Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AGAMA

KELUARGA SEJAHTERA DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK

1. Ayu Wulan Dari PO.71.31.2.18.004


2. Dian Muliani PO.71.31.2.18.006
3. Intri Nurfiana PO.71.31.2.18.013
4. Ully Septa Deharika PO.71.31.2.18.033
5. Novita Silvia PO.71.31.2.18.022
6. Zahara Medya Puspa PO.71.31.2.18.036

Dosen Pembimbing : Muhammad Zamzam, S.Pd.I,M.Pd.I

Prodi : DIV Gizi

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT , penulis bisa


menyelesaikan makalah yang berjudul “Keluarga Bahagia Dalam Islam” sebagai
bentuk pengajuan tugas dari mata kuliah Agama dengan harapan semoga makalah
ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehingga lebih mengenal
tentang keluarga bahagia yang diajarkan dalam Islam.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran sangat membantu penulis agar menjadikan makalah ini lebih baik.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih serta mohon maaf  yang sebesar-
besarnya bila ada kesalahan kata maupun kalimat, dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Palembang, 28 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan mutu kehidupan dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain
dengan pendidikan yang baik dan berkualitas dan penanaman nilai moral ke dalam
sikap dan prilaku individu. Dimana semua itu dapat dicapai dari sebuah keluarga.
Keluarga merupakan awal dari sebuah kehidupan. Dalam agamapun islam
mengajarkan untuk membentuk keluarga. Islam mengajak manusia untuk hidup
dalam naungan keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil dalam kehidupan
stabil yang menjadi pemenuhan keinginan manusia tanpa menghilangkan
kebutuhannya. Dalam mewujudkan keluarga pun di capai dengan melakukan apa
yang di sebut dengan pernikahan atau perkawinan.

Untuk mencapai suatu keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah seperti
diharapkan Nabi dan rasul mungkin tidaklah mudah tetapi jika ada kemauan untuk
memperbaikinya bisa di mulai dari sekarang. Karena bagi Allah swt tidak ada kata
terlambat untuk berubah ke arah yang benar. Suatu keluarga yang baik di mulai dari
perkawinan atau pernikahan yang  baik pula. Pada dasarnya pernikahan merupakan
salah satu cara seseorang untuk mengindari perbuatan zina. Dimana kita juga dapati
bahwa semua agama langit mengharamkan dan memerangi yang namanya
perzinaan.

Berkenaan dengan itu sebagai dasar pengetahuan dalam membentuk keluarga


yang baik menurut Islam perlu disusun sebuah Makalah yang mampu menjadi
wahana bagi sebagian muslim untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, dan
konsep keilmuan berkenaan dengan hukum perkawinan dalam islam demi mencapai
sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah sesuai dengan sunnah
Nabi dan Rasul baik secara teoritis maupun secara praktis.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari keluarga sejahtera?


2. Apa ciri ciri dari sakinah?
3. Apa saja faktor yang membentuk keluarga sakinah?
4. Apa itu taaruf dan bagaimana proses serta adabnya?
5. Apa pengertian dari pergaulan dan bagaimana adabnya?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu keluarga sejahtera


2. Untuk mengetahui apa saja ciri ciri dari sakinah
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang membentuk keluarga sakinah
4. Untuk mengetahui taaruf dan bagaimana proses serta adabnya
5. Untuk mengetahui pengertian dari pergaulan dan bagaimana adabnya

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keluarga Sejahtera

Keluarga Sakinah merupakan konsep dari suasana keluarga yang diidam-


idamkan. Konsep tersebut tidak secara rinci bagaimana suatu keluarga menjadi
bahagia sejahtera. Konsep tersebut dapat terlihat dari kriteria seseorang untuk
5
menentukan calon pasangannya, seperti halnya  keagamaannya yang kuat, rupa
yang menawan, dan mempunyai kekayaan yang memadai.

Begitu juga konsep tersebut dapat terlihat dari pembagian tugas dan fungsi
suami-istri dalam keluarga. Dengan konsep tersebut, suatu keluarga mampu
menghadirkan suasana bahagia dan sejahtera, atau dalam istilah lain disebut
sakinah.

Sedangkan ”Keluarga Sejahtera (KS)” lebih merupakan hasil terapan yang


sudah menjadi realita, yang kemudian dari rumusan-rumusan tertentu akan
melahirkan upaya-upaya nyata dan terencana, yang kemudian menjadi program
Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan


yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi,
dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan”. (BKKBN,1994:5)

Keluarga sejahtera adalah dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu


memenuhikebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan
yang maha esa,memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antara anggota
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

2.1 Ciri Ciri Sakinah


1. Bermuara pada rasa cinta dan kasih sayang

Keluarga sakinah memiliki suasana yang penuh cinta dan kasih sayang. Suami
dan istri saling mencintai dan saling menyayangi. Untuk itu mereka selalu berusaha
untuk melakukan hal terbaik bagi pasangan. Mereka menghindarkan diri dari
tindakan atau ucapan yang saling menyakiti, saling mengkhianati, saling melukai,
saling mendustai, saling mentelantarkan, saling membiarkan, saling meninggalkan.

6
Mereka berusaha saling memaafkan kesalahan, saling mendahului meminta
maaf, saling membantu pasangan dalam menunaikan tugas dan kewajiban. Karena
cinta maka mereka tidak mudah emosi, karena cinta maka mereka tidak mudah
marah, karena cinta maka mereka akan selalu setia kepada pasangannya.

2. Berdiri di atas pondasi keimanan yang kokoh

Keluarga sakinah bukan berdiri di ruang hampa, tidak berada di awang-awang.


Keluarga sakinah berdiri di atas pondasi keimanan kepada Allah. Sebagai bangsa
yang religius kita semua percaya bahwa kebahagiaan hidup berumah tangga tidak
bisa dilepaskan dari nilai-nilai keimanan. Suami dan istri yang memiliki keimanan
yang kokoh kepada Allah, akan merasakan pengawasan dari-Nya. Mereka akan
terjaga dalam kebaikan, terjauhkan dari kejahatan dan keburukan, karena yakin
selalu dijaga dan diawasi Allah.

Mereka hidup dalam kesejukan iman, yang membuat suasana spiritualitas


dalam keluarga menjadi semakin kuat. Inilah yang akan menjadi pondasi
kebahagiaan dan kesukseshan hidup berumah tangga. Iman akan membimbing arah
dan tujuan, iman akan memandu visi dan misi kehidupan, iman akan menghantarkan
kepada jalan yang lurus dan menjauhkan dari penyimpangan.

Kebahagiaan yang hakiki hanya didapatkan dari keimanan yang benar. Tidak
ada kebahagiaan yang landasannya hanya materi atau hanya kesenangan duniawi.

3. Menunaikan misi ibadah dalam kehidupan

Kehidupan kita tidak hanya untuk bersenang-senang dan bermain-main, namun


ada misi ibadah yang harus kita tunaikan. Menikah adalah ibadah, hidup berumah
tangga adalah ibadah, interaksi dan komunikasi suami istri adalah ibadah,
berhubungan seksual adalah ibadah, mengandung, melahirkan dan menyusui anak
adalah ibadah, mendidik anak adalah ibadah, mencari rejeki adalah ibadah,
membersihkan rumah adalah ibadah, mandi adalah ibadah, makan adalah ibadah,
berbuat baik kepada tetangga adalah ibadah, semua kegiatan hidup kita hendaknya
selalu berada dalam motivasi ibadah.

Dengan motivasi ibadah itu maka kehidupan berumah tangga akan selalu lurus,
di jalan yang benar, tidak mudah menyimpang. Jika ada penyimpangan segera

7
mudah diluruskan lagi, karena semua telah menyadari ada misi ibadah yang harus
ditunaikan dalam kehidupan. Bahwa menikah tidak hanya karena keinginan nafsu
kemanusiaan, namun ada misi yang sangat jelas untuk menunaikan ibadah.

4. Mentaati ajaran agama

Sebagai insan beriman, sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu mentaati
ajaran agama. Mengikuti ajaran Allah dan tuntunan Nabi-Nya. Ajaran ini meliputi
melaksanakan hal-hal yang diwajibkan atau disunnahkan, ataupun menghindarkan
diri dari hal-hal yang diharamkan atau dimakruhkan. Semua ajaran agama pasti
mengandung maksud untuk mendatangkan kebaikan atau kemaslahatan, dan
menghindarkan manusia dari kerusakan.

Misalnya dalam mencari dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,


hendaknya selalu sesuai dengan tuntunan agama. Hendaknya kita menghindari
mata pencaharian yang haram dan syubhat, menghindari rejeki yang tidak halal dari
segi zat maupun asalnya. Kita harus berusaha mendapatkan penghidupan yang
halal dan thayib, dengan cara yang halal dan thayib pula.

Demikian pula dalam mengelola rumah tangga, selalu mendasarkan diri pada
ajaran agama. Hal-hal yang dilarang agama tidak akan dijumpai di dalam rumah,
baik berupa keyakinan, tradisi, sampai kepada peralatan, perhiasan, teknologi,
ataupun benda-benda yang digunakan sehari-hari. Semua yang ada dalam rumah
hanya yang dibenarkan menurut ajaran agama.

5. Saling menjaga dan menguatkan dalam kebaikan

Pasangan suami istri saling menjaga dan bahkan selalu berusaha saling
menguatkan dalam kebaikan. Dalam kehidupan berumah tangga, seiring dengan
bertambahnya usia pernikahan, kadang terjadi penurunan nilai-nilai kebaikan. Suami
dan istri menjadi malas melaksanakan ibadah, malas melakukan kebaikan, malas
menunaikan kewajiban, sehingga suasana keluarga menjadi kering kerontang dan
tidak menyenangkan. Mereka selalu berusaha saling menguatkan dalam kebaikan,
sehingga tidak membiarkan terjadinya  suasana kekeringan spiritual dalam
kehidupan keluarga.

8
Semua orang memiliki sisi kelemahan dan kekurangan. Bahkan semua manusia
berpeluang melakukan kesalahan dan dosa. Maka pasangan suami istri dalam
keluarga sakinah selalu berusaha saling mengingatkan dan menasihati dalam
kebenaran. Mereka mengerti cara mengingatkan pasangan, agar tidak menimbulkan
salah paham dan kemarahan. Saling mengingatkan dan menasihati antara suami
dan istri adalah cara untuk saling menjaga dan menguatkan dalam kebaikan.

6. Saling memberikan yang terbaik untuk pasangan

Suami dan istri selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pasangan. Suami
dan istri saling memberikan pelayanan terbaik, memberikan penampilan terbaik,
memberikan perhatian terbaik, memberikan bantuan terbaik, memberikan kata-kata
terbaik, memberikan senyuman terbaik, memberikan sentuhan terbaik, memberikan
motivasi terbaik, memberikan inspirasi terbaik, memberikan suasana terbaik,
memberikan hadiah terbaik, memberikan waktu terbaik, memberikan komunikasi
terbaik, memberikan wajah terbaik untuk pasangan.

Dengan kondisi seperti ini maka suami dan istri akan selalu berada dalam
kenyamanan hubungan. Mereka tidak menuntut hak dari pasangannya, namun
justru berloimba melaksanakan kewajiban untuk pasangan.

7. Mudah menyelesaikan permasalahan

Keluarga sakinah bukan berarti tidak ada permasalahan, bukan berarti tanpa
pertengkaran, bukan berarti bebas dari persoalan. Namun, dalam keluarga sakinah
berbagai persoalan mudah diselesaikan. Suami dan istri bergandengan tangan
saling mengurai persoalan. Mereka bersedia duduk berdua, berbincang berdua,
mengurai berbagai keruwetan hidup berumah tangga. Tidak ada masalah yang tidak
bisa diselesaikan sepanjang mereka berdua bersedia menyelesaikannya.

Keluarga sakinah menjadikan permasalahan sebagai pemacu semangat untuk


melakukan perbaikan. Dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih, mereka akan
mudah keluar dari setiap masalah.

8. Membagi peran berkeadilan

Suami dan istri dalam keluarga sakinah selalu berusaha untuk melakukan
pembagian peran secara berkeadilan. Tidak boleh ada salah satu pihak yang

9
terzalimi atau terbebani secara berlebihan, sementara pihak lainnya tidak peduli.
Oleh karena itu, sejak awal hidup berumah tangga, suami dan istri telah menerapkan
prinsip keadilan di dalam membagi peran. Ada peran yang sudah ditetapkan oleh
ajaran agama, maka tinggal melaksanakannya sesuai ketentuan agama. Namun
untuk peran yang tidak diatur oleh agama, maka hendaknya bisa dibagi secara
berkeadilan oleh suami dan istri itu sendiri.

Suami dan istri bisa duduk berdua untuk membicarakan peran yang bisa mereka
laksanakan dalam kehidupan keseharian. Apa yang menjadi tanggung jawab istri
dan apa pula yang menjadi tanggung jawab suami. Dengan cara pembagian seperti
ini mereka menjadi merasa nyaman dan lega karena tidak ada pihak yang terbebani
atau terzalimi.

9. Kompak mendidik anak-anak

Suami dan istri dalam keluarga sakinah sadar sepenuhnya bahwa mereka harus
mencetak generasi yang tangguh, generasi yang unggul, yang akan meneruskan
upaya pembangunan peradaban. Anak-anak harus terwarnai dalam nilai-nilai
kebenaran dan kebaikan, sehingga menjadi salih dan salihah. Anak-anak yang
memberikan kebanggaan bagi orang tua, masyarakat, bangsa dan negara. Bukan
menjadi anak durhaka, yang membangkang terhadap orang tua dan menjauhi
tuntunan agama. Bukan anak-anak yang menjadi beban bagi keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara.

Itu semua harus diawali dengan kedua orang tua yang kompak dalam mendidik
dan membina anak-anak. Suami dan istri yang kompak dalam mengarahkan anak
menuju kesuksesan dunia maupun akhirat, dengan pendidikan yang integratif sejak
di dalam rumah.

10. Berkontribusi untuk kebaikan masyarakat, bangsa dan negara

Keluarga sakinah selalu berusaha memberikan kontribusi optimal untuk


perbaikan masyarakat, bangsa dan negara. Suami dan istri terlibat dalam berbagai
kegiatan sosial kemasyarakatan, cepat memberikan kemanfaatan bagi warga
sekitar, ringan memberikan bantuan bagi mereka yang memerlukan. Keluarga
sakinah selalu terlibat dalam dinamika pembangunan dalam berbagai bidang
kehidupan. Mereka bukan tipe orang-orang yang individualis atau egois, yang tidak

10
peduli masyarakat sekitar. Namun keluarga sakinah selalu peduli dan bersedia
berbagi dengan apa yang mereka miliki.

Suami dan istri terlibat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan yang positif, seperti
kegiatan pertemuan RT atau pertemuan RW, dasa wisma, pertemuan PKK,
posyandu, ronda, kerja bakti, menjenguk tetangga yang sakit, silaturahim dan lain
sebagainya. Demikian pula mereka peduli dengan nasib warga sekitar, ataupun
nasib masyarakat yang memerlukan bantuan. Ini adalah bentuk kontribusi positif
bagi kebaikan masyarakat, bangsa dan negara.

2.3 Faktor Pembentukan Keluarga Sakinah

Faktor Utama:
Untuk membentuk keluarga sakinah, dimulai dari pranikah, pernikahan, dan
berkeluarga. Dalam berkeluarga ada beberapa hal yang perlu difahami, antara lain :
1. Memahami hak suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami
 Menjadikannya sebagai Qowwam (yang bertanggung jawab)
 Suami merupakan pemimpin yang Allah pilihkan
 Suami wajib ditaati dan dipatuhi dalam setiap keadaan kecuali yang
bertentangan dengan syariat Islam.
  Menjaga kehormatan diri
 Menjaga akhlak dalam pergaulan
 Menjaga izzah suami dalam segala hal
 Tidak memasukkan orang lain ke dalam rumah tanpa seizin suami
 Berkhidmat kepada suami
2.  Menyiapkan dan melayani kebutuhan lahir batin suami
 Menyiapkan keberangkatan
 Mengantarkan kepergian
 Suara istri tidak melebihi suara suami
 Istri menghargai dan berterima kasih terhadap perlakuan dan
pemberian suami
3. Memahami hak istri terhadap suami dan kewajiban suami terhadap istri
 Istri berhak mendapat mahar
 Mendapat perhatian dan pemenuhan kebutuhan lahir batin
 Mendapat nafkah: sandang, pangan, papan
 Mendapat pengajaran Diinul Islam
 Suami memberikan waktu untuk memberikan pelajaran

11
 Memberi izin atau menyempatkan istrinya untuk belajar kepada
seseorang atau lembaga dan mengikuti perkembangan istrinya
 Suami memberi sarana untuk belajar
 Suami mengajak istri untuk menghadiri majlis ta’lim, seminar atau
ceramah agama
 Mendapat perlakuan baik, lembut dan penuh kasih saying
 Berbicara dan memperlakukan istri dengan penuh kelembutan lebih-
lebih ketika haid, hamil dan paska lahir
 Sekali-kali bercanda tanpa berlebihan
 Mendapat kabar perkiraan waktu kepulangan
 Memperhatikan adab kembali ke rumah

B. Faktor Penunjang
1. A. Realistis dalam kehidupan berkeluarga
 Realistis dalam memilih pasangan
 Realistis dalam menuntut mahar dan pelaksanaan walimahan
 Realistis dan ridho dengan karakter pasangan
 Realistis dalam pemenuhan hak dan kewajiban
1. B.  Realistis dalam pendidikan anak
Penanganan Tarbiyatul Awlad (pendidikan anak) memerlukan satu kata antara
ayah dan ibu, sehingga tidak menimbulkan kebingungan pada anak. Dalam
memberikan ridho’ah (menyusui) dan hadhonah (pengasuhan) hendaklah
diperhatikan muatan:
 Tarbiyyah Ruhiyyah (pendidikan mental)
 Tarbiyah Aqliyyah (pendidikan intelektual)
 Tarbiyah Jasadiyyah (pendidikan Jasmani)
1.C. Mengenal kondisi nafsiyyah suami istri
2. A. Menjaga kebersihan dan kerapihan rumah
3. Membina hubungan baik dengan orang-orang terdekat, antara lain :
 Keluarga besar suami / istri
 Tetangga
 Tamu
 Kerabat dan teman dekat
4. Memiliki ketrampilan rumah tangga
5. Memiliki kesadaran kesehatan keluarga

C. Faktor Pemeliharaan

12
 Meningkatkan kebersamaan dalam berbagai aktifitas
 Menghidupkan suasana komunikatif dan dialogis
 Menghidupkan hal-hal yang dapat merusak kemesraan keluarga baik
dalam sikap, penampilan maupun prilaku

2.4 Hadits Tentang Memilih Jodoh

Banyak ayat-ayat Al-Quran yang membahas tentang pernikahan dan hal-hal


yang terkait dengan pernikahan. Begitu pula dengan hadist-hadist Nabi banyak yang
membahas tentang masalah pernikahan dan hal-hal yang terkait dengan
pernikahan.  Tetapi sebelum menanjak kepada masalah pernikahan biasanya 2
orang (sepasang kekasih) saling Ta’arufan (pacaran) terlebih dahulu. Biasanya ini
dilakukan untuk saling mengenal asat dengan yang lainnya.

Di dalam Islam sendiri diajarkan tentang kriteria untuk memilih jodoh. Baik itu
untuk laki-laki maupun perempuan. Tetapi kebanyakan hadist menjelaskan tentang
kriteria-kriteria perempuan yang  “baik” untuk di nikahi. Hadist yang terkait dengan
hal ini adalah hadist yang diriwatkan oleh beberapa perawi hadis yang masyhurdi
antaranya adalah Imam Bukhori :

َ ِّ‫َح َّد َث َنا ُم َس َّد ٌد َح َّد َث َنا َيحْ َيى َعنْ ُع َب ْي ِد هَّللا ِ َقا َل َح َّد َثنِي َسعِي ُد بْنُ أَ ِبي َسعِي ٍد َعنْ أَ ِبي ِه َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َعنْ ال َّن ِبي‬
‫صلَّى‬
ْ ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل ُت ْن َك ُح ْال َمرْ أَةُ أِل َرْ َبع لِ َمالِ َها َول َِح َس ِب َها َو َج َمالِ َها َولِدِي ِن َها َف‬
]2[‫َاك‬ َ ‫ت َيد‬ ِ ‫اظ َفرْ ِب َذات ال ِّد‬
ْ ‫ين َت ِر َب‬ ٍ
Artinya “ Di cerikan Musadad, diceritakan Yahya dari ‘abdulloh berkata bercerita
kepadaku Sa’id Ibn Abi Sa’id dari Abi Hurairah ra bahwasanya Nabi saw bersabda
wanita dinikahi karena empat perkara. Pertama hartanya, kedua kedudukan
statusnya, ketiga karena kecantikannya dan keempat karena agamanya. Maka
carilah wanita yang beragama (islam) engkau akan beruntung.”[3]
1. Syarah Hadist
‫(ت}}ربت ي}}دك‬engkau akan beruntung) secara tidak langsung merupakan doa dan
dorongan untuk menjadi kaya, namun jangan melupakan agamanya.

Sedangkan untuk kata ‫لِ َمالِ َه}}ا َول َِح َس}} ِب َها َو َج َمالِ َه}}ا َولِ}}دِي ِن َها‬akan lebih di terangkan dalm
pembahasan tentang muhasabah hadist.

2. Analisis Hadis
Memilih jodoh yang “baik” adalah langkah awal untuk memulai membina rumah
tangga yang diridoi Alloh.  Dalam memilih calon pendamping kita perlu cermat dan
memakai kriteria yang benar, agar mendapatkan pasangan yang baik dan sesuai.
Namun hal ini memang gampang-gampang susah.

Pasangan hidup yang menjadi jodoh memang meupakn urusan Tuhan dan sudah
menjadi taqdir-Nya. Tetapi sebagai hamba yang baik kita tidak bisa diam saja
menunggu jodoh itu datang. Kita diwajibkan mencari dan memilih pasangan sesuai

13
dengan aturan syar’i. Para pencari jodoh sebaiknya selain rasa cinta biasanya tidak
terlepas dari 4 unsur yang telah disebutkan diatas.

1. Karena hartanya
2. Karena nasabnya
3. Karena kecantikannya
4. Karena agamanya.

2.5 Memaksimalkan menjemput jodoh

A.Iktiar batin

1 .Menjaga Kesucian dan Memperbaiki diri

Setiap orang tentu sangat mendambakan memiliki pasangan hidup yang baik, yang
bisamenjaga kesucian dirinya, memiliki pengetahuan agama yang baik dan benar
serta memilikitujuan hidup yang mulia yaitu hanya mencari ridho Allah semata.
Pasangan hidup yangdemikian sudah tentu menjadi pasangan yang baik, yang mau
diajak susah dan senang dalammengarungi bahtera rumah tangga demi mencari
ridho Allah sematawanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-
laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-
wanita yang baik adalah untuk laki-lakiyang baik dan laki- laki yang baik adalah
untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka(yang dituduh) itu bersih dari apa yang
dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagimereka ampunan dan rezki yang
mulia (surga).

2. Rajin berdoa

Sebagaimana yan telah kita ketahui bersama bahwa manusia itu adalah makhluk
yangsangat lemah, tiada daya kekuatan yang dimilikinya, kecuali atas izin dan
pertolongan Allah.Sementara itu, kita juga mengerti bahwa jodoh itu ditangan Allah
dan bukan ditangan salahseorang makhluknya. Untuk itu siapa saja yang

14
menginginkan jodohnya segera datangsangat dianjurkan banyak berdoa kepada
Allah.

dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan

Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami


sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.

3.Memperbanyak ibadah Sunnah

Kita semua pasti merindukan pasangan hidup yang baik lahir dan batinnya serta
tentukita tidak ingin tertupu oleh penampilan luarnya yang menawan dan mengikat
hati, padahalyang ada dibalik itu semua adalah sebenarnya sangatlah buruk. Untuk
mencegah itu semua,maka Allah telah memberikan jalan keluar yang baik buat
hambanya yang disampaikan lewat lesan Nabinya yaotu melakukan istikhoroh
memohon kepadaNya, agar diberikan yangterbaik diantara pilihan yang ada atau
kalau semuanya buruk agar diganti yang lebih baikAgar jodoh kita semakin cepat
datang, kita juga perlu mendekati Allah dengan ekstradekat. Caranya tidak hanya
mengandalkan ibadah wajib, tapi juga dengan menambahibadah-i badah sunnah
seperti sholat tahajjud, sholat dhuha, shaum, tilawah Al Qur‟an, infaq,dan lain-lain.
Lakukan ibadah sunnah ini secara rutin setiap hari agar iman kita bertambahdan doa
kita semakin dikabulkan Allah Swt.4.

 4. Tawakal

Serahkan segalanya kepada Allah SWT. Tawakal itu harus berkhusnuzhon


kepadaAllah swt. Pada dasarnya, Allah swt menghendaki kita menikah. Karena
menikah
merupakan perbuatan baik. Tidak mungkin Allah menjerumuskan kita kepada hal-hal 
yang tidak baik.Kita sudah meniatkan untuk itu dan merasa sudah tawakal kepada
Allah swt. Tapi ternyata,kita lebih sering tidak khusnuzhon kepada Allah SWT.
Padahal Allah selalu menginginkansegala kebaikan kepada kita. Hanya kita tidak
menyikapi kebaikan Allah itu dengan baik.5. SabarTidak semua orang
mendapatnkan jodoh secara cepat, tapi ada yang lambat, bahkandidunia didunia

15
boleh jadi dia belom dipertemukan dengan jodohnya dan insya Allah akan
di pertemukan saat di akhirat kelak. Dalam menghadapi kenyataan ini kita harus ber
sabar.Jangan keluar dari sikap sabar dengan mengambil jalan pintas yang dilarang
orah agamaseperti menggunan aji pelet, menikah dengan orang kafir dan lain
sebagainya

B. Ikhtiar Lahir

1. Tampil menarikAllah telah menjadikan dalam diri manusia fitrah yang mencintai


akan keindahan.Maka sesuatu yang indah akan mampu menyentuh fitrah manusia
ini, sehingga dirinya akanmenjadi tertarik terhadanya. Dengan demikian
berpenampilan menarik adalah akan lebihdisukai oleh kebanyakan orang.
Sesungguhnya Allah menyukai hambanya selalu berpenampilan menarik sebagai
salah satu bentuk mensyukuri nikmat yang diberikanNya

2.Menyatakan hasrat secara langsung

Bisa juga seorang wanita mendapatkan jodoh dengan cara menyatakan


langsungkepada lelaki yang baik agamanya bahwa kita siap menikah dengannya. Ini
adalah cara yang masih asing dalam budaya Indonesia. Namun cara ini sebenarnya
Islami, karena pernahdilakukan Khadijah ra kepada Nabi Muhammad SAW.
Khadijah ra yang lebih dahulumenyatakan hasratnya kepada Nabi melalui
perantaranya. 

Tsabit al Bunnani berkata, “Aku berada disisi Anas, dan disebelahnya ada anak

 perempuannya. Anas berkata, seorang wanita datang kepada Rosulullah


SAW. menawarkan

dirinya seraya berkata, “wahai Rosulullah apakah engkau berhasrat kepadaku? “


(dan

didalam satu riwayat yang lain wanita itu berkata, wahai Rosulullah aku datang
hendakmemberikan diriku kepadamu) maka putri Anas berkata, betapa sedikitnya
perasaanmalunya, Anas berkata dia lebih baik dari padamu dia menginginkan Nabi
lalu menawarkan

dirinya kepada beliau”

16
 (HR : Bukhori)

.3.Memiliki kriteria yang tidak muluk

Mengapa jodoh sulit datang kepada kita? Salah satunya mungkin disebabkan
karenakriteria jodoh kita terlalu muluk. Kita ingin jodoh yang mapan, ganteng/cantik,
berpangkat,keturunan baik-baik dan beriman. Keinginan semacam itu sah-sah saja,
tapi jika hal tersebutdijadikan syarat untuk jodoh kita maka kita telah mempersulit diri
sendiri.Itulah sebabnya Rasulullah mengatakan jika kita tidak dapat memperoleh
semuanya,
maka pilihlah yang agamanya paling baik. Hal itu berarti mungkin saja jodoh kita ora
ng yangmiskin, tidak berpangkat, bukan keturunan orang baik, akan tetapi kita perlu
menerimanyaasalkan memiliki agama/akhlaq yang baik. Jangan kita menginginkan
kesempurnaan dariorang lain, sedangkan diri kita tidaklah sempurna.

4.Memperluas pergaulan

Cara lain agar cepat mendapatkan jodoh adalah memperluas pergaulan.


Dengan pergaulan yang luas kita juga lebih banyak mendapatkan pilihan. Seringkali
jodoh itu datang bukan dari perkenalan langsung, tapi dari kenalan teman kita. Itulah
gunanya pergaulan yangluas. Ibarat seorang nelayan yang menebarkan jaringan
yang luas untuk mendapatkan ikanyang lebih banyak

.5. Meminta bantuan orang lain

Cara lain agar cepat mendapatkan jodoh adalah meminta tolong kepada orang
lainyang reputasinya baik. Orang tersebut bisa saja guru mengaji, murobbi, teman,
orang tua,saudara, dan lain-lain. Jangan malu-malu untuk meminta bantuan kepada
mereka dan jangan malu-malu juga untuk mengulangi permintaan kita secara rutin
agar orang tersebut ingat bahwa kita meminta bantuan kepadanya

2.6 Mengenal ta’aruf

Mendengar kata ta’aruf, banyak yang berasumsi bahwa hal tersebut merupakan


suatu cara untuk mendapatkan pasangan hidup. Padahal secara bahasa, ta’aruf

17
sendiri berarti perkenalan.Namun, dalam konteks saat ini, ta’aruf menjadi kata yang
mempunyai makna berpacaran secara Islami. Ada juga yang menganggap ta’aruf
sebagai cara cepat untuk mendapatkan pasangan.

 Berikut hal yang perlu kamu ketahui tentang ta’aruf:

1.Hukum ta’aruf dalam Islam

Secara pengertian dalam kebahasaan, ta’aruf diartikan sebagai perkenalan. Hal


tersebut dianjurkan dalam agama Islam.Sesuai dengan surah Al-Hujurat ayat 13
yang memiliki arti, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.”Namun, jika
ta’aruf yang dimaksud adalah untuk mencari jodoh, belum ada hukum yang
mewajibkan ataupun melarang hal tersebut. Tetapi, jika ta’aruf dibandingkan
dengan pacaran, maka secara agama, ta’aruf lebih dianjurkan karena beberapa
alasan.

2.Kenapa Islam tidak menganjurkan untuk pacaran?

Ketika seseorang berniat untuk ta’aruf, maka ia terbebas dari segala tuntutan
berpacaran. Pada dasarnya, pacaran dan ta’aruf memang berbeda, dan Islam
lebih menganjurkan umatnya untuk ta’aruf.Berpacaran dianggap hanya mencari
kenikmatan duniawi saja dan membawa mudharat karena memiliki tendensi
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendekati zina. Dua orang yang
berpacaran kadang juga hanya berhubungan untuk main-main semata tanpa
ada ujung yang jelas.Berbeda dengan pacaran, ta’aruf mengantarkan dua orang
untuk menjalani hubungan yang serius. Dalam ta’aruf juga biasanya ada yang
menemani pasangan saat pertemuan pertama dilangsungkan

Proses Ta’aruf

1. Sebelum terjadi akad nikah, kedua calon pasangan, baik lelaki maupun
wanita, statusnya adalah orang lain. Sama sekali tidak ada hubungan
kemahraman. Sehingga berlaku aturan lelaki dan wanita yang bukan

18
mahram.Mereka tidak diperkenankan untuk berdua-an, saling bercengkrama,
dst. Baik secara langsung atau melalui media lainnya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

َ ‫الَ َي ْخلُ َونَّ أَ َح ُد ُك ْم ِبا ْم َرأَ ٍة َفإِنَّ ال َّش ْي َط‬


‫ان َثال ُِث ُه َما‬ 3

“Jangan sampai kalian berdua-duaan dengan seorang wanita (yang bukan


mahramnya), karena setan adalah orang ketiganya.” (HR. Ahmad dan
dishahihkan Syu’aib al-Arnauth).

Setan menjadi pihak ketiga, tentu bukan karena ingin merebut calon pasangan
anda. Namun mereka hendak menjerumuskan manusia ke maksiat yang lebih
parah.

2.Luruskan niat, bahwa anda ta’aruf betul-betul karena ada i’tikad baik, yaitu
ingin menikah.  Bukan karena ingin koleksi kenalan, atau cicip-cicip, dan semua
gelagat tidak serius. Membuka peluang, untuk memberi harapan palsu kepada
orang lain. Tindakan ini termasuk sikap mempermainkan orang lain, dan bisa
termasuk kedzaliman.Sebagaimana dirinya tidak ingin disikapi seperti itu, maka
jangan sikapi orang lain seperti itu.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫الَ ي ُْؤمِنُ أَ َح ُد ُك ْم َح َّتى ُيحِبَّ ألَ ِخ ْي ِه َما ُيحِبُّ لِ َن ْفسِ ِه‬ 4

Kalian tidak akan beriman sampai kalian menyukai sikap baik untuk
saudaranya, sebagaimana dia ingin disikapi baik yang sama. (HR. Bukhari &
Muslim)

3.Menggali data pribadi, bisa melalui tukar biodata

19
Masing-masing bisa saling menceritakan biografinya secara tertulis.
Sehingga tidak harus melakukan pertemuan untuk saling cerita. Tulisan
mewakili lisan. Meskipun tidak semuanya harus dibuka. Ada bagian yang
perlu terus terang, terutama terkait data yang diperlukan untuk kelangsungan
keluarga, dan ada yang tidak harus diketahui orang lain.Jika ada keterangan
dan data tambahan yang dibutuhkan, sebaiknya tidak berkomunikasi
langsung, tapi bisa melalui pihak ketiga, seperti kakak lelakinya atau orang
tuanya.

4.Setelah ta’aruf diterima, bisa jadi mereka belum bertemu, karena hanya
tukar biografi. Karena itu, bisa dilanjutkan dengan nadzar.Dari al-Mughirah bin
Syu’bah radhiyallahu’anhu, beliau menceritakan, “Suatu ketika aku berada di
sisi Nabi shallallahu’alaihi wasallam, tiba-tiba datanglah seorang lelaki. Dia
ingin menikahi wanita Anshar. Lantas Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam bertanya kepadanya,“Apakah engkau sudah melihatnya?”
jawabnya,  “Belum.” Lalu beliau memerintahkan,

‫ظرْ إِلَ ْي َها َفإِ َّن ُه أَحْ َرى أَنْ ي ُْؤ َد َم َب ْي َن ُك َما‬
ُ ‫ا ْن‬ 5

“Lihatlah wanita itu, agar cinta kalian lebih langgeng.” (HR. Turmudzi 1087, Ibnu
Majah 1865 dan dihasankan al-Albani)

Nadzar bisa dilakukan dengan cara datang ke rumah calon pengantin wanita,


sekaligus menghadap langsung orang tuanya.

5.Dibolehkan memberikan hadiah ketika proses ta’aruf

Hadiah sebelum pernikahan, hanya boleh dimiliki oleh wanita, calon istri dan
bukan keluarganya.Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

20
‫اح َفه َُو لِ َمنْ أُعْ طِ َي ُه أَ ْو ح ُِب َى‬
ِ ‫ان َبعْ َد عِ صْ َم ِة ال ِّن َك‬
َ َ ٍ ‫صد‬
ِ ‫َاق أ ْو ِح َبا ٍء أ ْو عد ٍة َق ْب َل عِ صْ َم ِة ال ِّن َك‬
َ ‫اح َفه َُو َل َها َو َما َك‬ َ ‫َما َك‬
َ ْ‫ان مِن‬ 6

“Semua mahar, pemberian  dan janji sebelum akad nikah itu milik penganten
wanita. Lain halnya dengan pemberian setelah akad nikah, itu semua milik
orang yang diberi” (HR. Abu Daud 2129)

Jika berlanjut menikah, maka hadiah menjadi hak pengantin wanita. Jika nikah
dibatalkan, hadiah bisa dikembalikan

Adab taaruf

Proses ta’aruf kadang sering disalah artikan bagi sebagian orang yang tidak
bertanggung jawab. Modus pacaran namun berkedok ta’aruf kerap kali menjadi
trend di zaman sekarang ini, dan sungguh itu sangat tidak dibenarkan.

Islam telah mengajarkan ta’aruf sebagai suatu cara pengenalan atau pendekatan
dengan tujuan mendapatkan jodoh yang baik. Proses ta’aruf ini boleh dilakukan
ketika seseorang telah memiliki kesiapan secara lahir maupun batin untuk menuju
kepada jenjang pernikahan sehingga prosesnya nanti tidak menjadi sesuatu yang
sia-sia.

Dengan proses inilah kedua insan yang akan dijodohkan bisa saling mengenal
dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan terkait sifat, kebiasaan, penyakit dan
hal lainnya yang nantinya akan dijawab dengan sejujur-jujurnya sehingga
memantapkannya untuk mengambil keputusan apakah akan dilanjutkan ke proses
selanjutnya atau tidak.

Tata Cara Proses Ta’aruf Islami

1. Melakukan sholat istikharah dan meminta petunjuk agar mendapatkan


kemantapan hati untuk melakukan proses ta’aruf.

21
2. Menentukan jadwal pertemuan antara pihak laki-laki dan pihak perempuan yang
hendak dijodohkan dengan didampingi pihak ketiga yang bisa berasal dari keluarga
atau wali yang sudah dipercaya.

3. Dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak boleh saling mengajukan


pertanyaan yang nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan sebelum
memutuskan untuk memilih calon pasangan tersebut untuk dinikahi.

4. Jika kedua belah pihak sudah merasa cocok maka proses selanjutnya yang
dilakukan adalah menentukan jadwal selanjutnya untuk melakukan proses ta’aruf
kepada pihak keluarga dari kedua belah pihak.

5. Salah satu syarat dari proses ta’aruf ini adalah tidak boleh menunggu artinya jarak
antara proses ta’aruf dan pernikahan tidak boleh terlalu lama karena ada
persyaratan yang menghalangi seperti urusan pendidikan ataupun pekerjaan.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan karena tidak ada
jaminan bahwa selama proses menunggu tersebut akan terjadi godaan yang
melunturkan niatan untuk ke jenjang pernikahan.

6. Set\elah terjadi kesepakatan dari kedua belah, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan waktu mengkhitbah (melamar/meminang).

Adab Ta’aruf

1. Menjaga pandangan

Dalam proses ta’aruf hendaknya tetap menjaga pandangan terhadap calon


pasangan. Melihat calon pasangan boleh dilakukan, namun hanya dalam tujuan
memastikan kecocokan saja.

2. Menutup aurat

Bagi wanita muslimah, ketika ia hendak bertemu dengan laki-laki yang bukan
mahramnya, hendaknya ia menutup auratnya.

3. Bersikap tenang, sopan dan serius dalam bertutur kata

Pada saat melakukan proses ta’aruf hendaknya kedua belah pihak tetap
memperhatikan sopan santun dalam tindak-tanduk dan perbuatan.

4. Di dampingi oleh wali yang dipercayai

Proses ta’aruf adalah mempertemukan dua insan yang tidak memiliki hubungan
mahram, oleh karena itu agar tidak terjadi godaan dan menimbulkan fitnah, maka

22
ketika melakukan proses ta’aruf hendaknya ada pendamping yang berasal dari wali
yang dipercayai.

5. Menghindari hal-hal yang tidak perlu dalam pembicaraan

Ketika proses ta’aruf hendaknya membicarakan hal-hal yang diperlukan saja


yang bertujuan untuk mengenal pasangan untuk meminimalisir terjadinya
ketidakcocokan dikemudian hari.

1.9 Pengertian pergaulan dalam islam

Pergaulan adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan


individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok. Juga, pergaulan merupakan
salah satu cara seseorang untuk berinteraksi dengan alam sekitarnya. Pergaulan
merupakan fitrah manusia sebagai makhluk social yang tak mungkin bisa hidup
sendirian. Manusia juga memiliki sifat tolong-menolong dan saling membutuhkan
satu sama lain. Interaksi dengan sesame manusia juga menciptakan kemaslahatan
besar bagi manusia itu sendiri dan juga lingkungannya. Berorganisasi, bersekolah,
dan bekerja merupakan contoh-contoh aktivitas bermanfaat besar yang melibatkan
pergaulan antar manusia. Namun, pergaulan tanpa dibentengi iman yang kokoh
akan mudah membuat seorang muslim terjerumus. Kita lihat di zaman sekarang,
banyak kejadian yang dapat membuat kita mengelus dada. Pergaulan bebas, video
mesum, perkosaan, dan berbagai bentuk perilaku penyimpangan lainnya. Semua itu
bersumber dari pergaulan yang salah dan tidak dilandaskan pada
kepatuhanterhadap ajaran Al-Qur’an.

1.10 Adab pergaulan dalam islam

            Rasulullah. Beliau adalah sosok yang menyenangkan. Wajahnya sumringah


di hadapan sahabat-sahabatnya. Beliau amat baik kepada keluarganya dan amat
penyayang kepada anak-anak. Nah, kita sendiri yang juga muslim ini bagaimana?
Bisa tidak seperti beliau?

a) Moral – Respek – Komunikatif


Menjadi gaul yang islami insyaallah bisa kita lakukan dengan minimal tiga kunci,
yaitu:
1. Moral, artinya selalu berkomitmen kepada aturan-aturan dan nilai-nilai Islam
2. Respek, artinya menghargai orang lain
3. Komunikatif, Pandai menjalin komunikasi.

b) Pergaulan Seorang Muslim dengan Non Muslim


            Dalam perkara-perkara umum (sosial) kita tetap menjalin hubungan yang
baik dengan non muslim sekalipun. Contoh baik: Nabi berdiri ketika iring-iringan
jenazah non muslim melewati beliau.

c) Pergaulan Sesama Muslim


              Sesama muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti
satu bangunan yang kokoh dan saling mendukung antar bagiannya.Pergaulan

23
sesama muslim dibalut dengan ukhuwah islamiyah. Ada banyak hak saudara kita
atas diri kita, diantaranya sebagaimana dalam hadits Nabi:
1.  Jika diberi salam hendaknya menjawab
2. Jika ada yang bersin hendaknya kita doakan
3. Jika diundang hendaknya menghadirinya
4. Jika ada yang sakit hendaknya kita jenguk
5. Jika ada yang meninggal hendaknya kita sholatkan dan kita antar ke
pemakamannya
6. Jika dimintai nasihat hendaknya kita memberikannya.Juga:  tidak meng-
ghibah saudara kita, tidak memfitnahnya, tidak menyebarkan aibnya,
berusaha membantu dan meringankan bebannya, dan sebagainya.
7. Jika kamu mencintai saudaramu, ungkapkan. Hadiah juga bisa
menumbuhkan rasa cinta diantara kita. Jangan mudah mengkafirkan sesama
muslim kecuali jika ada sebab yang benar-benar jelas dan jelas.

d) Pergaulan Antar Generasi


Yang tua menyayangi yang lebih muda. Yang muda menghormati yang lebih tua.

e) Pergaulan dengan Orang yang Dihormati


              Hormatilah orang yang dihormati oleh kaumnya. Bagi orang-orang yang
biasa dihormati, jangan gila hormat, penghormatan harus tetap dalam bingkai syariat
Islam. Contoh orang-orang yang bisa dihormati: tokoh masyarakat, pejabat atau
penguasa, orang-orang yang mengajari kita, dan sebagainya.

f) Pergaulan dengan Ortu dan Keluarga


              Bersikap santun dan lemah lembut kepada ibu dan bapak, terutama jika
telah lanjut usianya. Terhadap keluarga, hendaknya kita senantiasa saling
mengingatkan untuk tetap taat kepada ajaran Islam. Sebagaimana Nabi telah
melakukannya kepada Ahlu Bait. Dan Allah berfirman: Quu anfusakum wa ahliikum
naara.

g) Pergaulan dengan Tetangga


              Tetangga harus kita hormati. Misalnya dengan tidak menzhalimi, menyakiti
dan mengganggunya, dengan membantunya, dengan meminjaminya sesuatu yang
dibutuhkan, memberinya bagian jika kita sedang masak-masak.

h) Pergaulan Antar Jenis


            Sudah menjadi fithrah, laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian pula
sebaliknya. Islam telah mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa cinta diantara
dua jenis manusia itu dapat disalurkan. Bukan dengan pacaran dan pergaulan
bebas. Tetapi dengan ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh): pernikahan. Jadi, ada
batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan diluar pernikahan.

i) Rambu-rambu Islam tentang pergaulan


              Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna).
Agama mulia ini diturunkan dari Allah Sang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui
tentang seluk beluk ciptaan-Nya.  Dia turunkan ketetapan syariat agar manusia
hidup tenteram dan teratur.

24

Anda mungkin juga menyukai