Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN

ADAPTASI KEBIASAAN BARU DI ERA PANDEMI


RS EMMA MOJOKERTO
TAHUN 2020

RUMAH SAKIT EMMA MOJOKERTO


Jln. Raya Ijen No.67 Telp.(0321) 328737,396747
Fax.(0321) 334021
Email : rs.emmamojokerto@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah


SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya Pedoman Pelayanan Rumah Sakit pada Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru ini dapat diselesaikan dengan baik. Masa Adaptasi Kebiasaan Baru diartikan
sebagai perubahan perilaku bagi Rumah Sakit untuk tetap menjalankan aktivitas normal.
Pelayanan kesehatan sebagai sektor yang paling terdampak oleh situasi pandemik ini juga harus
bersiap untuk menghadapi adaptasi kebiasaan baru. Rumah Sakit harus mulai memikirkan
langkah-langkah yang akan diambil untuk tetap merawat pasien COVID-19 namun disaat
bersamaan juga dapat memberikan pelayanan kepada pasien non COVID-19 dengan risiko
penularan seminimal mungkin dengan menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Pedoman ini dimaksudkan sebagai upaya menetapkan acuan bagi pemilik dan pengelola Rumah
Sakit dalam menyesuaikan kembali layanan Rumah Sakit pada masa adaptasi kebiasaan baru
pandemik COVID-19 yang harus diterapkan agar layanan dapat diberikan dengan aman. Kami
menyadari bahwa pedoman masih terus berkembang dan disempurnakan mengikuti
perkembangan penyakit Covid-19, oleh karena itu diharapkan masukan untuk penyempurnaan
terkait perkembangan penyakit dan teknologi serta hal-hal lain. Terimakasih kami ucapkan
kepada semua pihak yang telah ikut dan berkontribusi dalam penyusunan pedoman ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tim Penyusun
RS Emma Mojokerto
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Coronavirus Disease 19 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan yang


disebabkan oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), yang mulai teridentifikasi pertama kali
di Wuhan-China Desember 2019. Virus ini kemudian dengan cepatnya menyebar ke daerah
lainnya. Setelah hampir dua bulan virus ini mewabah, akhirnya pada 30 Januari 2020, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan darurat global terhadap virus corona karena virus ini
sudah menyebar luas ke banyak negara. Di Indonesia sendiri kasus pertama COVID-19
terkonfirmasi pada tanggal 2 Maret 2020 dan pada tanggal 10 April 2020 penyebarannya telah
meluas di 34 provinsi di Indonesia. Sampai tanggal 30 Oktober 2020, kasus COVID-19 di
Indonesia sudah mencapai angka 406.945 kasus, dengan jumlah kesembuhan mencapai 334.295
kasus dan angka pasien yang meninggal sebanyak 13.782 kasus. Sebagai upaya pengendalian
terhadap penyebaran SARS-COV-2 pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan pembatasan
sosial termasuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka
Percepatan Penanganan COVID-19. Dalam pelaksanaannya peraturan tersebut diturunkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB. Pelaksanaan PSBB
dilakukan hampir di kota-kota besar di Indonesia, kegiatan PSBB adalah untuk menegaskan
kembali tentang pembatasan-pembatasan aktivitas sosial orang per orang yang sangat
memungkinkan terjadinya penularan dengan waktu penerapan bervariasi tergantung jumlah
kasus infeksi. Masyarakat juga dihimbau untuk tidak bepergian termasuk ke fasilitas kesehatan
kecuali jika sangat memerlukannya. Pada masa pembatasan ini, fasilitas layanan kesehatan pun
mengurangi layanan kesehatan untuk pasien umum (pasien non COVID-19) agar fokus dalam
memberikan layanan pandemi COVID-19 serta untuk mengurangi risiko penularan di fasilitas
kesehatan. Tidak dapat dipungkiri situasi ini berdampak besar pada kehidupan masyarakat
terutama perekonomian dikarenakan pembatasan sosial yang terjadi di masyarakat sehingga
pemerintah Indonesia berusaha mencari alternatif dengan melakukan relaksasi PSBB secara
bertahap untuk bisa menyelamatkan ekonomi. Inisiatif inilah yang lebih dikenal dengan masa
adaptasi kebiasaan baru
Masa adaptasi kebiasaan baru diartikan sebagai perubahan perilaku untuk tetap menjalankan
aktivitas normal. Dalam kaitannya dengan situasi pandemik COVID-19, masa adaptasi kebiasaan
baru dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan baru yang memungkinkan masyarakat hidup
“berdampingan” dengan COVID-19, yakni masyarakat dapat melakukan kegiatan seperti biasa
namun dengan mengikuti protokol kesehatan yang ada (menerapkan pola hidup bersih sehat,
menjaga jarak dan mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan lainnya) untuk menghindari
penularan dan penyebaran virus. Yang menjadi indikator kunci adalah kapasitas pengujian
laboratorium yang memadai dan memiliki strategi pengujian yang jelas untuk mengidentifikasi
kasus secara andal. Pelayanan kesehatan sebagai sektor yang paling terdampak oleh situasi
pandemik ini juga harus bersiap untuk menghadapi adaptasi kebiasaan baru. Rumah Sakit harus
mulai memikirkan langkah yang akan diambil untuk tetap merawat pasien COVID-19 namun di
saat bersamaan juga memberikan pelayanan kepada pasien umum dengan risiko penularan
seminimal mungkin, sehingga disebut sebagai balancing act.

1.2 TUJUAN

Tujuan umum disusunnya panduan teknis ini adalah sebagai acuan bagi pemilik dan pengelola
Rumah Sakit dalam menyesuaikan kembali layanan Rumah Sakit dalam masa adaptasi kebiasaan
baru pandemik COVID-19 yang harus diterapkan agar layanan dapat diberikan dengan aman.

Tujuan Khusus panduan ini di buat adalah sebagai acuan bagi :

Penyelenggara (Pemilik dan Pengelola) Rumah Sakit dalam mempersiapkan manejemen layanan
yang sesuai standar protokol kesehatan nasional dan mendukung produktivitas kerja namun tetap
memprioritaskan kesehatan dan keselamatan dengan pencegahan dan pengendalian transmisi
COVID-19 sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan Rumah Sakit dan sumber daya manusia di Rumah Sakit. Panduan Teknis ini dibuat
sebagai acuan bagi : Tim PPI di Rumah Sakit dalam meningkatkan mutu layanan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di masa adaptasi kebiasaan baru pandemik COVID-19. Pemberi
layanan kesehatan di Rumah Sakit dalam melakukan layanan kepada masyarakat sesuai dengan
standar protokol kesehatan nasional agar pemberi layanan terjamin keselamatannya. Pasien,
petugas dan pengunjung rumah sakit yang membutuhkan layanan dan kepentingan lainnya di
Rumah Sakit agar dapat mengikuti protokol kesehatan yang berlaku di Rumah Sakit untuk
meminimalisir terpapar COVID-19.

1.3 SASARAN

Sasaran dari Panduan Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru adalah semua pasien, pengunjung ,
keluarga dan staf RS Emma Mojokerto

1.4 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan ini adalah membahas mengenai:

• Pengaturan Alur Layanan.

• Pembagian Zona Risiko Penularan COVID-19

• Penerapan PPI dalam masa adaptasi kebiasaan baru.

• Pengembangan Sistem Inovasi Pelayanan Kesehatan, dan

• Penguatan Rujukan di masa adaptasi kebiasaan baru


BAB 2

PELAYANAN RUMAHA SAKIT PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

Pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu di Rumah Sakit telah menjadi harapan dan tujuan
utama dari masyarakat/pasien, petugas kesehatan, pengelola dan pemilik Rumah Sakit serta
regulator. Bahkan di masa pandemik COVID-19 ini pun pelayanan kesehatan tetap dapat
dijalankan dengan mengutamakan keselamatan pasien dan tenaga kesehatan yang bertugas.
Pelayanan kesehatan di masa adaptasi kebiasaan baru akan sangat berbeda dengan keadaan
sebelum COVID-19. Rumah Sakit perlu menyiapkan prosedur keamanan yang lebih ketat
dimana Protokol PPI diikuti sesuai standar. Prosedur penerimaan pasien juga akan mengalami
perubahan termasuk penggunaan masker secara universal, prosedur skrining yang lebih ketat,
pengaturan jadwal kunjungan, dan pembatasan pengunjung/ pendamping pasien bahkan
pemisahan pelayanan untuk pasien COVID-19 dan non COVID-19.

Prinsip utama pengaturan Rumah Sakit pada masa adaptasi kebiasaan baru untuk menyesuaikan
layanan rutinnya adalah:

• Memberikan layanan pada pasien COVID-19 dan non COVID-19 dengan menerapkan prosedur
skrining, triase dan tata laksana kasus.

• Melakukan antisipasi penularan terhadap tenaga kesehatan dan pengguna layanan dengan
penerapan prosedur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di unit kerja dan pemenuhan Alat Pelindung Diri (APD).

• Menerapkan protokol pencegahan COVID-19 yaitu: harus mengenakan masker bagi petugas,
pengunjung dan pasien, menjaga jarak antar orang >1m dan rajin mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir selama 40 s/d 60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.

• Menyediakan fasilitas perawatan terutama ruang isolasi untuk pasien kasus COVID-19.

• Terintegrasi dalam sistem penanganan COVID-19 di daerah masing-masing sehingga terbentuk


sistem pelacakan kasus, penerapan mekanisme rujukan yang efektif dan pengawasan isolasi
mandiri dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat.

• Melaksanakan kembali pelayanan yang tertunda selama masa pandemik COVID-19


Untuk dapat memenuhi prinsip-prinsip tersebut, Rumah Sakit dianjurkan:

• Membuat pembagian dan pengaturan zona risiko COVID-19 dan pembatasan akses masuk di
Rumah Sakit.

• Pemanfaatan teknologi informasi untuk inovasi layanan kesehatan seperti:

a. Sistem pendaftaran melalui telepon atau secara online untuk membatasi jumlah orang yang
berada di Rumah Sakit dalam waktu yang bersamaan. Pada aplikasi daftar online pasien juga
dapat diminta mengisi kajian mandiri COVID-19 untuk memudahkan dan mempersingkat proses
skrining ketika mengunjungi Rumah Sakit.

b. Layanan telemedicine untuk mengurangi jumlah orang yang berada di Rumah Sakit.

c. Rekam medik elektronik

d. Sistem pembayaran secara online / melalui uang elektronik

• Mengembangkan sistem “drug dispencing” dimana pasien yang telah menerima layanan
telemedicine tidak perlu datang ke Rumah Sakit hanya untuk mengambil obat. Rumah Sakit
dapat mengembangkan layanan pengantaran obat atau bekerjasama dengan penyedia jasa lain
untuk mengantarkan obat kepada pasien. Dalam penerapan layanan antar obat harus
memperhatikan prosedur pelayanan farmasi di Rumah Sakit

2.1 PENGATURAN ALUR LAYANAN

2.1.1 ALUR PASIEN

Pasien masuk ke Rumah Sakit melalui pintu utama yakni dapat melalui IGD atau melalui area
rawat jalan. Proses masuknya pasien melalui pintu utama tersebut dapat melalui tiga cara yaitu :

a. Langsung ke Rumah Sakit (atas permintaan pasien sendiri dan tanpa perjanjian). Pasien yang
masuk ke Rumah Sakit melalui mekanisme ini harus melalui proses skrining. Bila dari hasil
skrining dicurigai COVID-19 maka pasien diarahkan menuju triase IGD atau rawat jalan khusus
COVID-19. Sebaliknya bila dari skrining tidak dicurigai COVID-19 maka pasien diarahkan
menuju triase IGD atau rawat jalan non COVID-19 sesuai kebutuhan pasien

b. Melalui rujukan (dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau (Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) ). 1. Rujukan pasien suspek atau konfirmasi COVID-19 tidak
perlu dilakukan skrining dan langsung diarahkan ke triase COVID-19. 2. Rujukan pasien kasus
non COVID-19 yang dengan hasil pemeriksaan COVID-19 negatif atau yang belum dilakukan
pemeriksaan COVID-19 tetap harus melewati proses skrining.

c. Melalui registrasi online. Pasien yang masuk ke Rumah Sakit melalui registrasi online
diharuskan mengisi kajian mandiri terkait COVID-19, bila terindikasi gejala COVID-19
langsung diarahkan ke triase rawat jalan COVID-19. Sedangkan pasien dengan hasil assessment
tidak terkait COVID-19 tetap melalui proses skrining (Isian kajian mandiri terlampir).

2.1.2 SKRINING

• Skrining merupakan proses penapisan pasien di mana seorang individu dievaluasi dan disaring
menggunakan kriteria gejala dan riwayat epidemiologis, untuk menentukan pasien tersebut
masuk ke dalam kategori dicurigai COVID-19 atau bukan.

• Tujuan skrining :

Memisahkan pasien yang dicurigai COVID-19 dengan pasien non COVID-19.

Mengurangi pajanan untuk pasien lain, pengunjung dan petugas Rumah Sakit.

Membantu mencegah penyebaran penyakit di dalam fasilitas kesehatan.

Memastikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) digunakan sesuai pedoman penggunaan
APD.

• Skrining dilakukan pada semua orang yang mengunjungi Rumah Sakit (pasien, petugas Rumah
Sakit atau pengunjung Rumah Sakit lainnya)

a. Skrining pada Pasien dan Pengunjung


Langkah-langkah yang dilakukan pada saat skrining adalah:
1. Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60 detik
atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
2. Semua pasien WAJIB menggunakan masker.
3. Penilaian cepat (quick assessment COVID-19) :
• Pengecekan suhu badan dengan menggunakan thermal gun.
• Pertanyaan sederhana :
1. Gejala klinis : demam (suhu badan > 38o C) atau riwayat demam dan gejala
gangguan pernafasan (batuk, sesak nafas, nyeri tenggorokan)
2. Riwayat epidemiologis :
Dalam 14 hari sebelum gejala klinis muncul pasien melakukan perjalanan atau tinggal
di daerah/negara yang terjangkit COVID-19.
Dalam 14 hari sebelum gejala muncul ada riwayat kontak dengan orang yang
terkonfirmasi COVID-19.
Dalam 14 hari sebelum timbulnya gejala klinis pasien yang tinggal wilayah/ negara
terjangkit COVID-19 di melakukan kontak langsung dengan orang yang demam atau
mengalami gangguan pernapasan.
Kontak erat

• Riwayat pemeriksaan tes COVID-19 sebelumnya (jika ada).

• Seseorang suspek COVID-19 bila dari hasil penilaian cepat didapatkan memenuhi
minimal satu kriteria riwayat epidemiologis dan/atau gejala klinis

b. Skrining pada petugas Rumah Sakit


• Langkah-langkah yang dilakukan pada saat skrining adalah :
• Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60
detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
Semua petugas WAJIB menggunakan masker.
Penilaian cepat (quick assessment COVID-19) :
• Pengecekan suhu badan dengan menggunakan thermalgun.
• Melakukan pengisian kajian mandiri (format terlampir).
• Proses skrining tetap harus memperhatikan jarak antar individu >1 meter.
• Bila dari hasil skrining pasien/ pengunjung dan petugas Rumah Sakit dicurigai
COVID-19 maka pasien/ pengunjung dan petugas Rumah Sakit tersebut
diarahkan ke fasilitas triase COVID-19.
• Bila dari hasil skrining pengunjung dan petugas Rumah Sakit tidak memenuhi
kriteria kecurigaan COVID-19, maka bisa langsung ke tempat yang ingin dituju.
• Bila dari hasil skrining pasien tidak memenuhi kriteria kecurigaan COVID-19
maka langsung diarahkan untuk lanjut ke triase IGD atau poliklinik rawat jalan
non COVID.
• Bagi pasien dalam keadaan gawatdarurat yang tidak memungkinkan dilakukan
skrining, maka pasien tersebut dikelompokan ke dalam pasien suspek COVID-19
sampai dapat dibuktikan hasilnya negatif.
• Bangunan untuk tempat skrining dapat berupa bangunan sementara, bangunan
yang sudah ada, atau tenda sederhana. Untuk tempat skrining harus dipastikan
memiliki ventilasi alami yang memadai.
• Lokasi tempat skrining :
Pastikan lokasi sedekat mungkin dengan pintu masuk utama Rumah Sakit (IGD
maupun rawat jalan) guna memusatkan semua pintu masuk.
Pastikan akses yang baik untuk pasien, pengunjung dengan keamanan yang
terjamin.
Upayakan lokasi skrining cukup luas untuk menghindari antrian.
Alur semua pasien dan pengunjung yang mengakses bersifat satu arah.
• Bila berbentuk tenda, maka lokasi skrining dapat didesain sebagai berikut

2.1.3 TRIASE

• Pada prinsipnya proses triase adalah untuk mengidentifikasi pasien yang memerlukan
intervensi medis segera, pasien yang dapat menunggu, atau pasien yang mungkin perlu
dirujuk ke fasilitas kesehatan tertentu berdasarkan kondisi klinis pasien.

• Triase dilakukan di pintu masuk pasien yaitu di IGD dan rawat jalan.
• Tindakan yang dilakukan pada triase IGD khusus COVID-19 selain untuk penanganan
kegawatdaruratan pasien adalah untuk menentukan derajat infeksi COVID-19 yang
dideritanya, melalui anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang pasien, sesuai Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.

• Tindakan triase rawat jalan khusus COVID-19 dilakukan untuk menentukan derajat
infeksi COVID-19 yang dideritanya, melalui anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik
maupun pemeriksaan penunjang pasien, sesuai tata laksana manejemen klinis pasien
COVID-19 sesuai Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19

B. PEMBAGIAN ZONA RISIKO PENULARAN COVID-19 DI RUMAH SAKIT

Zonasi ruang adalah pembagian atau pengelompokan ruangan-ruangan pelayanan


berdasarkan kesamaan karakteristik fungsi kegiatan untuk tujuan tertentu.  Pembagian
zonasi ruangan di masa adaptasi kebiasaan baru dilakukan untuk mencegah penularan
COVID-19 di Rumah Sakit antara penderita/bergejala COVID-19 dengan non COVID-
19. Zonasi Rumah Sakit berdasarkan risiko penularan COVID-19 dibagi menjadi dua
yakni:

a. Zona Covid 19
b. Zona Non Covid 19

1. Zona COVID-19
Merupakan area/ruangan yang tingkat risiko terjadinya penularan COVID-19 tinggi
karena berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan pelayanan pasien
COVID-19. Zona ini diperuntukan bagi pasien kontak erat, suspek, probable dan
konfirmasi COVID-19. Yang termasuk dalam zona COVID-19 meliputi:
• Area pelayanan : area rawat jalan khusus COVID-19, area IGD khusus COVID-19, area
rawat inap khusus COVID-19, area ruang isolasi khusus COVID-19 (tekanan negatif /
ventilasi normal), area ruang rawat intensif (ICU/HCU) khusus COVID-19, area ruang
bersalin khusus COVID-19, area Ruang Operasi khusus COVID-19.
• Area penunjang : area laboratorium khusus COVID-19, area Radiologi khusus COVID-
19, area bagian gizi khusus COVID-19, area Kamar Jenazah, Area Pengolahan Limbah
Rumah Sakit. Bila memungkinkan pembagian kedua zona tersebut adalah dalam bentuk
ruangan terpisah. Apabila terkendala keterbatasan ketersediaan ruangan maka opsinya
adalah :
• Dalam satu instalasi yang perlu dipisahkan antara zona non COVID-19 dan zona
COVID-19 dapat dibatasi dengan pembatas sementara atau permanen yang ditandai
dengan penanda (sign) khusus yang jelas dan menganut sistem jalur satu arah.
• Bagi Rumah Sakit yang mempunyai jumlah SDM memadai dapat dibagi menjadi
petugas di Zona Pelayanan COVID-19 dan Non COVID-19. Bagi Rumah Sakit yang
tidak memiliki SDM yang cukup dapat membuat jadwal / pembagian jam shift layanan
maupun hari layanan antara layanan biasa maupun layanan khusus COVID-19.
• Bila ketersediaan ruangan tidak memungkinkan sama sekali untuk pemisahan zona,
maka untuk mengurangi risiko penyebaran COVID-19 dapat dilakukan dalam bentuk
pengaturan jadwal pelayanan, pembagian jam shift layanan ataupun hari layanan yang
diikuti dengan tindakan dekontaminasi dan sterilisasi baik ruangan maupun alat
kesehatan setelah pemberian pelayanan kepada pasien COVID-19 sesuai aturan yang
berlaku.

2. Zona Non COVID-19 Merupakan area/ruangan yang tingkat risiko terjadinya penularan
COVID-19 rendah karena tidak berhubungan langsung dengan pelayanan pasien COVID-
19.Yang termasuk dalam zona non COVID-19 meliputi:
• Area Administrasi: ruangan manejemen Rumah Sakit, ruang pertemuan, ruang
pendaftaran, gudang logistik, ruang rekam medik, administrasi dan lainnya.
• Area Pelayanan : area rawat jalan non COVID-19, area IGD non COVID-19, instalasi
rawat inap non COVID-19, area rawat intensif (ICU/HCU) non COVID-19, area ruang
bersalin non COVID-19, Ruang Operasi non COVID-19,
• Area penunjang : area laboratorium non COVID, area radiologi non COVID-19, area
bagian gizi non COVID-19, laundri, area farmasi dan layanan non COVID-19 lainnya
A. Area Rawat Jalan (RJ) Khusus COVID-19 Area IRJ khusus COVID menerima pasien
dari triase IRJ yaitu pasien dengan gejala COVID-19
Saat memasuki area ini:
• Petugas bagian registrasi yang akan mendaftarkan pasien.
• Seluruh konsultasi poliklinik untuk pasien dilakukan pemeriksaan di ruang konsultasi
IRJ risiko tinggi oleh Dokter.
• Selanjutnya pasien dilakukan pemeriksaan penunjang seperti swab, rontgen dan
labortorium lainnya sesuai indikasi dan protokol bagi pasien COVID-19.
• Bila pasien tidak perlu dirawat inap, pasien dapat dipulangkan dengan surat pengantar
ke Puskesmas jika dilakukan karantina atau isolasi mandiri.
• Bila pasien perlu rawat inap pasien diarahkan menuju instalasi rawat inap risiko tinggi.
Rekomendasi untuk fasilitas dan sarana prasarana:
• Fasilitas cuci tangan dengan air mengalir dan sabun / hand sanitizer tersedia di setiap
pintu masuk ruangan,
• Pengaturan jarak duduk > 1 m di ruang tunggu
• Sistem ventilasi dan sirkulasi udara yang baik,
• Pembatas fisik (barrier) pasien dan petugas (kaca /plastik)
• Pembatas / pemisah antar zona
• Pengunjung / pengantar dilarang masuk
• Ada tempat sampah beda warna sesuai jenis sampah.
• Area rawat jalan COVID-19 dapat dilengkapi dengan ruangan khusus / tersendiri untuk
pengambilan swab, pastikan ruangan tersebut mempunyai ventilasi yang baik.

B. Area Instalasi Gawat Darurat (IGD) khusus COVID


Area IGD khusus COVID-19 merupakan ruang observasi atau ruang tindakan bagi pasien
IGD dengan gejala COVID-19. Area ini dipisahkan dengan area IGD non COVID-19
melalui batas permanen atau sementara. Setelah memasuki area IGD COVID-19 pasien
tidak diperkenakan kembali ke area IGD non COVID-19 dan petugas hanya boleh masuk
dan keluar area ini melalui ruang ganti (doning/doffing).
Saat memasuki area ini:
• Dokter dan perawat melakukan pemeriksaan, observasi dan atau tindakan yang
dibutuhkan.
• Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang seperti; swab test atau rontgen dan lain –
lain sesuai protokol layanan di Rumah Sakit bagi pasien bergejala COVID-19 atau
memiliki riwayat kontak.
• Bila pasien tidak perlu dirawat inap, pasien dapat dipulangkan dengan surat pengantar
ke Puskesmas untuk dilakukan pemantauan isolasi mandiri.
• Bila pasien perlu perawatan lebih lanjut maka dilakukan rawat inap di zona COVID-19.
• Bila hasil pemeriksaan pasien tidak menunjukan COVID-19 maka pasien dirawat di
ruang inap biasa / ruang inap non COVID-19.

C. Area Perawatan khusus COVID Area perawatan meliputi: ruang rawat inap (tekanan
negatif /natural air flow), kamar operasi, kamar bersalin, ruang rawat intensif, ruang
tindakan dan ruang lainnya. Area ini menerima pasien dari IRJ atau IGD dengan gejala
COVID-19. Petugas di area ini, hanya boleh masuk dan keluar melalui ruang ganti
(doning/doffing). Area ini dipisahkan dengan area non COVID-19 menggunakan
pembatas permanen atau sementara. Transfer obat, sample lab, dan makanan dilakukan
melalui loket khusus atau ruang penghubung. Pengantar/pengunjung tidak diperkenankan
memasuki area ini.
Bila pasien telah dinyatakan sembuh dan diperkenankan pulang:
• Pasien tidak diperkenankan membawa barang bawaan dari ruang isolasi yang
terkontaminasi.
• Saat pulang, pasien memakai pakaian yang bersih dan tidak terkontaminasi selama
perawatan. • Pakaian pasien yang terkontaminasi selama perawatan harus dikemas dalam
wadah tertutup dan untuk selanjutnya dicuci dengan deterjen pada saat sampai di rumah.
Rekomendasi untuk ruang perawatan:
• Sistem ventilasi dan sirkulasi udara yang baik
• Pengaturan jarak tempat tidur 1,5-1,8 m
• Batas pemisah antar zona
• Pengunjung / pengantar dilarang masuk
• Fasilitas cuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir / hand sanitizer yang
tersedia di setiap pintu masuk ruangan
• Tempat sampah beda warna sesuai jenis sampah.
• Tempat pakaian kotor di dalam ruangan isolasi.
• Kamar mandi terpisah antara COVID-19 dengan non COVID-19.
• Memiliki pengaturan jalur dengan sistem satu arah

D. Laundri
• Laundri menerima linen infeksius maupun non infeksius. Untuk linen infeksius sebelum
diserahkan kebagian laundri, semua linen dimasukan kedalam wadah infeksius dan
tertutup ke bagian pencucian laundri dan pengemasan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku terkait penyelenggaraan pengawasan Linen (Laundri).
• Memiliki pemisah untuk bagian penerimaan linen kotor dan bersih

E. Area Kamar Jenazah Area ini merupakan tempat penyimpanan sementara atau tempat
pemulasaran jenazah. Penanganan jenazah probable maupun konfirmasi positif COVID-
19 dilakukan sesuai tatalaksana COVID-19. Masuk keluar petugas hanya melalui ruang
ganti (donning, doffing). Rekomendasi untuk kamar jenazah:
• Sistem ventilasi dan sirkulasi udara yang baik
• Pembersihan/cleaning rutin sesuai prosedur yang berlaku.
• Hanya keluarga inti maksimal 2 orang yang diijinkan masuk
• Fasilitas cuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir/ hand sanitizer tersedia di
pintu masuk ruangan
• Tempat sampah beda warna sesuai jenis sampah. Bagi Rumah Sakit yang tidak
memiliki pelayanan pemulasaran jenazah dapat bekerja dengan Rumah Sakit yang
memiliki layanan tersebut.

F. Area Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.


Area ini merupakan area penyimpanan dan pengolahan limbah Rumah Sakit, bagi Rumah
Sakit yang akan menyerahkan pengolahan kepada pihak ketiga maka area ini merupakan
area penyimpanan sementara (baik limbah padat maupun limbah cair). Proses Pengolahan
limbah Rumah Sakit di area ini sesuai Permenkes terkait penyelenggaraan Pengamanan
Limbah dan Radiasi. Rekomendasi untuk fasilitas dan sarana prasarana:
• Batas pemisah khusus yang tidak dapat di akses siapapun kecuali petugas.
• Ada Fasilitas cuci tangan dengan air mengalir dan sabun / hand sanitizer
• Area khusus beratap untuk penampungan sampah sementara

ZONA NON COVID 19

Area pelayanan untuk pasien yang tidak mempunyai gejala COVID-19 atau tidak memiliki
riwayat kontak erat dengan pasien COVID-19 yang meliputi area rawat jalan non COVID-19,
IGD non COVID-19, rawat inap non COVID-19 dan sarana penunjang serta fasilitas lainnya.
Kewaspadaan harus tetap dijaga dengan mewajibkan seluruh petugas mematuhi protokol
kesehatan yang berlaku.

Penggunaan APD pada zona ini, dapat mengikuti Petunjuk Teknis Penggunaan Alat
Perlindungan Diri dalam menghadapi COVID-19.

A. Area Rawat Jalan (IRJ) non COVID-19


Area ini merupakan area rawat jalan yang terpisah dari triase, meliputi pendaftaran, ruang
tunggu, poliklinik, pemeriksaan penunjang farmasi dan pembayaran. Tidak ada
pembatasan khusus area ini dengan area staff, perkantoran dan unit lainnya dalam zona
ini. Namun ada pembatasan khusus (permanen atau sementara) dengan zona COVID-19.
Di area ini seluruh protokol pencegahan COVID-19 harus tetap diterapkan yaitu: harus
mengenakan masker bagi petugas, pasien dan pengunjung; pengaturan jarak antar orang
>1m; dan rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
termasuk memperhatikan tata sirkulasi udara.
Untuk akses keluar masuk, pihak Rumah Sakit mengupayakan pemisahan pintu masuk
dan pintu keluar pasien. Jika di butuhkan untuk rawat inap, pasien dirawat inap di bangsal
rawat inap non COVID -19 yang terpisah dari isolasi rawat inap khusus COVID-19.
Seluruh pelayanan rawat jalan dan penyelesaian administrasi dilakukan di area ini.

B. Area Instalasi Gawat Darurat (IGD) non COVID-19


Area Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk pasien non COVID-19 diperuntukkan bagi
pasien-pasien yang hasil skrining tanpa gejala yang membutuhkan penanganan cepat.
Pada area IGD tetap menerapkan protokol pencegahan COVID-19 yaitu: harus
mengenakan masker bagi petugas, pasien dan pengunjung; pengaturan jarak antar orang
>1m; dan rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer.

C. Area Rawat Inap dan Ruang Tindakan non COVID-19.


Area ini merupakan area bangsal/ruang rawat inap dan ruang tindakan (OK, VK, dll) bagi
pasien yang tidak memiliki riwayat COVID-19 atau riwayat kontak. Tidak ada
pembatasan khusus area ini dengan area staff, perkantoran dan unit lainnya dalam zona
ini. ZONA NON COVID-19 20 Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit Pada Masa
Adaptasi Kebiasaan Baru
Namun ada pembatasan khusus (permanen atau sementara) dengan zona COVID-19.
Pasien tidak diperkenanan untuk dikunjungi dan penunggu pasien hanya satu orang.
Seluruh protokol pencegahan COVID-19 tetap harus diterapkan yaitu pengaturan jarak
tempat tidur 1.5-1.8 m antar pasien dalam bangsal rawat inap, wajib mengenakan masker
bagi petugas, pengunjung dan pasien; pengaturan jarak antar orang > 1m, dan rajin
mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer.
Pasien pulang setelah dinyatakan sembuh atau atas permintaan sendiri dapat keluar
melalui pintu yang telah ditentukan oleh pihak Rumah Sakit.

D. Area Pelayanan penunjang dan pelayanan umum


Meliputi seluruh area administrasi dan manejemen dan area penunjang operasional.
Seluruh petugas Rumah Sakit baik medis maupun non medis masuk ke area ini sebaiknya
melalui pintu khusus yang terpisah dengan pasien/pengunjung dan hanya dapat
digunakan oleh petugas Rumah Sakit saja.
Semua petugas Rumah Sakit dianjurkan memakai pakaian kerja atau seragam hanya
ditempat kerja. COVID-19 dapat ditularkan melalui kontak langsung dari permukaan /
perantara benda maka pembersihan dan dekontaminasi rutin tempat kerja menjadi
tanggung jawab bersama serta memastikan sirkulasi udara mengalir dengan baik.
Menjaga jarak fisik pembatasan jumlah ideal orang dalam ruangan, dimana masa
pandemi ini dapat dipertimbangkan maksimal 50% dari jumlah masa normal sesuai
aturan yang berlaku.

C. PENERAPAN PRINSIP PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DALAM


MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

1. PROTOKOL BAGI PASIEN

a. Sebelum Berangkat ke Rumah Sakit

Lakukan pendaftaran/registrasi melalui telepon atau daring (bila tersedia fasilitas tersebut).

Laporkan kondisi gejala dan keluhan

Konsultasi dengan dokter /perawat melalui fasilitas telemedicine (bila memungkinkan).

b. Saat Pergi ke Rumah Sakit

Selalu menggunakan masker

Siapkan hand sanitizer sendiri

Jangan menyentuh muka terutama bagian mulut, hidung dan mata

Mendatangi bagian pelayanan Rumah Sakit sesuai jadwal yang disepakati /perjanjian

c. Saat Berada di Rumah Sakit

Selalu memakai masker


Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60 detik atau dengan
hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.

Jaga jarak dengan pasien lain >1 m termasuk dalam menaiki tangga dan akses lift.

Jangan menyentuh muka terutama bagian mulut, hidung dan mata

Laporkan kondisi atau gejala sakit yang diderita dengan sejujurnya kepada petugas.

Tidak keluar masuk ruangan agar tidak tertular /menularkan penyakit kepada pasien yang
lainnya.

d. Saat Keluar dari Rumah Sakit

Selalu Pakai masker.

Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama

40 s/d 60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.

Dan tetap menjaga jarak >1 m

2.PROTOKOL BAGI PETUGAS

a. Sebelum Berangkat Ke Rumah Sakit

Memastikan kondisi tubuh dalam keadaan sehat dan jika sakit segera berobat ke fasyankes

Lapor ke pimpinan apabila sakit dan istirahat di rumah sampai sembuh

Tidak memakai perhiasan atau aksesoris lainnya ke Rumah Sakit.

Selalu Pakai masker

Siapkan hand sanitizer sendiri

Gunakan sarana transportasi paling aman dan jaga jarak dengan pasien lain

b. Di Rumah Sakit

Masuk melalui pintu petugas yang terpisah dengan pintu pasien/pengunjung


Bagi petugas yang akan melakukan kontak dengan pasien ganti pakaian pribadi dengan pakaian
Rumah Sakit dan tinggalkan di loker /bagian penitipan barang
Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama
40 s/d 60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
Selalu menggunakan masker bedah saat bekerja

D.PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI PELAYANAN KESEHATAN DAN PENGUATAN


RUJUKAN DI MASA KENORMALAN BARU
1. REGITRASI ONLINE
Untuk mempersingkat masa tunggu pasien dalam mendapat layanan Kesehatan serta
mempermudah bagi Rumah Sakit dalam mengatur penjadwalan kunjungan pasien, maka dalam
masa adaptasi kebiasaan baru diharapkan tiap Rumah Sakit dapat menerapkan sistem
pendaftaran pasien melalui telepon atau online. Dalam aplikasi registrasi online tersebut pasien
juga dapat diharuskan mengisi format kajian mandiriCOVID-19 untuk mempersingkat proses
skrining ketika mengunjungi Rumah Sakit.
2. TELEMEDICINE
a. Definisi Telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional
kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran
informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi, dan
pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan kesehatan
individu dan masyarakat”. Pelayanan telemedicine merupakan pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh Dokter antar fasilitas pelayanan kesehatan yang menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi untuk mendiagnosis, mengobati, mencegah, dan/atau mengevaluasi
kondisi kesehatan pasien sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya dengan tetap
memperhatikan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Pelayanan telemedicine terdiri dari
pelayanan tele konsultasi, tele USG, tele EKG dan tele radiologi.
b. Tujuan
Menekan jumlah kasus petugas kesehatan yang terinfeksi COVID-19.
Mengurangi tatap muka langsung dengan pasien sehingga mengurangi risiko petugas kesehatan
tertular kecuali pada kasus gawat darurat
Wujud pembatasan jarak antar individu
Mengendalikan jumlah kunjungan ke Rumah Sakit 24 Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit
Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Memberikan komunikasi informasi dan edukasi terkait pola makan, pola hidup sehat dan
dukungan psikis untuk melaksanakan isolasi mandiri. (KIE)
Penjadwalan dan penerimaan hasil pemeriksaan Laboratrium (PCR dan pemeriksaan penunjang
lainnya
Pemberian obat
Mengarahkan rujukan ke Rumah Sakit bila diperlukan.
c. Metode
Telemedicine dapat dilakukan dalam bentuk moda daring tulisan, suara, dan/ atau video secara
langsung untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dengan menggunakan aplikasi
telemedicine dalam rangka penegakkan diagnosis, serta penatalaksanaan dan pengobatan pasien
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hasil pelayanan telemedicine dicatatkan dalam catatan digital atau manual yang dipergunakan
oleh Dokter sebagai dokumen rekam medik dan menjadi tanggung jawab dokter dan/atau
fasilitas kesehatan, harus dijaga kerahasiaannya, serta dipergunakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Persyaratan
Dokter dan Dokter Gigi yang melakukan Praktik Kedokteran melalui Telemedicine harus
mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik di Fasyankes sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
Dokter dan Dokter Gigi yang melaksanakan Praktik Kedokteran melalui Telemedicine harus
melakukan penilaian kelaikan pasien sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
Dalam hal pasien tidak dalam kondisi gawat darurat, Dokter dan Dokter Gigi yang menangani
wajib menilai kelaikan pasien untuk ditangani melalui Telemedicine.
Dalam hal hasil penilaian ditemukan pasien dalam kondisi gawat darurat, memerlukan tindakan
diagnostik, dan/ atau terapi, Dokter dan Dokter Gigi harus merujuk pasien ke Fasyankes disertai
dengan informasi yang relevan.
e. Kewenangan Dokter dalam memberikan pelayanan telemedicine berwenang untuk melakukan:
Anamnesa, mencakup keluhan utama, keluhan penyerta, riwayat penyakit yang diderita saat ini,
penyakit lainnya atau faktor risiko, informasi keluarga dan informasi terkait lainnya yang
ditanyakan oleh Dokter kepada pasien/keluarga secara daring.
Pemeriksaan fisik tertentu yang dilakukan melalui audiovisual.
Pemberian anjuran/nasihat yang dibutuhkan berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang, dan/atau
hasil pemeriksaan fisik tertentu. Hasil pemeriksaan penunjang dapat dilakukan oleh pasien
dengan menggunakan modalitas/sumber daya yang dimilikinya atau berdasarkan anjuran
pemeriksaan penunjang sebelumnya atas instruksi dokter. Anjuran/nasihat dapat berupa
pemeriksaan kesehatan lanjutan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Penegakan diagnosis, dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan yang sebagian besar didapat dari
anamnesis, pemeriksaan fisik tertentu atau pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan dan pengobatan pasien, dilakukan berdasarkan penegakkan diagnosis yang
meliputi penatalaksanaan nonfarmakologi dan farmakologi, serta tindakan kedokteran terhadap
pasien/keluarga sesuai kebutuhan medis pasien. Dalam hal dibutuhkan tindakan kedokteran atau
penatalaksanaan lebih lanjut, pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
Penulisan resep obat dan/atau alat kesehatan, diberikan kepada pasien sesuai dengan diagnosis.
Penerbitan surat rujukan untuk pemeriksaan atau tindakan lebih lanjut ke laboratorium dan/atau
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai hasil penatalaksanaan pasien
3. OPTOMALISASI E-RESEP, PENGIRIMAN OBAT MELALUI JASA KURIR
a. Ketentuan Penulisan resep elektronik obat dan/atau alat kesehatan dapat dilakukan secara
tertutup atau secara terbuka, dengan ketentuan sebagai berikut:
Penyelenggaraan resep elektronik tertutup dilakukan melalui aplikasi dari Dokter ke fasilitas
pelayanan kefarmasian.
Penyelenggaraan resep elektronik terbuka dilakukan dengan cara pemberian resep elektronik
secara langsung kepada pasien. Penyelenggaraan resep secara terbuka membutuhkan kode
identifikasi resep elektronik yang dapat diperiksa keaslian dan validitasnya oleh fasilitas
pelayanan kefarmasian.
Resep elektronik digunakan hanya untuk 1 (satu) kali pelayanan resep/pengambilan sediaan
farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan dan tidak dapat diulang (iter).
b. Pelayanan resep elektronik di fasilitas pelayanan kefarmasian
Pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh apoteker dengan mengacu pada standar pelayanan
kefarmasian pada masing-masing jenis fasilitas pelayanan kefarmasian.
Setiap perubahan pada resep elektronik yang mungkin diperlukan karena sesuatu hal, harus
sepengetahuan dan dengan persetujuan dari dokter yang menerbitkan resep elektronik.
Sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan berdasarkan resep
elektronik dapat diterima oleh pasien/keluarga pasien di fasilitas pelayanan kefarmasian, atau
melalui pengantaran sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan.
c. Pengantaran sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan dalam
resep elektronik secara tertutup dengan ketentuan sebagai berikut:
Pengantaran dilakukan melalui jasa pengantaran atau penyelenggara sistem elektronik
kefarmasian;
Jasa pengantaran, atau penyelenggara sistem elektronik kefarmasian dalam melakukan
pangantaran, harus:
• menjamin keamanan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen
kesehatan yang diantar;
• menjaga kerahasiaan pasien;
• mengantarkan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan dalam
wadah yang tertutup dan tidak tembus pandang;
• memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan yang
diantarkan sampai pada tujuan;
• mendokumentasikan serah terima sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/ atau suplemen
kesehatan; dan
• pengantaran melengkapi dengan dokumen pengantaran, dan nomor telepon yang dapat
dihubungi. d. Apoteker pada fasilitas pelayanan kefarmasian yang menerima resep elektronik
wajib menyampaikan informasi sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/ atau suplemen
kesehatan kepada pasien secara tertulis dan/atau melalui Sistem Elektronik.
e. Pasien yang telah menerima sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen
kesehatan harus menggunakan obat sesuai dengan resep dan informasi dari apoteker

Anda mungkin juga menyukai