Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (Permenkes PPI). Permenkes PPI ini khusus mengatur upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi sebagai upaya mencegah dan meminimalkan infeksi
pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas layanan kesehatan yang
meliputi rumah sakit, puskesmas, klinik, dan praktik mandiri tenaga kesehatan. Program PPI
di fasilitas pelayanan kesehatan memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di
fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga melindungi sumber daya manusia kesehatan, pasien
dan masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Upaya yang dilakukan dalam skema PPI adalah memutus siklus penularan penyakit infeksi
melalui kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi. Kewaspadaan standar diterapkan
secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Komponen utama yang harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam
kewaspadaan standar yaitu kebersihan tangan, APD, dekontaminasi peralatan perawatan
pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah, penatalaksanaan linen, perlindungan
kesehatan petugas, penempatan pasien, hygiene respirasi/etika batuk dan bersin, praktik
menyuntik yang aman dan praktik lumbal pungsi yang aman.
Sedangkan kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan tambahan kewaspadaan standar
yang dilaksanakan sebelum pasien didiagnosis dan setelah terdiagnosis jenis infeksinya. Jenis
kewaspadaan standar berdasarkan transmisi meliputi melalui kontak, droplet, udara,
common vehicle (makanan, air, obat, peralatan)dan vector (lalat, nyamuk, tikus).
Di Puskesmas sajira pengaplikasian PPI belum berjalan, masih banyak nakes yang tidak
melakukan 5 momen cuci tangan,

Aktivasi pengendalian dan pencegahan infeksi adalah serangkaian langkah atau tindakan
yang diambil untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi, baik di lingkungan kesehatan
maupun di tempat umum. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk
mengaktifkan pengendalian dan pencegahan infeksi:

1. Pemahaman tentang prinsip dasar pengendalian infeksi: Para tenaga kesehatan dan
staf yang terlibat harus memiliki pemahaman yang baik tentang prinsip dasar
pengendalian infeksi, seperti mencuci tangan yang baik, menggunakan alat pelindung
diri (APD) dengan benar, menangani bahan berpotensi terinfeksi dengan hati-hati, dan
mengelola limbah medis dengan aman.
2. Penilaian risiko: Dilakukan penilaian risiko untuk mengidentifikasi daerah atau
lingkungan yang mungkin rentan terhadap infeksi. Hal ini melibatkan
mengidentifikasi sumber potensial infeksi, mengevaluasi metode penyebaran, dan
mengidentifikasi populasi yang rentan.
3. Perencanaan tindakan pencegahan: Berdasarkan hasil penilaian risiko, perencanaan
tindakan pencegahan harus dilakukan. Ini termasuk pengembangan kebijakan,
prosedur, dan protokol yang jelas untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi.
4. Pelatihan dan edukasi: Seluruh personel yang terlibat harus diberikan pelatihan dan
edukasi yang memadai tentang langkah-langkah pengendalian infeksi yang harus
diikuti. Hal ini termasuk pelatihan dalam penggunaan APD, teknik cuci tangan yang
benar, dan tindakan pencegahan lainnya.
5. Implementasi tindakan pencegahan: Langkah-langkah pencegahan infeksi yang telah
direncanakan harus diimplementasikan secara konsisten dan berkelanjutan. Ini
melibatkan penggunaan APD secara konsisten, praktik cuci tangan yang baik,
pengelolaan limbah medis yang aman, dan pemantauan kepatuhan terhadap kebijakan
dan prosedur pengendalian infeksi.
6. Pemantauan dan evaluasi: Proses pengendalian dan pencegahan infeksi harus terus
dipantau dan dievaluasi untuk menilai efektivitasnya. Jika ditemukan celah atau
masalah, langkah-langkah perbaikan harus segera diambil.
7. Pelaporan dan pengendalian insiden: Pelaporan dan pengendalian insiden infeksi
harus diterapkan untuk mengidentifikasi, mengisolasi, dan mengendalikan infeksi jika
terjadi insiden atau kejadian yang melibatkan penyebaran infeksi.
8. Kolaborasi dengan pihak terkait: Penting untuk bekerja sama dengan pihak terkait,
seperti otoritas kesehatan setempat, lembaga pengatur, atau organisasi kesehatan
dunia, untuk mengikuti pedoman, peraturan, dan tata cara yang relevan dalam
pengendalian dan pencegahan infeksi
9. Latar belakang untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah pentingnya
meminimalkan risiko penyebaran infeksi, baik di lingkungan kesehatan maupun di
tempat umum. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur dan dapat
menyebar melalui kontak langsung, tetesan udara, atau melalui permukaan yang
terkontaminasi. Infeksi dapat menyebar dengan sangat cepat, terutama di lingkungan
yang padat atau dengan populasi yang rentan seperti pasien rawat inap, orang yang
lemah atau pasien dengan kondisi medis yang sudah ada. Oleh karena itu, pencegahan
dan pengendalian infeksi menjadi sangat penting dalam menjaga kesehatan dan
keselamatan pasien, staf kesehatan, dan masyarakat umum.
10. Selain itu, penyebaran infeksi juga dapat berdampak pada biaya perawatan kesehatan
yang lebih tinggi dan memperburuk kualitas hidup pasien. Pencegahan dan
pengendalian infeksi dapat membantu mengurangi risiko infeksi terjadi, mengurangi
biaya perawatan kesehatan, meningkatkan kualitas hidup pasien, dan memperbaiki
hasil kesehatan secara keseluruhan.
11. Kondisi pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini menjadi contoh yang jelas tentang
pentingnya pengendalian dan pencegahan infeksi. Virus ini menyebar dengan sangat
cepat di seluruh dunia dan menyebabkan krisis kesehatan global. Pencegahan dan
pengendalian infeksi seperti penggunaan masker, cuci tangan yang baik, dan jarak
sosial menjadi sangat penting untuk memperlambat penyebaran virus dan melindungi
masyarakat dari infeksi yang mematikan ini.
12. Dengan demikian, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi sangat penting untuk
diimplementasikan dalam lingkungan kesehatan maupun di tempat umum untuk
meminimalkan risiko penyebaran infeksi dan menjaga kesehatan dan keselamatan
masyarakat.

B. TUJUAN AKTUALISASI
1. Tujuan Khusus

KEDUDUKAN - SUSUNAN ORGANISASI - TUGAS DAN FUNGSI - TATA KERJA -


DINAS KESEHATAN.

2020

Peraturan Bupati (PERBUP) NO. 106, BD Tahun 2020 Nomor 107


Peraturan Bupati (PERBUP) TENTANG Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan
Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak

ABSTRAK:  Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten


Lebak Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Lebak sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 5 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 8 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Lebak, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Lebak.
 UU No 23 Th 2000; UU No 23 Th 2014 yg telah diubah dg UU No 9 Th
2015; PP No 18 Th 2016 yg telah diubah dg PP No 72 Th 2019;
Permendagri No 90 Th 2019; Perda Kab Lebak No 8 Th 2016 yg telah
diubah dg Perda Kab Lebak No 5 Th 2020.
 1. Ketentuan Umum; 2. Kewenangan; 3. Kedudukan, Tugas Pokok Dan
Fungsi; 4. Organisasi; 5. Tata kerja; 6. Kepegawaian; 7. Pembiayaan; 8.
Ketentuan Peralihan; 9. Ketentuan Penutup.

CATATAN:  Peraturan Bupati (PERBUP) ini mulai berlaku pada tanggal 30


Desember 2020.
 70 halaman

(https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/166533/perbup-kab-lebak-no-106-tahun-2020)
https://dinkes.lebakkab.go.id/page/struktur-organisasi) dinkes

Anda mungkin juga menyukai