sementara ini belum bisa disimpulkan," ujar dia.(ant/yan)
Hak Normatif Tidak Dipenuhi, SPBI Gugat PT Wakatobi Resort ke Pengadilan Hubungan Industrial
Selasa, 9 April 2013 PerspektifNews, Kendari 40 orang anggota Serikat Perjuangan Buruh Indonesia PT Wakatobi Resort (SPBI PT. WR) akhirnya secara resmi menggugat PT Wakatobi Resort ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Kendari, hari ini (9/4). SPBI PT. WR dikuasakan kepada LBH Kendari yang melibatkan 8 (delapan) pengacara. Tim kuasa hukum dari LBH Kendari untuk kasus ini ditangani langsung oleh Direktur LBH Kendari, Anselmus Masiku, SH. Kami selaku tim kuasa hukum kawan-kawan SPBI PT. WR telah mengajukan gugatan ke PHI siang tadi, kata Yon Alfred, SH., salah satu anggota tim kuasa hukum dari LBH Kendari yang dihubungi melalui telepon oleh PerspektifNews. Sementara Koordinator Sekretariat Nasional Federasi Serikat Perjuangan Buruh Indonesia (Seknas FSPBI), William Marthom dalam menjelaskan bahwa ada beberapa pokok perselisihan yang diajukan dalam gugatan tersebut. Ada 3 pokok perselisihan yang diajukan oleh SPBI PT. WR lewat kuasa hukumnya dalam gugatan ini diantaranya adalah perselisihan hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan PHK, paparnya. Ia juga menambahkan perusahaan telah mengeluarkan peraturan perusahaan atau kebijakan, berupa sanksi secara semen-mena terhadap anggota SPBI PT.WR dengan sewenang-wenang. Selain itu, hak-hak normatif anggota SPBI PT. WR tidak pernah dipenuhi oleh perusahaan. Upah, cuti, jamsostek dan upah lembur tidak diberikan oleh perusahaan. Begitu juga dengan tindakan PHK sepihak oleh perusahaan dengan seenak perutnya tanpa melalui mekanisme atau prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kami pasti akan melawan, tegasnya. (Ari)
dua belah pihak (karyawan dan perusahaan) perihal gugatan 10 karyawan menyangkut status 'dirumahkan' oleh perusahaan. Nusirwan salah seorang penggugat mengaku tidak terima dengan keputusan skorsing tersebut. Menurutnya keputusan skorsing tersebut merupakan keputusan yang sangat mengejutkannya. Terlebih dia sudah 13 tahun bekerja di PT NNT dan tidak merasa pernah bersalah. Lagipula masa kerjanya di perusahaan tambang terbesar di NTBt ersebut masih delapan tahun lagi. Tentu saya tidak terima dengan keputusan skorsing itu. Saya sudah tiga bulan sejak Oktober 2012 tidak dipekerjakan lagi di Newmont, kata Nusirwan kepada wartawan di Mataram, Senin (21/1). Sementara itu Ashar yang juga menggugat kebijakan PT Newmont Nusa Tenggara tersebut juga mengaku kecewa. Pasalnya proses skorsing yang dia terima cenderung sepihak tanpa prosedur. Terlebih hingga saat ini dia belum juga dipekerjakan. Proses skorsing yang saya terima itu tanpa bersurat terlebih dulu, saya dikasih tahu begitu saja oleh pimpinan. Saya nggak terima keputusan itu karena saya nggak pernah salah, melanggar peraturan dan sebagainya, ujar Ashar yang sudah 15 tahun bekerja di PT Newmont. Faizal Rizki