MAHKAMAH SYARIYAH
Disusun oleh:
Fajarul Iman
: 1103101010412
: 1203101010377
: 1203101010347
Agus Munanzar
1203101010103
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
menurut UUD 1945 mengatur tentang otonomi khusus suatu daerah atau
bersifat istimewa. Daerah yang telah mendapat otonomi khusus tersebut
salah satunya adalah Aceh. Salah satu bentuk formal otonomi khusus
Aceh adalah implementasi syariat Islam yang kemudian dibentuklah
Mahkamah Syar'iyah yang menjadi salah satu bagian dari otonomi khusus
yang ada di Aceh. Hak dan kesempatan untuk membentuk Peradilan
Syariat Islam adalah satu kekhususan yang diberikan kepada NAD yang
berbeda dengan daerah-daerah lainnya sebagai bagian dari pelaksanaan
otonomi khusus.
Dalam harapan masyarakat masyarakat Aceh, Mahkamah
Syariyah akan menangani semua sengketa dan permasalahan hukum
yang berkaitan dengan pelaksanaan syariat. Dengan demikian
kewenangan absolut mahkamah ini mencakup hukum publik dan privat,
sesuai dengan aturan yang ada dalam syariat Islam. Untuk ini masyarakat
Aceh sangat berharap dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat
disiapkan tenaga hakim yang ahli tentang syariat dan juga dapat di susun
Qanun Syariyah yang akan digunakan sebagai hukum materil oleh
Mahkamah Syariyah.
Dari beberapa pilihan yang mungkin dilakukan mengenai format
Peradilan Syariat Islam dengan berbagai pertimbangan disepakati untuk
tidak membentuk lembaga baru, tapi mengembangkan Peradilan Agama
yang sudah ada menjadi Mahkamah Syariyah. Pilihan ini dapat kita lihat
dari bunyi Qanun No. 10 Tahun 2002 ayat 3 yang berbunyi : Mahkamah
Syariyah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan pengembangan
dari Peradilan Agama yang sudah ada.
Peradilan Syariat Islam (Mahkamah Syariyah) di Aceh merupakan
bagian dari sistem Peradilan Nasional dalam lingkungan peradilan agama
yang diresmikan dalam satu upacara pada tanggal 1 Muharram 1424 H/ 4
Maret 2003 M sesuai dengan Kepres No. 11 Tahun 2003 yang merupakan
pengadilan bagi setiap orang yang beragama Islam dan berada di Aceh
(pasal 128 ayat 2 UU No. 11 Tahun 2006).
B. Permasalahan
1. Apa dasar hukum yang mengatur mengenai mahkamah syariyah?
2. Apa saja tugas dan wewenang dari Mahkamah Syariyah menurut
Qanun Aceh?
3. Apa saja permasalahan utama dari Mahkamah syariyah berkaitan
dengan tupoksinya?
4. Bagaimanakah alur koordinasi antara Mahkamah Syariyah dengan
institusi lainnya?
BAB II
PEMBAHASAN
Tantangan Internal
1. Fasilitas lembaga
Tantangan Eksternal
1. Dukungan Pemerintah Pusat
Dukungan masyarakat
6. Lapas
Hubungan mahkamah syariyah dengan lapas adalah bagi kasus
yang memiliki pemidanaan penjara terhadap kasus jinaiyah yang
diputuskan oleh hakim mahkamah syariyah, maka terdakwa akan
ditahan di lapas. Ini disebabkan karena mahkamah syariyah belum
memiliki rumah tahanan khusus untuk perkara jinaiyah, karenanya
dalam kasus jinaiyah juga akan di tahan di dalam lapas.
Kepolisia
n
- penyidik
-keamanan
persidangan
Pengadila
n
Kejaksaa
n
- Penuntut
umum
- mengadili
mahka
mah
syar'iya
h
Lapas
-eksekusi
WH
Pengadiilan
adat
perlimpaha
n perkara
-penyidik
- petugas
eksekusi
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Mahkamah Syar'iyah adalah salah satu Pengadilan Khusus yang
berdasarkan Syariat Islam di Provinsi Aceh sebagai pengembangan dari
Peradilan Agama. Mahkamah Syar'iyah ini ditetapkan dan dinyatakan
berlaku pada tanggal 1 Maret 2003 bertepatan dengan tanggal 1
Muharram 1424 H. Pada hari itu juga diresmikan pembentukan
b. Saran (Rekomendasi)
Seharusnya Mahkamah Syariyah harus lebih diperkuat mengenai
aturan yang lebih jelas dan ketegasan dalam pelaksanaan syariat islam
khususnya di Aceh. Mengenai permasalah di Mahkamah syariyah yang
tidak bisa menuntut jaksa untuk segera dilaksanakannya putusan
pengadilan, yang mana banyak kasus yang telah di putuskan pengadilan
Daftar Pustaka