Anda di halaman 1dari 2

JUMAT LEGI 22 SEPTEMBER

TAHUN 2023

Pelototi Berkas Keuangan Puskesmas,


Kejari Kabupaten Mojokerto Dalami Dugaan
Korupsi Dana Kapitasi
KABUPATEN, Jawa Pos Radar Mojokerto – Penyelidikan dugaan tindak
pidana korupsi dana kapitasi puskesmas di Kabupaten Mojokerto terus bergulir.
Setelah memanggil seluruh kepala puskesmas dan menyetor laporan
pertanggungjawaban, korps Adhyaksa mempelajari berkas yang diterima. Tak
menutup kemungkinan pihak puskesmas bakal dipanggil lagi jika ada berkas
yang dirasa belum lengkap. Penyelidikan sesuai surat perintah penyelidikan
Kepala Kejari Kabupaten Mojokerto Nomor :
PRINT-1200/M.5.23.Fd.1/08/2023 tertanggal 23 Agustus 2023 itu terus
berproses.
Saat ini kejaksaan tengah mempelajari berkas laporan pemanfaatan dana
kapitasi yang diterima dari 27 puskesmas. Sepekan terakhir, belum ada
pemanggilan lanjutan yang dilakukan korps adhyaksa pada pihak terkait.
’’Sejauh ini masih kami pelajari dan periksa berkas-berkas laporan yang
diterima dari masing-masing puskesmas,’’ terang Kasi Intel Kejari Kabupaten
Mojokerto Lilik Dwi Prasetyo.
Pihaknya belum bisa memastikan kapan penyelidikan dugaan korupsi tersebut
melangkah ke tahap selanjutnya. Sebab, tahap penyelidikan sendiri melalui
serangkaian proses yang relatif panjang.
Pihak puskemas bisa dipanggil ke kantor kejari lagi jika berkas yang diminta
dinilai masih belum lengkap. ’’Tidak menutup kemungkinan nanti ada
pemanggilan lagi kalau memang ada berkas yang kurang,’’ tandas Lilik.
Sementara itu, Pemkab Mojokerto menegaskan jika penggunaan dana kapitasi
sudah diatur dalam permenkes nomor 21 tahun 2016.

Karena dianggap sudah jelas, pemda tidak perlu membuat peraturan bupati.
’’Aturannya mengikuti Permenkes dan Peraturan Kepala BPJS. Perbup tidak
mengatur,’’ ungkap Sekretaris Daerah Kabupaten Mojokerto, Teguh Gunarko.
Terkait penggunaan dana kapitasi untuk pendampingan akademisi, Teguh
mengaku tak mau berkomentar lebih jauh. Hal itu seiring dengan penyelidikan
yang tengah digulirkan Kejaksaan Negeri Kabupaten Mojokerto sejak pekan
lalu.
’’Karena ini sudah masuk dalam ranah hukum, maka kewenangan APH untuk
menerjemahkannya, boleh atau tidak dana kapitasi untuk pendampingan,’’
tegasnya. Pemkab Mojokerto, kata Teguh, juga menghormati proses hukum
tersebut. Selain meminta para kepala puskesmas (kapus) kooperatif, pihaknya
menghimbau puskesmas tak perlu takut jika memang tidak melakukan
perbuatan melawan hukum. Sehingga, konstruksi persoalan yang tengah
bergulir sejauh ini juga belum terang.
Sehingga, hemat Teguh, sepanjang konstruksi hasil pemeriksaan tersebut belum
diketahui, pemda juga tidak bisa berbuat banyak.
’’Sepanjang para kapus ini tidak bersalah ya tenang-tenang saja. Intinya pemda
menghormati semua proses yang dilakukan kejaksaan, sambil kita menunggu
hasil penyelidikannya seperti apa nantinya,’’ tegasnya. Sebelumnya, korps
Adhyaksa memanggil bergilir 27 Kepala Puskesmas (kapus) se-Kabupaten
Mojokerto Pemanggilan mulai Senin (11/9), berlanjut Selasa (12/9) dan 7 kapus
pada Kamis (14/9). Sebagian kapus sempat jadwalkan ulang pemanggilan
lantaran berhalangan hadir.
Sejumlah kapus harus datang ke Kejari dua kali untuk melengkapi berkas yang
diminta kejaksaan.
Sepekan sebelum para kapus dipanggil, pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten
Mojokerto diperiksa kejaksaan terlebih dahulu.
Penyelidikan tersebut menelisik dugaan penyalahgunaan dana kapitasi untuk
kegiatan pendampingan dengan nilai ditaksir miliaran rupiah.
Setiap tahun puskesmas menggandeng pihak akademisi dari sejumlah perguruan
tinggi sebagai konsultan.
Setiap puskesmas, nilainya berbeda-beda mulai Rp 70juta hingga Rp 100 juta
per tahun. Ploting penggunaan dana kapitasi untuk pendampingan ini
berlangsung sejak 2021 yang menindak lanjuti kebijakan dinas kesehatan.
(vad/ori/fen)

Anda mungkin juga menyukai