Angelos Gogo Siregar - Perubahan Sosial
Angelos Gogo Siregar - Perubahan Sosial
NPM : 01659220123
Jawab:
1
Ari Saputra, Warga Tolak Posko Anti Narkoba, https://www.detik.com/ ,diakses pada tanggal 6 Maret 2023
pada pukul 21.11 WIB
tersebut di ujung jalan Daan Mogot, sejumlah pengojek yang ditanya
langsung berubah air muka. Mereka terlihat serius dan sedikit takut.
Kemudian memberi petunjuk arah dengan sekenanya. Konon, di
Kampung Ambon siapa saja bebas bertransaksi narkoba. Peredaran
barang haram tersebut berjalan rapi karena disusun oleh semua warga
masyarakat dan semuanya saling melengkapi. Dari tukang ojek,
petugas keamanan, ibu-ibu, pemuda, dan si pengedar sendiri. Saking
rapinya, razia narkoba di lokasi ini harus dilakukan sampai level Polda
dan Mabes Polri. Kalau hanya setingkat Polsek atau Polres, polisi
memilih putar balik daripada digebuki warga yang meneriaki maling.
"Ini memang target utama kami. Sarang narkoba," ucap Sekretaris
Badan Narkotika Kotamadya (BNK) Jakarta Barat, Suhardin.
Mendirikan posko antinarkoba di sarang penjahat membutuhkan
tenaga ekstra. BNK perlu mengajak polisi, satpol PP, TNI dan aparat
birokrasi di lapangan. Total jenderal, jumlah petugas yang diturunkan
mencapai ratusan. Petugas menggunakan 5 truk untuk memobilasi
kekuatan. Juga kendaraan dinas lapangan yang jumlahnya berderat
memanjang sekitar 100 meter di pinggiran kali Cengkareng Drain.
"Kami tidak ingin kecolongan. Ini harus dibangun untuk meminimalisir
peredaran narkoba," sergah Suhardin.
Penjelasan:
Berdasarkan dari berita tersebut, dapat dilihat bahwa dengan adanya
peristiwa tersebut maka dapat dilihat bahwa peran hukum disini
sangat sulit dapat terlaksana dengan baik karena dari kasus tersebut
masyarakat tidak menghendaki akan hukum yang berlaku dan
narkoba menjadi salah satu usaha dagang terbesar bagi mereka.
Sehingga dengan peristiwa ini tentunya menimbulkan polemik dimana
terjadi social problem dari segi yuridis juga dimana sebagaimana telah
diatur dalam UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan hal ini
tentunya menimbulkan kontradiktif antara tujuan hukum dan nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat yang dalam kasus ini adalah
masyarakat kampung Ambon. Sehingga, penegakan hukum hingga
saat ini belum dapat dijalankan secara maksimal.
Putusan lepas PN Jakarta Barat ini bisa dilihat dari dua perspektif;
pertama, perspektif substansi hukum; kedua, berkaitan dengan rasa
keadilan dan kemanfaatan pada sebuah putusan hakim. Pertanyaan
kritisnya bukan sekadar menilai bahwa putusan PN Jakarta Barat
terkait dengan vonis lepas KSP Indosurya adalah janggal, namun lebih
lanjut yang perlu digali mengapa ada ruang bagi hakim untuk
memberikan vonis lepas tersebut.
Sulit bagi majelis hakim untuk memutus lepas jika dakwaan dan
tuntutan JPU sempurna dan didukung oleh pembuktian yang
menguatkan. Jika menelaah kasus pidana KSP Indosurya di PN Jakarta
Barat, ada hal menarik terkait substansi hukum yang dapat
mengantarkan kesimpulan pada pemahaman mengapa vonis lepas
yang kini dipersoalkanterjadi.
2
Rio Christiawan, Menyoal Vonis Lepas Indosurya, https://news.detik.com/kolom/d-6578727/menyoal-vonis-
lepas-indosurya, diakses pada tanggal 6 Maret 2023 pada pukul 21.58 WIB
Jika mengamati dakwaan dan tuntutan JPU yang menggunakan Pasal
46 ayat 1 UU RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU RI
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP, maka tampak bahwa kejanggalan justru terletak pada dakwaan
dan tuntutan yang dibuat oleh JPU itu sendiri.
Upaya
Dalam kasus KSP Indosurya yang saat ini mendapat sorotan publik dan
atensi para pihak, mungkin saja majelis hakim yang memeriksa
perkara ini menggunakan pendekatan keadilan dan kemanfaatan serta
mengabaikan esensi hukum (kepastian hukum dari upaya hukum
berdasarkan tuntutan yang kurang cermat dari JPU).
Jika perkara ini difokuskan pada adanya janji atau tindakan yang
nyata-nyata diketahui tidak benar adanya serta KSP Indosurya
menerima manfaat dari janji atau tindakan tersebut, maka selain
adanya argumentasi yang kuat untuk menghindari nebis in idem,
perkara ini juga cukup pemenuhan unsur pada tindak pidana
penipuan, penggelapan serta tindak pidana pencucian uang.
Penjelasan:
Bahwa dengan penjelasan tersebut maka dapat dilihat lobang hukum
yang ada dimana hal ini tentunya menimbulkan efek di masyarakat
mengenai penerapan hukum dari subjek hukum yang tentunya makin
banyak di Indonesia karena subjek hukum koperasi tidak mengenal
mengenai konsep debitur dan kreditur dan juga konsep dari koperasi
yang memakai asas gotong royong sehingga ironisnya banyak
masyarakat yang mengalami kerugian akan hal tersebut karena belum
diatur dalam penerapan hukum positifnya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa masyarakat menjadi korban akan ketidaktahuannya akan
perbuatan yang telah dilakukannya dimana Negara tidak bisa
menjamin akan perlindungan hukum yang akan dicapai.
Jawab:
(i) Interpretasi
Bahwa dari segi interpretasinya, dapat dilihat bahwa UU No. 32
tahun 2009 juga terlihat lebih sempurna dibandingkan UU
sebelumnya, karena menambahkan poin tentang perlindungan,
rencana perlindungan, pengelompokkan limbah, dan melibatkan
kearifan lokal. Poin-poin tersebut sangat penting, dan tidak ada
pada UU sebelumnya. Hal tersebut juga tercermin dalam
penegakan hukumnya dimana telah dijelaskan pada UU No. 23
Tahun 1997 dan UU No. 32 Tahun 2009. Pada UU No. 23 poin
PENYIDIKAN dimuat pada BAB VIII dan pada UU No. 32 dimuat
pada BAB XIV dengan penambahan menjadi PENYIDIKAN DAN
PEMBUKTIAN.
Namun, UU PPLH tidak memberi batasan (kategori) tindak
pidana yang digolongkan sebagai pelanggaran yakni yang
melanggar sanksi administrasi dan juga tidak melihat dari
pembentukan sanksi pidana berdasarkan KUHP mengenai
bagaimana tolak ukur sanksi dan unsur-unsur yang
mengklasifikasikan bahwa perbuatan tersebut merupakan
kejahatan sehingga proses penyidikan antara kewenangan PPNS
dan POLRI menjadi rancu dan belum jelas.