Perbesar
Mukti diangkut tim penindakan KPK ke markas antirasuah pada Kamis, 11 Agustus 2022
kemarin. Tim penindakan menyeret 23 orang beserta uang diduga terkait suap pengadaan
barang jasa serta mutasi jabatan.
KPK belum membeberkan secara rinci perbuatan curang Mukti demi mendapat pundi-pundi
rupiah. Namun Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron membenarkan perbuatan culas Mukti.
"Berkaitan dugaan tindak pidana korupsi suap dan pungutan tidak sah dalam pengadaan
barang dan jasa serta jabatan," ujar Ghufron dalam keterangannya, Jumat (12/8/2022).
Jauh sebelum diungkapnya perbuatan Mukti, KPK lebih dahulu membongkar praktik serupa.
Berikut kepala daerah yang terjerat kasus jual beli jabatan.
- Bupati Klaten Sri Hartini
Sri Hartini ditangkan tim penindakan KPK pada Desember 2016. Dia kedapatan menerima
suap jual beli janatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Saat itu tim penindakan menyita uang Rp 2 miliar, USD 5.700, dan SGD 2.035. Dia
ditangkap dan dijadikan tersangka bersama Suramlan, yang menjabat sebagai Kepala Seksi
SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten sebagai penyuap.
Sri Hartini disangkakan melanggar Pasal 12 (a) atau (d) atau Pasal 11 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah dengan UU
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP, juncto
Pasal 65 KUHP.
Sedangkan Suramlan disangkakan melanggar Pasal 5 ayat 1 (a) dan Pasal 5 ayat 1 (b) atau
Pasal 13 UU Tindak Pidana Korupsi.
Sri Hartini divonis 11 tahun penjara denda Rp 900 juta subsider 10 bulan. Sri Hartini diyakini
hakim Pengadilan Tipikor Semarang menerima suap dan gratifikasi hingga Rp 12,8 miliar.
Selain Taufiqurrahman, KPK juga menetapkan empat orang lainnya sebagai tersangka.
Mereka adalah Kepala Sekolah SMPN 2 Ngronggot Suwandi, Kadis Pendidikan dan
Kebudayaan Nganjuk Ibnu Hajar, Kepala Bagian Umum RSUD Nganjuk Mokhammad Bisri,
dan Kepala Dinas (Kadis) Lingkungan Hidup Nganjuk Hariyanto.
Mereka ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap terkait jual beli jabatan di
Nganjuk, Jawa Timur. Dalam operasi senyap yang dilakukan tim penindakan, KPK
mengamankan uang Rp 298 juta di dalam dua tas berwarna hitam.
Pada Juni 2018, Taufiq divonis 7 tahun atas kasus jual beli jabatan oleh Majelis Hakim
Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Surabaya.
Pada 2021, KPK bekerjasama dengan Bareskrim Polri menangkap Bupati Nganjuk Novi
Rahman Hidayat atas dugaan jual beli jabatan. Namun KPK menyerahkan penanganan kasus
ini kepada Bareskrim Polri.
KPK menetapkan Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra sebagai tersangka suap jual beli
jabatan serta terkait proyek dan perizinan. Selain Bupati Cirebon, KPK juga menjerat
Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Cirebon Gatot
Rachmanto.
Pemberian uang suap dari Gatot untuk Sunjaya melalui seorang ajudan sebesar Rp100 juta
terkait fee karena telah melantik Gatot sebagai Sekda Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Cirebon.
Sunjaya juga diduga menerima pemberian lainnya secara tunai dari pejabat di lingkungan
Cirebon sebesar Rp125 juta melalui ajudan dan sekretaris pribadi Bupati.
Adapun, modus yang digunakan yakni, pemberian setoran kepada Bupati setelah beberapa
pejabat dilantik. Setoran dipatok Bupati Sunjaya mulai dari jabatan camat hingga eselon tiga.
Atas kasus itu, Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra vonis 5 tahun penjara dan denda
Rp200 juta subsider 6 bulan kurungan oleh Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Bandung.
Perbesar
Agung Mukti Wibowo saat berjanji akan mendonasikan seluruh gajinya untuk rakyat usai pelantikan
dirinya menjadi Bupati Pemalang. (Liputan6.com/ Ist)
- Kudus
KPK menyangka Tamzil menerima suap itu bersama staf khususnya, Agus Soeranto. Duit
diduga diberikan agar Sofyan bisa dilantik menjadi pejabat definitif di lingkungan Pemkab
Kudus.
Dalam kasus ini Tamzil divonis 8 tahun penjara dan denda Rp250 juta dalam kasus jual beli
jabatan dan gratifikasi di lingkungan Pemkab Kudus.
Tamzil terbukti menerima uang hasil korupsi sebesar Rp2,125 miliar dari Akhmad Sofian dan
sejumlah ASN di lingkungan Pemkab Kudus.
KPK menetapkan Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko sebagai tersangka kasus
korupsi perizinan dan pengurusan jabatan di Pemerintah Kabupaten Jombang. Selain
terhadap Nyono, status tersangka juga ditetapkan kepada pelaksana tugas Kepala Dinas
Kesehatan Pemerintah Kabupaten Jombang, Inna Silestyowati.
Penetapan tersangka berawal dari dari operasi tangkap tangan (OTT), yang digelar KPK pada
Sabtu, 3 Februari 2018, di Jombang, Surabaya, dan Solo.
KPK menduga Inna memberikan sejumlah uang kepada Nyono agar dirinya ditetapkan
sebagai Kepala Dinas Kesehatan secara definitif. Uang yang diberikan kepada Nyono diduga
dikumpulkan Inna dari kutipan jasa pelayanan kesehatan atau dana kapitasi dari 34
puskesmas di Jombang sejak Juni 2017 sekitar total Rp 434 juta.
- Tanjungbalai
KPK menetapkan Wali Kota Tanjungbalai M. Syahrial menjadi tersangka kasus jual beli
jabatan di Pemerintah Kota Tanjungbalai. Dia diduga menerima suap dari Yusmada, pejabat
yang melamar posisi Sekretaris Daerah Tanjungbalai.
Setelah terpilih, Syahrial diduga menyuruh Sajali untuk menagih duit Rp 200 juta. Setelah
itu, KPK menyangka Yusmada menyerahkan duit itu ke Syahrial.
Kasus jual beli jabatan ini menjadi awal perkara penyuapan terhadap penyidik KPK Stepanus
Robin Pattuju. KPK mendakwa Syahrial memberikan uang ke Robin untuk menghalangi
perkara jual beli jabatan yang menjeratnya.
Kasus ini juga menyeret nama Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar. Lili diduga
berkomunikasi dengan Syahrial mengenai perkembangan kasus jual beli jabatan tersebut.
Dalam berbagai kesempatan, Lili Pintauli membantahnya.
Dalam kasus jual beli jabatan Syahrial divonis 4 tahun penjara denda Rp 200 juta subsider 3
bulan kurungan.
Ungkap 3 Masalah SDM di Birokrasi,
Kemendagri: Hanya 20% ASN yang Bisa
Diandalkan
JAKARTA - Kementerian Dalam Negeri ( Kemendagri ) menyebut ada tiga masalah utama
Sumber Daya Manusia di lingkungan birokrasi. Masalah tersebut yakni kompetensi,
komitmen, dan koordinasi atau kolaborasi. Hal itu diungkap Direktur Jenderal (Dirjen) Bina
Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Agus Fatoni dalam Seminar
Nasional dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Sekretaris DPRD Kabupaten/Kota
seluruh Indonesia (ASDEKSI) bertajuk “Penguatan Kinerja Keuangan pada Sekretariat
DPRD yang Selaras dengan Sistem Kerja DPRD” pada Sabtu, 11 Juni 2022. "Ini jadi
problem kita bersama. Berapa banyak sih ASN (Aparatur Sipil Negara) yang punya
kompetensi yang dibutuhkan di dinas-dinas? Paling 20% yang betul-betul bisa diandalkan,
yang bisa dipercaya penuh, dan bisa menjalankan tugas dengan baik. Kalau pegawai atau
ASN bisa ditingkatkan kompetensinya, saya yakin kinerja ASN akan jauh lebih bagus lagi.
Ini menjadi PR kita," ujar Fatoni dalam keterangannya Selasa (14/6/2022).
Karena itu, Fatoni meminta ASN agar berperan aktif dalam mengatasi berbagai permasalahan
yang ada. Setidaknya, tiga persoalan tersebut diharapkan dapat dipecahkan oleh ASN. Fatoni
menjelaskan, untuk meningkatkan kapasitas SDM di era digital seperti sekarang sangatlah
mudah. Peningkatan tersebut tidak harus membutuhkan biaya yang mahal. Sebab, upaya itu
dapat dilakukan melalui laman YouTube, webinar, buku elektronik, dan sebagainya. Bisa
pula melalui in house training
Fatoni menambahkan, bekerja secara tim merupakan hal yang penting. Pasalnya,
dalam lingkungan birokrasi, masih terdapat oknum yang cenderung ingin menonjolkan
dirinya sendiri, egois, dan tidak menerima masukan pihak lain. Di samping itu, pihak
tersebut juga relatif merasa pintar sendiri dan ingin menang sendiri. Karena itu, dia
menekankan persoalan tersebut perlu ditangani. Fatoni mengimbau agar ASN juga
harus selalu berkomitmen melakukan reformasi birokrasi. Upaya ini penting
dilaksanakan untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, efektif,
efisien, akuntabel, dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. "Pemda
dapat melakukan perubahan di delapan area, di antaranya manajemen perubahan,
pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, kelembagaan. Selain itu, penataan sektor
tata laksana, SDM, dan deregulasi kebijakan juga penting diperhatikan," ucapnya
SE CMB ini memiliki tujuan untuk memenuhi kesenjangan penilaian pada Indeks
Profesionalitas ASN karena salah satu dimensinya adalah pemenuhan 20 JP pada pegawai.
Analis Kepegawaian Madya Biro SDM BKN, Heri Purwanto selaku narasumber menyatakan
bahwa SE CMB dibentuk untuk pengembangan kompetensi non-klasikal yang merupakan
tuntutan dari Undang-Undang Aparatur Sipil Negara Nomor 5 Tahun 2014 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 serta Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 dimana
pegawai mempunyai hak dan kewajiban terkait pengembangan kompetensi sebanyak 20 JP
setahun. “SE ini sebagai payung hukum agar CMB bisa dikonversi dan dinilai karena rekap
pelaksanaannya akan dikirimkan ke Biro SDM, kemudian dari Biro SDM akan mengeluarkan
sertifikat untuk pegawai terkait secara elektronik,” terangnya.
Lebih lanjut Heri menjelaskan, kegiatan CMB ini menerapkan konsep 10:20:70 model
pembelajaran dan pengembangan (learning and development model) terdiri dari 10%
klasikal, 20% belajar dengan kolega (Coaching and Mentoring), dan 70% dari pengalaman
kerja (action learning). Dari komposisi tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan atasan
langsung dalam pengembangan kompetensi bawahannya sangat besar. “Pengembangan
kompetensi dilakukan berdasarkan pada hubungan kerja yang harmonis antara atasan
langsung dengan bawahannya. Atasan dan bawahan harus selalu berkomunikasi dengan
bawahan tentang tugas yang sedang dijalankan, target yang akan dicapai, dan kompetensi apa
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dengan lebih efektif,” pungkasnya.
MAL PELAYANAN PUBLIK
PANDEGLANG (NO GRATIFIKASI)
https://youtu.be/sRzGN0XHonY ( MAL PELAYANAN PUBLIK PANDEGLANG)