Anda di halaman 1dari 3

Gubernur Papua Lukas Enembe ditangkap jajaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada

Selasa (10/1) ketika tengah berada di salah satu rumah makan di Abepura. Selanjutnya saudara
LE dibawa ke Mako Brimob Papua untuk diamankan menunggu evakuasi ke Jakarta segera atau
paling lambat pada pukul 15.00 WIT (sekitar 13.00 WIB) dengan menggunakan pesawat Trigana
Air melalui Manado, Sulawesi Utara untuk selanjutnya dibawa ke Jakarta," uajr Ketua KPK Firli
Bahuri Lukas dikawal Dansat Brimob dan Irwasda Polda Papua menuju Bandara Sentani untuk
diterbangkan ke Manado (Sulut), lalu lanjut ke Jakarta untuk diperiksa di markas KPK.

Lukas Enembe menjabat Gubernur Papua sejak 2013. Pria bernama asli Lomato Enembe telah
menjabat Gubernur Papua selama dua periode mulai 2013 hingga masa akhir jabatan pada 2023
mendatang. Pria yang dikenal sebagai politikus Demokrat itu lahir di Kampung Mamit, Distrik
Kembu, Kabupaten Tolikara, Papua, pada 27 Juli 1967. Ia merupakan lulusan FISIP Universitas
Sam Ratulangi tahun 1995.

Lukas juga sempat menempuh pendidikan di Christian Leadership and Second Leangustic,
Cornerstone College, Australia. Lukas mengawali karier sebagai CPNS hingga menjadi PNS di
Kantor Sospol Kabupaten Merauke. Ia kemudian menjabat Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya
mendampingi Eliezer Renmaur sejak 2001.

Pada 2013, Lukas mengemban jabatan sebagai Gubernur Papua bersama wakilnya Klemen Tinal
untuk periode 2013-2018. Lukas menggunakan Partai Demokrat sebagai kendaraan politik.

Lukas dan Klemen maju sebagai petahana di Pilgub Papua periode berikutnya dan kembali
terpilih memimpin untuk periode 2018 sampai 2023.

Selain itu, Lukas pernah mengemban tugas sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Papua
periode 2006-2011 dan 2011-2016.

Selama menjabat sebagai gubernur, dirinya disebut berjasa besar dalam menjadikan Provinsi
Papua sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-10.
Atas hal tersebut, nama Lukas Enembe kemudian dipakai menjadi nama salah satu stadion yang
terletak di Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura.

Meski demikian, sederet kasus korupsi juga menyelimuti perjalanan karir politik Lukas sebagai
Gubernur Papua.

Ia sempat ditetapkan sebagai tersangka kasus Pilkada 2017 di Kabupaten Trikora, serta dipanggil
penyidik dalam kasus dugaan korupsi dana beasiswa Papua 2016. Pun pernah diperiksa KPK atas
dugaan kasus penyimpangan anggaran Pemprov Papua 2017.

Mantan Gubernur Papua Lukas Enembe divonis dengan pidana 8 tahun penjara dan dicabut hak
politik selama 5 tahun karena dinilai terbukti melakukan tindak pidana suap dan gratifikasi
sejumlah Rp19,6 miliar.
"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Lukas Enembe 8 tahun dan denda sejumlah Rp500 juta
subsider 4 bulan," ujar ketua majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada
Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat Rianto Adam Pontoh saat membacakan amar putusan,
Kamis (19/10).

Terdakwa Lukas dinilai terbukti melanggar Pasal 12 huruf a UU Tipikor Jo Pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP jo Pasal 65 ayat 1 KUHP dan Pasal 12 huruf B UU Tipikor.

Selain itu, majelis hakim juga menghukum terdakwa membayar uang pengganti Rp19,6 miliar
(Rp19.690.793.900) paling lama satu bulan setelah putusan berkekuatan hukum tetap.

"Apabila dalam waktu tersebut tidak mampu membayar, maka harta-bendanya disita dan
dilelang jaksa untuk menutupi uang pengganti," kata hakim Rianto.

"Jika harta-benda tidak mencukupi menutupi uang pengganti, maka diganti dengan pidana 2
tahun penjara," imbuhnya.

Majelis hakim juga memutuskan menjatuhkan vonis pencabutan hak politik selama 5 tahun.
Dalam menjatuhkan putusan ini, hakim turut membeberkan keadaan yang memberatkan dan
meringankan. Hal memberatkan yaitu [erbuatan terdakwa tidak mendukung program pemerintah
dalam upaya pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu, hakim menyatakan
terdakwa Lukas bersikap tidak sopan dengan mengucapkan kata-kata tidak pantas dan makian
dalam ruang persidangan.

Sedangkan hal meringankan yakni terdakwa Lukas belum pernah dihukum pidana dan punya
tanggungan keluarga. Selain itu, terdakwa Lukas Enembe yang dalam keadaan sakit, namun bisa
mengikuti persidangan sampai akhir.

Atas vonis yang dibacakan hakim pada sidang hari ini, Terdakwa Lukas Enembe melalui kuasa
hukumnya, Petrus Balla Paytona, menyatakan menolak. Sementara itu, jaksa menyatakan pikir-
pikir.

Diketahui, vonis ini lebih rendah daripada tuntutan jaksa KPK yang ingin Lukas dihukum
dengan pidana 10,5 tahun penjara dan denda Rp1 miliar subsider enam bulan kurungan serta
uang pengganti sebesar Rp47,8 miliar (Rp47.833.485.350 subsider) tiga tahun penjara dan
pencabutan hak politik lima tahun.

Anda mungkin juga menyukai