AGENDA III
Praktik jual beli jabatan sebenarnya sudah diantisipasi dengan sejumlah aturan perundang-
undangan, seperti Undang-Undang (UU) Nomor 15 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN) dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil (PNS). Pada intinya, dua peraturan itu mengamanatkan bahwa sistem perekrutan
PNS, termasuk pejabat, harus berdasarkan sistem merit yang profesional, terbuka, dan
kompetitif. Tujuannya agar aparatur negara benar-benar diisi oleh orang-orang yang profesional,
berintegritas, dan melayani masyarakat.
Peran Izza diduga turut serta melakukan perbuatan penerimaan hadiah atau janji terkait pengisian
jabatan di lingkungan Pemkab Nganjuk. "Ini adalah ajudan Bupati Nganjuk, ini yang
bersangkutan kita lakukan penangkapan karena dia yang menyalurkan, penerima dari para camat,
dia yang mengumpulkan dan lalu memberikan kepada Bupati Nganjuk," jelas Argo. Kepala
Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri Komjen Agus Andrianto sebelumnya mengatakan,
nilai setoran berbeda-beda. "Dari informasi penyidik tadi untuk di level perangkat desa antara Rp
10 juta sampai Rp 15 juta," kata Agus dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK,
Senin. "Kemudian untuk jabatan di atas itu sementara yang kami dapat informasi Rp 150 juta,"
kata dia. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Suap Jual Beli Jabatan di
Pemkab Nganjuk, 4 Camat dan 1 Eks Camat Jadi Tersangka
Kendati demikian, Agus mengatakan bahwa Bareskrim Polri masih akan terus mendalami harga
praktik jual beli jabatan tersebut melalui proses penyidikan. Sebab, kata dia, dari informasi yang
diperoleh hampir semua perangkat desa di Nganjuk melakukan transaksi untuk mendapatkan
jabatan. "Kita akan lakukan pendalaman dan pengembangan. Mudah-mudahan dari hasil
penyidikan, kami akan mendapatkan informasi yang lebih lengkap selama ini praktik jual beli
jabatan di lingkungan Kabupaten Nganjuk itu seperti apa," kata Agus. "Informasinya, hampir
semua desa itu perangkat desanya juga melakukan pembayaran.
Menurut saya , pelaksanaan lelang jabatan efektif menangkal berbagai praktik jual beli jabatan di
lingkungan pemerintah kota maupun provinsi setempat. Dengan mekanisme itu, para pejabat
tidak lagi mengandalkan kenalan atau uang untuk memperoleh jabatan, namun harus bersaing
secara sehat dan meningkatkan performa kinerjanya.