Anda di halaman 1dari 3

HUKUM ACARA PIDANA

Nama :MUHAMMAD AKBAR AIDIN

Nim : 21709164

Kelas :VB

Soal

Mister X adalah seorang kepala desa di Kecamatan Kambu Kabupaten Kendari. Bahwa tanggal
13 Desember Mister X dilantik menjadi Kepala Desa oleh Bupati setempat. Tepatnya tidak
berselang lama setelah pelantikan 19 Desember 2019, pencairan dana desa untuk tahun pertama
sebesar Rp.650.000.000,00 sisanya Rp.350.000.000,00 dicairkan ditahun berikutnya tepatnya di
tahun 2020. Bahwa adapun pembelanjaan-pembelanjaan kepala desa adalah sebagai berikut :

1. Mesin Genset sebesar = Rp.150.000.000,00


2. Pembangunan Irigasi sebesar = Rp.120.000.000,00
3. Biaya Tukang sebesar = Rp.50.000.000,00
4. Pembangunan Pasar Desa = Rp.35.000.000,00

Bahwa berdasarkan laporan masyarakat Mister X telah melakukan penyelewengan dana.


Olehnya itu pihak Kejaksaan Negeri Kabupaten Kendari, melakukan investigasi/pemanggilan
selaku kepala desa, bahwa adapun proses interogasi pihak kejaksaan adalah sebagai berikut :

1. Mister X dipanggil penyidik hanya sekali.


2. Mister X dipanggil oleh penyidik tidak dilalui oleh Mister X langsung.
3. Mister X memberikan klarifikasi didepan penyidik bahwa penuntutan dana tersebut sudah
semestinya.
4. Bahwa penyidik tetap pada pendiriannya untuk menahan Mister X.
5. Bahwa penyidik dalam mentapkan tersangka dan menahan Mister X tidak sesuai dengan
standar yang ditetapkan didalam KUHAP.
PERTANYAAN :

1. Tepatkah langkah-langkah penyidik untuk menahan Mister X ?


2. Dapatkah Mister X mengajukan Praperadilan. Jika tidak berikan alasannya dan jika iya
berikan alasannya !

Jawaban :

1. Berdasarkan kronologi kasus penyelewengan dana desa oleh Mister X tentang “tepatkah
langkah-langkah penyidik untuk menahan Mister X” ? Jawaban saya yaitu kita ketahui
bahwa Dana desa yang dialosikan di Kecamatan Kambu sebesar 1 Milyar, Mister X diduga
menyalahgunakan wewenang atau diduga melakukan korupsi atas tugasnya dalam mengelola
keuangan desa dan dilaporkan oleh masyarakat.

Penyidikan adalah kegiatan mengumpulkan bukti yang akan membuat terang perkara.
Langkah-langkah penyidik untuk menahan Mister X sebenarnya salah. Karena penyidik
masih belum mempunya Bukti permulaan disini yaitu paling sedikit 2 jenis alat bukti tetapi
pada kronologi kasus diatas penyidik hanya memeriksa Mister X dan masih belum
mendapatkan 2 jenis alat bukti, Kecuali penyidik sudah mempunyai 2 jenis alat bukti Mister
X dapat ditahan dan penahanan dilakukan jika status Mister X sudah menjadi tersangka dan
penahananan dilakukan jika dikhawatirkan Si Mister X ini melarikan diri, merusak atau
menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana. Sebagaimana kita
berpedoman pada pada pasal 21 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Maka
dengan itu penyidik harus melakukan penahanan terhadap Mister X.

2. Mister X bisa mengajukan praperadilan. Mengingat pada point nomor 5 proses interogasi
pihak kejaksaan disebutkan bahwa “penyidik dalam menetapkan tersangka dan menahan
Mister X tidak sesuai dengan standar yang diatur dalam KUHAP”. Untuk menetapkan
tersangka harus sesuai dengan hukum acara pidana yang berlaku. Pada ketentuan pasal 1 ayat
(14) Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan
bukti permulaan diduga patut sebagai pelaku tindak pidana. Bukti permulaan disini yaitu
paling sedikit 2 jenis alat bukti berdasarkan Pasal 66 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Kapolri
No. 12 Tahun 2009 Pengawasan Dan Pengendalian Penanganan Perkara Pidana Di
Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Bahwa untuk menetapkan seseorang
menjadi tersangka haruslah didapati bukti permulaan yang cukup yaitu paling sedikit 2 (dua)
jenis alat bukti, dan ditentukan melalui gelar pekara. Sehingga harus ada proses terlebih
dahulu dalam menetapkan seseorang menjadi tersangka.

Penyidik dalam menahan Mister X tidak sesuai dengan standar yang diatur dalam KUHAP,
yakni dalam hal untuk melakukan penahanan terhadap Mister X harus sesuai pada ketentuan
KUHAP yakni pada pasal 21 ayat (2), (3) dan (4). Untuk menahan Mister X, penyidik harus
mempunyai bukti permulaan yang cukup yakni dua jenis alat bukti dan memberikan surat
perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan identitas tersangka atau
terdakwa dan menyebutkan alasan penahanan serta uraian singkat perkara kejahatan apa yang
dipersangkakan terhadap Mister X. Sehingga Mister X dapat mengajukan praperadilan.
Dalam objek praperadilan sebagaimana tercantum pada ketetentuan Pasal 1 ayat (10) huruf a
KUHAP yaitu :
a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka
atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;

Dan dalam putusan MK No.2/2014 memberikan penegasan bahwa permohonan praperadilan


atas penetapan tersangka memiliki landasan hukum yang kuat. Yakni pada point 1 yaitu :

Penetepan tidak sah karena pemeriksaan saksi, ahli, tersangka, penggeledahan, serta
penyitaan, dilakukan setelah penetapan tersangka tidak dapat dipenuhi 2 alat bukti.

Anda mungkin juga menyukai