PBAK
TERDAKWA kasus suap perkara korupsi BPJS Kabupaten Subang, Ojang Sohandi saat
menjalani sidang putusan di Pengadilan Tipikor Bandung, Jalan RE Martadinata, Kota Bandung,
Rabu 11 Januari2017.*
TERDAKWA kasus suap perkara korupsi BPJS Kabupaten Subang, Ojang Sohandi saat
menjalani sidang putusan di Pengadilan Tipikor Bandung, Jalan RE Martadinata, Kota Bandung,
Rabu 11 Januari2017.*
BANDUNG, (PR).- Mantan Bupati Subang Ojang Sohandi divonis 8 tahun penjara dalam
sidang yang digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Bandung, Rabu 11 Januari
2017 malam. Mendapat vonis seberat itu, Ojang langsung menyatakan menerima tanpa terlebih
dahulu konsultasi ke penasihat hukumnya.
"Menerima pa," kata Ojang saat ditanya hakim ketua, Longser Sormin usai membacakan
putusan. Hakim Sormin tetap meminta agar konsultasi terlebih dahulu dengan kuasa hukum
Rohman Hidayat. "Coba konsultasi dulu jangan nerima nerima aja," ujar hakim. Vonis itu
memang lebih ringan satu tahun dari tuntutan jaksa KPK yang menuntut 9 tahun penjara. Ojang
yang mengenakan kemeja putih lengan panjang itu terlihat tenang dan pasrah sepanjang
pembacaan putusan kurang lebih dua jam tersebut. Sebelum membacakan vonis majelis hakim
mempertimbangkan beberapa hal yang memberatkan yaitu, perbuatan terdakwa Ojang sebagai
penyelenggara negara tidak mendukung program pemerintah dalam memberantas korupsi.
Kemudian sikap Ojang dalam melakukan korupsi tidak mencerminkan sikap yang baik sebagai
pemimpin.
"Mengadili, terdakwa Ojang Sohandi telah terbukti secara sah melakukan korupsi. Oleh
karena itu, menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan lama hukuman delapan tahun penjara,"
ujar hakim ketua Longser Sormin dalam membacakan vonisnya. Selain itu, Ojang juga
dikenakan denda sebesar Rp 300 juta, subsidair empat bulan penjara. Vonis itu lebih rendah satu
tahun dibandingkan tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK dengan hukuman 9 tahun
penjara, denda Rp 300 juta subsidair 6 bulan kurungan.
Majelis hakim menilai Ojang terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah karena melakukan
korupsi sebagaimana diatur Pasal 5 ayat 1 dan Pasal 13 UU Tipikor jo 55 ayat (1) ke-1,
jo Pasal 65 ayat 1 KUHPidana. Dakwaan kedua Pasal 12 B UU Tipikor jo Pasal 65 ayat (1)
KUHPidana, dakwaan ketiga Pasal 11 UU No 31 Tahun 1999, sebagaimana telah diubah dengan
UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU N 31 Tahun 1999. Lalu, dakwaan
keempat Pasal 3 UU RI No 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang jo Pasal 65 KUHP.
Berkas putusan dibacakan bergantian oleh Longser dan dua hakim anggota, Endang
Mamun dan Sri Mumpuni di hadapan empat orang tim JPU KPK dan empat penasihat hukum
terdakwa Ojang. Meski Ojang menerima, putusan tersebut belum inkraht mengingat jaksa KPK
memilih pikir-pikir atas putusan tersebut.
Usai persidangan Ojang mengaku menerima semua keputusan majelis dan menghormati, serta
akan melaksanakan hukuman dengan seikhlas-ikhlasnya. "Saya bersyukur. Apapun keputusan
majelis saya terima, dan akan saya laksanakan," katanya kepada puluhan wartawan.
Ojang pun berpesan kepada kepada Plt Bupati Subang agar meneruskan pembangunan di
Subang, dan contoh kurang bagus yang dialaminya jangan sampai terulang kembali. "Jadikanlah
cermin, perbuatan yang saya alami dikemudian hari tidak boleh terjadi lagi di Subang," ujarnya.
Selain itu, Ojang juga menitipkan birokrasi di Pemda Subang dan meminta agar mereka (PNS)
tidak disakiti. Karena mereka semua merupakan keluarga besar PNS Subang. Ojang pun
mengaku tidak memikirkan semua pemberian yang telah dilakukannya, baik berupa uang
ataupun barang, termasuk kepada kepolisian ataupun orang-orang yang terlibat.
Soal masalah kasus penerimaan CPNS yang memungut uang dan terungkap di persidangan,
Ojang mengaku menyerahkan semuanya kepada majelis hakim. Apalagi di persidangan majelis
menyebutkan kasus lanjutan akan dibuka dalam persidangan dengan berkas terpisah dan perkara
berbeda. Sebelum pulang, Ojang langsung menyalami majelis dan JPU dengan terus menebar
senyuman khasnya.
Ojang Sohandi/ARMIN ABDUL JABBAR/PR
Terbukti korupsi
Tidak hanya itu, Ojang pun pada 1 Oktober 2012 hingga 9 April 2016 di rumah dinas hingga
kantor Bupati Subang, dan beberapa tempat lainnya telah beberapa kali menerima uang atau
barang yang diduga sebagai gratifikasi atau suap. Di antaranya menerima Rp 6,190 miliar dari
Kabid Pengadaan dan Pengembangan Pegawai BKD Heri Tantan Sumaryana, satu unit Mobil jip
dan uang tunai Rp 190 juta dari Plt Kadinkes Subang Elita Budiarti, dan beberapa kepala dinas
lainnya.
"Ojang menerima uang tersebut selama periode 2012-2013, dan 2013-2018. Totalnya
terdakwa menerima Rp 38,293 miliar," ujarnya. Sebagai seorang bupati seharusnya terdakwa
tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme sebagaimana diatur dalam pasal 4 UU
No 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih. Apalagi semua pemberian itu
berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya sebagai kepala
daerah.
Kemudian, Ojang pun pada Oktober 2011 sampai April 2016, terdakwa telah melakukan
beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan berdiri sendiri-sendiri sehingga
merupakan beberapa kejahatan, berupa perbuatan menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah
bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta
kekayaan, yakni membelanjakan atau membayarkan sejumlah uang seluruhnya Rp
60.323.796.000.
"Itu patut diduga merupakan hasil tindak pidana pencucian uang (TPPU)," katanya.
Terdakwa beberapa kali membelanjakan uang tersebut dengan membeli tanah, kendaraan dengan
nama orang lain, serta membiaya kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan oleh terdakwa.
Selain membelanjakan uangnya dalam bentuk tanah, bangunan, kendaraan dan ternak sapi,
terdakwa Ojang juga beberapa kali memberikan uang tunai kepada mantan Bupati Subang
sebelumnya, yakni Eep Hidayat hingga Rp 2,491 miliar, bagi-bagi kepada anggota komisi A dan
D DPRD Subang Rp 1,9 miliar, dan untuk keperluan perangkat kampanye dan terdakwa Rp 1,6
miliar.
Tak hanya harta kekayaan yang dimiliki terdakwa juga dipakai untuk kepengurus penyelidikan
dan penyidikan kasus BPJS Subang di Polda Jabar sebesar Rp 1,4 miliar. Meski begitu dalam
persidangan sebelumnya mereka yang menerima uang tersebut mengelaknya.***
Karier politik
Ojang Sohandi sebelum terjun ke dunia politik, merupakan ajudan pribadi bupati Eep
Hidayat pada masa jabatan periode ke-1. Namun pada Pilkada Kabupaten Subang 2008, Eep
Hidayat menggaetnya menjadi pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Subang untuk periode 2008-2013. Pasangan nomor urut 1 itu memenangi Pilkada dengan
perolehan suara 262.670 (34%)[4]. Dengan begitu, Ojang menduduki kursi wakil bupati semenjak
dilantik Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan pada tanggal 18 Desember 2008[5]. Pada tahun
2011, Bupati Subang Eep Hidayat diberhentikan sementara karena kasus Korupsi oleh SK
Mendagri melalui Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan. Otomatis ojang menjadi pelaksana
tugas (plt.) bupati.
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawanmenyerahkan SK Pemberhentian Bupati Subang Eep
Hidayat kepada wakil bupati, Ojang Sohandi, di Gedung Sate, Bandung(16/04).
Wakil ketua DPRD Kabupaten Subang, menyerahkan surat pemberhentian Ojang sebagai wakil
bupati, dan menetapkannya menjadi bupati definitf subang, serta mengusulkannya
kepada Gubernur Jawa Barat (13/6/2012)
Tahun 2012, bupati eep dinyatakan bersalah atas tindak pindana korupsi oleh Mahkamah
Agung, Jakarta, dan sedang mengajukan Peninjauan Kembali (PK). Setelah dinyatakan
bersalah, Eep Hidayat resmi diberhentikan oleh Kementerian Dalam Negeri
Indonesiamelalui Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan pada tanggal, 16 April 2012.[6]. Sejak
pemberhentian itu, terjadi kekosongan jabatan Bupati definitif di Kabupaten Subang, tetapi roda
pemerintahan masih berjalan karena ojang masih menjabat pelaksana tugas (plt.) bupati. Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Subang menggelar rapat paripurna untuk menyetujui
penetapan Ojang Sohandi sebagai bupati definitif Kab. Subang, pada 13 Juni 2012. Hasil
keputusan paripurna memberhentikan Ojang Sohandi sebagai Wakil Bupati dan menyetujui
supaya dilantik menjadi Bupati Subang. Kemudian selanjutnya DPRD Kab. Subang mengajukan
hasil keputusan Rapat Paripurna kepada Kementerian Dalam Negeri Indonesia melalui Gubernur
Jawa Barat untuk melantik Ojang sebagai Bupati Subang.[7]
Ojang dilantik sebagai Bupati Subang sisa masa jabatan 2008-2013 pada tanggal 9
Agustus 2012 oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan di Gedung Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Subang.[8]
Dampak Korupsi
Ekonomi berfunsi sebagai faktor terpenting bagi masyarakat. apabila korupsi sudah
masuk pada perekonomian negara mana mungkin bisa makmur masyaraktnya jikalau semua
proses ekonomi dijalankan oleh oknum yang korup. Hasil dari dampak korupsi terhadp ekonomi
yakni,
para wakil rakyat sudah tidak dapat dipercaya sebagai pelindung rakyat, karna mereka
hanya memikirkan anak buah mereka jika salah satu dari mereka melakukan tindak korupsi
dengan kekuatan politiknya mereka akan melakukan berbagai cara untuk menyelamatkannya.
Tidak Berlakunya Peraturan dan Perundng Undangan
peraturan perundang undangan tidak lagi berlaku karna, kebanyakan para pejabat tinggi,
pemegang kekuasaan atau hakim sering kali dijumpai bahwa mereka mudah sekali terbawa oleh
hawa nafsu mereka. dan juga sering kali semua permasalahan selalu diselesaikan dengan korupsi.